Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL LAPORAN KEGIATAN

SOSISALISASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT


DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
RAWAT INAP KEMILING KELURAHAN SUMBEREJO SEJAHTERA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2022

Disusun oleh
1. Indrawati Imron (210102106P) 16. Ririn Ariyanti (210102366P)
2. Lia Apriyani (210102205P) 17. Sri Rezeki (210102368P)
3. Lidya Ramona (210102206P0 18. Rynovfa Wendinny (210102395P)
4.Masayu Thesi D (210102213P) 19. Winda Widia Ulfah( 210102425P)
5. Nenny Suzannawati (210102221P) 20. Widia Astuti (210102428P)
6. Puspa Aria Ningrum (210102232P) 21. Atriana Yuri S (210102457P)
7. Retno Kurnia (210102237P) 22. Ewit Afrianti (210102036P)
8. Sri Indah (210102270P) 23. Juwita Novi Ardli (210102057P)
9. Anggun Citra Dewi (210102296P) 24. Yulia Susanti (210102140P)
10. Arisa Mona (210102299P) 25. Mariatina (210102211P)
11. Aulia Rahmi (210102301P) 26. Nova Fittaria (210102393P)
12. Desy Sandi (210102308P) 27. Nirmala( 210102404P)
13. Henny Aprina (210102323P) 28. Rika Oktaviani (210102466P)
14. Meiza Novalia (210102337P) 29. Indah Dwina Putri (210102467P)
15. Melisa Maulana (210102338P)

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANAN TERAPAN


UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang biasa disebut

Dengue Haemorrahagic Fever (DHF) merupakan satu dari beberapa

penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan di dunia terutama

negara berkembang. Infeksi penyakit DBD berimplikasi luas terhadap

kerugian material dan moral berupa biaya rumah sakit dan pengobatan

pasien, kehilangan produktivitas kerja bagi penderita, kehilangan

wisatawan akibat pemberitaan buruk terhadap daerah kejadian dan yang

paling fatal adalah kehilangan nyawa (Lloyd, 2003). Penyakit itu

disebabkan oleh virus dari famili Flaviridae yang ditularkan oleh serangga

(arthropod borne virus = arbovirus) (Supartha, 2008). Tingginya angka

kejadian penyakit DBD dapat menjadi indikator tingginya populasi

nyamuk Ae. aegypti di wilayah tersebut. Penularan penyakit DBD akan

terus meningkat apabila kurang efektifnya upaya pemberantasan serta

akibat tingginya kontak dengan nyamuk vektor DBD (Roche et al., 2015).

Selain itu kasus DBD terkait erat dengan buruknya sanitasi lingkungan di

daerah kejadian. Untuk mengantisipasi masalah tersebut diperlukan taktik

dan strategi yang komprehensif melalui penelusuran informasi tentang

bioekologi Ae. aegypti yang menyangkut karakter morfologi, biologi, dan

kemampuan adaptasinya terhadap lingkungan. Berdasarkan informasi

tersebut, dirumuskan suatu model pengendalian terpadu yang diharapkan

mampu mencegah penularan dan bahaya penyakit tersebut. Jirakanjanakit


et al., (2014) melaporkan beberapa cara pencegahan terpadu vektor

tersebut sebagai bagian dari kerangka konsepnya dalam program

pengendalian terpadu penyakit DBD di Amerika. Beberapa kajian dan

kegiatan yang menyangkut program tersebut adalah kajian epidemiologi

penyakit dan kajian entomologis vektor, pengelolaan lingkungan, advokasi

dan program aksi kesehatan lintas instansi, partisipasi aktif masyarakat,

pendidikan dan pelatihan petugas berkaitan dengan ilmu kesehatan dan

ilmu sosial.

Sampai sekarang belum ada vaksin untuk pencegahan penyakit

DBD dan belum ada obat-obatan khusus untuk penyembuhannya, dengan

demikian pengendalian DBD tergantung pada pemberantasan nyamuk dan

memutuskan rantai penularan yaitu dengan pengendalian vektor (Muhlisin

dan Arum, 2006), program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) salah

satunya. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dilakukan secara rutin

terlebih setiap musim jangkitan DBD, kegiatan lain yang bisa dilakukan

yaitu dengan fogging (pengasapan), abatisasi, dan pelaksanaan 3M

(menguras, menutup, dan mengubur) (Nadesul, 2007). Dari berbagai

kegiatan yang dilaksanakan Pemerintah dalam rangka pemberantasan

Demam Berdarah Dengue (DBD) hasilnya belum optimal bahkan masih

dijumpai Kejadian Luar Biasa (KLB) yang menelan korban jiwa (Nanda,

2014). Pengetahuan masyarakat di Indonesia pada umumnya relatif masih

sangat rendah, sehingga perlu dilakukan sosialisasi berulang mengenai

pencegahan DBD (Soejono, 2014). Dalam sosialisasi pencegahan DBD,

penyuluhan tentang pencegahan DBD harus sering dilakukan agar


masyarakat termotivasi untuk ikut berperan serta dalam upaya-upaya

pencegahan Demam Berdarah (DB) (Ajeng, 2014).

Profil Kesehatan Kota Bandar Lampung Tahun 2021 ini

menggambarkan situasi Derajat Kesehatan Masyarakat meliputi angka

kematian, angka kesakitan dan status gizi. Upaya Kesehatan meliputi

pelayanan kesehatan, akses dan mutu pelayanan kesehatan, perilaku hidup

masyarakat, keadaan lingkungan. Sumber Daya Kesehatan meliputi sarana

kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan di Kota Bandar

Lampung Tahun 2021. Semua informasi yang terangkum dalam dokumen

Profil Kesehatan dipergunakan dalam rangka proses perencanaan,

pemantauan dan evaluasi pencapaian pembangunan kesehatan di Kota

Bandar Lampung pada Tahun 2021

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penyusunan proposal ini yaitu bagaimanakan

sosisalisasi pencegahan dan penanggulangan penyakit demam berdarah

dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Kemiling Kelurahan

Sumberejo Bandar Lampung Tahun 2022?

C. Tujuan

1. Untuk melakukan sosisalisasi pencegahan dan penanggulangan

penyakit demam berdarah dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat

Inap Kemiling Kelurahan Sumberejo Bandar Lampung Tahun 2022

2. Untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan masyarakat mengenai

penyakit demam berdarah di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap

Kemiling Kelurahan Sumberejo Bandar Lampung Tahun 2022


D. Manfaat

1. Untuk masyarakat

Dengan di lakukan sosialisasi mengenai pencegahan dan

penanggulangan diharapkan masyarakat lebih memperhatikan

kesehatan lingkungan dan menjaga lingkungan dan menerpakan 3M

2. Bagi petugas kesehatan

Diharapkan agar petugas kesehatan mampu memberikan sosialisasi

dalam melakukan pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD.


BAB II

RENCANA KEGIATAN

1. Menentukan sasaran responden

Dalam melakukan sosialisasi ini responden yang akan dijadikan

sasaranya yaitu masyarakat yang tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas

Kemiling Kelurahan Sumberejo Sejahtera Bandar Lampung Tahun 2022

2. Penentuan prioritas masalah

Penetapkan prioritas masalah digunakan metode USG. Metode

USG menggunakan kriteria sebagai berikut: U (urgency), merupakan

mendesak atau tidaknya masalah diselesaikan (waktu);S (seuriousness),

merupakan tingkat keseriusan, yaitu dampak masalah terhadap

produktivitas, keberhasilan program dan pengaruhnya terhadap sistem; G

(growth), merupakan tingkat perkembangan; apakah masalahnya

berkembang sedemikian rupa sehingga sulit dicegah Pembobotan

dilakukan dengan menggunakan Skala Likert dengan ketentuan.

Pembobotan dilakukan dengan menggunakan Skala Likert dengan

ketentuan.

Urgensi ( U ) Keseriusan ( S ) Perkembangan ( G)


1= sangat tidak memdesak 1= sangat tidak serius 1= sangat kecil
2= kurang mendesak 2= kurang serius 2= kecil
3= mendesak 3= serius 3= sedang
4= lebih mendesak 4= lebih serius 4= besar
5= sangat mendesak 5= sangat serius 5= sangat besar

Hasil analisa metode USG untuk mendapatkan prioritas masalah dapat


dilihat pada tabel.
NO PRIORITAS MASALAH U S G SKORE RANK
1 Terdapat jumlah kejadiaan DBD pada 5 5 5 15 I
masyarakat
2 Lingkungan rumah kurang bersih masih 3 4 3 10 II
banyaknya tumpukan barang bekas dan
genangan air
4 Pembuangan sampah rumah tangga 3 3 3 9 III
yang tidak tertutup, serta penampungan
air yang tidak di tutup
Hasil dari penentuan prioritas penyebab masalah dengan metode USG,

maka prioritas penyebab masalah adalah adanya sebagian masyarakat yang

mengalami DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Kemiling Bandar Lampung.

Berdasarkan kriteria urgensi masalah ini sangat mendesak untuk diatasi

dibandingkan masalah lainnya karena akan memiliki dampak

membahayakan jika tidak segera ditanggulangi. Masyarakat yang

mengalami masalah DBD jika tidak segera di tangani akan menyebabkan

komplikasi yang serius dan menyebabkan kematian.

3. Melakukan Pemecahan Masalah

Dalam melakukan pemecahan masalah yang ada yaitu dengan memberikan

sosialisasi kepada masyarakat mengenai penanggulangan dan pencegahaan

DBD dengan selalu menerapkan 3M dan menganjurkan masyarakat untuk

menjaga kesehatan lingkungan temopat tinggal dan istirahat yang cukup.

4. Jadwal Pelaksanaan Pengabdian Masyarakat

Hari : Sabtu

Tanggal : 24 Februari, 2022

Tempat :Aula Kantor Kelurahan Sumber Rejo Sejahtera, Kemiling

Bandar Lampung

Sasaran : Masyarakat yang tinggal di Wilayaha Kerja Puskesmas

Kemiling Bandar Lampung


Jumlah peserta: 25 peserta

Topik penyuluhan: sosialisasi pencegahan dan penanggulanagan

penyakit DBD

5. Evaluasi

Kriteria evaluasi pelaksanaan program terdiri dari enam tipe utama yaitu

sebagai:

a. Efektivitas, adalah apabila suatu kebijakan yang telah dikeluarkan

pemerintah tepat pada sasaran dan tujuan yang diinginkan, keinginan

pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan supaya nilai-nilai yang

diinginkan sampai kepada publik, agar masalah-masalah yang ada

dilingkungan masyarakat dapat diatasi dengan baik. Indikator

efektifitas dapat dilihat dari:

a) tujuan dari sebuah kebijakan

b) sasaran dari sebuah kebijakan.

b. Efisiensi, adalah jumlah usaha yang diperlukan untuk menghasilkan

tingkat efektifitas yang dikehendaki, dimana didalam efisiensi dari

sebuah kebijakan melihat berapa sumber daya yang di gunakan untuk

penerapan sebuah kebijakan. Untuk efisiensi kebijakan tersebut dapat

diukur dengan indikator:

a) dari segi biaya

b) dari segi waktu

c) dari segi tenaga.


c. Kecukupan, adalah berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan

memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang menumbuhkan

adanya masalah dimana didalam suatu kebijakan terdapat alternatif apa

yang akan dilakukan bila kebijakan telah diimplementasikan. indikator

penilaiannya adalah: a) pelaksana kebijakan, b) pengawasan yang

dilakukan.

d. Pemerataan, adalah berkenaan dengan pemerataan distribusi manfaat

dari suatu kebijakan, yang dilihat dari pemerataan adalah apakah

manfaat distribusi merata kepada kelompok-kelompok yang berbeda,

dimana ada tiga unsur kelompok dari kebijakan yang harus

diperhatikan dengan indikator: a) kelompok pemerintah sebagai

pembuat kebijakan, b) kelompok swasta sebagai objek kebijakan, c)

kelompok masyarakat sebagai impak kebijakan.

e. Responsivitas, adalah berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan


dapat memuaskan kebutuhan, preferensi atau nilai kelompok-

kelompok masyarakat yang menjadi target kebijakan. Indikatornya

adalah respon masyarakat terhadap kebijakan.

f. Ketepatan, adalah berkenaan dengan pertanyaan apakah kebijakan

tersebut tepat untuk masyarakat, apakah kebi jakan yang telah

diimplementasikan pemerintah adanya antara tujuan (hasil) yang

diperoleh benar-benar bernilai dan bermanfaat. Indikatornya adalah:

ketepatan dari produk kebijakan.

Berdasarkan kriteria diatas evaluasi yang diharapkan dari program ini


yaitu masyarakat dapat lebih memperhatikan dan menerpak 3M dalam

menjaga kesehatan lingkungan dan kesehatan individu atau masyarakat

dan mencegah berkembang biak nya nyamuk yang menyebabkan penyakit

DBD dan masyarakat lebih sadar akan bahaya tersebut.


BAB III

NARASUMBER

1. Narasumber dalam penelitian

Narasumber dalam penelitian ini yaitu petugas kesehatan atau rekam

medik dari puskesmas kemiling bandar lampung yang mencatat kejadian

DBD selam atahun 2021-2022 serta masyarakat yang tinggal di wilayah

kerja Puskesmas Kemiling Bandar Lampung

BAB IV

METODE

Metode yang digunakan dalam melakukan sosisalisasi ini yaitu menggunakan

data skunder dan primer untuk mencari can mengetahui kejadian DBD yang ada

di kerja Puskesmas Kemiling Bandar Lampung kemudia di lakukan pemantauan

dan wawancara langsung kepada masyarakat yang tinggal di wilayah kerja

Puskesmas Kemiling Bandar Lampung. Dalam melakukan sosisalisasi mengenai

pencegahan dan penanggulangan DBD ini menggunakan media ceramah, dan

leaflate yang di bagikan kepada masyarakat yang mengikuti penyuluhan.


BAB V

KEPANTIAAN

Ketua :Indah Dwi Putri


Wakil ketua : Meiza
Bendahara : Desy Sandi
Sekertaris :Sri Indah
Anggota :
1. Lia Apriyani
2. Lidya Ramona
3. Masayu Thesi Defalia
4. Nenny Suzannawati
5. Retno Kurnia
6. Anggun Citra Dewi
7. Arisa Mona
8. Aulia Rahmi
9. Indrawati Imron
10. Henny Aprina
11. Puspa Aryaningrum
12. Melisa Maulana
13. Ririn Ariyanti
14. Sri Rezeki
15. Rynovfa Wendinny
16. Winda Widia Ulfah
17. Widia Astuti
18. Atriana Yuri Saputri
19. Ewit Afrianti
20. Juwita Novi Ardli
21. Yulia Susanti
22. Mariatina
23. Nova Fittaria
24. Nirmala
25. Rika Oktavia

BAB VI

RENCANA ANGGARAN BIAYA

No Jumlah (Rp) Keterangan

1 350.000 Konsumsi

2 100.000 Bener

3 50.000 Foto kopi leaflate

4 150.000 Transpotasi

5 300.000 Lain-lain

Jumlah 850.000
BAB VII

PENUTUP

1. Di Indonesia, demam berdarah bukanlah penyakit yang asing, dari tahun

ke tahun penyakit ini selalu menghantui bangsa Indonesia, dengan

bertambahnya informasi yang diberikan pada masyarakat lewat berbagai

media dan bertambahnya kegiatan pemberantasan yang semakin banyak

dan dengan cara yang bervariasi, akan menurunkan jumlah korban demam

berdarah di waktu yang akan datang.

2. Demam berdarah atau demam berdarah dengue adalah penyakit febril akut

yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip

dengan malaria. Demam berdarah disebarkan kepada manusia oleh

nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini ditunjukkan melalui munculnya

demam secara tiba-tiba, disertai sakit kepala berat, sakit pada sendi dan

ruam. Karena seringnya terjadi perdarahan dan syok maka pada penyakit

ini angka kematiannya cukup tinggi, oleh karena itu setiap Penderita yang

diduga menderita Penyakit Demam Berdarah dalam tingkat yang manapun

harus segera dibawa ke dokter atau Rumah Sakit, mengingat

sewaktuwaktu dapat mengalami syok atau kematian.

3. Agar promosi berhasil kita karus menggunakan media yang cocok untuk

target audiens. Untuk itu di perlukan penelitian terlebih dahulu sebelum

menentukan media yang akan di gunakan. Agar promosi lebih terkendali.


4. Pencegahan utama demam berdarah terletak pada menghapuskan atau

mengurangi vektor nyamuk demam berdarah. Dengan mengubur barang

bekas yang dapat menampung air, menguras tempat penampungan air dan

menimbun barang-barang bekas atau sampah. Atau kita bisa juga berburu

jentik.

5. Dengan di buat proposal ini di harapakan sosialisasi mengenai penyuluhan

dan penanggulangan penyakit DBD dapat di setujui dan di terimadengan

baik
PANITIA PELAKSANA

KETUA SEKERTARIS

(Indah Dwina Putri) (Sri Indah)


SAP PENYULUHAN PENYAKIT DBD

Topik : Sosialisasi Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit Demam

Berdarah Dengue

Tempat : Aula Kantor Kelurahan Sumber Rejo Sejahtera Kemiling Bandar

Lampung

Pukul :11.00 WIB s/d Selesai

Hari/tgl : Kamis, 24 Februari 2022

Sasaran :Masyarakat

Media : Leafflet dan LCD

Materi : Terlampir

A. Tujuan Umum : Setelah mengikuti penyuluhan ini, diharapkan masyarakat

dapat mengetahui/memahami tentang penyakit demam berdarah dengue

(DBD)

B. Tujuan Khusus : Setelah mengikuti penyuluhan ini, di harapkan

masyarakat Mangasa dapat :

1. Menyebutkan tentang pengertian penyakit DBD

2. Menyebutkan tentang penyebab penyakit DBD

3. Menyebutkan tentang tanda dan gejala penyakit DBD

4. Menyebutkan tentang pencegahan penyakit DBD

5. Menyebutkan tentang cara perawatan pada penderita penyakit DBD

C. Kegiatan Penyuluhan
Tahap Kegiatan Waktu
Pendahuluan 1. Mengucapkan salam terapeutik 5 menit
2. Menjelaskan tujuan
3. Kontrak waktu
Penyajian 1. Menyebutkan tentang pengertian penyakit DBD 40 menit
2. Menyebutkan tentang penyebab penyakit DBD
3. Menyebutkan tentang tanda dan gejala penyakit
DBD
4. Menyebutkan tentang pencegahan penyakit DBD
5. Menyebutkan tentang cara perawatan pada
penderita penyakit DBD
Penutup 1. Memberi kesempatan pada masyarakat untuk 15 menit
bertanya
2. Memberikan pertanyaan kepada audience dan
doorprize
3. Salam terapeutik
MATERI PENYULUHAN

Demam Berdarah Dengue

Demam Dengue (DD) adalah infeksi yang disebarkan oleh nyamuk yang

membuat penyakit mirip flu (flu-like illness) dan kadang dapat terjadi komplikasi

kematian yang disebut Demam Berdarah Dengue (DBD). Penyakit ini ditemukan

daerah tropis dan sub tropis, terutama pada daerah perkotaan dan area semi-urban.

Etiologi
Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah virus dengue.

Cara Penularan
Virus dengue yang ditularkan dari orang melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti betina yang merupakan faktor epidemik yang paling utama. Nyamuk
Aedes tersebut dapat menularkan virus Dengue kepada manusia baik secara
langsung yaitu setelah menggigit orang yang mengalami viremia atau tidak secara
langsung yaitu setelah mengalami masa inkubasi dalam tubuhnya selama 8-10
hari. Pada manusia diperlukan waktu 4-6 hari (intrinsic incubation period)
sebelum menjadi sakit setelah virus masuk ke dalam tubuhnya. Pada nyamuk,
sekali virus dapat masuk ke dalam tubuhnya, maka nyamuk tersebut dapat
menularkan virus selama hidupnya (infektif). Penularan dari manusia ke nyamuk
hanya dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami
viremia, yaitu dua hari sebelum panas sampai lima hari setelah demam timbul.
Seseorang yang didalam darahnya mengandung virus Dengue merupakan
sumber penularan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Nyamuk Aedes
aegypti mendapatkan Virus Dengue sewaktu menggigit atau menghisap darah
orang yang sakit DBD atau tidak sakit DBD tetapi dalam darahnya terdapat virus
Dengue (karena orang ini memiliki kekebalan terhadap virus Dengue). Orang
yang mengandung Virus Dengue tetapi tidak sakit, dapat pergi ke mana-mana dan
menularkan virus itu kepada orang lain di tempat yang ada nyamuk Aedes aegypti.
Bila orang yang ditulari itu tidak memiliki kekebalan (umumnya anak-anak), ia
akan segera menderita DBD.

Gejala Klinis dan Diagnosa


Gambaran klinis DBD sering kali tergantung pada umur penderita. Pada
bayi dan anak biasanya didapatkan demam dengan ruam makulopapular saja. Pada
orang dewasa mungkin hanya didapatkan demam ringan, atau gambaran klinis
lengkap dengan panas tinggi mendadak, sakit kepala hebat, sakit bagian belakang
kepala, nyeri otot dan sendi serta ruam. Tidak jarang ditemukan perdarahan kulit,
biasanya didapatkan leukosit rendah atau kadang-kadang trombosit rendah. Pada
waktu wabah, tidak jarang demam Dengue dapat disertai dengan perdarahan
hebat.
Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis terdiri dari
kriteria klinis dan laboratorium.

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan DBD


Untuk mencegah penyakit DBD, nyamuk penularnya (Aedes aegypti)
harus diberantas sebab vaksin untuk mencegahnya belum ada. Cara yang tepat
dalam pencegahan penyakit DBD adalah dengan pengendalian vektornya, yaitu
nyamuk Aedes aegypti.
Cara yang tepat untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti adalah
memberantas jentik-jentiknya di tempat berkembang biaknya. Cara ini dikenal
dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD (PSN-DBD). Oleh karena tempat-
tempat berkembang biaknya terdapat di rumah-rumah dan tempat-tempat umum
maka setiap keluarga harus melaksanakan PSN-DBD secara teratur sekurang-
kurangnya seminggu sekali.
Cara pengendalian ini antara lain dengan: pengasapan/fogging (dengan
menggunakan malathion dan fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan
penularan sampai batas waktu tertentu. Memberikan bubuk abate (temephos) pada
tempat-tempat penampungan air seperti gentong air, vas bunga, kolam dan lain-
lain. Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan
mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan 3M Plus, yaitu
Menutup, Menguras, Menimbun.

Cara Perawatan Penderita DBD


Beberapa upaya pertolongan awal terhadap penderita dapat dilakukan
antara lain :
1. Tirah baring (bedrest),
2. Perbanyak asupan cairan/ banyak minum sekurangnya 2 liter per hari,
3. Kompres hangat, bila demam tinggi dapat diberikan obat pereda demam
(antipiretik) seperti parasetamol.
4. Bila 2-3 hari gejala semakin memburuk seperti pasien tampak makin
lemas, muntah-muntah, gelisah atau timbul pendarahan spontan seperti
mimisan, perdarahan gusi, perdarahan saluran cerna dan lain sebagainya
diharapkan agar segera dibawa ke rumah sakit atau fasilitas pelayanan
kesehatan setempat untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
REFERENSI

1. Kemenkes RI. (2019). Kesiapsiagaan Menghadapi Peningkatan Kejadian

Demam Berdarah Dengue 2019. Jakarta : Kemenkes RI

2. Wowiling, MA , Sefti Rompas dan Michael Karundeng. Hubungan

pengetahuan dan sikap keluarga dengan pencegahan demam berdarah

dengue (DBD) di Kelurahan Mogolaing. 2014. Vol 2(2);

3. Yushananta, Prayudhy and Setiawan, Agus and Tugiyono,

Tugiyono (2020) Variasi Iklim dan Dinamika Kasus DBD di

Indonesia: Systematic Review (Climate variability and

dynamics of DHF cases in Indonesia: Systematic

Review). Jurnal Kesehatan, 11 (2). pp. 294-310.


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai