Sejarah
Tari Merak berasal dari daerah Jawa Barat, lebih tepatnya di daerah Pasundan yang diciptakan
sekitar tahun 1950-an.[4] Sesuai dengan namanya, tarian ini merupakan implementasi dari
kehidupan seekor burung merak. Gerakannya diambil dari tingkah laku merak jantan ketika ingin
menarik perhatian betinanya.[5]
Dalam perkembangannya, tari merak ini mengalami beberapa kali perubahan dari gerakan asli
yang diciptakan oleh Raden Tjetje Somantri dengan koreografi dari Dra. Irawati Durban Arjon.
Kemudian, pada tahun 1985 gerakan tari merak kembali direvisi.[6]
Tarian ini biasanya ditarikan berpasangan, biasanya tiga penari atau bisa juga lebih yang masing-
masing memiliki fungsi sebagai wanita dan laki-lakinya.[2] Iringan lagu gendingnya yaitu lagu
Macan Ucul. Dalam adegan gerakan tertentu terkadang waditra bonang dipukul di
bagian kayunya yang sangat keras sampai terdengar kencang, itu merupakan bagian gerakan
sepasang merak yang sedang bermesraan.[2]
Tari Merak biasanya ditampilkan sebagai penyambutan tamu, persembahan, edukasi, maupun
sebagai sarana untuk memperkenalkan budaya Indonesia dalam lingkup global.
Ciri Khas
Dalam setiap tarian pasti memiliki ciri khas yang membedakan antara tarian satu dengan yang
lainnya serta menjadi penanda kelebihan dan keunikan tarian tersebut. Pun tari merak ini
memiliki beberapa ciri yang langsung dapat dikenali, diantaranya:
1. Motif Busana (Kostum) yang dikenakan penari menyerupai motif bulu merak,
menggambarkan bentuk dan keindahan bulu tersebut. Kain dan bajunya menggambarkan
bentuk dan warna bulu-bulu merak; hijau biru dan/atau hitam.[2] Ditambah lagi
sepasang sayapnya yang melukiskan sayap atau ekor merak yang sedang dikembangkan.
Gambaran merak akan jelas dengan memakai mahkota yang dipasang di kepala setiap
penarinya. [2]
2. Gerakan dalam tari merak mendemonstrasikan tingkah laku merak jantan yang sedang
mencari perhatian betinanya dengan gerakan yang gemulai.