Anda di halaman 1dari 26

SATUAN ACARA PENYULUHAN

HEPATITIS
DI RUANG 25 RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG

TIM PROMOSI KESEHATAN


RSSA dr. SAIFUL ANWAR MALANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) HEPATITIS


DI RUANG 25 RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Oleh:
Mahasiswa Profesi Ners STIKes Kepanjen

Pembimbing Lahan

( .............................. )
SATUAN ACARA PENYULUHAN PADA PASIEN HEPATITIS
Di Ruang 25 Rumah Sakit Unit Daerah dr. Saiful Anwar Malang

Kelompok 9:

Anik Yulaikha (1930009)


Failul Afinda (1930017)
Nanang Eko Putra R (1930033)
Winda Setiowati (1930054)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
MALANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Dengan Tema Hepatitis telah disetujui pada :
Hari : Kamis
Tanggal : 31 Oktober 2019

Disetujui oleh :

PEMBIMBING KLINIK PEMBIMBING INSTITUSI

( .……………………… ) ( .……………………… )
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Hepatitis merupakan penyakit yang banyak ditemukan didunia dan
dianggap sebagai persoalan kesehatan masyarakat yang harus diselesaikan.
Hal ini karena selain prevalensinya tinggi, virus hepatitis dapat menimbulkan
problema pasca akut bahkan dapat terjadi cirroshis hepatitis dan karsinoma
hepatoseluler primer. Sepuluh persen dari infeksi virus hepatitis akan menjadi
kronik dan 20 % penderita hepatitis kronik ini dalam waktu 25 tahun sejak
tertular akan mengalami cirroshis hepatis dan karsinoma hepatoselluler
(hepatoma). Kemungkinan akan menjadi kronik lebih tinggi bila infeksi
terjadi pada usia balita dimana respon imun belum berkembang secara
sempurna. (Ester, 2017)
Pada saat ini didunia diperkirakan terdapat kira-kira 350 juta orang
pengidap (carier) HbsAg dan 220 juta (78 %) diantaranya terdapat di Asia
termasuk Indonesia. Berdasarkan pemeriksaan HBsAg pada kelompok donor
darah di Indonesia prevalensi Hepatitis berkisar antara 2,50-36,17%. Perlu
adanya penanganan kusus untuk menghentikan laju penyebaran Hepatitis.
Usaha untuk mengurangi penderita Hepatitis perlu dilakukan oleh semua
lapisan dengan berbagai cara. (Ester, 2017)
Insiden hepatitis yang terus meningkat semakin menjadi masalah kesehatan
masyarakat. Penyakit ini menjadi penting karena mudah ditularkan, memiliki
morbiditas yang tinggi dan menyebabkan penderitanya absen dari sekolah
atau pekerjaan untuk waktu yang lama. 60-90% dari kasus-kasus hepatitis
virus diperkirakan berlangsung tanpa dilaporkan. Keberadaan kasus-kasus
subklinis, ketidakberhasilan untuk mengenali kasus-kasus yang ringan dan
kesalahan diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab pelaporan yang
kurang dari keadaan sebenarnya. (Mansjoer dkk, 2015)
Pada umumnya klien yang menderita penyakit hepatitis ini mengalami
Anoreksia atau penurunan nafsu makan dimana gejala ini diperkirakan terjadi
akibat pelepasan toksin oleh hati yang rusak untuk melakukan detoksifikasi
produk yang abnormal sehingga klien ini haruslah mendapatkan nutrisi yang
cukup agar dapat memproduksi enegi metabolik sehingga klien tidak mudah
lelah. Secara khusus terapi nutrisi yang didesain dapat diberikan melalui rute
parenteral atau enteral bila penggunaan standar diet melalui rute oral tidak
adekuat atau tidak mungkin untuk mencegah/memperbaiki malnutrisi protein-
kalori. Nutrisi enteral lebih ditujukan pada pasien yang mempunyai fungsi GI
tetapi tidak mampu mengkonsumsi masukan nasogastrik. Nutrisi parenteral
dapat dipilih karena status perubahan metabolik atau bila abnormalitas
mekanik atau fungsi dari saluran gastrointestinal mencegah pemberian makan
enteral. Asam amino,karbohidrat, elemen renik, vitamin dan elektrolit dapat
diinfuskan melalui vena sentral atau perifer. (Smeltzer, 2016)
Pentingnya mengetahui penyebab hepatitis bagi klien adalah apabila ada
anggota keluarga menderita penyakit yang sama, supaya anggota keluarga dan
klien siap menghadapi resiko terburuk dari penyakit hepatitis beserta
komplikasinya sehingga penderita mampu menyiapkan diri dengan
pencegahan dan pengobatan yaitu: penyediaan makanan dan air bersih yang
aman, sistem pembuangan sampah yang efektif, perhatikan higiene secara
umum, mencuci tangan, pemakaian kateter, jarum suntik dan spuit sekali
pakai serta selalu menjaga kondisi tubuh dengan sebaik-baiknya. Apabila hal
ini tidak dilakukan dengan benar dan teratur berarti keluarga dan penderita
harus siap menerima resiko komplikasi lainnya dan bahkan dapat
menyebabkan kematian. (Mansjoer dkk, 2015)

1.2 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menambah pengetahuan tentang penyakit hepatitis mulai dari pengertian,
penyebab, tanda gejala, jenis, pencengahan sampai penanganannya.
2. Tujuan Khusus
Dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Hepatitis

1.3 MANFAAT
Dari penyuluhan yang akan dilakukan, diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Perawat
Memberikan motivasi kepada perawat untuk dapat meningkatkan asuhan
keperawatan kepada pasien hepatitis sehingga dapat meningkatkan kualitas
dalam tindakan.
2. Bagi instansi terkait
Menjadi bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas kesehatan
dengan meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang penanganan
hepatitis pada pasien dan keluarga pasien di Ruang 25 Rumah Sakit dr.
Saiful Anwar Malang.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

2.1 TEMA
Hepatitis

2.2 WAKTU & TEMPAT PELAKSANAAN


Hari : Kamis
Tanggal : 31 Oktober 2019
Jam : 07.30 – 08.30
Tempat : Ruang 25 Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang

2.3 SASARAN
Pasien dan Keluarga Pasien

2.4 PELAKSANA
Mahasiswa :
2.1 Anik Yulaikha (1930009)
2.2 Failul Afinda (1930017)
2.3 Nanang Eko Putra R (1930033)
2.4 Winda Setiowati (1930054)

2.5 METODE
Ceramah dan tanya jawab

2.6 MEDIA
LCD, Laptop, Leaflet
2.7 RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN
NO Materi Kegiatan
1. Persiapan (5 menit ) 1. Persiapan alat dan bahan
2. Persiapan peserta
2. Pembukaan (5 menit ) 1. Perkenalan
2. Meyampaikan maksut dan tujuan
3. Melakukan kontrak waktu
4. Menyebutkan materi penyuluhan
3. Diskusi ( 10 menit ) Meyampaikan materi :
a) Menjelaskan pengertian tentang
hepatitis
b) Menjelaskan tentang penyebab
hepatitis
c) Menjelaskan tentang klasifikasi
hepatitis
d) Menjelaskan tanda gejala hepatitis
e) Menjelaskan pencegahan hepatitis
4. Tanya Jawab (10 1. Memberikan kesempatan kepada
menit) peserta untuk bertanya tentang materi.
2. Memberikan jawaban tentang
pertanyaan yang telah diberikan.
4. Evaluasi (5 menit ) 1. Mengucapkan terimakasih kepada
Peserta.
2. Berpamitan dan salam
3. Membersihkan alat – alat penyuluhan

2.8 PEMBAGIAN TUGAS


1. Moderator : Nanang
Tugas :
a. Membuka dan menutup acara.
b. Memperkenalkan diri.
c. Menetapkan tata tertib acara penyuluhan.
d. Menjaga kelancaran acara.
e. Memimpin diskusi.
2. Penyaji : Failul
Tugas :
a. Menyajikan materi penyuluhan
b. Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam acara penyuluhan
3. Fasilitator : winda
Tugas :
a. Bersama moderator menjalin kerja sama dalam menyajikan materi
penyuluhan.
b. Memotivasi peserta kegiatan dalam bertanya.
c. Menjadi contoh dalam kegiatan.
4. Observer : anik
a. Mengamati jalannya kegiatan.
b. Mengevaluasi kegiatan.
c. Mencatat prilaku verbal dan non verbal peserta kegiatan

2.9 SETTING TEMPAT


A. = Audien
C B
B. = Moderator
C. = Penyaji A A A

D. = Fasilitator E D
E. = Observer

2.10 EVALUASI
1. Evaluasi Proses
a. Waktu yang direncanakan sesuai dalam pelaksanaan
b. Peserta (Pasien dan Keluarga Pasien) berpartisipasi aktif dalam
kegiatan
c. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
d. Kegiatan berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan
e. Keadaan dan suasana yang mendukung

2. Evaluasi Hasil
Diharapkan Peserta (Pasien dan Keluarga Pasien) dapat memahami materi
yang disampaikan dan ada timbal balik yang dibuktikan dengan
pertanyaan dari audien.
MATERI PENYULUHAN

2.1 Pengertian
Hepatitis adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati. Hepatititis
dalam bahasa awam sering disebut dengan istilah lever atau sakit kuning.
Padahal definisi lever itu sendiri sebenarnya berasal dari bahasa belanda yang
berarti organ hati,bukan penyakit hati. Namun banyak asumsi yang
berkembang di masyarakat mengartikan lever adalah penyakit radang hati.
sedangkan istilah sakit kuning sebenarnya dapat Page | 7 menimbulkan
keracunan, karena tidak semua penyakit kuning disebabkan oleh radang hati,
teatapi juga karena adanya peradangan pada kantung empedu. (M. Sholikul
Huda) Hepatitits adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang
dapat di sebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat –
obatan serta bahan – bahan kimia. (Inayah, 2015).

2.2 KLASIFIKASI
Menurut Oswari, 2014. Beberpa virus yang menyebabkan hepatitis yaitu:
1. Hepatitis A (HAV)
a. Pengertian
Disebut juga hepatitis infeksiosa. Penyakit ini ditularkan
terutama melalui kontaminasi oral-fecal akibat hygiene yang buruk
atau makanan yang tercemar. Individu yang tinggal di tempat-
tempat yag padat dimana hygiene tidak adekuat, misalnya panti
asuhan, institusi mental, penjara, dan penampungan gelandangan,
beresiko mengidap penyakit ini. Virus kadang-kadang ditularkan
melalui darah.

Waktu antara pajanan dan awitan gejala (masa tunas) untuk HAV
adalah antara 4 dan 6 minggu. Pengidap penyakit ini dapat menular
sampai 2 minggu sebelum gejala muncul. Penyakit biasanya
berlangsung selama sekitar 4 bulan setelah pajanan. Tidak terbentuk
(carrier), dimana individu tetap menular selama periode waktu
tertentu setelah penyakit akut mereda, dan tidak terjadi stadium
fulminan setelah penyakit akut.

b. Penyebab
Virus Hepatitis A (HAV). Virus ini sangat mudah menular,
terutama melalui makanan dan air yang terkontaminasi oleh tinja
orang yang terinfeksi. Kebersihan yang buruk pada saat menyiapkan
dan menyantap makanan memudahkan penularan virus ini. Karena
itu, penyakit ini hanya berjangkit di masyarakat yang kesadaran
kebersihannya rendah.
c. Tanda Gejala
Penyakit Hepatitis A memiliki masa inkubasi 2 sampai 6
minggu sejak penularan terjadi, barulah kemudian penderita
menunjukkan beberapa tanda dan gejala terserang penyakit
Hepatitis A, antara lain:
Demam, demam yang terjadi adalah demam yang terus menerus,
tidak seperti demam yang lainnya yaitu pada demam berdarah, tbc,
thypus, dan lain-lain.
Ikterus (mata/kulit berwarna kuning, tinja berwarna pucat dan
urin berwarna gelap). Keletihan, mudah lelah, pusing, nyeri perut,
hilang selera makan, muntah-muntah dapat terjadi pembengkakan
hati (hepatomegali), tetapi jarang menyebabkan kerusakan
permanen atau dapat pula tidak merasakan gejala sama sekali.
d. Pencegahan
Menjaga kebersihan perorangan seperti mencuci tangan dengan
teliti. Orang yang dekat dengan penderita mungkin memerlukan
terapi imunoglobulin. Imunisasi hepatitis A bisa dilakukan dalam
bentuk sendiri (Havrix) atau bentuk kombinasi dengan vaksin
hepatitis B (Twinrix). Imunisasi hepatitis A dilakukan dua kali, yaitu
vaksinasi dasar dan booster yang dilakukan 6-12 bulan kemudian,
sementara imunisasi hepatitis B dilakukan tiga kali, yaitu dasar, satu
bulan dan 6 bulan kemudian. Imunisasi hepatitis A dianjurkan bagi
orang yang potensial terinfeksi seperti penghuni asrama dan mereka
yang sering jajan di luar rumah.
e. Penatalaksanaan
virus hepatitis A biasanya menghilang sendiri setelah beberapa
minggu. Namun, untuk mempercepat proses penyembuhan,
diperlukan penatalaksanaan sebagai berikut:
1. Istirahat
Bed rest pada fase akut, untuk kembali bekerja perlu waktu
berangsur-angsur.
2. Diet
Makanan disesuaikan dengan selera penderita, diberikan sedikit-
sedikit, dihindari makanan yang mengandung alkohol atau
hepatotoksik.
3. Medikamentosa (simtomatik)
Analgetik – antipiretik, bila demam, sakit kepala atau pusing,
antiemesis, bila terjadi mual/muntah, vitamin, untuk
meningkatkan daya tahan tubuh dan nafsu makan.

2. Hepatitis B (HBV)
(Smeltzer, 2016)
a. Pengertian
Hepatitis B merupakan salah satu penyakit menular yang
menyerang hati dan menyebabkan peradangan hati akut atau
menahun. Penyakit ini dapat menjadi kronis dan akhirnya
menjadi kanker hati. Adapun beberapa hal yang menjadi pola
penularan antara lain penularan dari ibu ke bayi saat melahirkan,
hubungan seksual, transfusi darah, jarum suntik, maupun
penggunaan alat kebersihan diri (sikat gigi, handuk) secara
bersama-sama.
Kadang-kadang disebut hepatitis serum. Penyakit ini bersifat
serius dan biasanya menular melalui kontak dengan darah yang
mengandung virus.. Yang beresiko khusus mengidap HBV
adalah pemakai obat-obat terlarang intravena, para pekerja
kesehatan, dan heteroseks atau homoseks yang aktif secara
seksual. Para remaja memperlihatkan angka hepatitis b yang
tinggi, sering ditularkan melalui hubungan kelamin.
Hepatitis b memiliki masa tunas yang lama, antara 1 dan 7
bulan awitan rerata 1-2 bulan. Stadium akut dari suatu infeksi
aktif dapat berlangsung sampai 2 bulan. Sekitar 5-10% orang
dewasa yang terjangkit HBV akan mengalami hepatitis kronik
dan terus mengalami peradangan hati selama lebih dari 6 bulan.
Hepatitis kronik dapat bersifat progresif lambat atau fulminan
yang menyebabkan nekrosis hati, sirosis, kegagalan hati, dan
kematian. Individu yang terinfeksi HBV juga dapat menjadi
pembawa yang menetap sehingga dapat menularkan
penyakitnya tanpa memperlihaatkan gejala-gejala sakit. Yang
terutama cenderung menjadi pembawa adalah mereka yang
terinfeksi selama masa bayi dan individu dengan imunosupresi.

Virus hepatitis b adalah suatu virus DNA untai-ganda yang


disebut partikel Dane. Virus ini memiliki jumlah antigen inti
(core) dan permukaan yang telah diketahui secara rinci yang
dapat diidentifikasi di laboratorium dari sampel darah. Antigen
yang biasanya dihasilkan pertama kali oleh hepatosit yang
terinfeksi adalah antigen permukaan diselubung virus yang
disebut HBsAg. Identifikasi antigen ini, atau DNA hepatitis itu
sendiri didalam serum, bersifat diagnostik untuk infeksi
hepatitis b aktif. Donor darah secara rutin diperiksa untuk
mencari adanya antigen-antigen HBV.

b. Penyebab
Virus Hepatitis B (VHB)
c. Tanda Gejala
Gejala hepatitis B akut: demam, sakit perut, mual, muntah
dan kuning (terutama pada area mata yang putih/sklera),
hepatomegali.
Gejala hepatitis B kronik: cenderung tidak tampak tanda-tanda
seperti pada hepatitis B akut, sehingga penularan kepada orang
lain menjadi lebih beresiko.
d. Pencegahan
Tidak berganti-ganti pasangan sex, penggunaan jarum suntik
hanya untuk sekali pakai, vaksin Hepatitis B, terutama pada
orang-orang yang beresiko tinggi terkena virus ini, seperti
mereka yang berprilaku sex kurang baik (ganti-ganti
pasangan/homosexual), pekerja kesehatan (perawat dan dokter)
dan mereka yang berada didaerah rentan banyak kasus Hepatitis
B.
e. Penatalaksanaan
Penderita yang diduga Hepatitis B, untuk kepastian diagnosa
yang ditegakkan maka akan dilakukan periksaan darah (HbsAg
positif). Setelah diagnosa ditegakkan sebagai Hepatitis B, maka
pengobatan untuk hepatitis B yaitu pengobatan oral dan injeksi.
1. Obat Oral
Pemberian obat Lamivudine dari kelompok nukleosida
analog, yang dikenal dengan nama 3TC. Obat ini digunakan
bagi dewasa maupun anak-anak, Pemakaian obat ini
cenderung meningkatkan enzyme hati (ALT) untuk itu
penderita akan mendapat monitor bersinambungan dari
dokter.
Pemberian obat Adefovir dipivoxil (Hepsera). Pemberian
secara oral akan lebih efektif, tetapi pemberian dengan dosis
yang tinggi akan berpengaruh buruk terhadap fungsi ginjal.
Pemberian obat Baraclude (Entecavir). Obat ini diberikan
pada penderita Hepatitis B kronik, efek samping dari
pemakaian obat ini adalah sakit kepala, pusing, letih, mual
dan terjadi peningkatan enzyme hati. Tingkat keoptimalan
dan kestabilan pemberian obat ini belum dikatakan stabil.
2. Injeksi/Suntikan
Pemberian suntikan Microsphere yang mengandung
partikel radioaktif pemancar sinar ß yang akan
menghancurkan sel kanker hati tanpa merusak jaringan sehat
di sekitarnya. Injeksi Alfa Interferon (dengan nama cabang
INTRON A, INFERGEN, ROFERON) diberikan secara
subcutan dengan skala pemberian 3 kali dalam seminggu
selama 12-16 minggu atau lebih. Efek samping pemberian
obat ini adalah depresi, terutama pada penderita yang
memilki riwayat depresi sebelumnya. Efek lainnya adalah
terasa sakit pada otot-otot, cepat letih dan sedikit
menimbulkan demam yang hal ini dapat dihilangkan dengan
pemberian paracetamol.

3. Hepatitis C
a. Pengertian
Penyakit Hepatitis C adalah penyakit hati yang disebabkan oleh
virus Hepatitis C (VHC). Proses penularannya melalui kontak darah
seperti transfusi, penggunaan jarum suntik tidak steril untuk
menyuntikkan obat-obatan, pembuatan tato dan body piercing yang
dilakukan dalam kondisi tidak higienis. Jarang terjadi penularan
melalui hubungan seksual.
Dahulu disebut hepatitis non-A non-B, diidentifikasi tahun
1989. Virus RNA ini saat ini merupakan penyebab tersering infeksi
hepatitis yang ditularkan melalui suplai darah komersial. HCV
ditularkan dengan cara yang sama seperti HBV, tetapi terutama
melalui transfusi darah. Virus ini juga dapat menimbulkan keadaan
kronik. Individu yang terinfeksi HCV berisiko mengalami kanker
hati. HCV sulit dieliminasi dari suplai darah komersial. Walaupun
antibodi terhadap HCV dapat diukur, terdapat cukup banyak waktu
jeda antara saat pasien yang mengidap penyakit ini menular dan saat
pasien tersebut mulai membentuk antibodi.
b. Penyebab
Virus Hepatitis C (VHC)
c. Tanda Gejala
Sering kali orang yang menderita Hepatitis C tidak
menunjukkan gejala, walaupun infeksi telah terjadi bertahun-tahun
lamanya. Beberapa gejala yang samar diantaranya adalah: lelah,
hilang selera makan, penurunan berat badan, nyeri otot dan sendi,
sakit perut, urin menjadi gelap dan kulit atau mata menjadi kuning
yang disebut "jaundice" (jarang terjadi).
d. Pencegahan
Saat ini belum ada vaksin hepatitis C. Oleh karena itu, tindakan
pencegahan sangat diperlukan untuk menghindari penularan virus
tersebut. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain:
Penggunaan jarum suntik dan alat suntik sebelum digunakan harus
steril dan sekali pakai (disposable). Meskipun resiko penularan
melalui hubungan seksual kecil, disarankan untuk menjalani
kehidupan seks yang aman (tidak berganti-ganti pasangan).
Penderita Hepatitis C yang memiliki lebih dari satu pasangan atau
berhubungan dengan orang banyak harus memproteksi diri
(misalnya dengan kondom) untuk mencegah penyebaran Hepatitis
C.
Tidak berbagi alat seperti jarum, alat cukur, sikat gigi, dan gunting
kuku, dimana dapat menjadi tempat potensial penyebaran virus
Hepatitis C.
Bila melakukan manicure, tato dan tindik tubuh pastikan alat yang
dipakai steril dan tempat usahanya resmi.
e. Penatalaksanaan
Saat ini pengobatan Hepatitis C dilakukan dengan pemberian
obat seperti: Interferon alfa, Pegylated interferon alfa dan Ribavirin.
Tujuan pengobatan dari Hepatitis C adalah menghilangkan virus
dari tubuh anda sedini mungkin untuk mencegah perkembangan
yang memburuk dan stadium akhir penyakit hati.

4. Hepatitis D (HDV)
a. Pengertian
Hepatitis D, juga disebut virus delta, adalah virus cacat yang
memerlukan pertolongan virus hepatitis B untuk berkembang biak
sehingga hanya ditemukan pada orang yang terinfeksi hepatitis B.
Virus hepatitis D (HDV) adalah yang paling jarang tapi paling
berbahaya dari semua virus hepatitis.
Pola penularan hepatitis D mirip dengan hepatitis B. Diperkirakan
sekitar 15 juta orang di dunia yang terkena hepatitis B (HBsAg +)
juga terinfeksi hepatitis D. Infeksi hepatitis D dapat terjadi
bersamaan (koinfeksi) atau setelah seseorang terkena hepatitis B
kronis (superinfeksi).
Virus ini melakukan koinfeksi dengan HBV sehingga infeksi
HBV bertambah parah. Infeksi oleh HDV juga dapat timbul
belakangan pada individu yang mengidap infeksi kronik HBV.
Virus hepatitis delta ini meningkatkan risiko timbulnya hepatitis
fulminan, kegagalan hati, dan kematian. Hepatitis D ditularkan
seperti HBV. Antigen dan antibodi HDV dapat diperiksa pada donor
darah.

b. Penyebab
Virus Hepatitis D (VHD). Menular melalui hubungan intim
dengan penderita dan pada homoseksual. Menggunakan jarum dan
obat-obatan secara bersamaan, bayi dari wanita penderita hepatitis
D.
c. Tanda Gejala
Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai
gejala yang ringan (ko-infeksi) atau amat progresif (super-infeksi).
Biasanya muncul secara tiba-tiba gejala seperti flu, demam, penyakit
kuning, urin berwarna hitam dan feses berwarna hitam kemerahan.
Pembengkakan pada hati.
d. Pencegahan
Sama dengan pencegahan pada Hepatitis B tidak ada vaksin
hepatitis D, namun dengan mendapatkan vaksinasi hepatitis B maka
otomatis kita akan terlindungi dari virus ini karena HDV tidak
mungkin hidup tanpa HBV.
e. Penatalaksanaan
Interferon-alfa dan transplantasi hati.

5. Hepatitis E (HEV)
a. Pengertian
Hepatitis E adalah penyakit peradangan hati yang disebabkan
oleh infeksi virus hepatitis E (HEV). Diidentifikasi tahun 1990.
Virus ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan melalui
ingesti air yang tercemar. Sebagian besar kasus yang dilaporkan
ditemukan di negara-negara yang sedang berkembang. Virus ini
tidak menimbulkan keadaan pembawa (carrier) atau menyebabkan
hepatitis kronik. Namun, dapar terjadi hepatitis fulminan yang
akhirnya menyebabkan kegagalan hati dan kematian. Pada saat ini
belum tersedia pemeriksaan untuk HEV.
b. Penyebab
Virus Hepatitis E (VHE). Hepatitis E mirip dengan hepatitis
A. Virus hepatitis E (HEV) ditularkan melalui kotoran manusia ke
mulut dan menyebar melalui makanan atau minuman yang
terkontaminasi. Tingkat tertinggi infeksi hepatitis E terjadi di daerah
bersanitasi buruk yang mendukung penularan virus.

c. Tanda Gejala
Biasanya muncul tiba-tiba. Umumnya tidak ada gejala pada
anak-anak. Pada orang dewasa, gejala mirip hepatitis A: demam,
nyeri otot, lelah, hilang nafsu makan dan sakit perut.
d. Pencegahan
Selalu cuci tangan dengan sabun dan air. Cuci buah dan
sayuran sebelum dimakan mentah. Selalu gunakan air bersih.
e. Penatalaksanaan
Tidak ada. Biasanya akan sembuh sendiri setelah beberapa
minggu atau bulan.
Sumber : (Dermawan dan Rahayuningsing, 2010)

Jenis Sumber
Metode Transmisi Keparahan
Hepatitis Virus

1.Hepatitis A Fekal oral melalui Ikterik dan Transfusi


orang lain asimtomatik darah, feses,
saliva

2.Hepatitis B Parenteral, seksual, Parah Darah saliva,


perinatal, membrane semen, sekresi
mukosa dan luka vagina
pada kulit, sexual
parah.

3.Hepatitis C Transfusi darah Menyebar Terutama


parenteral jarang, luas, dapat melalui darah
seksual, orang ke berkembang
orang, perinatal sampai kronis

4.Hepatitis D Suntikan, transfusi Peningkatan Melalui darah.


darah, hubungan insiden kronis
seksual. dan gagal
hepar akut.

5.Hepatitis E Fekal-oral Sama dengan Darah, feses,


D saliva
2.3 FASE HEPATITIS
(Arief, 2015)
1. Masa Tunas
Merupakan waktu diantara saat masuknya virus dan saat timbuln ya
gejala atau ikterus.
a. Virus A : 15-49 hari (rata-rata 30 hari) → berlansung sampai 4-8
minggu.
b. Virus B : 28-160 hari (rata-rata 70-80)
c. Virus C : 15-160 hari (rata-rata 50 hari)
d. Virus D : bervariasi antara 21-140 hari (rata-rata35)
e. Virus E : 15-65 hari (rata-rata 42 hari)
2. Fase Pra Ikterik
Fase diantara timbulnya keluhan –keluhan pertama dan gejala timbulnya
ikterus. Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi
virus berlangsung sekitar 27 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali
timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit.
Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas
capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39˚C berlansung
selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok
pada hepatitis virus B.
3. Fase Ikterus
Muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga muncul bersamaaan dengan
munculnya gejala. Urine berwarana seperti teh pekat, tinja berwarna
pucat, penurunan suhu badan disertai bradikardi. Ikterus pada kulit dan
sklera yang terus meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan baru
berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa
seluruh badan , rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.
4. Fase Penyembuhan
Diawali dengan menghilangnya ikterus dan keluhan lain tetapi
hepatomegali dan abnormalitas fungsi hati tetap ada. Dimulai saat
menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di uluhati,
disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah
timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai
merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capai.

2.4 TANDA GEJALA


(Monica. 2017).
1. Hepatitis A = gejala awal ISPA ringan (flu dengan demam ringan), pra
ikterik : sakit kepala, fatigue, anoreksia, febris. Fase ikterik : gejala lanjut
dapat timbul ikterus (puncak hari -10), ikterus pada sclera dan kulit, urin
berwarna gelap, dyspepsia, nyeri epigastrium, mual, nyeri ulu hati,
flatulensi, hepatomegali dan splenomegali.
2. Hepatitis B = atralgia, ruam, anoreksia, dyspepsia, nyeri abdomen, pegal
menyeluruh, tidak enak badan dan lemah. Ikterik kadang-kadang tidak
tampak jika disertai tinja berwarna cerah, urine berwarna gelap.
Hepatomegali (12-14 cm), nyeri tekan, splenomegali.
3. Hepatitis C = serupa dengan HBV, tidak begitu berat dan anicterik.
4. Hepatitis D = serupa dengan HBV.
5. Hepatitis E = serupa dengan HAV, sangat berat pada wanita hami.
6. Hepatitis toksik = menyerupai permulaan hepatitis virus, riwayat kontak
zat kimia, obat dan riwayat lain. Anoreksia, mual, muntah darah, ikterus
dan hepatomegali. Panas menaik, lemah, GI berat delirium, koma serta
kejang.
7. Hepatitis obat = sifat akut, gejala menggigil, panas, ruam, pruritus,
atralgia, anoreksia dan mual. Keadaan lanjut ikterus, urine berwarna gelap,
hati membesar disertai nyeri tekan.
PENUTUP

Demikian SAP “PASIEN HEPATITIS” ini kami buat dengan maksud


memohon partisipasi dari semua pihak guna terlaksana dan suksesnya kegiatan ini.
Dan besar harapan kami SAP ini dapat ditindak lanjuti sebagai mana mestinya.
Semoga acara ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terkait dalam kegiatan
penyuluhan ini, dan berjalan lancar seperti yang diharapkan serta mendapatkan
riddho dari Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA

Ester, Monica. 2017 . Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC


Inayah, Iin. 2015. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Pencernaan. Jakarta: Salemba Medika
Oswari, 2014. Penyakit Dan Cara Penanggulangannya. Jakarta: Gaya Baru
Mansjoer, Arief, Dkk. 2015. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2016. Buku Ajar Medikal Bedah Brunner &Suddarth, Edisi
8, Vol 2. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai