Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN CA RECTUM DI RUANG 19 RSUD


dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Oleh :
NAMA : ANIK YULAIKHA
NIM : 1930009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
TAHUN 2019
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Pada dengan Ca rektum di Ruang 19 Rumah Sakit dr.


Saiful Anwar Malang yang Dilakukan Oleh :
Nama : Anik Yulaikha
NIM : 1930009
Prodi : Profesi Ners
Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Profesi Ners
Departemen Keperawatan Medikal Bedah yang dilaksanakan pada tanggal 23
september 2019 – 28 september 2019, yang telah disetujui dan disahkan pada :
Hari :
Tanggal : September 2019

Malang, September 2019

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

(.............................................) (.............................................)
RENCANA KEGIATAN MINGGUAN (RKM)

Departemen : Keperawatan Medikal Bedah Mahasiswa : Anik Yulaikha


Periode : 2019 Pembimbing : Bu Dwi
Ruang : 19 Minggu ke :2

A. Target yang ingin dicapai


Dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien Tumor Paru selama 1
minggu (23 September 2019 s/d 28 September 2019)
1. Mampu melakukan pengkajian pada pasien ca rectum.
2. Mampu mengkaji skala nyeri pada pasien dengan ca rectum.
3. Mampu mengajarkan teknik non farmakogi untuk mengurangi rasa nyeri
pada pasien ca rektum..
4. Mampu mengetahui diit yang sesuai pada pasien dengan ca rectum
5. Mampu memberikan tindakan rawat luka pada pasien dengan post op ca
rectum.

B. Rencana kegiatan
TIK Jenis Kegiatan Waktu Kriteria Hasil
1. a. Melakukan pengkajian pada Hari ke-1 Dapat melakukan
pasien ca rectum pengkajian dasar
2. a. Mampu mengkaji nyeri Hari ke-2 a. Mampu mengkaji status
nyeri
pada pasien dengan ca
rectum
b. Mampu mengkaji
b. Mampu mengkaji
kebutuhan nutrisi
kebutuhan nutrisi pada
pasien ca rectum
3. a. Memberikan terapi non Hari ke 3 - a. Mampu memberikan
farmakologi 6 terapi non farmakologi
b. Memantau tanda – tanda vital b. Mampu memantau tanda
– tanda vital
C. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan
1. Tindakan pengkajian Ca Rectum sesuai target kompetensi
2. Tindakan menghitung balance cairan sesuai target kompetensi
3. Tindakan merawat luka pasien sesuai target kompetensi
4. Tindakan memberikan terapi intra vena sesuai target kompetensi
5. Tindakan memberikan cairan infus sesuai target kompetensi
6. Tindakan memantau tanda – tanda vital sesuai target kompetensi

D. Evaluasi Diri Praktikan


a. Belum mampu melakukan semua rencana

Mengetahui,
Malang, september 2019
Pembimbing lahan RSSA Malang Mahasiswa

Anik Yulaikha
NIM 1930009
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker merupakan salah satu penyakit yang termasuk dalam
kelompok penyakit tidak menular (Non-communicable diseases atau NCD).
NCD merupakan penyebab kematian terbesar di dunia. Kanker kolorektal
merupakan keganasan yang terjadi di kolon atau rektum. World Health
Organization (WHO) (2015) menjelaskan bahwa kanker kolorektal
menempati urutan ketiga dari lima macam kanker yang paling sering terjadi
pada laki-laki sejak tahun 2012 setelah kanker paru dan prostat. Sedangkan
pada wanita, kanker kolorektal menempati urutan kedua dari lima macam
kanker yang sering menyerang wanita setelah kanker payudara.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 prevalensi


kanker di Indonesia yaitu 1,4 per 1.000 penduduk. Berdasarkan riset
tersebut juga diketahui bahwa kanker menempatii urutan ketujuh sebagai
penyebab kematian akibat penyakit di Indonesia setelah stroke, tuberculosis,
hipertensi, cidera, perinatal, dan diabetes mellitus. Berdasarkan buletin
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI (2015), kanker
kolorektal menjadi penyebab kematian keempat tertinggi kasus kanker
dengan jumlah kematian sebanyak 17,2 % dan penambahan kasus baru
sebanyak 8,4% setiap tahunnya. Kanker kolorektal juga merupakan salah
satu dari tiga kasus terbanyak yang ada di ruang rawat inap lantai 4 bedah
selatan RSUP Fatmawati pada bulan Mei 2015 riwayat adenoma atau
kanker kolorektal; penyakit lain seperti familial polyposis coli, kolitis
ulseratif, dan Chron’s disease; riwayat merokok; riwayat minuman
beralkohol; riwayat gastrektomi; kurangnya latihan/aktivitas fisik (Black &
Hawks, 2009). Rata-rata pasien yang dirawat dengan kanker kolorektal
datang dengan keluhan BAB berdarah dan perubahan pola BAB, penurunan
hemoglobin atau anemia, lemas, penurunan berat badan, gangguan intake
makanan dan keluhan nyeri berat. Penatalaksanaan pada pasien-pasien
tersebut akan lebih efektif dengan kolaborasi perawatan dari segi medis,
pembedahan, keperawatan, dan dietisien sesuai dengan kondisi klinis pasien
dan stadium kanker yang diderita.

Kanker kolon biasanya dimulai dengan pembengkakan seperti kancing


pada permukaan lapisan usus atau pada polip. Kemudian kanker akan mulai
memasuki dinding usus. Kelenjar getah bening di dekatnya juga bisa
terkena. Karena darah dari dinding usus dibawa ke hati, kanker kolon
biasanya menyebar (metastase) ke hati segera setelah menyebar ke kelenjar
getah bening di dekatnya.
1.1 Tujuan
1. Tujuan Umum
Menambah pengetahuan tentang penyakit ca rektum mulai dari
pengertian, penyebab, tanda gejala, jenis, pencengahan sampai
penanganannya.
2. Tujuan Khusus
Dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan ca rectum
ca rectum.
1.3 Manfaat
Dari penyuluhan yang akan dilakukan, diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Perawat
Memberikan motivasi kepada perawat untuk dapat meningkatkan
asuhan keperawatan kepada pasien ca caecum sehingga dapat
meningkatkan kualitas dalam tindakan.
2. Bagi instansi terkait
Menjadi bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas kesehatan
dengan meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang penanganan
dibetes melitus dan etika batuk pada pasien dan keluarga pasien di
Ruang 19 Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Ca rekti adalah kanker yang berasal dalam permukaan rektum/rectal.
Umumnya kanker kolorektal berawal dari pertumbuhan sel yang tidak
ganas, terdapat adenoma atau berbentuk polip.Ca Kolorectal merupakan
salah satu dari keganasan pada kolon dan rektum yang khusus menyerang
bagian rekti yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel epitel yang tidak
terkendali (Black & Hawks, 2014).

2.2 Anatomi Fisiologi


Usus besar atau Intestinum mayor panjangnya ± 1,5 m, lebarnya 5-6
cm. Banyak bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri ini juga
penting untuk fungsi normal dari usus. Fungsi usus besar, terdiri dari
:Menyerap air dari makanan, tempat tinggal bakteri E.Coli, tempat feses.
Usus besar (kolon), terdiri atas:
1. Sekum
Sekum (bahasa latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah suatu
kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon
menanjak dari usus besar. Di bawah sekum terdapat appendiks
vermiformis yang berbentuk seperti cacing sehingga disebut juga umbai
cacing, panjangnya ± 6 cm. Seluruhnya ditutupi oleh peritoneum mudah
bergerak walaupun tidak mempunyai mesentrium dan dapat diraba
melalui dinding abdomen pada orang yang masih hidup.
2. Kolon Asendens
Kolon assendens mempunyai panjang 13 cm, terletak di
abdomen bawah sebelah kanan membujur ke atas dari ileum ke bawah
hati. Di bawah hati melengkung ke kiri, lengkungan ini disebut fleksura
hepatica, dilanjutkan sebagai kolon transversum.
3. Kolon Transversum
Panjangnya ±38 cm membujur dari kolon asendens sampai ke kolon
desendens berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura
hepatica dan sebelah kiri terdapaat fleksura lienalis.
4. Kolon Desendens
Panjangnya ±25 cm terletak di abdomen bawah bagian kiri membujur
dari atas ke bawah dan fleksura lienalis sampai ke depan ileum
kiri, bersambung dengan kolon sigmoid.
5. Kolon Sigmoid
Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak
miring dalam rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai S,
ujung bawahnya berhubungan dengan rektum
6. Rektum
Rektum (Bahasa Latin: regere, "meluruskan, mengatur") adalah sebuah
ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid)
dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan
sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di
tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon
desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul
keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding
rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu
sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan
defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan
dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali
dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang
lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan
anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak
yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang
penting untuk menunda BAB.
Secara anatomi rektum terbentang dari vertebre sakrum ke-3 sampai
aris anorektal dengan panjang sekitar 12-13 cm (Sloane, 2014). Secara
fungsional dan endoskopik, rektum dibagi menjadi bagian ampula dan
sfingter. Bagian sfingter disebut juga annulus hemoroidalis, dikelilingi
oleh muskulus levator ani dan fasia coli dari fasia supra-ani. Sfingter
anal internal otot polos (involunter) dan sfingter anal eksternal otot
rangka (volunter) mengitari anus (Sloane, 2014). Bagian ampula
terbentang dari sakrum ke-3 ke difragma pelvis pada insersi muskulus
levator ani. Pada orang dewasa dinding rektum mempunyai 4 lapisan
yaitu mukosa, submukosa, muskularis (sirkuler dan longitudinal), dan
lapisan serosa. Mukosa saluran anal tersusun dari kolumna rektal (anal),
yaitu lipatan-lipatan vertikal yang masing-masing berisi arteri dan vena
(Sloane, 2014).

Gambar 2.1 Anatomi Fisiologi Rectum

2.3 Etiologi
Beberapa faktor risiko/faktor predisposisi terjadinya kanker rectum
menurut Brunner & Suddarth (2002) telah diidentifikasi sebagai berikut:
1. Diet rendah serat
Kebiasaan diet rendah serat adalah faktor penyebab utama, Prince &
Wilson (1995) mengemukakan bahwa diet rendah serat dan kaya
karbohidrat refined mengakibatkan perubahan pada flora feses dan
perubahan degradasi garam-garam empedu atau hasil pemecahan protein
dan lemak, dimana sebagian dari zat-zat ini bersifat karsinogenik. Diet
rendah serat juga menyebabkan pemekatan zat yang berpotensi
karsinogenik dalam feses yang bervolume lebih kecil. Selain itu masa
transisi feses meningkat, akibat kontak zat yang berpotensi karsinogenik
dengan mukosa usus bertambah lama.
2. Polip di usus (Colorectal polyps): Polip adalah pertumbuhan pada
dinding dalam kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia
50 tahun ke atas. Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi
beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.
3. Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn: Orang dengan kondisi yang
menyebabkan peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau
penyakit Crohn) selama bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar
4. Riwayat kanker pribadi: Orang yang sudah pernah terkena
kanker colorectal dapat terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya.
Selain itu, wanita dengan riwayat kanker di indung telur, uterus
(endometrium) atau payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi
untuk terkena kanker colorectal.
5. Riwayat kanker colorectal pada keluarga: Jika Anda mempunyai riwayat
kanker colorectal pada keluarga, maka kemungkinan Anda terkena
penyakit ini lebih besar, khususnya jika saudara Anda terkena kanker
pada usia muda.
6. Faktor gaya hidup: Orang yang merokok, atau menjalani pola makan
yang tinggi lemak dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat
risiko yang lebih besar terkena kanker colorectal.
7. Usia di atas 50: Kanker colorectal biasa terjadi pada mereka yang
berusia lebih tua. Lebih dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini
didiagnosis setelah usia 50 tahun ke atas.
2.4 Klasifikasi
Metode penahapan kanker yang digunakan adalah klasifikasi duke
sebagai berikut (Smeltzer, Burke, Hinkle, & Cheever, 2010):

T N M Dukes Keteranagan:
Stage 0 Tis N0 M0 Kelas A : Tumor
Stage I T1 N0 M0 A dibatasi pada mukosa
T2 N0 M0 dan submukosa
Stage II T3 N0 M0 B
Kelas B : Penetrasi
T4 N0 M0 melalui dinding usus

Stage III Any T N1 M0 C Kelas C : invasi


kedalam sistem limfe
Any T N2, N3 M0
yang mengalir
Stage IV Any T Any N M1 D regional

Kelas D : metastase
regional tahap lanjut
dan penyebaran yang
luas

Gambar 2 Stage Tahapan Terjadinya Ca Rectum

TNM staging digunakan berdasarkan perjalanan penyakit kanker melalui


tiga parameter yaitu tumor size (T) atau ukuran tumor, lymph node (N) atau
kelenjar getah bening regional dan absence of metastasis (M) atau penyebaran
jauh.
1. T (Tumor Primer : ukuran, luas dan kedalaman)
TX : tumor primer tidak dapat dikaji
T0 : tidak ada bukti tumor primer
Tis : karsinoma in-situ
T1, T2, T3, T4 : dari T1 sampai T4 tumor primer semakin besar dan
semakin jauh infiltrasi di jaringan dan alat yang berdekatan.
2. N (Metastasis Nodus : luas, dan lokasi kelenjar getah bening regional yang
terkena)
NX : kelenjar getah bening regional tidak dapat dikaji
N0 : tidak ada metastasis kelenjar getah bening regional
N1,N2,N3 : menunjukkan banyaknya kelenjar getah bening yang
terlibat, dan ada atau tidaknya infiltrasi di alat dan struktur yang
berdekatan.
3. M (Metastasis : tidak ada atau ada penyebaran jauh penyakit)
MX : penyakit jauh tidak dapat dikaji
M0 : tidak ada penyebaran jauh dari penyakit
M1 : penyebaran penyakit jauh
Pada perkembangan selanjutnya, The American Joint Committee on
Cancer (AJCC)memperkenalkan TNM staging system, yang menempatkan
kanker menjadi satu dalam 4 stadium (Stadium I-IV) (Anderson, 2006).
1. Stadium 0
Pada stadium 0, kanker ditemukan hanya pada bagian paling dalam
rectum, yaitu pada mukosa saja.Disebut juga carcinoma in situ.
2. Stadium I
Pada stadium I, kanker telah menyebar menembus mukosa sampai lapisan
muskularis dan melibatkan bagian dalam dinding rektum tapi tidak
menyebar kebagian terluar dinding rektum ataupun keluar dari rektum.
Disebut juga Dukes A rectal cancer.
3. Stadium II
Pada stadium II, kanker telah menyebar keluar rektum kejaringan terdekat
namun tidak menyebar ke limfonodi. Disebut juga Dukes B rectal cancer.
4. Stadium III
Pada stadium III, kanker telah menyebar ke limfonodi terdekat, tapi tidak
menyebar kebagian tubuh lainnya. Disebut juga Dukes C rectal cancer.
5. Stadium IV
Pada stadium IV, kanker telah menyebar kebagian lain tubuh seperti hati,
paru, atau ovarium. Disebut juga Dukes D rectal cancer.

2.5 Manifestasi Klinis


Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi
segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala yang paling menonjol adalah
(Brunner & Suddarth, 2002):
1. Perubahan kebiasaan defekasi
2. Pasase darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua
3. Gejala anemi tanpa diketahui penyebabnya
4. Anoreksia
5. Penurunan berat badan tanpa ala an
6. Keletihan
7. Mual dan muntah-muntah
8. Usus besar terasa tidak kosong seluruhnya setelah BAB
9. Feses menjadi lebih sempit (seperti pita)
10. Perut sering terasa kembung atau keram perut
11. Gejala yang dihubungkan dengan lesi rectal adalah: evakuasi feses
yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian
(umumnya konstipasi), serta feses berdarah.

2.6 Patofisiologi
Karsinogenesis dan onkogenesis merupakan nama lain dari
perkembangan kanker. Proses perubahan sel normal menjadi sel kanker
disebut transformasi maligna (Ignatavicius et al, 2006). Karsinogen adalah
substansi yang mengakibatkan perubahan pada struktur dan fungsi sel
menjadi sel yang bersifat otonom dan maligna. Trasformasi maligna diduga
mempunyai sedikitnya tiga tahapan proses selular yaitu inisiasi, promosi,
dan progresi (Basavanthappa, 2007; Smeltzer & Bare, 2002), yaitu :
1. Inisiasi (Carcinogen)
Pada tahap ini terjadi perubahan dalam bahan genetik sel yang
memancing sel menjadi ganas. Perubahan ini disebabkan oleh status
karsinogen berupa bahan kimia, virus, radiasi atau sinar matahari yang
berperan sebagai inisiator dan bereaksi dengan DNA yang menyebabkan
DNA pecah dan mengalami hambatan perbaikan DNA. Perubahan ini
mungkin dipulihkan melalui mekanisme perbaikan DNA atau dapat
mengakibatkan mutasi selular permanen. Mutasi ini biasanya tidak
signifikan bagi sel-sel sampai terjadi karsinogenesis tahap kedua.

2. Promosi (Co-carcinogen)
Pemajanan berulang terhadap agen menyebabkan ekspresi
informasi abnormal. Pada tahap ini suatu sel yang telah mengalami
inisiasi akan berubah menjadi ganas. Tahap promosi merupakan hasil
interaksi antara faktor kedua dengan sel yang terinisiasi pada tahap
sebelumnya. Faktor kedua sebagai agen penyebabnya disebut complete
carcinogen karena melengkapi tahap inisiasi dengan tahap promosi.
Agen promosi bekerja dengan mengubah informasi genetik dalam sel,
meningkatkan sintesis DNA, meningkatkan salinan pasangan gen dan
merubah pola komunikasi antarsel. Pada masa antara inisiasi dan promosi
merupakan kunci konsep dalam pencegahan kanker, karena bila pada
tahap ini dilakukan pencegahan pemaparan karsinogen ulang seperti
makanan berlemak, obesitas, rokok, dan alkohol akan dapat menurunkan
risiko terbentuknya formasi neoplastik.
3. Progresi (Complete Carcinogen )
Pada tahapan ini merupakan tahap akhir dari terbentuknya sel
kanker atau karsinogenesis.Sel-sel yang mengalami perubahan bentuk
selama inisiasi dan promosi kini melakukan perilaku maligna. Sel-sel ini
sekarang menampakkan suatu kecenderungan untuk menginvasi jaringan
yang berdekatan (bermetastasis).
Kanker pada saluran cerna bagian bawah tidak diketahui secara
pasti. Polip dan ulserasi colitis kronis dapat berubah menjadi ganas tetapi
dianggap bukan sebagai penyebab langsung. Asam empedu dapat
berperan sebagai karsinogen yang mungkin berada di kolon. Hipotesa
penyebab yang lain adalah meningkatnya penggunaan lemak yang bisa
menyebabkan kanker kolorektal. Diet rendah serat dan kaya karbohidrat
refined mengakibatkan perubahan pada flora feses dan perubahan
degradasi garam-garam empedu atau hasil pemecahan protein dan lemak,
dimana sebagian dari zat-zat ini bersifat karsinogenik. Diet rendah serat
juga menyebabkan pemekatan zat yang berpotensi karsinogenik dalam
feses yang bervolume lebih kecil. Selain itu masa transisi feses
meningkat, akibat kontak zat yang berpotensi karsinogenik dengan
mukosa usus bertambah lama.
Kelebihan lemak diyakini mengubah flora bakteri dan mengubah
steroid menjadi senyawa yang mempunyai sifat karsinogen. Menurut
Physicians Committee for Responsible Medicine, bakteri juga memiliki
peranan dalam timbulnya kanker usus. Bakteri dapat mengubah asam
empedu, yang dikeluarkan oleh tubuh untuk membantu pencernaan
lemak, menjadi suatu senyawa-senyawa yang dapat memicu kanker.

2.7 Pathway
(Ramali, 2014)

Karsinogen membuat
DNA baru

Transformasi Maligna menjadi 3


1. Inisiasi (Carcinogen)
2. Promosi (Co-Carcinogen)
3. Progresi (Compplete Carcinogen)

Kerusakan DNA

Penggabungan DNA
asing dan DNA induk
Sintesis RNA baru

Mitosis dipercepat

Transportasi kanker

Pertumbuhan sel liar


ganas

Hemoroid Ca Rectum Perubahan Proses Defekasi

Nyeri Kronis Anoreksia Konstipasi

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang


Dari Kebutuhan Tubuh

2.8 Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang Dan Pemeriksaan Fisik


Untuk menegakkan diagnosa yang tepat diperlukan (Sudjatmiko, 2010):
1) Anamnesis yang teliti, meliputi:
a) Perubahan pola/kebiasaan defekasi baik berupa diare maupun
konstipasi (change of bowel habit)
b) Frekuensi, konsistensi tinja
c) Perdarahan per anus
d) Tenesmus
e) Nyeri perut : kolik, menetap
f) Penurunan berat badan
g) Faktor predisposisi:
1. Riwayat kanker dalam keluarga
2. Riwayat polip usus
3. Riwayat kolitis ulserosa
4. Riwayat kanker pada organ lain (payudara/ovarium)
5. Uretero-sigmoidostomi
6. Kebiasaan makan (tinggi lemak rendah serat)
2) Pemeriksaan fisik dengan perhatian pada:
a) Status gizi
b) Anemia
c) Benjolan/massa di abdomen
d) Nyeri tekan
e) Pembesaran kelenjar limfe
f) Pembesaran hati/limpa
g) Colok rectum (rectal toucher) ditemukan darah dan lendir, tonus
sfingter ani keras/lembek, mukosa kasar, kaku biasanya dapat
digeser, ampula rectum kolaps/kembung terisi feses atau tumor yang
dapat teraba atau tidak.
3) Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
a) Test darah samar: terkadang kanker atau polip mengeluarkan
darah, dan FOBT dapat mendeteksi jumlah darah yang sangat
sedikit dalam kotoran. Karena tes ini hanya mendeteksi darah,
tes-tes lain dibutuhkan untuk menemukan sumber darah tersebut.
Kondisi jinak (seperti hemoroid) juga bisa menyebabkan darah
dalam kototran.
b) Carcino embryonic antigen (CEA): pada eksisi tumor komplet
kadar CEA yang meningkat harus kembali ke normal dalam 48
jam, peningkatan CEA pada tanggal selanjutnya menunjukan
kekambuhan
b. Digital rectal examination (DRE)
Dapat digunakan sebagai pemeriksaan skrining awal.Kurang lebih
75% karsinoma rektum dapat dipalpasi pada pemeriksaan rectal.
Pemeriksaan digital akan mengenali tumor yang terletak sekitar 10
cm dari rektum, tumor akan teraba keras dan menggaung.
c. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan yang dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin sebelum
dilakukan pemeriksaan lain. Pada pemeriksaan ini akan tampak
filling defect biasanya sepanjang 5-6cm berbentuk anular atau apple
core. Dinding usus tampak rigid dan gambaran mukosa rusak.

a) Foto Kolorektal: dengan barium enema dan kontras ganda


b) Ultra Sonografi: identifikasi metastase dan menilai reseklabilitas
c) Intra venous pyelograply (IVP) : menilai infiltrate ke system
urinary
d) Thoraks foto: menilai adanya metastase paru
d. Endoskopi dan biopsy
a) Protoskopi: deteksi kelainan 8-10 cm dari anus (polip rekti,
hemorrhoid, karsinoma rectum)
b) Sigmoidoskopi: mencapai 20-25 cm dari anus, untuk diagnistik
dan kauterisasi.
c) Kolonoskopi: dapat mencapai sakrum.
e. Ultrasonografi
Uraian tentang prosedur diagostik dijelaskan lebih lanjut dalam
fokus pengkajian keperawatan.

2.9 Penatalaksanaan
Berbagai jenis terapi tersedia untuk pasien kanker rektal.Beberapa adalah
terapi standar dan beberapa lagi masih diuji dalam penelitian klinis. Tiga
terapi standar untuk kanker rektal yang sering digunakan antara lain:
A. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling lazim digunakan terutama
untuk stadium I dan II kanker rektal, bahkan pada pasien suspek dalam
stadium III juga dilakukan pembedahan.Meskipun begitu, karena
kemajuan ilmu dalam metode penentuan stadium kanker, banyak pasien
kanker rektal dilakukan pre-surgical treatment dengan radiasi dan
kemoterapi.Penggunaan kemoterapi sebelum pembedahan dikenal
sebagai neoadjuvant chemotherapy, dan pada kanker rektal, neoadjuvant
chemotherapy digunakan terutama pada stadium II dan III.Pada pasien
lainnya yang hanya dilakukan pembedahan, meskipun sebagian besar
jaringan kanker sudah diangkat saat operasi, beberapa pasien masih
membutuhkan kemoterapi atau radiasi setelah pembedahan untuk
membunuh sel kanker yang tertinggal (Anderson, 2006).
Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur
pembedahan pilihan adalah sebagai berikut (Doughty & Jackson, 1993
dalam Brunner & Suddarth, 2002):
a) Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan
porsi usus pada sisi pertumbuhan pembuluh darah, dan nodus limfatik)
b) Reseksi abdominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen
(pengangkatan tumor dan prosi sigmoid dan semua rectum serta
sfingkter anal)
c) Kolostomi sementara diikuti reanastomosis reseksi segmental dan
anastomisis serta reanastomosis lanjut dari kolostomi (memungkinkan
dekompresi usus awal dan persiapan usus sebelum reseksi)
d) Kolostomi permanen atau ileostomi (untuk menyembuhkan lesi
obstruksi yang tidak dapat direseksi)
Berkenaan dengan teknik perbaikan melalui pembedahan, kolostomi
dilakukan pada kurang dari sepertiga pasien kanker
kolorektal.Kolostomi adalah pembuatan lubang (stoma) pada kolon
secara bedah.Stoma ini dapat berfungsi sebagai diversi sementara atau
permanen.Ini memungkinkan drainase atau evakuasi ini kolon keluar
tubuh.Konsistensi drainase dihubungkan dengan penempatan
kolostomi, yang ditentukan oleh lokasi tumor dan luasnya invasi
jaringan sekitar (Brunner & Suddarth, 2002).

f. Radiasi
Sebagai mana telah disebutkan, untuk banyak kasus stadium II dan III
lanjut, radiasi dapat menyusutkan ukuran tumor sebelum dilakukan
pembedahan. Peran lain radioterapi adalah sebagai sebagai terapi
tambahan untuk pembedahan pada kasus tumor lokal yang sudah
diangkat melaui pembedahan, dan untuk penanganan kasus metastasis
jauh tertentu. Terutama ketika digunakan dalam kombinasi dengan
kemoterapi, radiasi yang digunakan setelah pembedahan menunjukkan
telah menurunkan risiko kekambuhan lokal di pelvis sebesar 46% dan
angka kematian sebesar 29%. Pada penanganan metastasis jauh, radiasi
telah berguna mengurangi efek lokal dari metastasis tersebut, misalnya
pada otak.Radioterapi umumnya digunakan sebagai terapi paliatif pada
pasien yang memiliki tumor lokal yang unresectable.
g. Kemoterapi
Adjuvant chemotherapy (menangani pasien yang tidak terbukti memiliki
penyakit residual tapi beresiko tinggi mengalami kekambuhan),
dipertimbangkan pada pasien dimana tumornya menembus sangat dalam
atau tumor lokal yang bergerombol (Stadium II lanjut dan Stadium III).
Terapi standarnya ialah dengan fluorouracil, (5-FU) dikombinasikan
dengan leucovorin dalam jangka waktu enam sampai dua belas bulan.5-
FU merupakan anti metabolit dan leucovorin memperbaiki respon.Agen
lainnya, levamisole (meningkatkan sistem imun, dapat menjadi substitusi
bagi leucovorin).Protokol ini menurunkan angka kekambuhan kira-kira
15% dan menurunkan angka kematian kira-kira sebesar 10%.

2.10 Komplikasi
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau
lengkap.Pertumbuhan dan ulserasi juga dapat menyerang pembuluh darah
sekitar rectum yang menyebabkan hemoragi.Perforasi dapat terjadi dan
mengakibatkan pembentukan abses.Peritonitis dan atau sepsis dapat
menimbulkan syok (Brunner & Suddarth, 2002).
BAB 3
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Pada pengkajian dilakukan wawancara dan pemeriksaan fisik untuk
memperoleh informasi dan data yang nantinya akan digunakan sebagai
dasar untuk membuat rencana asuhan keperawatan klien.
Data Fokus
Data subjektif:
1. Klien mengatakan mengalami berak darah
2. Klien mengeluh nyeri pada perut
3. Klien mengaku sering mengonsumsi daging, makanan berlemak dan
tidak suka mengonsumsi makanan berserat dan sayuran
1. Klien mengeluh ada perubahan pola defekasi (konstipasi)
2. Klien mengeluh mual muntah
3. Klien mengeluh nafsu makannya menurun
4. Klien mengeluh berat badannya turun tanpa sebab
5. Klien mengeluh keletihan
6. Klien mengeluh merasa sensasi seperti belum selesai BAB (masih
ingin tapi sudah tidak bisa keluar) dan perubahan diameter serta ukuran
kotoran (feses menjadi lebih sempit).
Data objektif:
1. Klien tampak pucat
2. Klien tampak meringis
3. Klien tampak lemas
4. Bising usus dapat menurun (<3x/menit)
5. Teraba masa di rektum
6. Klien tampak kurus

Pengkajian menggunakan 11 Pola Fungsional Gordondan pemeriksaan fisik.


Adapun hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan kanker rektum mulai
dari sebelum masuk rumah sakit sampai dengan saat sudah dirawat di rumah
sakit adalah sebagai berikut:

1. Persepsi Kesehatan dan Manajemen Kesehatan


a) Deskripsi pasien tentang status kesehatan secara umum dan perubahan
status kesehatan dalam kurun waktu tertentu: riwayat kesehatan diambil
untuk mendapatkan informasi tentang perasaan lelah, adanya nyeri
abdomen atau rectal dan karakternya (lokasi, frekuensi, durasi
berhubungan dengan makan atau defekasi).
b) Riwayat sakit pasien sebelumnya: apakah pasien pernah mengalami
penyakit usus inflamasi kronis atau polip kororektal, operasi dan
riwayat dirawat di rumah sakit sebelumnya.
c) Aktivitas yang dilakukan pasien dalam pencegahan penyakit.
d) Obat-obatan dan vitamin yang diminum sekarang dan persepsi pasien
terhadap pengobatan dan perawatan yang dijalani.
e) Alergi makanan atau obat-obatan.
f) Persepsi pasien terhadap penyebab sakit saat ini dan upaya yang
dilakukan serta apakah upaya tersebut telah dapat membantu mengatasi
permasalahan pasien.
g) Penggunaan alkohol, tembakau dan obat-obatan.
h) Riwayat penyakit keluarga: apakah salah satu keluarga ada yang
menderita penyakit kolorektal.
i) Dikaji pula pengetahuan pasien tentang penyakit termasuk
penatalaksanaannya.
2. Nutrisi-Metabolik
Makan
a) Kaji tipe intake makanan sehari-hari (pada waktu pasien belum masuk
rumah sakit), meliputi jenis makanan yang dikonsumsi, frekuensi, porsi
makanan yang habis dikonsumsi, waktu makan dan snack.
b) Nafsu makan saat ini apakah mengalami penurunan atau tidak. Pada
beberapa kasus dapat ditemukan pasien mengalami penurunan nafsu
makan.
c) Adakah perubahan pada sensasi kecap.
d) Intake makanan terakhir yang dikonsumsi sebelum masuk rumah sakit.
e) Pembatasan diet atau tipe makanan yang diresepkan di rumah sakit.
f) Porsi makanan yang habis dikonsumsi di rumah sakit.
g) Kesulitan dalam mengunyah atau menelan makanan.
h) Kehilangan BB yang terjadi saat ini.
i) Ada atau tidaknya penggunaan alat bantu nutrisi seperti NGT
j) Penggunaan suplemen, atau vitamin tertentu.
k) Mual atau muntah (berapa kali muntah).
Note: pengkajian riwayat makanan yang sering dimakan oleh pasien sangat
penting untuk dikaji terkait dengan kanker rectum yang dialami oleh
pasien, pengkajian ditekankan pada kebiasaan pasien dalam mengonsumsi
lemak dan makanan kurang serat dan riwayat adanya penurunan berat
badan yang tanpa alasan.
Minum
a) Kaji intake minum sehari-hari.
b) Adakah rasa haus yang berlebih.
c) Minuman yang telah dikonsumsi, jumlahnya berapa ml atau gelas.
d) Kaji jumlah cairan melalui IV yang telah masuk sehingga diketahui
cairan masuk pada pasien.
3. Eliminasi
BAB
a. Frekuensi BAB perhari, konsistensi feses, warna feses, ada tidaknya
darah atau lendir.
b. BAB pasien yang terakhir.
c. Adanya konstipasi atau tidak.
d. Adanya penggunaan alat bantu ekskratory seperti kolostomi.
e. Adanya penggunaan laksatif atau tidak.
f. Adanya perubahan pada defekasi.
BAK
a. Frekuensi BAK, warna, jernih/tidak, ada darah/tidak, jumlah urine (ml)
b. Nyeri saat berkemih
c. Penggunaan kateter
d. Penggunaan obat diuretic
4. Aktivitas-latihan
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan/Minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilisasi
Berpindah
Ambulasi Rom
0 : Mandiri 3 : Dibantu orang lain dan alat
1 : Alat bantu 4 : Tergantung total
2 : Dibantu orang lain
Hal-hal yang perlu dikaji lainnya:

a) Persepsi respon terhadap aktivitas seperti pusing, lemah.


b) Aktivitas pada waktu luang dan rekreasi
5. Istirahat dan Tidur
a) Kebiasaan tidur (berapa jam)
b) Kebiasaan tidur siang
c) Perubahan tidur yang terjadi
d) Perasaan setelah bangun tidur
e) Permasalahan tidur yang dialami seperti kesulitan tertidur kembali
setelah bangun, insomnia.
f) Penggunaan obat tidur
g) Ritual khusus sebelum tidur
h) Kondisi lingkungan seperti kebisingan, kondisi tempat tidur atau
hospitalisasi yang mempengaruhi tidur pasien.
6. Kognitif-Perseptual
a) Status pendengaran seperti gangguan pendengaran, ataupun
penggunaan alat bantu dengar.
b) Status penglihatan seperti gangguan penglihatan dan penggunaan kaca
mata.
c) Pengecap dan pembau.
d) Sensasi perabaan seperti masalah dengan sensasi perabaan seperti baal
atau kesemutan.
e) Nyeri yang meliputi PQRST (pencetus, kualitas nyeri, lokasi, skala dan
waktu munculnya nyeri). Pasien biasanya akan mengeluhkan
mengalami nyeri pada abdomen dan tenesmus.
f) Fungsi kognisi dalam memori istilah, ingatan jangka pendek, ingatan
jangka panjang
g) Riwayat setiap perubahan dalam level kesadaran atau periode
kebingungan
h) Komunikasi yang meliputi bahasa utama, bahasa lain,
tingkatpendidikan, kemampuan membaca dan menulis
i) Derajat kemampuan memecahkan masalah, dan derajat kemampuan
pengambilan keputusan.
j) Perasaan berputar, riwayat pingsan, kejang atau sakit kepala.
k) Kemampuan memahami dan manajemen nyeri yang dilakukan.
7. Persepsi diri dan Konsep diri
a) Perasaan pasien berhubungan dengan keadaan/penyakitnyaharga diri,
ideal, identitas, gambaran diri.
b) Deskripsi pasien tentang diri sendiri.
c) Adanya ketakutan, kecemasan dan depresi atau merasa kehilangan
kontrol.
d) Pengalaman yang berhubungan dengan perasaan keputusasaan.
8. Peran dan Hubungan
a) Bentuk struktur keluarga
b) Cara hidup seperti sendirian, dengan keluarga
c) Peran dalam keluarga (pemberi perawatan di rumah, pencari nafkah)
d) Persepsi dari efek masalah kesehatan saat ini atau situasi saat ini
terhadap peran.
e) Kepuasan/ketidakpuasan terhadap peran
f) Kecukupan keuangan untuk memenuhi kebutuhan saat ini
g) Kecukupan dukungan atau hubungan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan saat ini
h) Pekerjaan dan status pekerjaan
i) Masalah keluarga berhubungan dengan perawatan
j) Komunikasi antar anggota keluarga.
9. Seksual dan Reproduksi
a) Jenis kelamin.
b) Jumlah anak.
c) Masalah dengan menstruasi.
d) Masalah seksual yang berhubungan dengan penyakit.
e) Riwayat reproduksi, hamil terakhir, riwayat melahirkan.
f) Kontrasepsi yang digunakan.
10. Koping-Stres
a) Perubahan, masalah saat ini, kejadian yang menyebabkan stress.
b) Krisis saat ini misalhnya hospitalisasi, sakit.
c) Level stress saat ini.
d) Penggunaan obat atau alkohol untuk koping.
e) Metode koping yang digunakan.
f) Penggunaan koping tersebut untuk mengatasi masalah.
g) Kehilangan atau perubahan besar yang dialami di masa lalu.
h) Orang terdekat dengan pasien.
11. Nilai dan Kepercayaan
a) Agama yang dianut.
b) Aktivitas sembahyang pasien.
c) Pantangan agama atau keyakinan tertentu.
d) Permintaan kunjungan rohaniwan.
e) Kepercayaan spiritual yang berhubungan dengan pengambilan
keputusan dan praktek kesehatan.
f) Kepercayaan kultural yang berhubungan dengan kesehatan dan nilai.
g) Persepsi terhadap kepuasan hidup.
Selain 11 Pola Fungsional Gordon, pemeriksaan fisik yang perlu dikaji
pada pasien dengan kanker rectum antara lain:
1. Kulit, Rambut dan Kuku
Inspeksi: warna kulit, kondisi kuku, warna kuku, kebersihan kulit kepala,
kaji warna rambut, kebersihan kulit, turgor, oedem.
2. Kepala dan Leher
Inspeksi: bentuk kepala.
Palpasi: nyeri tekan, distensi vena jugularis, ada/tidak benjolan pada
kepala.
3. Mata dan Telinga
a) Mata
Inspeksi: bentuk bola mata, pergerakan bola mata, ptosis ada/tidak,
nistagmus ada/tidak, refleks cahaya pada kedua mata,
sklera/konjungtiva.
Palpasi: nyeri tekan bola mata, benjolan pada mata.
b) Telinga
Inspeksi: bentuk daun telinga, kebersihan liang telinga, ada/tidaknya
lesi pada telinga, bengkak atau peradangan pada mastoid ada/tidak,
adanya serumen atau tidak, adanya otitis media atau tidak.
Palpasi: nyeri tekan ada/tidak.
4. Sistem Pernafasan:
Inspeksi: bentuk dada, saat inspirasi apakah ada bagian yang tertinggal,
ada tidaknya retraksi otot bantu pernapasan, pernapasan cuping hidung,
RR = x/menit, apakah ada batuk.
Palpasi:taktil fremitus pada kedua lapang paru, kondisi kulit dinding dada,
nyeri tekan, massa, pembengkakan atau benjolan, kesimetrisan ekspansi
Perkusi:pada daerah yang terdapat udara terdengar hipersonor dan pada
daerah yang terdapat cairan terdengar suara pekak.
Auskultasi:suara napas apakah vesikuler atau ronchi. (Pada umumnya, area
paru yang terdapat infiltratnya akan terdengar ronchi).
5. Sistem Kardiovaskular :
Nyeri dada  Ya  Tidak
Palpitasi  Ya  Tidak
CRT < 3 dtk > 3 dtk
Inspeksi: kaji letak ictus cordis (letak ictus cordis normal berada pada ICS
5 pada linea medio claviculas kiri selebar 1 cm).
Palpasi: denyut jantung teraba/tidak, HR = x/menit, irama dan kedalaman
denyut jantung.
Perkusi:pergeseran letak jantung.
Auskultasi:Bunyi jantung S1 S2, ada gallop atau tidak, adanya murmur
atau tidak ada.
(pada umumnya, pasien mengalami nyeri dada dan dapat diikuti dengan
peningkatan tanda-tanda vital. Selain itu, nilai analisa gas darah juga
mungkin abnormal yang dapat ditandai dengan gejala sesak nafas, CRT >
3 detik).
6. Payudara Pria dan Wanita
Inspeksi:bentuk payudara, apakah adanya luka atau tidak, warna kulit
disekitar payudara.
Palpasi:apakah ada nyeri tekan atau tidak, apakah teraba massa atau
tidak.
7. Sistem Gastrointestinal
Inspeksi: bentuk abdomen, asites ada/tidak ada, mukosa
(lembab/kering/stomatitis).
Palpasi: nyeri tekan ada/tidak ada, ada/tidak teraba benjolan.
Perkusi: terdengar suara timpani pada lambung (regio kiri atas) dan pekak
pada regio yang lain.
Auskultasi:peristaltik: ... x/mnt
8. Sistem Urinarius
Penggunaan alat bantu/ kateter, adanya nyeri tekan kandung kencing,
gangguan eliminasi urin (anuria/oliguria/retensi/inkontinensia/nokturia)
Lain-lain:
Palpasi:nyeri tekan, ada tidaknya benjolan, ada tidaknya distensi.
Perkusi:terdengar suara timpani pada pelvis.
9. Sistem Reproduksi Wanita/Pria
Inspeksi: kaji kondisi alat kelamin, kebersihan, ada peradangan atau
benjolan.
10. Sistem Saraf
GCS (Eye, Verbal, Motorik)
Gerakan involunter: ada/tidak ada tremor pada lidah, tangan.
11. Sistem Muskuloskeletal
Hal-hal yang perlu dikaji: kemampuan pergerakan sendi (bebas/terbatas),
ada tidaknya deformitas, kekakuan, nyeri sendi/otot, sianosis atau edema
pada ektremitas, akral.
12. Sistem Imun
Hal-hal yang perlu dikaji: perdarahan gusi, perdarahan lama,
pembengkakan keletihan/kelemahan. Pada umumnya, dapat ditemukan
pasien mengalami keletihan dan kelemahan akibat penurunan suplai
oksigen ke jaringan perifer.
13. Sistem Endokrin:
Hal-hal yang perlu dikaji: kadar glukosa

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Nyeri kronis
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
c. Konstipasi

3.3 RENCANA KEPERAWATAN


Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/ Masalah Tujuan dan Kriteria Intervensi
Kolaborasi Hasil
Nyeri Kronis NOC: NIC :
berhubungan dengan a. Comfort level Pain Manajemen
ketidakmampuan fisik- b. Pain control 1. Monitor kepuasan
psikososial kronis c. Pain level pasien terhadap
(metastase kanker, Setelah dilakukan tindakan manajemen nyeri
injuri neurologis, keperawatan selama …. 2. Tingkatkan istirahat
artritis) nyeri kronis pasien dan tidur yang
DS: berkurang dengan kriteria adekuat
- Kelelahan hasil: 3. Kelola anti analgetik
- Takut untuk injuri 1. Tidak ada ...........
ulang gangguan tidur 4. Jelaskan pada pasien
DO: 2. Tidak ada penyebab nyeri
- Atropi otot gangguan 5. Lakukan tehnik
- Gangguan aktifitas konsentrasi nonfarmakologis
- Anoreksia 3. Tidak ada (relaksasi, masase
- Perubahan pola tidur gangguan punggung)
- Respon simpatis hubungan
(suhu dingin, interpersonal
perubahan posisi 4. Tidak ada ekspresi
tubuh , hipersensitif, menahan nyeri dan
perubahan berat ungkapan secara
badan) verbal
5. Tidak ada tegangan
otot

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/ Masalah Tujuan dan Kriteria Intervensi
Kolaborasi Hasil
Ketidakseimbangan NOC: NIC:
nutrisi kurang dari a. Nutritional status: 1. Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh Adequacy of nutrient makanan
Berhubungan dengan : b. Nutritional Status : food 2. Kolaborasi dengan
Ketidakmampuan untuk and Fluid Intake ahli gizi untuk
memasukkan atau c. Weight Control menentukan jumlah
mencerna nutrisi oleh Setelah dilakukan tindakan kalori dan nutrisi
karena faktor biologis, keperawatan yang dibutuhkan
psikologis atau selama….nutrisi kurang pasien
ekonomi. teratasi dengan indikator: 3. Yakinkan diet yang
DS: 1. Albumin serum dimakan
1. Nyeri abdomen 2. Pre albumin serum mengandung tinggi
2. Muntah 3. Hematokrit serat untuk
3. Kejang perut 4. Hemoglobin mencegah
4. Rasa penuh tiba-tiba 5. Total iron binding konstipasi
setelah makan capacity 4. Ajarkan pasien
DO: 6. Jumlah limfosit bagaimana
1. Diare membuat catatan
2. Rontok rambut yang makanan harian.
berlebih 5. Monitor adanya
3. Kurang nafsu makan penurunan BB dan
4. Bising usus berlebih gula darah
5. Konjungtiva pucat 6. Monitor lingkungan
6. Denyut nadi lemah selama makan
7. Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam makan
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan,
rambut kusam, total
protein, Hb dan
kadar Ht
10. Monitor mual dan
muntah
11. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
12. Monitor intake
nuntrisi
13. Informasikan pada
klien dan keluarga
tentang manfaat
nutrisi
14. Kolaborasi dengan
dokter tentang
kebutuhan suplemen
makanan seperti
NGT/ TPN
sehingga intake
cairan yang adekuat
dapat
dipertahankan.
15. Atur posisi semi
fowler atau fowler
tinggi selama
makan
16. Kelola pemberan
anti emetik:.....
17. Anjurkan banyak
minum
18. Pertahankan terapi
IV line
19. Catat adanya
edema, hiperemik,
hipertonik papila
lidah dan cavitas
oval
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Intervensi
Kriteria Hasil
Konstipasi berhubungan NOC: NIC :
dengan 1. Bowl Manajemen konstipasi
a. Fungsi:kelemahan otot Elimination 1. Identifikasi faktor-
abdominal, Aktivitas fisik 2. Hidration faktor yang
tidak mencukupi Setelah dilakukan menyebabkan
b. Perilaku defekasi tidak tindakan konstipasi
teratur keperawatan 2. Monitor tanda-tanda
c. Perubahan lingkungan selama …. ruptur
d. Toileting tidak adekuat: konstipasi pasien bowel/peritonitis
posisi defekasi, privasi teratasi dengan 3. Jelaskan penyebab
e. Psikologis: depresi, stress kriteria hasil: dan rasionalisasi
emosi, gangguan mental a. Pola BAB tindakan pada pasien
f. Farmakologi: antasid, dalam batas 4. Konsultasikan dengan
antikolinergis, normal dokter tentang
antikonvulsan, b. Feses lunak peningkatan dan
antidepresan, kalsium c. Cairan dan penurunan bising
karbonat,diuretik, besi, serat adekuat usus
overdosis laksatif, NSAID, d. Aktivitas 5. Kolaburasi jika ada
opiat, sedatif. adekuat tanda dan gejala
g. Mekanis: e. Hidrasi konstipasi yang
ketidakseimbangan adekuat menetap
elektrolit, hemoroid, 6. Jelaskan pada pasien
gangguan neurologis, manfaat diet (cairan
obesitas, obstruksi pasca dan serat) terhadap
bedah, abses rektum, tumor eliminasi
h. Fisiologis: perubahan pola 7. Jelaskan pada klien
makan dan jenis makanan, konsekuensi
penurunan motilitas menggunakan
gastrointestnal, dehidrasi, laxative dalam waktu
intake serat dan cairan yang lama
kurang, perilaku makan 8. Kolaburasi dengan
yang buruk ahli gizi diet tinggi
DS: serat dan cairan
1. Nyeri perut 9. Dorong peningkatan
2. Ketegangan perut aktivitas yang
3. Anoreksia optimal
- Perasaan tekanan pada 10. Sediakan privacy dan
rektum keamanan selama
- Nyeri kepala BAB
- Peningkatan tekanan
abdominal
- Mual
- Defekasi dengan nyeri
DO:
- Feses dengan darah segar
- Perubahan pola BAB
- Feses berwarna gelap
- Penurunan frekuensi BAB
- Penurunan volume feses
- Distensi abdomen
- Feses keras
- Bising usus hipo/hiperaktif
- Teraba massa abdomen atau
rektal
- Perkusi tumpul
- Sering flatus
- Muntah
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Ca Rekti adalah kanker yang terjadi pada rektum.Rektum terletak di
anterior sakrum and coccyx panjangnya kira kira 15 cm. Salah satu penyakit
yang mungkin muncul di masyarakat adalah penyakit pencernaan. Masalah
pencernaan seakan tidak pandang bulu dan menganggu pada siapa saja baik
bayi yang baru lahir maupun yang sudah dewasa. Penyebab dan gejala yang
dialami bisa berbeda pada setiap anak. Salah satu penyakit yang sering
muncul dimasyarakat adalah malformasi anorecktal letak tinggi.
Ca Rekti memiliki tanda gejala Perubahan kebiasaan defekasi, Pasase
darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua, Gejala anemi tanpa
diketahui penyebabnya Anoreksia.

4.2 Saran
Diharakan laporan pendahuluan ini dapat memberi pengetahuan dan
menambah ilmu bagi sesama perawat maupun tenaga medis lain.
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. 2006. Cancer Facts and Figures 2006. Atlanta:
American Cancer Society Inc.
Anderson. 2006. A Patient’s Guide to Rectal Cancer. MD Anderson Cancer
Center. University of Texas.

Basavanthappa, B.T. 2003. Medical Surgical Nursing. New Delhi : Jaypee. 111-
134.

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah.Vol. 2.


Jakarta:EGC

Herdman, T.H. 2012. Nanda International : Diagnosa Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi 2012-2014.Jakarta:EGC.

Ignatavicius, D.D. et al. 2006, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process


Approach, 2nd edition, W.B. Saunders Company, Philadelphia.

Price & Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi
4. Jakarta:EGC.

Satyadeng. 2010. Tumor Kolon Dan Rektum.

Sudjatmiko. 2012. Kolon-Rektum dan Anus. Laboratorium Ilmu Bedah, Fakultas


Kedokteran Universitas Airlangga.

Anda mungkin juga menyukai

  • Ca Payudara New
    Ca Payudara New
    Dokumen19 halaman
    Ca Payudara New
    winda setiowati
    100% (1)
  • Balearjo Bisa
    Balearjo Bisa
    Dokumen9 halaman
    Balearjo Bisa
    winda setiowati
    Belum ada peringkat
  • Cover Tukem
    Cover Tukem
    Dokumen4 halaman
    Cover Tukem
    winda setiowati
    Belum ada peringkat
  • Sap Hepatitis
    Sap Hepatitis
    Dokumen26 halaman
    Sap Hepatitis
    winda setiowati
    Belum ada peringkat
  • Failul Ca Endo
    Failul Ca Endo
    Dokumen24 halaman
    Failul Ca Endo
    winda setiowati
    Belum ada peringkat
  • Discharge Planning Dan Dokumentasi
    Discharge Planning Dan Dokumentasi
    Dokumen9 halaman
    Discharge Planning Dan Dokumentasi
    winda setiowati
    Belum ada peringkat
  • ASKEP Penyakit Jantung Rematik
    ASKEP Penyakit Jantung Rematik
    Dokumen15 halaman
    ASKEP Penyakit Jantung Rematik
    winda setiowati
    Belum ada peringkat
  • LP DM
    LP DM
    Dokumen26 halaman
    LP DM
    winda setiowati
    Belum ada peringkat
  • RKM Sepsis
    RKM Sepsis
    Dokumen5 halaman
    RKM Sepsis
    winda setiowati
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Dislocation
    Laporan Pendahuluan Dislocation
    Dokumen26 halaman
    Laporan Pendahuluan Dislocation
    winda setiowati
    Belum ada peringkat
  • LP HMD PDF
    LP HMD PDF
    Dokumen28 halaman
    LP HMD PDF
    winda setiowati
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pengesahan Sop
    Lembar Pengesahan Sop
    Dokumen1 halaman
    Lembar Pengesahan Sop
    winda setiowati
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan STT
    Laporan Pendahuluan STT
    Dokumen14 halaman
    Laporan Pendahuluan STT
    winda setiowati
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pengesahan
    Lembar Pengesahan
    Dokumen1 halaman
    Lembar Pengesahan
    winda setiowati
    Belum ada peringkat
  • LP Pneumonia
    LP Pneumonia
    Dokumen21 halaman
    LP Pneumonia
    winda setiowati
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pengesahan CML
    Lembar Pengesahan CML
    Dokumen1 halaman
    Lembar Pengesahan CML
    winda setiowati
    Belum ada peringkat
  • LP HDK
    LP HDK
    Dokumen7 halaman
    LP HDK
    winda setiowati
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pengesahan Sop
    Lembar Pengesahan Sop
    Dokumen1 halaman
    Lembar Pengesahan Sop
    winda setiowati
    Belum ada peringkat
  • LP Sle
    LP Sle
    Dokumen24 halaman
    LP Sle
    winda setiowati
    Belum ada peringkat
  • Sab Mewarnai
    Sab Mewarnai
    Dokumen17 halaman
    Sab Mewarnai
    winda setiowati
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pengesahan Sop
    Lembar Pengesahan Sop
    Dokumen1 halaman
    Lembar Pengesahan Sop
    winda setiowati
    Belum ada peringkat
  • LP Serosis Hepatis
    LP Serosis Hepatis
    Dokumen20 halaman
    LP Serosis Hepatis
    winda setiowati
    Belum ada peringkat
  • RKM CML
    RKM CML
    Dokumen5 halaman
    RKM CML
    winda setiowati
    Belum ada peringkat
  • Basalioma
    Basalioma
    Dokumen28 halaman
    Basalioma
    winda setiowati
    Belum ada peringkat
  • Spo Ekg
    Spo Ekg
    Dokumen3 halaman
    Spo Ekg
    winda setiowati
    Belum ada peringkat
  • Salam 1
    Salam 1
    Dokumen1 halaman
    Salam 1
    Ridho Sang Pemimpi
    Belum ada peringkat
  • Satuan Acara Bermain
    Satuan Acara Bermain
    Dokumen19 halaman
    Satuan Acara Bermain
    winda setiowati
    Belum ada peringkat
  • Sab Mozaik
    Sab Mozaik
    Dokumen16 halaman
    Sab Mozaik
    winda setiowati
    Belum ada peringkat
  • Sop Perawatan Infus
    Sop Perawatan Infus
    Dokumen3 halaman
    Sop Perawatan Infus
    winda setiowati
    Belum ada peringkat