Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

PNEUMONIA

Untuk Memenuhi Tugas Profesi Departemen Anak


Ruang 7A RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

Oleh :
WINDA SETIOWATI
1930054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Pada bayi dengan Pneumonia di Ruang 7A RSU dr. Saiful Anwar
Malang yang Dilakukan Oleh :
Nama : Winda Setiowati
NIM : 1930054
Prodi : Pendidikan Profesi Ners
Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Profesi Ners Departemen
Keperawatan Anak yang dilaksanakan pada tanggal 27 Januari 2020 – 02 Februari 2020, yang
telah disetujui dan disahkan pada :
Hari : Sabtu
Tanggal : 02 Februari 2020

Malang, 02 Februari 2020

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

(.............................................) (.............................................)
RENCANA KEGIATAN MINGGUAN (RKM)

Departemen : Anak Mahasiswa : Winda Setiowati


Periode : 2019 Pembimbing : B Lailatul
Ruang : 7A Minggu ke :1

A. Target yang ingin dicapai


Dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien selama 1 minggu (27 Januari 2020 –
02 Februari 2020)
1. Mampu melakukan pengkajian pada pasien Pneumonia
2. Mampu mengkaji nyeri pada pasien dengan Pneumonia
3. Mampu memberikan terapi analgetik pada pasien dengan Pneumonia
4. Mampu memberikan terapi non farmakologi pada pasien dengan Pneumonia
B. Rencana kegiatan
TIK Jenis Kegiatan Waktu Kriteria Hasil
1. a. Melakukan pengkajian pada Hari Dapat melakukan pengkajian
pasien Pneumonia ke-1 dasar
2. a. Mampu mengobservasi TTV Hari a. Mampu mengobservasi
pada pasien Pneumonia ke-2 TTV
b. Mampu mengobservasi b. Dapat mengukur GCS
keadaan umum pada pasien
Pneumonia

C. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan


1. Tindakan pengkajian sesuai target kompetensi
2. Tindakan pemeriksaan sesuai target kompetensi
3. Tindakan memantau tanda – tanda vital sesuai target kompetensi
D. Evaluasi Diri Praktikan
a. Mampu melakukan semua rencana

Mengetahui,
Malang, 02 Februari 2020

RSU dr. Saiful Anwar Malang Mahasiswa

Winda Setiowati

NIM 1930054
BAB I

LATAR BELAKANG

1.1. Latar Belakang


Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada anak
di negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas
anak berusia dibawah lima tahun (balita). Diperkirakan hampir seperlima kematian anak
diseluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak balita, meninggal setiap tahun akibat pneumonia,
sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. Menurut Survei Kesehatan Nasional
(SKN) 2001, 27,6 % kematian bayi dan 22,8% kematian balita di Indonesia disebabkan
oleh penyakit sistem respiratori, terutama pneumonia. ( Rahajoe N, 2008)
Menurut Depkes, 2012 pneumonia merupakan pembunuh utama anak dibawah usia 5
tahun (balita) didunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti Acquired
Immunodeficiency Syndroma (AIDS), malaria dan campak. Namun, belum banyak
perhatian terhadap penyakit ini. Didunia, dari 9 juta kematian balita lebih dari 2 juta balita
meninggal setiap tahun akibat pneumonia atau sama dengan 4 balita meninggal setiap
matinya.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Definisi Pneumonia


Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan
oleh agen infeksisus (Smeltzer & Bare, 2001: 571). Pneumonia adalah peradangan
paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, maupun jamur (Medicastore).
Pneumonia adalah penyakit infeksius yang sering menyebabkan kematian.
Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantong-kantong
udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan
menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak
bisa bekerja. Karena inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, penderita
pneumonia bisa meninggal.
2.2. Etiologi Pneumonia
Sebenarnya pada diri manusia sudah ada kuman yang dapat menimbulkan
pneumonia dan penyakit ini baru akan timbul apabila ada faktor- faktor prsesipitasi,
namun pneumonia juga sebagai komplikasi dari penyakit yang lain ataupun sebagai
penyakit yang terjadi karena etiologi di bawah ini :

1. Bakteri
Bakteri yang dapat menyebabkan pneumonia adalah : Diplococus pneumonia,
Pneumococcus, Streptococcus Hemoliticus aureus, Haemophilus influenza, Basilus
friendlander (Klebsial pneumonia), Mycobacterium tuberculosis. Bakteri gram
positif yang menyebabkan pneumonia bakteri adalah steprokokus pneumonia,
streptococcus aureus dan streptococcus pyogenis
2. Virus
Pneumonia virus merupakan tipe pneumonia yang paling umum disebabkan
oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus
merupakan penyebab utama pneumonia virus. Virus lain yang dapat menyebabkan
pneumonia adalah Respiratory syntical virus dan virus stinomegalik.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan oleh jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran
burung. Jamur yang dapat menyebabkan pneumonia adalah : Citoplasma
Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides, Cocedirides
Immitis, Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia.
4. Protozoa
Ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada
penderita AIDS.
5. Faktor lain yang mempengaruhi
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia adalah daya tahan tubuh
yang menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun,
pengobatan antibiotik yang tidak sempurna. Faktor-faktor yang meningkatkan
resiko kematian akibat Pnemonia
a. Umur dibawah 2 bulan
b. Tingkat sosio ekonomi rendah
c. Gizi kurang
d. Berat badan lahir rendah
e. Tingkat pendidikan rendah
f. Tingkat pelayanan (jangkauan) pelayanan kesehatan rendah
g. Kepadatan tempat tinggal
h. Imunisasi yang tidak memadai
i. Menderita penyakit kronis
2.3. Klasifikasi Pneumonia

Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2001) :

1. Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :


a. Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan opasitas
lobus atau lobularis.
b. Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang meningkat lambat dengan
gambaran infiltrat paru bilateral yang difus.
2. Berdasarkan faktor lingkungan :
a. Pneumonia komunitas
b. Pneumonia nosokomial
c. Pneumonia rekurens
d. Pneumonia aspirasi
e. Pneumonia pada gangguan imun
f. Pneumonia hipostatik
3. Berdasarkan sindrom klinis :
a. Pneumonia bakterial berupa : pneumonia bakterial tipe tipikal yang terutama
mengenai parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia lobar
serta pneumonia bakterial tipe campuran atipikal yaitu perjalanan penyakit
ringan dan jarang disertai konsolidasi paru.
b. Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan
Mycoplasma, Chlamydia pneumoniae atau Legionella.
Klasifikasi berdasarkan Reeves (2001) :

1. Community Acquired Pneunomia dimulai sebagai penyakit pernafasan umum dan


bisa berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia Streptococal merupakan
organisme penyebab umum. Tipe pneumonia ini biasanya menimpa kalangan anak-
anak atau kalangan orang tua.
2. Hospital Acquired Pneumonia dikenal sebagai pneumonia nosokomial. Organisme
seperti ini aeruginisa pseudomonas. Klibseilla atau aureus stapilococcus,
merupakan bakteri umum penyebab hospital acquired pneumonia.
3. Lobar dan Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi.
Sekarang ini pneumonia diklasifikasikan menurut organisme, bukan hanya menurut
lokasi anatominya saja.
4. Pneumonia viral, bakterial dan fungi dikategorikan berdasarkan pada agen
penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk mengidentifikasikan organisme
perusak.
2.4. Manifestasi Klinis Pneumonia

Manifestasi klinis dari bronkopneumonia adalah antara lain:

1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan


a. Nyeri pleuritik
b. Nafas dangkal dan mendengkur
c. Takipnea
2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
a. Mengecil, kemudian menjadi hilang
b. Krekels, ronki, egofoni
3. Gerakan dada tidak simetris
4. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
5. Diaforesis
6. Anoreksia
7. Malaise
8. Batuk kental, produktif
a. Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau berkarat
9. Gelisah
10. Cyanosis
a. Area sirkumoral
b. Dasar kuku kebiruan
11. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati
2.5. Pathway

virus bakteri jamur aspirasi


3.

Peningkatan 4. nafas bagian bawah


Saluran Resiko infeksi
produksi 5.
skret
bronchiolus Stimulasi
chemoreseptor
akumilasi hipotalamus
skret alveous

Set point
Obstruksi bertambah
Radang
6. pada bronkus
jalan nafas
7.dan alveolus
Respon menggigil
Peningkatan Gangguan
frekuensi ventiasi Fibrosus
8. dan pelebaran
nafas Respon
peningkatan
atelaktasis panas tubuh
Perangsanga Bersihan
n Ras jalan nafa
(recticular tidak efektif
aktivating Gangguan
9. pertukaran hiperemi
system) gas

Perubahan Oksigen kejaringan Evaporasi


Susah tidur 10.
pola tidur menurun meningkat
11.

Keluarga tegang
kelemahan Cairan tubuh
berkurang
Ansietas
orangtua
Intoleransi aktivitas
12. Defisit volume
Rangsangan Peningkatan tekanan cairan
batuk abdomen 13.

nyeri
muntah

Gangguan rasa Nutisi kurang dari kebutunan


nyaman: nyeri
2.6. Pemeriksaan Penunjang

1. Sinar x : mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan abses


luas/infiltrat, empiema(stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakterial);
atau penyebaran /perluasan infiltrat nodul (virus). Pneumonia mikoplasma sinar x dada
mungkin bersih.
2. Analisa Gas Darah (Analisa Gas Darah) : tidak normal mungkin terjadi, tergantung
pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
3. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi jarum, aspirasi
transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi
organisme penyebab.
4. JDL : leukositosis biasanya ada, meski sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus,
kondisi tekanan imun memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial.
5. Pemeriksaan serologi : titer virus atu legionella, aglutinin dingin.
6. LED : meningkat
7. Pemeriksaan fungsi paru : volume ungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar);
tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain menurun, hipoksemia.
8. Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah
9. Bilirubin : mungkin meningkat
10. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka :menyatakan intranuklear tipikal dan
keterlibatan sitoplasmik(CMV) (Doenges, 1999)
2.7. Penatalaksanaan Medis
1. Pemberian antibiotik per-oral/melalui infus.
2. Pemberian oksigen tambahan
3. Pemberian cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
4. Antibiotik sesuai dengan program
5. Pemeriksaan sensitivitas untuk pemberian antibiotik
6. Cairan, kalori dan elektrolit glukosa 10 % : NaCl 0,9 % = 3 : 1 ditambah larutan KCl
10 mEq/500 ml cairan infuse.
7. Obat-obatan :
a. Antibiotika berdasarkan etiologi.
b. Kortikosteroid bila banyak lender.
8. Kemotherapi untuk mycoplasma pneumonia, dapat diberikan Eritromicin 4 X 500 mg
sehari atau Tetrasiklin 3-4 hari mg sehari. Obat-obatan ini meringankan dan
mempercepat penyembuhan terutama pada kasus yang berat. Obat-obat penghambat
sintesis SNA (Sintosin Antapinosin dan Indoksi Urudin) dan interperon inducer seperti
polinosimle, poliudikocid pengobatan simptomatik seperti :
a. Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat di rumah.
b. Simptomatik terhadap batuk.
c. Batuk yang produktif jangan di tekan dengan antitusif
d. Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan
broncodilator.
e. Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat.
Antibiotik yang paling baik adalah antibiotik yang sesuai dengan penyebab yang
mempunyai spektrum sempit.
2.8. Komplikasi
Bila tidak ditangani secara tepat, akan mengakibatkan komplikasi. Komplikasi
dari pneumonia / bronchopneumonia adalah :

1. Otitis media akut (OMA) terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang berlebihan akan
masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga
tengah dan mengakibatkan hampa udara, kemudian gendang telinga akan tertarik ke
dalam dan timbul efusi.
2. Efusi pleura
3. Abses otak
4. Endokarditis
5. Osteomielitis
6. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
7. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura
terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
8. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
9. Infeksi sitemik.
10. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
11. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian
1. Data Subjektif
a. Klien mengatakan badan demam
b. Klien mengatakan merasa nyeri di daerah dada yang terasa tertusuk-tusuk, terutama
saat bernafas atau batuk
c. Klien mengatakan tenggorokan terasa sakit, sakit kepala, dan mialgia
d. Klien mengatakan sering mengeluarkan dahak yang kental, berbusa dan berwarna
kehijauan atau bercampur darah.
e. Klien mengatakan lebih merasakan nyaman saat duduk tegak di tempat tidur dengan
condong ke arah depan tanpa mencoba untuk batuk atau nafas dalam.
f. Klien mengatakan sering berkeringat banyak.
g. Klien mengatakan dada terasa sangat sesak dan sulit bernafas.
2. Data Objektif
a. Suhu tubuh klien teraba panas, lebih dari 37,5 0C dan klien tampak menggigil.
b. Wajah klien tampak meringis.
c. Takipnea (25-45x/menit), dyspnea
d. Terdengar pernafasan mendengkur, rhonchi saat auskultasi.
e. Tampak penggunaan pernafasan cuping hidung atau otot-otot aksesori pernafasan.
f. Klien tampak lemah dan pucat.
g. Tampak area solid (konsolidasi) pada lobus-lobus paru dalam hasil rontgen dada.
h. Terjadi peningkatan taktil fremitus saat dilakukan palpasi.
i. Suara pekak pada saat perkusi di daerah dada
j. Terdengar bunyi nafas bronkovesikuler atau bronkial, egofoni (bunyi mengembik
yang terauskultasi), dan bisikan pektoriloquy (bunyi bisikan yang terauskultasi
melalui dinding dada).
k. Ditemukannya ketidaknormalan pada hasil AGD.
l. Terdapat perubahan pada frekuensi, ritme, dan kedalaman pernafasan.
m. Kesadaran dapat menurun akibat perluasan infeksi menjadi sepsis
3.2. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d inflamasi dan obstruksi jalan nafas
2. Ketidakefektifan pola nafas
3. Kekurangan volume cairan b.d intake oral tidak adekuat, takipnea, demam
4. Intoleransi aktivitas b.d isolasi respiratory
5. Defisiensi pengetahuan b.d perawatan anak pulang
3.3.Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kreteria Intervensi Rasional
hasil
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan NIC label
bersihan jalan nafas tindakan keperawatan Respiratory Monitoring
b.d inflamasi dan selama ..x .. jam
obstruksi jalan nafas diharapkan jalan nafas 1. Monitor vital sign (suhu, 1. Untuk mengetahui
pasien bersih RR, Nadi) keadaan umum klien.
NOC 2. Monitor respirasi dan 2. Penurunan bunyi napas
 Respiratory status: oksigenasi dapat menunjukkan
ventilation 3. Auskultasi bunyi napas atelektasis
 Respiratory status: 4. Anjurkan keluarga pasien 3. Untuk mencatat adanya
airway patency memberikan minuman suara napas tambahan.
Kriteria hasil: hangat atau susu hangat 4. Berguna untuk
 Mendomonstrasika 5. Kolaborasi dalam melunakan secret
n batuk efektif dan pemberian terapi nebulizer 5. Untuk melancarkan
suara nafas bersih, sesuai indikasi mengencerkan dahak dan
tidak ada sianosis 6. Berikan O2 dengan melancarkan jalan nafas.
dan dyspneu menggunakan nasal 6. Untuk membantu pasien
 Menunjukkan jalan 7. Penghisapan (suction) bernafas lebih
nafas yang paten sesuai indikasi. baik/mengurangi sesak
 Mampu nafas
mengidentifikasi 7. Merangsang batuk atau
dan mencegah pembersihan jalan nafas
faktor yang dapat suara mekanik pada faktor
menghambat jalan yang tidak mampu
nafas melakukan karena batuk
efektif atau penurunan
tingkat kesadaran.
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan NIC 1. Untuk memastikan ada
pola nafas tindakan keperawatan atau tidaknya sumbatan
selama ..x .. jam 1. Buka jalan nafas pada jalan nafas
diharapkan pola nafas 2. Pastikan posisi untuk 2. Agar pasien dapat
pasien normal memaksimalkan ventilasi bernafas dengan
NOC: 3. Auskultasi suara nafas, catat optimal/lebih baik
adanya suara tambahan 3. Untuk mengetahui
 Respiratory 4. Monitor vital sign adanya suara nafas
status: ventilasi (pernafasan) dan status O2 tambahan
 Respiratory 5. Keluarkan secret dengan 4. Untuk mengetahui
status: airway batuk atau suction kondisi pernafasan
patency pasien dan status O2
 Vital sign status 5. Untuk mengeluarkan
secret yang
Kriteria hasil: menghambat jalan
 Mendemonstrasi nafas
kan batuk
efektif, suara
nafas yang
bersih, tidak ada
cyanosis,
dyspneu
 Menunjukkan
jalan nafas yang
paten (irama
nafas, tidak
tercekik, tidak
ada nsuara nafas
abnormal)
 Tanda-tanda
vital dalam
rentang normal

3. Kekurangan Setelah dilakukan NIC


volume cairan b.d tindakan keperawatan 1.Monitoring status hidrasi 1. Untuk mengetahui status
intake oral tidak selama ..x.. jam (kelembaban membrane mukosa, hidrasi pasien
adekuat, takipnea, diharapkan kebutuhan nadi yang adekuat) secara tepat
demam volume cairan pasien 2.Atur catatan intake dan output 2. Untuk memastikan jumlah
terpenuhi. cairan secara akurat cairan yang masuk dan
NOC keluar
 Fluid balance 3.Beri cairan yang sesuai 3. Untuk memenuhi
 Hydration kebutuhan cairan pasien
 Nutritional Fluid monitoring:
status: food and 4.Identifikasi factor risiko 4. Untuk mengetahui factor
fluid intake ketidakseimbangan cairan risiko ketidakseimbangan
Kriteria hasil: (hipertermi, infeksi, muntah dan cairan dan mencegah
 Mempertahanka diare) secara dini factor tersebut
n urine output 5.Monitoring tekanan darah, nadi 5. Komplikasi letal dapat
sesuai dengan dan RR terjadi selama awal
usia, dn BB, BJ, periode pengobatan
urien normal, antimikroba. Kurva suhu
HT normal tubuh memberikan indeks
 Tekanan darah, respon pasien terhadap
nadi, suhu tubuh terapi. Hipotensi yang
dalam batas terjadi dini pada
normal perjalanan penyakit dapat
 Tidak ada tanda- mengindikasikan hipoksia
tanda dehidrasi, atau bakterimia.
elestisitas turgor Antipiretik diberikan
kulit baik, dengan kewaspadaan,
membran karena antipiretik dapat
mukosa lembab, mengakibatkan penurunan
tidak ada rasa suhu dan dengan demikian
haus yang IV teraphy: mengganggu evalusasi
berlebihan 6.Lakukan 5 benar pemberian kurva suhu
terapi infuse (benar obat, dosis, 6. Untuk memastikan terapi
pasien, rute, frekuensi) diberikan secara benar
7.Monitoring tetesan dan tempat
IV selama pemberian 7. Untuk memastikan
pemberian terapi
diberikan secara tepat

4. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan NIC Activity Therapy 1. Untuk dapat memberikan
b.d isolasi tindakan keperawatan 1. Kaloborasikan dengan tenaga program yang sesuai dan
respiratory selama ..x.. jam rehabilitasi medik dalam tepat.
diharapkan energi merencanakan program terapi 2. Untuk mengetahui
psikologis maupun yang tepat kemampuan pasien dalam
fisiologi pasien 2. Bantu pasien melakukan suatu aktivitas
terpenuhi mengidentifikasikan aktivitas 3. Untuk membantu pasien
NOC yang mampu dilakukan dalam beraktivitas
 Energy 3. Bantu untuk mendapatkan alat 4. Untuk dapat mengetahui
conervation bantuan aktivitas seperti kursi kekurangan pasien dalam
 Activity roda beraktivitas dan
tolerrance 4. Bantu pasien dan keluarga memberikan penanganan
 Self care: Adls untuk mengidentifikasi yang tepat
Kriteria hasil: kekurangan dalam aktivitas 5. Untuk bisa membuat
 Berpartisipasi 5. Bantu pasien mengembangkan pasien selalu termotivsi
dalam aktifitas motivasi dan peguatan dan besemangat
fisik tanpa 6. Monitor respon fisik, emosi, 6. Untuk mengetahui
disertai sosial, dan spiritual kesanggupan dan
peningkatan
tekanan darah, keinginan pasien dalam
nadi, RR melakukan aktivitas
 Mempu
melakukan
aktivitas sehari-
hari secara
mandiri
 Tanda tanda
vital normal
 Energy
psikomotor
 Level
kelemahan
 Mampu
berpindah:
dengan atau
tanpa bantuan
 Status
kardiopulmonari
adekuat
 Sirkulasi status
baik
 Status respirasi:
pertukaran gas
dan ventilasi
adekuat
5. Defisiensi Setelah dilakukan 1. Berikan penilaian tentang 1. Untuk bisa mengukur
pengetahuan b.d tindakan keperawatan tingkat pengetahuan pasien tingkat pengetahuan
perawatan anak selama ..x.. jam tentang proses penyakit yang keluarga pasien
pulang diharapkan spesifik 2. Untuk mempermudah
pengetahuan keluarga 2. Gambarkan tanda dan gejala keluarga pasien
pasien bertambah. yang biasa muncul pada mengerti tentang
NIC penyakit, dengan cara yang penyakit pasien dan
tepat dapat mengetahui tanda
 Knowlwdge: 3. Identifikasi kemungkinan dan gejalanya
disease process penyebab dengan cara yang 3. Untuk mengetahui
 Knowledge: tepat penyebab yang dapat
health Behavior 4. Diskusikan pilihan terapi menimbulkan penyakit
atau penanganan pasien menjadi semakin
Kriteria Hasil: memburuk
 Keluarga pasien 4. Untuk bisa memberikan
menyatakan terapi yang tepat pada
paham tentang pasien
penyakit,
kondisi,
prognosis, dan
program
pengobatan
 Keluarga pasien
mampu
melakukan
prosedur yang
dijelaskan
secara benar
 Keluarga pasien
mampu
menjelaskan
kembali apa
yang dijelaskan
perawat/tim
kesehatan
lainnya
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer,Suzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &Suddarth


volume 1.Jakarta:EGC
Nurarif, Amin Huda. 2015. Nanda. Nic Noc Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC
Dochterman, Joanne McCloskey et al.2004.Nursing Interventions Classification
(NIC).Missouri : Mosby
Moorhead, Sue et al. 2008.Nursing Outcome Classification (NOC).Missouri : Mosby
Dahlan, Zul. 2006. Buku Ajar Ilmu Pernyakit Dalam. Jakarta: balai penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai