Anda di halaman 1dari 7

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGESTI WALUYO

SATUAN ACARA PENYULUHAN INTERVENSI ”SUPLEMEN BESI DAN POLA


MAKAN SEHAT ADALAH SOLUSI TERBAIK MENGHADAPI ANEMIA SAAT
HAMIL”
PADA WANITA HAMIL

MATA KULIAH KEPERAWATAN PROMOSI KESEHATAN

Oleh:
()

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGESTI WALUYO
2023

1
1. Latar Belakang Masalah
1.1 Karakteristik Masyarakat desa
Penggolakan cepat dan baik pada komplikasi dengue juga dapat menurunkan
jumlah kematian yang terjadi pada kasus yang sangat parah, termasuk DBD.
Namun, jumlah jiwa yang akan menghisap DBD pada tahun 2020 tidak terdapat di
sini karena faktor-faktor lain seperti akses kepemasan kesehatan dan pengobatan
yang cepat. Pada tahun 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menjathkan
bahwa ada antara 100 juta hingga 400 juta infeksi dengue di dunia, dengan sekitar
50% dari populasi global menjadi risiko infeksi dengue. Namun, jumlah kematian
akibat komplikasi dengue yang sangat parah, termasuk DBD. demam berdarah
wabah demam merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di Indonesia
masalah di daerah hujan tropis dan daerah khatulistiwa dimana Nyamuk Aedes
aegypti banyak ditemukan di wilayah perkotaan dan pedesaan.(Rahmasari et al.,
2020) DF dan DBD masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius
secara global(Wang et al., 2020) namun beberapa langkah pencegahan penyakit ini
bisa di lakukan, diantaranya mensterilkan rumah atau lingkungan sekitar rumah,
misalnya dengan penyemprotan pembasmi nyamuk, membersihkan bak mandi dan
menaburkan serbuk abate agar jentik-jentik nyamuk mati, menutup, membalik,
atau jika perlu menyingkirkan media- media kecil penampung air lainnya yang ada
di rumah, memasang kawat anti nyamuk di seluruh ventilasi rumah, memasang
kelambu di ranjang tidur, memakai anti nyamuk, terutama yang mengandung N-
diethylmetatoluamide (DEET) yang terbukti efektif. Namun jangan gunakan
produk ini pada bayi yang masih berusia di bawah dua tahun Mengenakan pakaian
yang cukup bisa melindungi dari gigitan nyamuk (Kristanti & Damayanti,2021)
Saat ini Indonesia menduduki peringkat kedua penderita DBD setelah
Brazil.Bahkan menurut data Kementrian Kesehatan tahun 2009-2011 jumlah
kematian akibat DBD di Indonesia mencapai 1.125 kasus.Data tersebut sekaligus
menempatkan Indonesia di Asia Tenggara sebagai negara tertinggi dalam kasus

2
penyakit DBD (Akbar & Maulana Syaputra, 2019). Jumlah penderita DBD di
seluruh 31 provinsi mencapai 48.905 orang, termasuk 376 orang diantaranya
meninggal dunia. Jadi, pada dasarnya DBD adalah penyakit yang sangat umum di
Indonesia (Kemenkes RI, 2017)(Milindasaari & Yanti, 2022)
2. Masalah Keperawatan
Diagnosa Keperawatan : Resiko syok
Tujuan Umum : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 kali kunjungan 45-60 menit
masyarakat desa tidak mengalami syok akibat lingkungan yang tidak aman seperti dari
nyamuk aedes aegypt.
Tujuan Khusus :
Prevensi Primer
L.14137 Tingkat Infeksi
a) Pucat menurun (3) menjadi pengetahuan resiko syok cukup meningkat(4)
b) Tingkat kesadaran menurun (3) menjadi kesadaran pengetahuan cukup
meningkat (4)
c) Lakukan frekuensi napas dalam menurun (3) menjadi frekuensi napas
meningkat (4)
3. Intervensi Keperawatan
Prevensi Primer
I.0202068
a) Menjelaskan penyebab resiko syok karena dbd
b) Menjelaskan tanda dan gejala awal syok dbd
c) Menganjurkan melapor jika merasakan tanda dan gejala awal syok
4. Implementasi Tindakan Keperawatan
a. Materi/Tindakan yang akan diberikan/dilakukan
Terlampir
b. Metode yang akan digunakan
Leflet
c. Waktu dan tempat pelaksanaan termasuk denah tempat pelaksanaan
Hari, tanggal : Jumat, 1 Desember 2023

3
Pukul : 09.00-10.00 wib
Tempat : Desa muncar, gemawang, Temanggung
Waktu : 60 menit
d. Setting tempat

3
Keterangan :
1. Masyarakat desa
4 2

1 1

e. Tahapan pelaksanaan

No Kegiatan Waktu
1 Fase persiapan : 2 menit
a. Ners mempersiapkan alat dan bahan
b. Ners mempersiapkan karyawan (UKK) dengan kontrak waktu dan tempat
2 Fase Orientasi 3 menit
a. Mengucapkan salam
b. Memperkenalkan dosen pembimbing yang hadir
c. Membuat kontrak (waktu dan topik)
d. Menjelaskan maksud dan tujuan pertemuan
3 Fase Kerja 50 menit
a. Meyampaikan alur kegiatan intervensi hari ini (bahwa kegiatan ini akan
dilakukan penyuluhan kesehatan kelompok kecil yang dibagi menjadi 7
kelompok terdiri sekitar 2 karyawan, kegiatan setiap kelompok kurang
lebih 10 menit, dan selanjutnya bergantian dengan kelompok berikutnya)
b. Menyampaikan tentang posisi ergonomi yang benar
c. Mengajarkan senam ergonomi sesuai dengan keluhan hasil pengkajian
dan sesuai pekerja yang merasakan nyeri dilakukan setiap kelompok 10
menit.
d. Karyawan diminta untuk mendokumentasikan setiap melakukan latihan
untuk melihat perkembangan hasil latihan/senam
4 Fase Terminasi 5 menit
a. Menanyakan pada peserta tentang perasaan setelah melaksanakan kegiatan
b. Melakukan evaluasi kegiatan.
c. Menyimpulkan hasil kegiatan yang telah dilakukan bersama
d. Menjelaskan rencana tindak lanjut
e. Mengakhiri kontrak pertemuan hari ini dan membuat kontrak untuk
pertemuan selanjutnya
f. Mengucapkan salam

4
5. Kriteri Evaluasi
a. Kriteria Struktur
1) Ketersediaan waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan.
2) Adanya laporan pendahuluan yang sudah dikonsultasikan
3) Adanya kontrak waktu dengan
4) Ada kelengkapan alat untuk diskusi dan pemaparan materi
b. Kriteria Proses
1) Masyarakat hadir dan mengikuti seluruh rangkaian acara
2) Masyarakat aktif dalam sesi penyuluhan dan demonstrasi dengan karyawan
melakukan kembali demonstrasi latihan ini.
3) Karyawan mengikuti gerakan senam ergonomi
4) Karyawan sepakat untuk rutin melakukan kegiatan senam ergonomi secara
mandiri dan mendokumentasikan di dalam buku panduan yang disediakan.
c. Kriteria Hasil
1) Karyawan dapat menyebutkan penyebab nyeri yang terjadi pada dirinya saat
bekerja
2) Karyawan melakukan gerakan senam ergonomi sesuai
3) Karyawan dapat menyebutkan 2 cara pencegahan nyeri karena ergonomi
4) Karyawan dapat mempraktik cara duduk, cara mengangkat barang sesuai
ergonomi
5) Karyawan dapat merasakan nyeri yang dirasakan berkurang menjadi ringan
atau tidak nyeri.

5
Lampiran Materi
Topik : Abate sebagai Alat Kontrol Nyamuk DBD: Tinjauan Terhadap Penggunaan.
Waktu : 45-60 menit
Tujuan Pembelajaran :
1) Mengetahui pengertian abate
2) Mengetahui tujuan abate dan macam-macam.
3) Cara penggunaan abate dan efek samping.
1. Pengertian abate
Abate adalah larvasida yang mengandung bahan aktif temefos. Bahan kimia ini
digunakan untuk mengendalikan populasi larva nyamuk, terutama Aedes aegypti yang
membawa virus penyebab demam berdarah dengue (DBD). Abate bekerja dengan
mengganggu pertumbuhan larva nyamuk dalam air, mencegahnya berkembang
menjadi nyamuk dewasa.
2. Tujuan abate :

1. Mengendalikan Populasi Nyamuk: Abate bertujuan menghambat pertumbuhan dan


perkembangan larva nyamuk dalam fase perairan tergenang, sehingga jumlah
populasi nyamuk yang potensial menjadi vektor DBD dapat dikurangi.
2. Pencegahan Penyakit: Dengan mengurangi populasi nyamuk, penggunaan abate
juga bertujuan untuk mencegah penularan virus DBD kepada manusia, karena
jumlah nyamuk pembawa virus dapat dikendalikan.

3. Cara penggunaan abate dan efek samping.


1. Penggunaan abate bubuk menuang 1 gram bubuk abate ke bak mandi yang berisi 10
liter air. Efek bubuk abate untuk membunuh larva nyamuk akan bertahan selama 3
bulan,
2. Tidak menguras tempat penampungan air tersebut maupun menyikat dindingnya.
Bila disikat, lapisan abate pada dinding bak akan hilang sehingga efeknya pun ikut
hilang.

DAFTAR PUSTAKA

6
Milindasaari, P., & Yanti, F. (2022). Promosi Kesehatan Tentang Demam Berdarah Dengue
(Dbd) Di Pulau Pasaran Kelurahan Kota Karang Bandar Lampung. Jurnal Pengabdian
Masyarakat, 1(1), 17–16. https://doi.org/10.59030/jpmbd.v1i1.6
Rahmasari, F. V., Wijayanti, D., & Khaerani, N. (2020). The correlation between blood
parameters as early detection on dengue hemorrhagic fever (DHF) and dengue shock
syndrome (DSS) in children. Bangladesh Journal of Medical Science, 19(2), 273–277.
https://doi.org/10.3329/bjms.v19i2.45007
Wang, W. H., Urbina, A. N., Chang, M. R., Assavalapsakul, W., Lu, P. L., Chen, Y. H., &
Wang, S. F. (2020). Dengue hemorrhagic fever – A systemic literature review of
current perspectives on pathogenesis, prevention and control. Journal of Microbiology,
Immunology and Infection, 53(6), 963–978. https://doi.org/10.1016/j.jmii.2020.03.007

Anda mungkin juga menyukai