Anda di halaman 1dari 5

PREPLANNING

PEMANTAUAN JENTIK NYAMUK

Disusun Oleh:
KELOMPOK 6

1. Adada Kufiya Nusuki (20902200004)


2. Ainiatur Rohmaniah (20902200009)
3. Alya Sefia Salsabilla (20902200018)
4. Aprilliana Anastasya Sheila Rizqi (20902200029)
5. Nia Aprilia Wardani (20902200147)
6. Novita Aulia (20902200160)
7. Tsamara Fairuza (20902200221)
8. Devi Oktaviani (20902200048)
9. Lilik Retna Mukharomah (20902200107)
10. Lailatul Izza (20902200102)
11. Carmelia Dian Shafinaz (20902200041)
12. Lailatul Mukarromah (20902200103)
13. Winda Anggi Mustikarani (20902200231)
14. Monaleta Liska Kismana (20902200129)
15. Nuris Sahilatun Ni’mah (20902200165)

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
PRE PLANNING PEMANTAUAN JENTIK NYAMUK

A. Latar Belakang
Jentik nyamuk merupakan salah satu tahap dalam siklus hidup nyamuk. Keberadaan
jentik nyamuk erat kaitannya dengan angka kejadian deman berdarah dengue (DBD). DBD
merupakan penyakit pada daerah tropis dan subtropis yang disebabkan oleh virus dengue
(DEN-1, 2, 3, dan 4) melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus (Utami,
2015). Menurut WHO dalam penelitian yang dilakukan Sari (2017) kasus DBD tertinggi di
daerah Asia berada di Indonesia, Myanmar, Bangladesh, dan India. Pada tahun 2015, tercatat
terdapat sebanyak 126.675 penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia, dan 1.229 orang di
antaranya meninggal dunia. Jumlah tersebut lebih tinggi dari tahun 2014, yaitu sebanyak
100.347 penderita dan sebanyak 907 meninggal (KEMENKES, 2016). Angka kesakitan
demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia sendiri cenderung mengalami peningkatan dari
tahun 1968-2015 (KEMENKES, 2016).
Bentuk kegiatan 3M plus, yaitu: menguras dan menyikat tempat penampungan air
(TPA) (M1), menutup rapat TPA (M2), memanfaatkan/mendaur ulang barang bekas yang
dapat menampung air (M3), selain itu ditambah (plus) dengan cara lain, seperti memakai
obat anti nyamuk untuk mencegah gigitan nyamuk (Azlina, et al., 2016)
Pengetahuan tentang penyakit DBD serta pencegahannya menjadi hal yang penting
diketahui oleh masyarakat terutama dalam lingkup keluarga. Pengetahuan merupakan salah
satu domain dari perilaku kesehatan, dimana pengetahuan menjadi dasar terbentuknya
tindakan/upaya pencegahan terkait DBD (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian yang
dilakukan Sari, et al (2012) menyatakan terdapat hubungan antara pengetahuan PSN-DBD
Ibu Rumah Tangga dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti. Pendidikan keluarga
tidak semata-mata merupakan tanggung jawab Ibu. Akan tetapi, kedua orang tua (Ayah dan
Ibu) bekerjasama untuk memberikan pendidikan secara formal maupun nonformal. Peran
Ayah dalam mendidik keluarga meliputi memberi nasehat, mengingatkan, dan mengajarkan
sesuatu (Harmaini, et al., 2014). Oleh karena itu peneliti ingin mengambil subyek ayah dalam
penelitian.
Salah satu bentuk kegiatan 3M plus ialah menggunakan obat nyamuk atau antinyamuk
untuk melindungi dari gigitan nyamuk (KEMENKES, 2016). Cara ini dinilai cukup mudah
digunakan oleh masyarakat utamanya dalam rumah tangga. Sebagian besar rumah tangga
menggunakan obat anti nyamuk bakar (48,4%), diikuti oleh penggunaan kelambu (25,9%),
repelen (16,9%), insektisida (12,2%) (KEMENKES, 2013). Menurut penelitian yang
dilakukan Hadi (2013) penggunaan obat nyamuk/anti nyamuk (repellent) dapat menurunkan
keberadaan jentik. Oleh beberapa sebab diatas peneliti tertarik untuk mengambil penelitian
yang berjudul Hubungan Pengetahuan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Vektor
Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Kebiasaan Menggunakan Obat Anti Nyamuk pada
Ayah dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti .
Jumlah kasus yang terus meningkat dengan angka kematian yang cukup tinggi,
mendorong pemerintah terus berupaya melakukan pemutusan transmisi penyakit ini.
Berbagai upaya yang terus dilakukan antara lain melalui kegiatan 3M, yaitu Menjaga Jarak
(physical distancing), Menggunakan Masker, dan Mencuci tangan. Di lain sisi, penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang utama di Indonesia. DBD adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus
Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. DBD
merupakan hal yang masih harus kita antisipasi terutama saat musim penghujan. Hal ini
disebabkan oleh semakin bertambahnya tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk karena
meningkatnya curah hujan. DBD adalah salah satu penyakit dengan angka kejadian tertinggi
Jawa Tengah. Salah satu kota penyumbang jumlah paling besar adalah Kota Semarang. Dinas
Kesehatan Kota Semarang mencatat hingga Juni 2020, sudah ada 262 kasus DBD dengan 3
meninggal, dengan insidensi rate tertinggi di Kecamatan Mijen dan Tembalang (Harapan et
al., 2019; Wanti et al., 2019; Taniansyah et al., 2020; Kementrian Kesehatan, 2016; BPS
Kota Semarang, 2019; DKK Semarang, 2020).
Strategi untuk menekan kasus ini adalah melalui program Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus, yaitu: Menguras tempat penampungan air, Menutup
rapat-rapat tempat penampungan air, Mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi
untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk.dan Plus bentuk kegiatan pencegahan seperti:
Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan;
Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk; Menggunakan kelambu saat tidur;
Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk; Menanam tanaman pengusir nyamuk, Mengatur
cahaya dan ventilasi dalam rumah; Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam
rumah. Dinkes Kota Semarang juga terus berupaya menekan angka kejadian DBD melalui
penyediaan Gasurkes (Petugas Surveilans Kesehatan), meningkatkan program Sicentik
(siswa cari jentik) dan Satu Rumah Satu Jumantik, serta bekerja sama lintas sektor untuk
rutin mengadakan PJN (Pemantauan Jentik Nyamuk) secara serentak setiap seminggu sekali
(Pratamawati, 2012; Endang Puji and Ipa, 2013; Taniansyah et al., 2020).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Para warga mampu menjaga kebersihan lingkungan rumah dan juga bak mandi
setelah dilakukannya kegiatan PJN di RW 03 Bangetayu Kulon dengan pencapaian 80%.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan kegiatan PJN, warga RW 03 Bangetayu Kulon
dapat:
a. Mengetahui kebiasaan menggunakan obat anti nyamuk dengan keberadaan jentik
nyamuk Aedes aegypti di RW 03 Bangetayu Kulon
b. Melakukan pemeriksaan lanjut di RW 03 Bangetayu Kulon.
c. Melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) vektor demam berdarah dengue
(DBD) dan kebiasaan menggunakan obat anti nyamuk dengan keberadaan jentik
nyamuk Aedes aegypti Di RW 03 Bangetayu Kulon.

C. Setting Tempat

Keterangan:
1 2 1. Petugas
2. Peserta (warga)

D. Kegiatan

No Langkah- Waktu Kegiatan Kegiatan Sasaran Media


Langkah Penyuluh
1 Pendahuluan 5 Menit Pengarahan dari a. Menjawab
ketua kegiatan salam
b. Mendengarkan
c. Perkenalan
2 Proses 10 Menit Berlangsungnya a. Pemeriksaan PJN Senter
Pemeriksaan cek PJN
PJN
3 Evaluasi 5 Menit Mengevaluasi a. Memperhatikan
hasil kegiatan b. Memberi
yang telah tanggapan
dilakukan
E. Metode
Demonstrasi
F. Media & Alat
Senter
G. Rencana Evaluasi Kegiatan
1. Evaluasi Struktur
a. Tersusunnya perlengkapan Cek PJN
b. Kegiatan Cek PJN dilaksanakan pada hari Minggu.
c. Semua warga RW 03 Bangetayu Kulon.
2. Evaluasi Proses
a. Kegiatan pemeriksaaan PJN berjalan dengan lancar
b. Warga sangat antusias dengan kedatangan kita di rumah nya
3. Evaluasi Hasil
a. 80%. mahasiswa dan warga dapat mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada
di RW 03 Bangetayu Kulon
b. 85% warga antusias melakukan pengecekan PJN

Anda mungkin juga menyukai