Anda di halaman 1dari 26

PENGARUH MENYUSUI TERHADAP PERCEPATAN

PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU

POST PARTUM HARI PERTAMA DAN KEDUA DI

RUANGAN KEBIDANAN RSUD LABUANG BAJI

MAKASSAR

WULAN RAHANSERANG
120511807

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN ( STIK )
FAMIKA MAKASSAR
2021

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) memperkirakan angka

kematian ibu di seluruh Dunia 216/100.000 KH, diantaranya Negara

Eropa 16/100.000 KH, Argenia 542/100.000 KH juta jiwa setiap

tahun. Sedangkan di Asia memperkirakan angka kematian ibu

164/100.000 KH, diantaranya negara indonesia 126/100.000 KH,

Sri Langka berjumlah 20/100.000 KH juta jiwa setiap tahun.

Kejadian kematian ibu sebagian besar terdapat di negara

berkembang yaitu sebesar 98% - 99% dimana kematian ibu di

negara berkembang 100% lebih tinggi dibandingkan dengan

negara maju. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi,

bahkan jumlah perempuan Indonesia yang meninggal saat

melahirkan mencapai rekor tertinggi di Asia (WHO, 2018).

Menurut Depkes tahun 2014, Kementerian Kesehatan telah

melakukan berbagai upaya percepatan penurunan AKI dan AKB

antara lain mulai tahun 2015 meluncurkan Bantuan Operasional

Kesehatan (BOK) ke Puskesmas di Kabupaten/ Kota yang

difokuskan pada kegiatan preventif dan promotif dalam program

Kesehatan Ibu dan Anak. Penyebab kematian ibu di Indonesia

meliputi penyebab obstetri langsung yaitu perdarahan (28%),

preeklamsi/eklamsi (24%), infeksi (11%), sedangkan penyebab

2
tidak langsung adalah trauma obstetri (5%) dan lain –lain (11%).

Perdarahan yang menyebabkan kematian ibu diantaranya adalah

perdarahan nifas sekitar 26,9% (Depkes, 2017).

Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)

penurunanan AKI di Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai

dengan 2007, yaitu mencapai 390 menjadi 228. Namun demikian,

SDKI tahun 2012 menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan

yaitu mencapai 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup, AKI

kembali menunjukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu per

100.000 kelahiran hidup berdasarkan survei penduduk antar

sensus (SUPAS) 2015 (SDKI, 2015).

Dalam masa nifas alat-alat genetalia internal maupun

eksternal akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan

sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genital dalam

keseluruhannya disebut involusi. Salah satu komponen involusio

adalah penurunan fundus uteri. Di samping involusi, terjadi juga

perubahanperubahan penting yakni laktasi dan gangguan laktasi

merupakan salah satu penyebab penurunan fundus uteri terganggu

(Wiknjosastro, 2017).

Prevalansi kejadian perdarahan post partum terus meningkat

seiring perkembangan zaman. Kejadian tersebut dipengaruhi oleh

beberapa faktor, salah satunya yaitu subinvolusi. Involusi

merupakan keadaan dimana uterus yang mengecil oleh kontraksi

3
rahim dimana berat rahim dari 1.000 gram saat setelah bersalin

menjadi 40-60 gram, 6 minggu kemudian (Rustam Mochtar, 2018).

Pelayanan nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar

pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga

kesehatan. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan

yang terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas

terjadi 24 jam pertama. Masa neonatus merupakan masa krisis dari

kehidupan bayi, dua pertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu

setelah persalinan dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi dalam

waktu 7 hari setelah lahir (Heryani, 2017)

Inisiasi menyusu dini adalah proses bayi menyusu segera

setelah dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari puting susu

ibunya sendri (tidak disodorkan ke puting susu). Inisiasi menyusui

dini akan sangat membantu dalam keberlangsungan pemberian

ASI ekslusif (ASI aja) dan lama menyusui, dengan demikian bayi

akan terpenuhi kebutuhannya hingga usia 2 tahun, dan mencegah

anak kurang gizi (Maryunani, 2018).

Inisiasi menyusu dini merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi involusi uterus karena saat menyusui terjadi

rangsangan dan dikeluarkannya hormon antara lain oksitosin yang

berfungsi selain merangsang kontraksi otototot polos payudara,

juga menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus. Hal

ini akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan

4
berkurangnya suplai darah ke uterus (Wulandari, 2018). Pemberian

ASI awal sangat dianjurkan karena beberapa alasan. Asi yang

keluar pertama kali sangat bergizi dan mengandung antibodi yang

dapat melindungi bayi baru lahir dari penyakit. Menyusui seawal

mungkin mempengaruhi kesehatan ibu baru melahirkan yaitu

dengan menimbulkan retraksi uterus yang membantu mengurangi

kehilangan darah setelah melahirkan (Depkes, 2014).

Setelah partus pengaruh tekanan dari estrogen dan

progesteron terhadap hipofise hilang sehingga timbul pengaruh

hormon. Hormon hipofise antara lain LH (Lactogenic Hormon),

pengaruh oksitoksin mengakibatkan mioepitelium kelenjar-kelenjar

susu berkontraksi, sehingga pengeluaran ASI dilaksanakan. Selain

pengaruh hormonal di atas, salah satu rangsangan terbaik untuk

mengeluarkan air susu adalah dengan menyusui bayi itu sendiri

dan rangsangan isapan (Sarwono, 2017 ).

Berdasarkan uraian di atas calon peneliti berkeinginan untuk

meneliti dengan judul “Pengaruh menyusui terhadap percepatan

penurunan tinggi fundus uteri pada ibu post partum hari

pertama dan kedua di ruangan kebidanan RSUD Labuang baji

Makassar “

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latarbelakang di atas, maka Dapat

dirumuskan pertanyaan peneliti “Pengaruh menyusui terhadap

5
percepatan penurunan tinggi fundus uteri pada ibu post partum hari

pertama dan kedua di ruangan kebidanan RSUD Labuang baji

Makassar ..?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah ada Pengaruh menyusui terhadap

percepatan penurunan tinggi fundus uteri pada ibu post partum

2. Tujuan Khusus

a. Mengindentifikasi percepatan penurunan tinggi fundus uteri

pada ibu post partum hari pertama

b. Mengindentifikasi percepatan penurunan tinggi fundus uteri

pada ibu post partum hari kedua

c. Menganalisis Pengaruh menyusui terhadap percepatan

penurunan tinggi fundus uteri pada ibu post partum

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam ilmu

keperawatan Maternitas dalam memberikan pengetahuan

kepada ibu terkait dengan menyusui terhadap percepatan

penurunan tinggi fundus uteri pada ibu post partum

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat Bagi Peneliti

6
hasil penelitian ini dapat menjadi pengalaman yang

berharga bagi peneliti khususnya dalam peningkatan

wawasan dalam bidang penelitian serta menambah

pengetahuan tentang hal-hal yang menyangkut keilmuan

bidang maternitas dan fungsi menyusui dini untuk

menurunkan tinggi fundus uteri

b. Manfaat Bagi Responden

diharapkan mampu mengetahui dan menambah

pengetahuan ibu tentang menyusui dapat Mempercepat

penurunan tinggi fundus uteri pada ibu post partum

c. Manfaat Bagi Instansi

dapat digunakan sebagai acuan serta masukan bagi

Rumah sakit untuk meningkatkan dan mengetahui

tentang menyusui dapat Mempercepat penurunan tinggi

fundus uteri pada ibu post partum

d. Manfaat Bagi Institusi

penelitian ini dapat memberikan informasi dalam ilmu

bidang keperawatan maternitas dengan menambah

kepustakaan di bidang ilmu keperawatan

7
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan Umum Tentang Menyusui

1. Pengertian

Inisiasi menyusui dini atau disingkat sebagai IMD

merupakan program yang sedang gencar dianjurkan

pemerintah. Menyusu dan bukan menyusui merupakan

gambaran bahwa IMD bukan program ibu menyusui bayi,tetapi

bayi yang harus aktif menemukan sendiri puting susu ibu.

Program ini dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi

yang baru lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi ini

merayap dan menemukan puting susu ib untuk menyusu. IMD

harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda

dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga

tidak boleh dibersihkan, hanya dikeringkan kecuali tangannya.

Proses ini harus berlangsung skin to skin antara bayi dan ibu

(Maryunani, 2017).

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dalam isitilah asing sering

disebut early initiation adalah memberi kesempatan pada bayi

baru lahir untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam

pertama kelahirannya. Inisiasi Menyusui Dini adalah pemberian

air susu ibu dimulai sedini mungkin segera setelah bayi lahir,

setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap di dada ibu

8
dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Biarkan kontak kulit

bayi ke kulit ibu menetap selama setidaknya 1 jam bahkan lebih

sampai bayi dapat menyusu sendiri (Roesli,2008).

2. Manfaat Menyusui

Menyusui merupakan salah satu faktor yang mendukung untuk

terjadinya proses involusi uteri, karena dengan memeberikan

ASI segera setelah bayi lahir memberikan efek kontraksi pada

otot polos uterus. Prolaktin bertanggung jawab dalam memulai

produksi ASI, namun penyampaian ASI ke bayi dan

pemeliharaan laktasi bergantung pada stimulasi mekanis pada

puting susu. Stimulasi Isapan bayi adalah stimulasi utama

pengeluaran ASI dan reflek ini dapat dikondisikan

Inisiasi menyusu dini bermanfaat bagi ibu dan bayi baik secara

fisiologis maupun psikologis yaitu sebagai berikut:

a) Manfaat Untuk Ibu

Sentuhan dan hisapan payudara ibu mendorong

keluarnya oksitoksin. Oksitoksin menyebabkan kontraksi

pada uterus sehingga membantu keluarnya plasenta dan

mencegah perdarahan. Oksitoksin juga menstimulasi

hormon-hormon lain yang menyebabkan ibu merasa

aman dan nyaman, sehingga ASI keluar dengan lancar.

b) Manfaat Untuk Bayi

1) Mempertahankan suhu bayi tetap hangat

9
2) Menenangkan ibu dan bayi serta meregulasi

pernafasan dan detak jantung

3) Kolonisasi bakiterial dikulit dan usus bayi dengan

bakteri badan ibu yang normal (bakteri yang

berbahaya dan menjadikan tempat yang baik bagi

bakteri yang menguntungkan) dan mempercepat

pengeluaran kolostrum sebagai antibody bayi

4) Mengurangi bayi menangis sehingga mengurangi

stres dan tenaga yang dipakai bayi

5) Memungkinkan bayi untuk menemukan sendiri

payudara ibu untuk mulai menyusu

6) Mengatur tingkat kadar gula dalam darah, dan

biokimia lain dalam tubuh bayi

7) Mempercepatnya keluarnya meconium (kotoran

bayi berwarna hijau agak kehitaman yang pertama

keluar dari bayi karena meminum air ketuban)

8) Bayi akan terlatih motoriknya saat menyusu,

sehingga mengurangi kesulitan menyusui

9) Membantu perkembangan persarafan

bayi,(nervous system)

10)Memperoleh kolostrum yang sangat bermanfaat

bagi sistem kekebalan bayi

10
11)Mencegah trelewatnya puncak “refleks mengisap”

pada bayi yang terjadi 20-30 menit setelah lahir.

Jika bayi tidak disusui, reflek akan berkurang

cepat, dan hanya akan muncul kembali dalam

kadar secukupnya 40 jam kemudian.

c) Manfaat secara psikologis

Adanya ikatan emosi (emotional bonding) :

1) Hubungan ibu dan bayi lebih erat dan penuh kasi

sayang

2) Ibu merasa lebih bahagia

3) Bayi lebih jarang menangis

4) Ibu berprilaku lebih peka (affectionately)

Perkembangan : anak menunjukkan uji kepintaran

yang lebih baik dikemudian hari (Maryunani, 2017).

3. Lima Tahapan Menyusui

a) Dalam 30-45 Menit Pertama, bayi akan diam dalam

keadaan siaga. Sesekali matanya membuka lebar dan

melihat ke ibunya. Masa ini merupakan penyesuaian

peralihan dari kedaan dalam kandungan keluar

kandungan dan merupakan dasar pertumbuhan rasa

aman bayi terhadap lingkungannya. Hal ini juga akan

meningkatkan rasa percaya diri ibu akan kemampuan

menyusui dan mendidik anaknya. Demikian pula halnya

11
dengan ayah, dengan melihat bayi dan istrinya dalam

suasana menyenangkan ini, akan tertanam rasa percaya

diri ayah untuk membantu keberhasilan membantu ibu

menyusui dan mendidik anaknya.

b) Antara 45-60 menit, bayi akan menggerakkan mulutnya

seperti mau minum, mencium, kadang mengeluarkan

suara, dan menjilat tangannya. Bayi akan mencium dan

merasakan cairan ketuban yang ada ditangannya. Bau

ini sama dengan bau cairan yang dikeluarkan payudara

ibu dan bau serta rasa ini yang akan membimbing bayi

untuk menemukan payudara dan puting susu ibu. Itulah

sebabnya tidak dianjurkan mengeringkan ke 2 tangan

bayi pada saat bayi baru lahir.

c) Mengeluarkan liur,saat bayi siap menyadari ada

makanan disekitarnya, bayi mulai mengeluarkan liur

d) Bayi mulai bergerak ke arah payudara, areola payudara

akan menjadi sasarannya dengan kaki bergerak

menekan perut ibu. Bayi akan menjilat kulit ibu,

menghentakkan kepala kedada ibu, menoleh kekanan

dan kekiri, serta menyentuh dan meremas daerah puting

susu dan sekitranya dengan tangannya

12
e) Menyusu,akhirnya bayi menemukan, menjilat, mengulum

puting, membuka mulut lebar-lebar, dan melekat dengan

baik serta mulai menyusu (Maryunani, 2012).

B. Tinjauan Umum Tentang Ibu Post Partum

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya

placenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil

dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau

40 hari. Periode postnatal adalah waktu penyerahan dari selaput

dan placenta (menandai akhir dari periode intrapartum) menjadi

kembali kesaluran reproduktif wanita pada masa sebelum hamil.

Periode ini juga disebut puerperium (Walyani, 2017)

Masa nifas atau pueperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya

placenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan

pasca persalinan harus terselenggara pada masa itu untuk

memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya

pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit

yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI,

cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu

(Heryani, 2017).

1. Tahapan Masa Nifas

Nifas dibagi dalam tiga periode, yaitu :

a) Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah

diperbolehkan berdiri dan berjalan, dalam agama

13
islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah

40 hari.

b) Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh

alat-alat genital yang lamanya 6-8 minggu

c) Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan

untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila

selama hamil atau waktu persalinan mempunyai

komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna mungkin

beberapa minggu, bulan, atau tahun (Wulandari,

2018).

2. Perubahan Fisik Masa Nifas

a) Rasa kram dan mules dibagian bawah perut aki

b) bat penciutan rahim (involusi)

c) Keluarnya sisa-siasa darah dari vagina (lochea)

d) Pembentukan ASI sehingga payudsara membesar

e) Kesulitan buang air besar (BAB) dan (BAK)

f) Gangguan otot (betis, dada, perut, panggul, dan

bokong )

g) Perlukan jalan lahir (lecet atau jahitan)

C. Tinjauan Umum Tentang Penurunan Tinggi Fundus pada Ibu

Post partum

Dalam masa nifas alat-alat genetalia internal maupun eksternal

akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum

hamil. Perubahan-perubahan alat genital dalam keseluruhannya

14
disebut involusi. Salah satu komponen involusio adalah penurunan

fundus uteri. (Wiknjosastro, 2017).

Setelah partus pengaruh tekanan dari estrogen dan progesteron

terhadap hipofise hilang sehingga timbul pengaruh hormon.

Hormon hipofise antara lain LH (Lactogenic Hormon), pengaruh

oksitoksin mengakibatkan mioepitelium kelenjar-kelenjar susu

berkontraksi, sehingga pengeluaran ASI dilaksanakan. Selain

pengaruh hormonal di atas, salah satu rangsangan terbaik untuk

mengeluarkan air susu adalah dengan menyusui bayi itu sendiri

dan rangsangan isapan (Sarwono 2017: 240).

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh adenohipofise

rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutkan ke

neurohipofise (hipofise posterior) yang kemudian akan

mengeluarkan oksitoksin. Melalui aliran darah, hormon ini diangkut

menuju uterus yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus

sehingga terjadi involusi dari organ tersebut (Ningsih, 2005 : 8).

Namun dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemukan ibu-ibu

yang tidak menyusui bayinya hal tersebut dipengaruhi oleh

berbagai faktor, misalnya faktor internal ibu seperti terjadinya

bendungan ASI yang mengakibatkan ibu merasa sakit sewaktu

bayinya menyusu, kelainan pada putting susu, adanya penyakit

tertentu ataupun bayi dalam keadaan sakit, selain faktor di atas

sebagian ibu tidak mau menyusui terutama pada ibu primigravida

15
karena beranggapan bahwa dengan menyusui akan merubah buah

dada dan akan susah menurunkan BB (Anton Baskoro, 2018 :

78)

Menyusui merupakan salah satu faktor pendukung yang

berperan penting untuk memperbaiki involusi uterus, karena

dengan menyusui merangsang hormon oksitoksin yang

menyebabkan kontrasksi sehingga terjadi involusi uterus. Salah

satu keuntungan dari menyusui bagi ibu menyebabkan uterus

berkontraksi sehingga pengembalian uterus ke keadaan fisiologis

lebih cepat, namun menyusui itu sendiri juga dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Selain itu menyusui juga mempunyai manfaat

yang besar baik bagi bayi maupun ibu, namun kita masih

menemukan ibu-ibu yang tidak mau menyusui bayinya hal tersebut

dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya faktor internal ibu seperti

terjadi bendungan ASI, kelainan pada puting susu maupun adanya

penyakit tertentu. Selain faktor di atas sebagian ibu tidak mau

menyusui terutama pada ibu primigravida karena beranggapan

bahwa dengan menyusui akan merubah buah dada dan akan

susah menurunkan berat badan.

16
BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Kerangka Konsep Penelitian

Menyusui dalam isitilah asing sering disebut early initiation

adalah memberi kesempatan pada bayi baru lahir untuk menyusu

sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya. Inisiasi

Menyusui Dini adalah pemberian air susu ibu dimulai sedini

mungkin segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong,

letakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi melekat pada

kulit ibu

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya

placenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil

dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau

40 hari.

Dalam masa nifas alat-alat genetalia internal maupun

eksternal akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan

sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genital dalam

keseluruhannya disebut involusi. Salah satu komponen involusio

adalah penurunan fundus uteri.

17
Penurunan Tinggi Fundus Uteri

Menyusui

Keterangan
:
: Variabel independent

: Variabel dependent

: Penghubung Antar Variabel

B. Variabel Penelitian Dan Defenisi Operasional


1. Variabel Penelitian

Variabel Yang Diteliti adalah penurunan Tinggi Fundus Uteri

2. Defenisi Operasional

Penurunan Fundus Uteri adalah fase nifas dimana

terjadi involusio dari uteri yang disebabkan oleh pemberian

laktasi dini pada bayi

Kriteria Objektif:

Baik : Jika skor responden menjawab > 5

Kurang : jika skor responden menjawab <5

3. Menyusui adalah tindakan/ dorongan ibu dalam memberikan

ASI untuk memberikan proses pertumbuhan bagi bayi dan

recovery bagi ibu.

18
C. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Alternative (Ha) ada Pengaruh menyusui terhadap

percepatan penurunan tinggi fundus uteri pada ibu post

partum

2. Hipotesis Nol (Ho)

Tidak ada Pengaruh menyusui terhadap percepatan

penurunan tinggi fundus uteri pada ibu post partum

19
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian observasional dengan rancangan penelitian analitik

melalui pendekatan Cross-Sectional Study yang bertujuan untuk

mengetahui Pengaruh menyusui terhadap percepatan penurunan

tinggi fundus uteri pada ibu post partum hari pertama dan kedua

B. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah Semua ibu post partum

di Ruangan Kebidanan RSUD Labuang Baji Makassar

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu post partum hari

pertama dan kedua di ruangan kebidanan RSUD Labuang

Baji Makassar dengan teknik sampling “Aksidental Sampling”

yaitu pengambilan sampel kebetulan bertemu.

a. Kriteria Inklusi

1) Ibu post partum yang ada ditempat saat

penelitian berlangsung

2) Lansia yang bersedia menjadi responden

3) Ibu post partum hari pertama dan kedua

b. Kriteria Eksklusi

20
1) Ibu post partum yang tidak ada ditempat saat

penelitian berlangsung

2) Ibu post partum yang tidak bersedia menjadi

responden

3) Ibu post partum yang sudah lebh dari dua hari

C. Pengumpulan Data

1. Instrumen Pengumpulan Data

Instrument yang digunakan dalam penelitian adalah

kuesoner sebagai instrument pengumpulan data yang

dikembangkan dengan berdasarkan referensi dan literatur

menyusui terhadap percepatan penurunan tinggi fundus

uteri pada ibu post partum hari pertama dan kedua

penilaian variable percepatan penurunan tinggi fundus uteri

melalui pernyataan sebanyak 10 nomor dengan pengukuran

skala gutmen berdasarkan jawaban dengan skor 0, bernilai

tidak dan skor 1, bernilai ya Penilaian responden baik jika

responden menjawab >5 dan dikatakan kurang jika nilai

atau jawaban responden < 5

2. Lokasi dan waktu penelitian

a. Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di ruangan kebidanan

RSUD Labuang Baji Makassar

21
b. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan dari 10 februari-10 Maret

2022

3. Prosedur Pengumpulan Data

a. Data Primer

Data yang diambil secara langsung dari responden/

dengan mengunakan instrument penelitian yaitu

kuesoner untuk penilaian atau pengukuran untuk melihat

dan menilai penurunan tinggi fundus uteri

b. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari peneliti melalui dokumentasi

pada saat penelitian

4. pengolahan Data Dan Analisa Data

a. Pengolahan Data

Adapun pengolahan data melalui tahap sebagai berikut :

1) Data diambil atau diedit kembali serta dikoreksi untuk

melengkapi data yang mungkin masih kurang atau

tiidak lengkap

2) Data yang dikoding atau diberikan kode-kode pada

option- option yang sudah lengkap untuk

memudahkan dalam proses analisa data

3) Data ditabulasi atau dikelompokan dalam bentuk tabel

kemudian dilanjutkan dengan analisa data

22
b. Analisa Data

1) Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan dalam tiap variabel dari

hasil penelitian. Analisa ini menghasilkan frekuensi

dan presentase dari setiap variabel yang diteliti

2) Analisa Bivariat

Analisa bavariat dilakukan untuk melihat Analisa

bivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel

independent dengan dependent dalam bentuk

tabulasi silang antara kedua variebal tersebut.

Menggunakan uji statistik Chi-Square dengan tingkat

kemaknaan 5 %.

0  E
2

x 2
 
E

Keterangan :

x 2 : Chi-square 0 : nilai observasi

E : nilai yang diharapkan ∑ : jumlah data

Penilaian :

a)
Apabila X² hitung > dari X² tabel, H0 ditolak

atau Ha diterima, artinya ada hubungan variabel

independen terhadap variabel dependen.


b)
Apabila X² hitung < dari X² tabel, H0 diterima

atau Ha ditolak, artinya tidak ada hubungan

23
variabel independen terhadap variabel

dependen.

A. Etika Peneitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti mendapat perlu

adanya rekomendasi dri institusinya aatas pihak dengan

mengajukan permohonan izin kepada institusi atau lembaga

tempat penelitian setelah mendapat persetujuan barulah

melakukan peneltian dengan menekankan masalah etika yang

meliputi :

1. Informen Concent ( Lembar Persetujuan)

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden

yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi disertai judul

penelitian. Bila subjek menolak, maka peneliti tidak akan

memaksakan kehendak dan tetap menghormati hak-hak

subjek

2. Anonymity( Tanpa nama )

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut

diberikan kode,

3. Confodentiality ( kerahasiaan)

24
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan

hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai

hasil peneliti.

25
DAFTAR PUSTAKA

Baskoro, A. 2018. ASI Panduan Praktis Ibu Menyusui. Yogyakarta : Banyu


Media.

Depkes, 2014. Pemberian Asi awal. Jakarta: Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan.
Heryani, R. 2017. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui. Jakarta: CV
Trans Info Media
Maryunani, A. 2018. Inisiasi Menyusu Dini, ASI Eklusif dan Manajemen
Laktasi. Jakarta: CV Trans Info Media.

Mochtar, R. 2018. Sinopsis Obstetri Jilid 5. Jakarta : EGC

Sarwono. (2017). Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan


Bina Pustaka Sarwono: Jakarta
Roesli, U. 2018. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eklusif. Jakarta: Pustaka
Bunda.
Walyani, E. S. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Winkjosastro. (2017). Ilmu Kebidanan. Edisi 7. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo: Jakarta
Wulandari, A. S, dan Sulistyoningtyas S. 2017. Jurnal Hubungan Umur Ibu
dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan Involusi Uterus di RSU PKU
Muhammadiyah Bantul. Skripsi. Universitas Aisyiyah. 5(1): 1-3.
Wulandari, S. R, dan Handayani S. 2018. Asuhan Kebidanan Ibu Masa
Nifas. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

26

Anda mungkin juga menyukai