Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

Pokok Pembahasan : Demam Berdarah Dengue (DBD)PadaAnak

Sub pokok pembahasan : Pencegahan Demam Berdarah Dengue


(DBD)PadaAnak

Sasaran : Masyarakat Desa Siturejo RT09/RW13

Hari/tanggal : Sabtu,5 September2019

Tempat : Puskesma Bareng

WaktuPertemuan : 10.00-10.45

A. Latarbelakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh


virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan aedes
albopyctus. Faktor – faktor  yang mempengaruhi kejadian Demam Berdarah
Dengue sangat kompleks, antara lain iklim dan pergantian musim, kepadatan
penduduk, mobilitas penduduk dan transportasi. Sebaran nyamuk penular
demam berdarah dengue, kebersihan lingkungan yang tidak memadai serta
factor keganasan virusnya. Berdasarkan kejadian dilapangan dapat
diidentifikasikan factor utama adalah kurangnya perhatian sebagian
masyarakat terhadap kebersihan lingkungan tempat tinggal. Sehingga terjadi
genangan air yang menyebabkan berkembangnya nyamuk (Dinkom,2007).
Insiden dan prevalensi penyakit Demam Berdarah Dengue menimbulkan
kerugian pada individu, keluarga dan masyarakat. Kerugian ini berbentuk
kematian, penderitaan, kesakitan, dan hilangnya waktu produktif (Indra,2003).
Penyakit demam berdarah dengue menjadi momok tiap tahun. Insiden di
Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk (1989-1995) dan pernah
meningkat tajam saat Kejasian Luar Biasa hingga 35 per 100.000 penduduk
pada tahun 1998(IPD,2007), hingga medio 2005 masih ada daerah berstatus
Kejadian Luar Biasa, sampai mei tahun 2005 di seluruh Indonesia tercatat
28.224 kasus dengan jumlah kematian 348 orang, hingga awal oktober 2005
kasus demam berdarah dengue di 33 propinsi tercatat 50.196 kasus dengan
701 diantaranya meninggal. Dari data di atas menunjukkan peningkatan
hampir 2 kali lipat dari mei hingga awal oktober 2005(Sisilia,2005).
Beerdasarkan data dari Dinkes Jawa Timur hingga 20 oktober 2005 sebanyak
8.619 kasus dari jumlah tersebut meninggal 131 orang dan pada tahun 2006
ada 20.420 penderita dan menyebabkan kematian 233 jiwa, pada tahun 2007
sampai juli yakni 102.175 penderita dengan kematian 1.098 jiwa
(Dinkom,2007). Dari hasil studi pendahuluan data yang diperoleh dari dinas
kesehatan banyuwangi dari tahun 2005 sampai 2007 mangalami peningkatan
yaitu 596 kasus pada tahun 2005, 677 kasus pasda tahun 2006 dan 788 kasus
pada tahun 2007, sedangkan pada tahun 2008 mengalami penurunan kasus
Demam Berdrah Dengue yaitu 581 kasus (Dinkes Kab. BWI,2008). Dan dari
data yang diperoleh dari puskesmas Gitik  tahun 2005 sampai 2007 juga
mengalami peningkatan yaitu 35 kasus pada tahun 2005, 55 kasus pada tahun
2006 dan 66 kasus pada tahun 2007 sedangkan pada tahun 2008 jumlah
penderita Demam Berdarah Dengue mencapai 43 kasus (Dinkes Kab.
BWI,2008).

Demam berdarah merupakan penyakit yang bisa mewabah. Usaha untuk


mengatasi masalah penyakit tersebut di Indonesia telah puluhan tahun
dilakukan, berbagai upaya pemberantasan vector, tetapi hasilnya belum
optimal. Secara teoritis ada 4 cara untuk memutuskan rantai penularan demam
berdarah dengue, yaitu: melenyapkan virus, isolasi penderita, mencegah
gigitan nyamuk dan pengendalian vector. Untuk pengendalian vector
dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan cara kimia dan pengelolaan
lingkungan , salah satunya dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk.
Pengendalian vector dengan cara kimia hanya membebankan perlindungan
terhadap pindahnya penyakit yang bersifat sementara dan dilakukan hanya
apabila terjadi letusan wabah. Cara ini memerlukan dana yang tidak sedikit
serta mempunyai dampak negative terhadap lingkungan. Untuk itu diperlukan
cara lain yang tidak menggunakan bahan kimia diantaranya melalui
peningkatan partisipasi masyarakat untuk pengendalian vector dengan
melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (Indra, 2003). Keberhasilan
pemberantas nyamuk aedes aegypti tidak lepas dari peran petugas kesehatan
atau perawat yaitu memberikan penyuluhan pada masyarakat tentang demam
berdarah dengue secara intensif.

Upaya pemberantasan dan pencegahan yang dilakukan Puskesmas Gitik


yaitu yang pertama dengan penyuluhan , penyuluhan yang dilakukan melalui
rapat koordinasi desa dan kecamatan, selain itu penyuluhan dilakukan dari
rumah kerumah oleh petugas kesehatan. Kedua dengan abatesasi yaitu
pemberian abate kepada seluruh masyarakat. Ketiga denggan fogging atau
pengasapan sebagai alternative terakhir untuk pemberantasan nyamuk dewasa
yang telah mengandung virus dengue. Dengan latar belakang diatas, maka
perlu dilakukan penelitian guna mengetahui “ Hubungan Pemberantasan
Sarang Nyamuk dengan Angka Bebas Jentik Demam Berdarah Dengue di
Wilayah Kerja Puskesmas Gitik Tahun 2008”.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan pendidikankesehatanwargawilayah A
dapatmemahamidanmengetahuicarapencegahan DBD padaanak.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan pendidikankesehatanselama 45 menitwargawilayah A
mampu :
a. Menjelaskan pengertian Demam Berdarah Denguepadaanak
b. Dapatmenyebutkanpenyebabterjadinya DBD padaanak
c. Dapat menyebutkan tanda dan gejala siklus pelana kuda
d. Dapatmenyebutkanpenanganan pertama yang harusdilakukansetelah
terjadi DBD padaanak
e. Dapatmenyebutkanmacam-macambentukpencegahan DBD pada
anak
C. Materi Penyuluhan
1. Pengertian DBD
2. Factor penyebabterjadinya DBD
3. Cara pencegahan DBD padaanak
4. TandadanGejalasikluspelanakuda DBD padaanak
5. SiklusPelanakudapada DBD
D. MetodePenyuluhan
1. Ceramahdan Tanya jawab
2. Kunjunganlapangan
E. Media Penyuluhan
1. Flipchat
F. SetingTempatPenyuluhan

: Penyuluh

: Meja

: Anggota klg
G. KegiatanPenyuluhan

N o Langkah Waktu K e g i a t a n Respon


1 Pendahuluan 10 menit 1. P e r k e
n a l a n
2. Menjelaskanmaksuddan
tujuan
3. Kontrakwaktu
4. Pretest
2 P e n y a j i a n 20 menit a. Menjelaskan pengertian Demam Berdarah
Denguepadaanak
b. Menjelaskanpenyebabte
rjadinya DBD padaanak
c. Menjelaskan tanda dan
gejala siklus pelana
kuda
d. Menjelaskanpenangana
n pertama yang
harusdilakukansetelahte
rjadi DBD padaanak
e. Menjelaskanmacam-
macambentukpencegah
an DBD padaanak

3 E v a l u a s i 10 menit 1. T a n y a
j a w a b
2. Menanyakankembali
3. Posttest
4 P e n u t u p 5 m e n i t 1. P e s a n d a n k
e s a n
2. penutup
H. EvaluasiPenyuluhan
1. EvaluasiPersiapan
a. SAP telahdisusun 3 harisebelumdilaksanakankegiatanpenyuluhan
b. Undangantelahdisebar 3 hari yang lalusebelumkegiatanpnyuluhan
2. EvaluasiPross
a. Acaradimulaitepatwaktupukul 10.00-10.45 WIB
b. Undangan yang sebarsebanyak 20 yang hadir 15 orang
c. Pesertaantusiasdalammengikutipenyuluhantersebut
3. EvaluasiHasil
a. Pesertamampumenjelaskanpengertiantentang DBD padaanak
b. Pesertamampumenjelaskanfaktor penyebab DBD padaanak
c. Peserta mampu menjelaskan tanda dan gejala siklus pelana kuda
d. Peserta mampu menjelaskan penanganan pertama DBD pada anak
e. Peserta mampu menjelaskan pencegahan DBD pada anak
LAMPIRAN

A. Definisi

Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang


disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
aedes aegypti dan aedes albopyctus. Faktor – faktor  yang mempengaruhi
kejadian Demam Berdarah Dengue sangat kompleks, antara lain iklim dan
pergantian musim, kepadatan penduduk, mobilitas penduduk dan
transportasi. Sebaran nyamuk penular demam berdarah dengue, kebersihan
lingkungan yang tidak memadai serta factor keganasan virusnya.
Berdasarkan kejadian dilapangan dapat diidentifikasikan factor utama
adalah kurangnya perhatian sebagian masyarakat terhadap kebersihan
lingkungan tempat tinggal. Sehingga terjadi genangan air yang
menyebabkan berkembangnya nyamuk (Dinkom,2007). Insiden dan
prevalensi penyakit Demam Berdarah Dengue menimbulkan kerugian
pada individu, keluarga dan masyarakat. Kerugian ini berbentuk kematian,
penderitaan, kesakitan, dan hilangnya waktu produktif (Indra,2003).

Demam berdarah merupakan penyakit yang bisa mewabah. Usaha


untuk mengatasi masalah penyakit tersebut di Indonesia telah puluhan
tahun dilakukan, berbagai upaya pemberantasan vector, tetapi hasilnya
belum optimal. Secara teoritis ada 4 cara untuk memutuskan rantai
penularan demam berdarah dengue, yaitu:

1. Melenyapkan virus

2. Isolasi penderita

3. Mencegah gigitan nyamuk dan pengendalian vector. Untuk


pengendalian vector dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan cara kimia
dan pengelolaan lingkungan , salah satunya dengan Pemberantasan
Sarang Nyamuk. Pengendalian vector dengan cara kimia hanya
membebankan perlindungan terhadap pindahnya penyakit yang
bersifat sementara dan dilakukan hanya apabila terjadi letusan wabah.
Cara ini memerlukan dana yang tidak sedikit serta mempunyai dampak
negative terhadap lingkungan. Untuk itu diperlukan cara lain yang
tidak menggunakan bahan kimia diantaranya melalui peningkatan
partisipasi masyarakat untuk pengendalian vector dengan melakukan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (Indra, 2003). Keberhasilan
pemberantas nyamuk aedes aegypti tidak lepas dari peran petugas
kesehatan atau perawat yaitu memberikan penyuluhan pada
masyarakat tentang demam berdarah dengue secara intensif.

B. Etiologi
Virus dengue memiliki serotif 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan
melalui vektor yaitu nyamuk Aedes aegypti, Aedes albopictus, Aedes
polynesiensis dan beberapa spesies lain. (Arief Mansjoer: 2000).
Perbedaan keempat serotif ini sama sekali tidak berhubungan dengan
tingkat endemisitas dari demam dengue itu sendiri (Mashoedi, 2007).

C. Siklus Pelana Kuda


Mengenal 3 fase DBD yang juga dikenal dengan “Siklus Pelana
Kuda” bisa menjadi langkah awal dalam penyembuhan DBD. Istilah
Siklus Pelana Kuda sendiri dibuat untuk memudahkan masyarakat dalam
mengenal grafik naik-turun panas yang dialami oleh penderita DBD.
1. Fase Demam : 1-3 hari
Gejala awal DBD bisa dimulai dengan demam tinggi antara 39-41
derajat celsius. Demam bisa berlangsung selama 3-4 hari dan biasanya
tidak dapat direda dengan obat penurun panas biasa.
Walau demam bisa menjadi gejala untuk banyak penyakit, bila demam
tinggi tak kunjung turun dalam waktu 2-3 hari dan disertai dengan satu
atau beberapa gejala lain seperti lemas, sakit kepala, sakit di daerah
bola mata, nyeri sendi dan otot, bahkan pendarahan ringan seperti
pendarahan pada gusi, ataupun hilangnya nafsu makan yang disertai
dengan mual muntah, sebaiknya kondisi tersebut mendapat perhatian
khusus.
Penanganan: Selama demam, perbanyak minum air untuk membantu
menurunkan suhu tubuh dan mencegah dehidrasi. Bila demam tak
kunjung reda selama 2-3 hari, jangan tunda untuk segera menemui
dokter agar mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.
2. Fase Kritis: Hari 3-5
Fase ini ditandai dengan demam yang mereda. Banyak penderita
yang salah kaprah dengan suhu tubuh yang kembali normal atau
bahkan di bawah normal, mengaitkannya dengan kesembuhan.
Padahal, penderita sedang memasuki masa di mana risiko tertinggi dari
DBD dapat terjadi.
Saat penderita memasuki fase ini, pembuluh darah mengalami
pelebaran dengan efek munculnya ruam atau bintik merah pada kulit,
itulah yang sebenarnya menyebabkan suhu tubuh menurun.
Padahal, saat penderita sudah memperlihatkan tanda ruam atau bintik
merah pada kulit, tandanya penderita sedang berada dalam masa
kritis.Bila ditangani dengan cepat dan tepat, fase Kritis bisa
berlangsung tidak lebih dari 24 sampai 48 jam. Sebagian besar
komplikasi yang timbul selama fase ialah perdarahan dan kelainan
metabolik misalnya, hipokalsemia, hipoglikemia, atau hiperglikemia.
Penanganan: Penanganan medis sudah harus didapatkan oleh
penderita yang telah memasuki fase ini. Keterlambatan dalam
penanganan bisa menyebabkan kematian mendadak pada penderita.
3. Fase penyembuhan: Hari 6-7
Berakhirnya Fase Kritis ditandai dengan suhu tubuh yang kembali
naik. Dalam fase ini, denyut nadi menguat, pendarahan berhenti, dan
terjadinya perbaikan fungsi tubuh lainnya.Beberapa penderita
mengaku nafsu makan mereka mulai kembali, berkurangnya bintik
atau ruam merah pada kulit.
Penanganan: Pemeriksaan masih diperlukan untuk melihat
perkembangan penyembuhan. Walau DBD bisa menimbulkan
komplikasi, dengan mendapatkan perawatan yang tepat, DBD bisa
sembuh tanpa meninggalkan gejala sisa.

D. Tanda dan Gejala pada Anak


Tanda dan gejala klinis demam dengue pada anak hampir tidak
berbeda dengan morang dewasa. Manifestasi klinis yang parah (syok,
kebocoran plasma, dan trombositopenia) lebih sering terjadi pada bayi,
kemudian diikuti oleh anak-anak dan orang dewasa. Namun resiko
perdarahan internal meningkat seiring pertambahan usia.
(Hammond,2007)
1. Hematuria dan menoragi jarang dialami oleh anak, namun sering
terjadi pada orang dewasa.
2. Hematemesis dan melena lebih sering dijumpai pada anak.
3. Kebocoran plasma dan penurunan jumlah trombosit lebih sering terjad
pada anak dibandingkan dewasa
Adanya perdarahan spontan, hepatomegali, tanda kebocoran plasma
seperti asites dan efusi pleura, leukopenia < 4000mm3, dan usia anak di
atas 5 tahun merupakan faktor resiko signifikan dari syok pada anak
dengan dengue (Gupta, 2011 )

E. Penanganan Pertama DBD


Beberapa cara yang dapat dijadikan langkah pertolongan pertama
pada penderita DBD:
1. Minum air sebanyak-banyaknya
Penyakit DBD masuk ke dalam tubuh melalu aliran darah. Virus
Dengue yang masuk lewat aliran darah tersebut kemudian menyerang
sistem imun, dan menjalar ke sistem lain dalam tubuh yang ikut
lemah. Untuk membantu membersihkan aliran darah yang tersemar
virus, dianjurkan untuk memberi pasien terduga air putih sebanyak-
banyaknya.
2. Menurunkan deman dengan kompres
Ketika gelaja DBD masuk ke tahap yang muali parah, penderita akan
terserang demam tinggi. Untuk menghentikan gejalanya, berikanlah
kompres pada anak yang terserang demam agar suhu tubuhnya turun.
Selain mengompres, Anda juga bisa memberi obat penurun panas
pada penderita DBD yang sedang demam. Dengan demam yang
sedikit berkurang, maka gejala DBD juga dapat dikurangi dan pulih
segera.
3. Periksakan ke dokter
Jika dalam waktu lebih dari 3 hari demam tidak turun, dan disertain
dengan muntah-muntah, maka itu adalah tanda bahwa gejala DBD
sudah memasuki tahap yang sudah parah. Segeralah periksakan diri
Anda ke dokter agar penanganaannya dilakukan sesegera mungkin.
Semakin cepat diagnosisnya, akan semakin baik penangananya, yang
bisa menjauhkan Anda dari risiko paling buruk dari BDB, yaitu
kematian.
Pertolongan pertama pada DBD ini adalah hal yang menentukan level
DBD yang Anda derita. Untuk pencegahan yang lebih baik,
pertolongan pertama ini dapat sangat menjadi panutan yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, Deden.2012. BukuAjarKeperawatanKomunitas.Yogyakarta:
Gosyen Publishing
Effendy, Ferry danMakhfudli. KeperawatanKesehatanKomunitas-
TeoridanPraktekdalamKeperawatan. 2009. Jakarta: SalembaMedika
Effendy, Nasrul. 1998 . Dasar-
DasarKeperawatanKesehatanMasyarakatEdisi 2. Jakarta: EGC
Mubbarak, Wahid Iqbal.2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan
Teori. Jakarta : Salemba Medika
Nagstiyah.2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
Sudarto .2012. Demam Berdarah Dengue. Jakarta : CV Sagungseto
Suriadi, Yuliani.2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : Penebar
Swada

Anda mungkin juga menyukai