Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN

KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT


(PROGRAM KEMITRAAN MASYARAKAY)

PENINGKATAN KEMANDIRIAN KADER KESEHATAN DALAM MELAKUKAN


UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DBD MELALUI PELATIHAN JURU PEMANTAU
JENTIK (JUMANTIK) DI KELURAHAN WONOREJO, KECAMATAN
GONDANGREJO, KABUPATEN KARANGANYAR, JAWA TENGAH.

Oleh

Wiwik Setyaningsih, SKM., M Kes. NIDN : 4015017001


Dodiet Aditya Setyawan, SKM.,MPH. NIDN : 4012017401

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
JURUSAN TERAPI WICARA
TAHUN 2020

i
Halaman Pengesahan
Laporan Program Kemitraan Masyarakat

1. Judul PKM : Peningkatan Kemandirian Kader Kesehatan dalam


Melakukan Upaya Pencegahan Penyakit DBD
melalui Pelatihan Jumantik di Kelurahan
Wonorejo, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten
Karanganyar, Jawa Tengah.
2. Nama Mitra Program PKM (1) : Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Gondangrejo,
Karangnyar, Jawa Tengah.
Nama Mitra Program PKM (2) : Kader Kesehatan di Posyandu
3. Ketua Tim Pengusul
Nama : Wiwik Setyaningsih, SKM.,M.Kes.
NIDM : 4015017001
Jabatan : Dosen /Lektor
Jurusan/Prodi : Terapi Wicara
Poltekkes Kemenkes : Surakarta
Bidang keahlian : Kesehatan Masyarakat
Alamat kantor/telp/fax : Jl Letjend Sutoyo Mojosongo Solo
0271. 853006 / 857008
4. Anggota Tim Pengusul
Jumlah anggota : Dosen 1 orang, Bidan Desa 1 Orang
Nama anggota I/bidang keahlian : Dodiet Aditya Setyawan, SKM.,MPH (Dosen)
Nama Anggota II/bidang keahlian : Tri Setyawati, AMd.Keb. (Bidan)
Jumlah mahasiswa yang terlibat : 4 orang
Alamat kantor/telp/fax : Jl Letjend Sutoyo Mojosongo Solo
0271. 853006 / 857008
5. Lokasi Kegiatan/ Mitra (1)
Wilayah mitra (desa/kec) : Kel. Wonorejo (Perum Bumi Wonorejo Indah)
Kab / kota : Karanganyar
Propinsi : Jawa Tengah
Jarak PT ke lokasi mitra I (km) : 4 km
Alamat kantor/telp : Kantor Kel Wonorejo, Gondangrejo, Karanganyar.

6. Lokasi Kegiatan / Mitra (2) :


Wilayah mitra (desa/kec) : Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Gondangrejo,
Kab / kota : Karanganyar
Propinsi : Jawa Tengah
Jarak PT ke lokasi mitra I (km) : 10 km
Alamat kantor/telp : Kantor Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar,
Jawa Tengah

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ………………………………………………………………… i


Halaman Pengesahan ………………………………………………………………… ii
Daftar Isi ………………………………………………………………….. iv
Intisari …………………………………………………………………. v
BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………… 1
BAB II. SOLUSI PERMASALAHAN……………………………………….. 6
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………
BAB IV. METODOLOGI PELAKSANAAN………………………………. 7
BAB V. MANFAAT KEGIATAN……..…………………………………… 8
BAB VI. BIAYA KEGIATAN DAN PELAKSANAAN KEGIATAN…… 9
BAB VII. KESIMPULAN............................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
INTISARI

Demam berdarah telah menjadi penyakit endemik di Indonesia sejak tahun 1968. Sejak
itu, penyakit ini menjadi salah satu masalah utama di Indonesia, dengan penyebaran dan jumlah
penderita yang cenderung meningkat setiap tahun. Sepanjang 2017, diketahui ada sekitar 59.000
kasus demam berdarah di seluruh Indonesia, dengan lebih dari 400 kasus di antaranya berakhir
dengan kematian. Karena jumlah penduduknya yang juga banyak, Provinsi Jawa Tengah dan
Jawa Timur, menyumbang kasus DBD terbanyak untuk tahun 2017, yaitu lebih dari 7000 kasus di
masing-masing provinsi.
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini menyerang
semua orang dan dapat mengakibatkan kematian terutama pada anak, serta sering menimbulkan
kejadian luar biasa atau wabah. Di Indonesia sampai saat ini penyakit DBD masih merupakan
masalah kesehatan dan di Provinsi Jawa Tengah DBD merupakan permasalahan serius dengan
angka kesakitan/Incidence Rate (IR) tahun 2011 mencapai 15,27/100.000 penduduk namun
secara nasional IR menurun.
Permasalahan yang muncul pada kegiatan PKM di wilayah kel Wonorejo kecamatan
Gondangrejo antara lain sebagai berikut: masih terdapatnya kejadian DBD di wilayah tersebut,
mengidentifikasi apakah tim jumantik yang ada ditiap tiap RT aktif, penyakit DBD memiliki
resiko angka kematian yang tinggi di Kab Karanganyar, belum ada upaya dari masyarakat yang
maksimal untuk menurunkan angka kejadian DBD, memberdayakan masyarakat untuk aktif lagi
menjadi tim jumantik.
Solusi: permasalahan yang muncul akan diselesaikan dengan beberapa kegiatan yaitu:
membentuk dan mengaktifkan lagi tim jumantik tiap RT, melatih tim jumantik dan masyarakat
tentang peran dan fungsinya, meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kader kesehatan dan
masyarakat tentang penanganan, pencegahan DBD
Indikator keberhasilan dari kegiatan ini dalam melakukan upaya pencegahan penyakit
DBD melalui pelatihan Jumantik di kel Wonorejo Kec Gondangrejo Karanganyar, dalam
penanganan DBD adalah sebagai berikut : pengetahuan dan ketrampilan kader kesehatan,
masyarakat tentang jumantik meningkat, kader bisa memberikan hasil pelatihan kader ini kepada
masyarakat tentang bagaimana penanganan DBD melalui kegiatan pemantauan jentik, masyarakat
sehat dan derajad kesehatan meningkat, kader mengetahui cara melakukan survei jentik dan
melakukan secara rutin tiap bulan, dan cara memberikan bubuk abate beserta ukuran airnya
Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan cara bertahap pada satu hari dengan jam yang berbeda
karena pandemi cofid 19 ini. Dan kegiatan dilakukan berjalan dengan lancar di rumah warga
dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.

v
BAB I

PENDAHULUAN

Data yang dihimpun Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, demam


berdarah telah menjadi penyakit endemik di Indonesia sejak tahun 1968. Sejak itu,
penyakit ini menjadi salah satu masalah utama di Indonesia, dengan penyebaran dan
jumlah penderita yang cenderung meningkat setiap tahun. Sepanjang 2017, diketahui ada
sekitar 59.000 kasus demam berdarah di seluruh Indonesia, dengan lebih dari 400 kasus
di antaranya berakhir dengan kematian. Karena jumlah penduduknya yang juga banyak,
Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, menyumbang kasus DBD terbanyak untuk tahun
2017, yaitu lebih dari 7000 kasus di masing-masing provinsi.
Demam Berdarah Dengue di Indonesia masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat dan merupakan penyakit endemis hampir di seluruh provinsi. Dalam kurun
waktu 5 tahun terakhir jumlah kasus dan daerah terjangkit terus meningkat dan menyebar
luas serta sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa/KLB. %). Upaya pengendalian
penyakit DBD yang telah dilakukan sampai saat ini adalah memberantas nyamuk
penularnya baik terhadap nyamuk dewasa atau jentiknya karena obat dan vaksinnya
untuk membasmi virusnya belum ada. Departemen Kesehatan telah menetapkan 5
kegiatan pokok sebagai kebijakan dalam pengendalian penyakit DBD yaitu menemukan
kasus secepatnya dan mengobati sesuai protap, memutuskan mata rantai penularan
dengan pemberantasan vektor (nyamuk dewasa dan jentik-jentiknya), kemitraan dalam
wadah POKJANAL DBD (Kelompok Kerja Operasional DBD), pemberdayaan
masyarakat dalam gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN 3M Plus) dan
Peningkatan profesionalisme pelaksana program.
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan
oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini
menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian terutama pada anak, serta
sering menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah. Di Indonesia sampai saat ini
penyakit DBD masih merupakan masalah kesehatan dan di Provinsi Jawa Tengah DBD

1
merupakan permasalahan serius dengan angka kesakitan/Incidence Rate (IR) tahun 2011
mencapai 15,27/100.000 penduduk namun secara nasional IR menurun.
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah utama kesehatan
masyarakat di Indonesia dan angka kematian DBD selalu meningkat dari tahun ke tahun.
Kejadian Luar Biasa / KLB DBD terjadi setiap 5 tahun, tetapi kini semakin sering,
bahkan ada beberapa kota terjadi KLB setiap tahun. Tahun 2004, DBD menimbulkan
KLB di 12 propinsi dengan jumlah 79.462 penderita dan 957 menyebabkan kematian.
Awal tahun 2007, kembali lagi terjadi KLB di 11 propinsi. Jumlah kasus DBD 2007
sampai Juli adalah 102.175 kasus dengan jumlah kematian
Kasus DBD pada tahun 2005 di Jawa Tengah sebesar 7.144 kasus yang tersebar di
seluruh kabupaten dan kota. Diantara kasus tersebut, 181 penderita diantaranya
meninggal dunia (CFR = 2,53%) (Sohirin, 2005). Kabupaten/kota yang mempunya CFR
>2% adalah Cilacap (2,33%), Karanganyar (3,03%), Semarang (3,29%), Surakarta
(2,93%), dan Boyolali (5%) (Dinkes Jawa Tengah, 2003). Meningkatnya jumlah kasus
dan bertambahnya wilayah yang terjangkit, disebabkan makin baiknya sarana transportasi
penduduk, adanya pemukiman baru, kurangnya perilaku masyarakat menguras bak
mandi, kurangnya persediaan air bersih. Urbanisasi yang cepat dan perkembangan
pembangunan daerah pedesaan dapat mempengaruhi bionomik vektor penyebab DBD.
Keadaan itu tidak terlepas dari peningkatan penduduk yang mencapai 1,49 persen serta
degradasi kualitas fungsi lingkungan, sebagai akibat pembangunan yang tidak berpihak
pada lingkungan (Adbrite, 2007).
DBD ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypti. Tempat perindukan
nyamuk di lingkungan yang lembab, curah hujan tinggi, terdapat genangan air di dalam
maupun luar rumah. Faktor lain penyebab DBD adalah sanitasi lingkungan yang buruk,
perilaku masyarakat tidak sehat, perilaku di dalam rumah pada siang hari, dan mobilitas
penduduk. Mobilitas penduduk memegang peranan paling besar dalam penularan virus
dengue.
Tanda Gejala Penyakit ini ditunjukkan melalui munculnya demam secara tiba-
tiba, disertai sakit kepala berat, sakit pada sendi dan otot (myalgia dan arthralgia) dan
ruam; ruam demam berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang, dan biasanya mucul dulu
pada bagian bawah badan dan menyebar hingga menyelimuti hampir seluruh tubuh.

2
Selain itu, radang perut bisa juga muncul dengan kombinasi sakit di perut, rasa mual,
muntah-muntah atau diare. Penyebab demam berdarah menunjukkan demam yang lebih
tinggi, pendarahan, trombositopenia dan hemokonsentrasi. Sejumlah kecil kasus bisa
menyebabkan sindrom shock dengue yang mempunyai tingkat kematian tinggi (Siregar,
2005).
Pencegahan utama demam berdarah terletak pada menghapuskan atau mengurangi
vektor nyamuk demam berdarah yaitu Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut
dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu: 1)
Lingkungan. Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain
dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi
tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain
rumah. Sebagai contoh : menguras bak mandi / penampungan air sekurang-kurangnya
sekali seminggu, mengubur kaleng-kaleng dan ban-ban bekas, menutup dengan rapat bak
penampungan air, dan mengganti/menguras vas bunga / tempat minum burung seminggu
sekali. 2) Biologi. Yaitu berupa intervensi yang dilakukan dengan memanfaatkan
musuhmusuh (predator) nyamuk yang ada di alam seperti ikan pemakan jentik (ikan
cupang, dll), dan bakteri. 3) Kimiawi. Yaitu berupa pengendalian vektor dengan bahan
kimia, baik bahan kimia sebagai racun, bahan penghambat pertumbuhan, dan sebagai
hormon. Penggunaan bahan kimia untuk pengendalian vektor harus mempertimbangkan
kerentanan terhadap pestisida, bisa diterima masyarakat, aman terhadap manusia dan
organisme lain. Caranya adalah : a) pengasapan/fogging , b) memberi bubuk abate pada
tempat-tempat penampungan air seperti gentong, vas bunga, kolam, dan lain-lain. 4)
Terpadu. Langkah ini tidak lain merupakan aplikasi dari ketiga cara yang dilakukan
secara tepat/terpadu dan kerja sama lintas program maupun lintas sektoral dan peran serta
masyarakat. Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan
mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan “3M Plus”, yaitu menutup,
menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan
pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang
kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk,
memeriksa jentik berkala, dll sesuai dengan kondisi setempat (Ditjen P2MPL, 2000)

3
Sedangkan faktor yang dianggap dapat memicu kejadian DBD adalah : 1)
Lingkungan. Perubahan suhu, kelembaban nisbi, dan curah hujan mengakibatkan nyamuk
lebih sering bertelur sehingga vektor penular penyakit bertambah dan virus dengue
berkembang lebih ganas. Siklus perkawinan dan pertumbuhan nyamuk dari telur menjadi
larva dan nyamuk dewasa akan dipersingkat sehingga jumlah populasi akan cepat sekali
naik. Keberadaan penampungan air artifisial/ kontainer seperti bak mandi, vas bunga,
drum, kaleng bekas, dan lain-lain akan memperbanyak tempat bertelur nyamuk.
Penelitian oleh Ririh dan Anny (2005) tentang “Hubungan Kondisi Lingkungan,
Kontainer, dan Perilaku Masyarakat dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes Aegypti
di Daerah Endemis Surabaya” menunjukkan bahwa ada hubungan antara kelembaban,
tipe kontainer, dan tingkat pengetahuan masyarakat terhadap keberadaan jentik nyamuk
Aedes Aegypti. 2) Perilaku. Kurangnya perhatian sebagian masyarakat terhadap
kebersihan lingkungan tempat tinggal, sehingga terjadi genangan air yang menyebabkan
berkembangnya nyamuk. Kurang baik perilaku masyarakat terhadap PSN (mengubur,
menutup penampungan air), urbanisasi yang cepat, transportasi yang makin baik,
mobilitas manusia antar daerah, kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan
lingkungan, dan kebiasaan berada di dalam rumah pada waktu siang hari.
Sekaitan dengan latar belakang yang telah diuraikan tersebut diatas dan resiko
sebagai penyakit menular yang memberikan dampak kematian serta penyakit DBD sudah
menjadi suatu penyakit yang endemic di Indonesia, maka kegiatan PKM ini telah
dilaksanakan dengan tema Peningkatan Kemandirian Kader Kesehatan dalam melakukan
upaya pencegahan penyakit DBD melalui pelatihan Jumantik di Kelurahan Wonorejo,
Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

4
BAB II
SOLUSI PERMASALAHAN

A. Permasalahan
Permasalahan yang muncul di wilayah kecamatan Gondangrejo antara lain sebagai
berikut :
1. Masih terdapatnya kejadian DBD di wilayah kelurahan Wonorejo
2. Mengidentifikasi apakah sudah ada tim jumantik ditiap tiap RT dan apakah masih
aktif ?
3. Penyakit DBD memiliki resiko angka kematian yang tinggi di Kab Karanganyar
4. Belum ada upaya dari masyarakat yang maksimal untuk menurunkan angka
kejadian DBD
5. Memberdayakan masyarakat untuk aktif lagi menjadi tim jumantik
B. Solusi
Permasalahan yang muncul akan diselesaikan dengan beberapa kegiatan yaitu :
1. Membentuk tim jumantik tiap RT dan mengaktifkan kembali
2. Melatih tim jumantik tentang peran dan fungsinya
3. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kader kesehatan dan masyarakat
tentang penanganan, pencegahan DBD
4. Memberikan buku pedoman kepada masyarakat tentang penanganan DBD sebagai
pegangan

5
BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN

Data tentang kader kesehatan dan kondisi masyarakat didapatkan melalui survey
pendahuluan dengan cara melakukan wawancara secara langsung kepada bapak RT 01,
bidan PKD, masyarakat setempat, tokoh masyarakat, dan dari data sekunder yang
diperoleh dari kelurahan setempat. Pelaksananaan kegiatan pengabmas akan memberikan
materi dan melatih kader kesehatan dan masyarakat dengan cara memberikan penyuluhan
lagi kepada kader kesehatan dan masyarakat secara langsung tentang penatalaksanaan
dan penanganan BDB.
Indikator keberhasilan dari kegiatan ini adalah “Peningkatan dan Kemandirian Kader
Kesehatan dan masyarakat dalam melakukan upaya pencegahan penyakit DBD melalui
pelatihan Jumantik di kel Wonorejo kecamatan Gondangrejo Karanganyar, adalah
sebagai berikut:
1. Pengetahuan dan ketrampilan kader kesehatan tentang DBD dan peran jumantik
meningkat
2. Kader bisa memberikan hasil pelatihan kader ini kepada masyarakat tentang
bagaimana penanganan DBD melalui kegiatan pemantauan jentik dan bergerak secara
bersama sama
3. Masyarakat sehat dan derajad kesehatan meningkat
4. Kader dan masyarakat mengetahui cara melakukan survei jentik dan melakukan
secara rutin tiap bulan, dan cara memberikan bubuk abate beserta ukuran airnya

6
BAB IV
LUARAN DAN TARGET CAPAIAN

A. Luaran dari kegiatan ini berupa buku pedoman berisi sistem pemantauan terhadap
kejadian penyakit DBD

B. Target capaian adalah:


a. Meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan masyarakat tentang implementasi
pemantaun jentik dalam upaya menurunkan DBD meningkat
b. Derajad kesehatan masyarakat meningkat yang bisa dimonitor dari rekap laporan
penyakit yang terjadi dikelurahan Wonorejo (data sekunder bidan PKD)
c. Kejadian penyakit akibat perilaku kurangnya penatalaksanaan pemantauan jentik dapat
diminimalisir
d. Kejadian DBD menurun
e. Tim jumantik aktif dan memantau secara berkala

7
BAB V
BIAYA DAN PELAKSANAAN KEGIATAN

Biaya per kegiatan akan dijelaskan pada bagian ini. Rincian biaya secara lengkap terdapat pada
bagian lampiran. Rincian perencanaan biaya per kegiatan diuraikan sebagai berikut:

A. Kegiatan penyuluhan dan pelatihan


Kegiatan penyuluhan tentang penyakit DBD dan pelatihan Jumantik

Tabel 5.1. Rincian biaya penyuluhan dan pelatihan


Kegiatan Jumlah volume Harga satuan Total
Konsumsi 50 OK 1x 19 000 950 000
Fc materi 15 lbr 50 250 187 500
Transport petugas 2 OK 2x 100 000 400 000
Transport mhs 4 OR 1x 50 000 200 000
Kit peserta 50 OK 1 paket 1 373 087
Total 3 110 587

B. Kegiatan praktik Jumantik


Tabel 5.2. Rincian biaya pelaksanaan jumantik di masyarakat
Kegiatan Jumlah volume Harga satuan Total
Konsumsi 50 1x 19 000 950 000
Transport petgs 2 ok 1x 100 000 200 000

Total 1 150 000

C. Kegiatan evaluasi
Tabel 5.3. Rincian biaya evaluasi
Kegiatan Jumlah volume Harga satuan Total
FC proposal 20 6 250 30 000
FC laporan 55 6 250 82 500

8
Penjilidan proposl 6 1 15 000 90 000
Jilid hasil 6 1 15 000 90 000
Meterai 6000 10 6 000 60 000
Meterai 3000 10 3 000 30 000
Modul 50 6 000 300 000
Total 682 500.-

NO AGENDA KEGIATAN Bulan 8 Bulan 9 Bulan 10


I II III IV I II III IV I II III IV
1 Sosialisasi penjajagan
lahan
2 Perencanaan kegiatan
3 Penyuluhan kepada
masyarakat
4 Pendampingan
masyarakat dalam
kegiatan pemantauan
jentik
5 Evaluasi kegiatan
pemantauan jentik
6 Laporan akhir kegiatan

D. PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan PKM tentang peningkatan kemandirian kader dan masyarakat dalam melakukan
upaya pencegahan penyakit DBD di wilayah kelurahan Wonorejo ini telah dilaksanakan
dengan menerapkan Protokol Kesehatan yang ketat pada tanggal 8 Agustus 2020 mulai
jam 09.00 WIB. Kegiatan ini diikuti oleh 50 orang yang terdiri dari pengusul,
mahasiswa, kader kesehatan dan masyarakat. Kegiatan ini dilakukan diawali dengan
penjajagan lahan terlebih dahulu pada tanggal 25 Juli 2020 untuk menentukan
permasalahan yang ada di wilayah tersebut, kemudian dilakukan koordinasi dengan tokoh
masyarakat yaitu bapak RT dan RW pada tanggal 1 Agustus 2020. Dalam kegiatan ini
pengabdi mengawali kegiatan dengan cara memberikan pertanyaan atau menggali seputar
penyakit DBD, setelah itu baru dilaksanakan diskusi, curah pendapat dan peningkatan

9
pengetahuan dengan cara memberikan materi seputar DBD dan permasalahannya. Dalam
kegiatan ini juga disampaikan untuk tim Jumantik yang telah ada supaya digiatkan lagi
kegiatannya karena dengan aktifnya kembali tim ini maka akan bisa membrikan peran
yang besar dalam menurunkan kejadian DBD. Peserta juga diajarkan tentang takaran
bubuk abate yang digunakan untuk mencegah jentik yang ada di bak penampungan air
atau penampungan lainnya. Setelah selesai kegiatan maka semua pesrta telah dibagikan
sovenir atau kit beupa obat anti nyamuk spray.

10
BAB VI
PETA LOKASI DAN KESIMPULAN

A. Lokasi Kegiatan Pengabdian Masyarakat


Kegiatan ini telah dilaksanakan di wilayah kelurahan Wonorejo tepatnya di perumahan
Bumi wonorejo Indah Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar , dengan jarak
sekitar 3 sd 4 kilometer dari lokasi pengusul.

B. Kesimpulan
Hasil dari pelaksanaan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini memberikan
kesimpulan bahwa:
1. Kader Kesehatan yang telah mendapatkan pelatihan tentang Juru Pemantau Jentik
(Jumantik) menjadi lebih bersemangat dan termotivasi untuk secara aktif melakukan
tindakan pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) meleluai kegiatan
Pemantauan Jentik.
2. Pengetahuan dan ketrampilan masyarakat tentang implementasi kegiatan pemantaun
jentik dalam upaya menurunkan DBD semakin meningkat.
3. Kader Kesehatan dan Masyarakat berkomitmen untuk bersama-sama meningkakan
kewaspadaan terhadap kejadian dan penyebaran penyakit DBD dilingkungan tempat
tinggalnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan, 2006. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia

Departemen Kesehatan, 2005. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di


Indonesia

Departemen Kesehatan, 2003. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Dengue dan
Demam Berdarah Dengue

Ditjen P2PL Kemenkes RI. 2013. Informasi Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan. Jakarta. Kementerian Kesehatan. Available at:
http://pppl.depkes.go.id/berita?id=1283.

IDAI, 2014. Pedoman Diagnosis dan Tatalaksana Infeksi Dengue

Kasjono, H.S. 2011. Penyehatan Pemukiman. Gosyen Publishing. Yogyakarta.

Kementerian Kesehatan, 2011. Modul Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue
di Indonesia.

Mukono, H.J. 2008. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Ed.2. Airlangga University Press.
Surabay

Kemenkes, 2013. Pedoman Pengendalian Demam Berdarah Dengue di Indonesia.

Setyawan, D. A. 2019. Study Epidemiologi Dengan Pendekatan Analisis Spasial Temporal Pada
Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen
Tahun 2016-2018. Interest : Jurnal Ilmu Kesehatan, 8(2), 189–196.
https://doi.org/10.37341/interest.v8i2.175

WHO SEARO, 1999. Guidelines for Treatment of Dengue Fever/ Dengue Haemorrhagic Fever
in Small Hospitals.

WHO, 1997. Dengue Haemorrhagic Fever, Diagnosis, Treatment, Prevention And Control,
second edition. World Health Organization,Geneva 1997.

WHO SEARO, 2011, Comprehensive Guideline for Prevention and Control of Dengue and
Dengue Haemorrhagic Fever.

12

Anda mungkin juga menyukai