Oleh :
NAMA : ANIK YULAIKHA
NIM : 1930009
Mengetahui,
(.............................................) (.............................................)
RENCANA KEGIATAN MINGGUAN (RKM)
B. Rencana kegiatan
TIK Jenis Kegiatan Waktu Kriteria Hasil
1. a. Melakukan pengkajian pada Hari ke-1 Dapat melakukan
pasien ca rectum pengkajian dasar
2. a. Mampu mengkaji nyeri Hari ke-2 a. Mampu mengkaji status
nyeri
pada pasien dengan ca
rectum
b. Mampu mengkaji
b. Mampu mengkaji
kebutuhan nutrisi
kebutuhan nutrisi pada
pasien ca rectum
3. a. Memberikan terapi non Hari ke 3 - a. Mampu memberikan
farmakologi 6 terapi non farmakologi
b. Memantau tanda – tanda vital b. Mampu memantau tanda
– tanda vital
C. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan
1. Tindakan pengkajian Ca Rectum sesuai target kompetensi
2. Tindakan menghitung balance cairan sesuai target kompetensi
3. Tindakan merawat luka pasien sesuai target kompetensi
4. Tindakan memberikan terapi intra vena sesuai target kompetensi
5. Tindakan memberikan cairan infus sesuai target kompetensi
6. Tindakan memantau tanda – tanda vital sesuai target kompetensi
Mengetahui,
Malang, september 2019
Pembimbing lahan RSSA Malang Mahasiswa
Anik Yulaikha
NIM 1930009
BAB 1
PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Ca rekti adalah kanker yang berasal dalam permukaan rektum/rectal.
Umumnya kanker kolorektal berawal dari pertumbuhan sel yang tidak
ganas, terdapat adenoma atau berbentuk polip.Ca Kolorectal merupakan
salah satu dari keganasan pada kolon dan rektum yang khusus menyerang
bagian rekti yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel epitel yang tidak
terkendali (Black & Hawks, 2014).
2.3 Etiologi
Beberapa faktor risiko/faktor predisposisi terjadinya kanker rectum
menurut Brunner & Suddarth (2002) telah diidentifikasi sebagai berikut:
1. Diet rendah serat
Kebiasaan diet rendah serat adalah faktor penyebab utama, Prince &
Wilson (1995) mengemukakan bahwa diet rendah serat dan kaya
karbohidrat refined mengakibatkan perubahan pada flora feses dan
perubahan degradasi garam-garam empedu atau hasil pemecahan protein
dan lemak, dimana sebagian dari zat-zat ini bersifat karsinogenik. Diet
rendah serat juga menyebabkan pemekatan zat yang berpotensi
karsinogenik dalam feses yang bervolume lebih kecil. Selain itu masa
transisi feses meningkat, akibat kontak zat yang berpotensi karsinogenik
dengan mukosa usus bertambah lama.
2. Polip di usus (Colorectal polyps): Polip adalah pertumbuhan pada
dinding dalam kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia
50 tahun ke atas. Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi
beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.
3. Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn: Orang dengan kondisi yang
menyebabkan peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau
penyakit Crohn) selama bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar
4. Riwayat kanker pribadi: Orang yang sudah pernah terkena
kanker colorectal dapat terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya.
Selain itu, wanita dengan riwayat kanker di indung telur, uterus
(endometrium) atau payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi
untuk terkena kanker colorectal.
5. Riwayat kanker colorectal pada keluarga: Jika Anda mempunyai riwayat
kanker colorectal pada keluarga, maka kemungkinan Anda terkena
penyakit ini lebih besar, khususnya jika saudara Anda terkena kanker
pada usia muda.
6. Faktor gaya hidup: Orang yang merokok, atau menjalani pola makan
yang tinggi lemak dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat
risiko yang lebih besar terkena kanker colorectal.
7. Usia di atas 50: Kanker colorectal biasa terjadi pada mereka yang
berusia lebih tua. Lebih dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini
didiagnosis setelah usia 50 tahun ke atas.
2.4 Klasifikasi
Metode penahapan kanker yang digunakan adalah klasifikasi duke
sebagai berikut (Smeltzer, Burke, Hinkle, & Cheever, 2010):
T N M Dukes Keteranagan:
Stage 0 Tis N0 M0 Kelas A : Tumor
Stage I T1 N0 M0 A dibatasi pada mukosa
T2 N0 M0 dan submukosa
Stage II T3 N0 M0 B
Kelas B : Penetrasi
T4 N0 M0 melalui dinding usus
Kelas D : metastase
regional tahap lanjut
dan penyebaran yang
luas
2.6 Patofisiologi
Karsinogenesis dan onkogenesis merupakan nama lain dari
perkembangan kanker. Proses perubahan sel normal menjadi sel kanker
disebut transformasi maligna (Ignatavicius et al, 2006). Karsinogen adalah
substansi yang mengakibatkan perubahan pada struktur dan fungsi sel
menjadi sel yang bersifat otonom dan maligna. Trasformasi maligna diduga
mempunyai sedikitnya tiga tahapan proses selular yaitu inisiasi, promosi,
dan progresi (Basavanthappa, 2007; Smeltzer & Bare, 2002), yaitu :
1. Inisiasi (Carcinogen)
Pada tahap ini terjadi perubahan dalam bahan genetik sel yang
memancing sel menjadi ganas. Perubahan ini disebabkan oleh status
karsinogen berupa bahan kimia, virus, radiasi atau sinar matahari yang
berperan sebagai inisiator dan bereaksi dengan DNA yang menyebabkan
DNA pecah dan mengalami hambatan perbaikan DNA. Perubahan ini
mungkin dipulihkan melalui mekanisme perbaikan DNA atau dapat
mengakibatkan mutasi selular permanen. Mutasi ini biasanya tidak
signifikan bagi sel-sel sampai terjadi karsinogenesis tahap kedua.
2. Promosi (Co-carcinogen)
Pemajanan berulang terhadap agen menyebabkan ekspresi
informasi abnormal. Pada tahap ini suatu sel yang telah mengalami
inisiasi akan berubah menjadi ganas. Tahap promosi merupakan hasil
interaksi antara faktor kedua dengan sel yang terinisiasi pada tahap
sebelumnya. Faktor kedua sebagai agen penyebabnya disebut complete
carcinogen karena melengkapi tahap inisiasi dengan tahap promosi.
Agen promosi bekerja dengan mengubah informasi genetik dalam sel,
meningkatkan sintesis DNA, meningkatkan salinan pasangan gen dan
merubah pola komunikasi antarsel. Pada masa antara inisiasi dan promosi
merupakan kunci konsep dalam pencegahan kanker, karena bila pada
tahap ini dilakukan pencegahan pemaparan karsinogen ulang seperti
makanan berlemak, obesitas, rokok, dan alkohol akan dapat menurunkan
risiko terbentuknya formasi neoplastik.
3. Progresi (Complete Carcinogen )
Pada tahapan ini merupakan tahap akhir dari terbentuknya sel
kanker atau karsinogenesis.Sel-sel yang mengalami perubahan bentuk
selama inisiasi dan promosi kini melakukan perilaku maligna. Sel-sel ini
sekarang menampakkan suatu kecenderungan untuk menginvasi jaringan
yang berdekatan (bermetastasis).
Kanker pada saluran cerna bagian bawah tidak diketahui secara
pasti. Polip dan ulserasi colitis kronis dapat berubah menjadi ganas tetapi
dianggap bukan sebagai penyebab langsung. Asam empedu dapat
berperan sebagai karsinogen yang mungkin berada di kolon. Hipotesa
penyebab yang lain adalah meningkatnya penggunaan lemak yang bisa
menyebabkan kanker kolorektal. Diet rendah serat dan kaya karbohidrat
refined mengakibatkan perubahan pada flora feses dan perubahan
degradasi garam-garam empedu atau hasil pemecahan protein dan lemak,
dimana sebagian dari zat-zat ini bersifat karsinogenik. Diet rendah serat
juga menyebabkan pemekatan zat yang berpotensi karsinogenik dalam
feses yang bervolume lebih kecil. Selain itu masa transisi feses
meningkat, akibat kontak zat yang berpotensi karsinogenik dengan
mukosa usus bertambah lama.
Kelebihan lemak diyakini mengubah flora bakteri dan mengubah
steroid menjadi senyawa yang mempunyai sifat karsinogen. Menurut
Physicians Committee for Responsible Medicine, bakteri juga memiliki
peranan dalam timbulnya kanker usus. Bakteri dapat mengubah asam
empedu, yang dikeluarkan oleh tubuh untuk membantu pencernaan
lemak, menjadi suatu senyawa-senyawa yang dapat memicu kanker.
2.7 Pathway
(Ramali, 2014)
Karsinogen membuat
DNA baru
Kerusakan DNA
Penggabungan DNA
asing dan DNA induk
Sintesis RNA baru
Mitosis dipercepat
Transportasi kanker
2.9 Penatalaksanaan
Berbagai jenis terapi tersedia untuk pasien kanker rektal.Beberapa adalah
terapi standar dan beberapa lagi masih diuji dalam penelitian klinis. Tiga
terapi standar untuk kanker rektal yang sering digunakan antara lain:
A. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling lazim digunakan terutama
untuk stadium I dan II kanker rektal, bahkan pada pasien suspek dalam
stadium III juga dilakukan pembedahan.Meskipun begitu, karena
kemajuan ilmu dalam metode penentuan stadium kanker, banyak pasien
kanker rektal dilakukan pre-surgical treatment dengan radiasi dan
kemoterapi.Penggunaan kemoterapi sebelum pembedahan dikenal
sebagai neoadjuvant chemotherapy, dan pada kanker rektal, neoadjuvant
chemotherapy digunakan terutama pada stadium II dan III.Pada pasien
lainnya yang hanya dilakukan pembedahan, meskipun sebagian besar
jaringan kanker sudah diangkat saat operasi, beberapa pasien masih
membutuhkan kemoterapi atau radiasi setelah pembedahan untuk
membunuh sel kanker yang tertinggal (Anderson, 2006).
Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur
pembedahan pilihan adalah sebagai berikut (Doughty & Jackson, 1993
dalam Brunner & Suddarth, 2002):
a) Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan
porsi usus pada sisi pertumbuhan pembuluh darah, dan nodus limfatik)
b) Reseksi abdominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen
(pengangkatan tumor dan prosi sigmoid dan semua rectum serta
sfingkter anal)
c) Kolostomi sementara diikuti reanastomosis reseksi segmental dan
anastomisis serta reanastomosis lanjut dari kolostomi (memungkinkan
dekompresi usus awal dan persiapan usus sebelum reseksi)
d) Kolostomi permanen atau ileostomi (untuk menyembuhkan lesi
obstruksi yang tidak dapat direseksi)
Berkenaan dengan teknik perbaikan melalui pembedahan, kolostomi
dilakukan pada kurang dari sepertiga pasien kanker
kolorektal.Kolostomi adalah pembuatan lubang (stoma) pada kolon
secara bedah.Stoma ini dapat berfungsi sebagai diversi sementara atau
permanen.Ini memungkinkan drainase atau evakuasi ini kolon keluar
tubuh.Konsistensi drainase dihubungkan dengan penempatan
kolostomi, yang ditentukan oleh lokasi tumor dan luasnya invasi
jaringan sekitar (Brunner & Suddarth, 2002).
f. Radiasi
Sebagai mana telah disebutkan, untuk banyak kasus stadium II dan III
lanjut, radiasi dapat menyusutkan ukuran tumor sebelum dilakukan
pembedahan. Peran lain radioterapi adalah sebagai sebagai terapi
tambahan untuk pembedahan pada kasus tumor lokal yang sudah
diangkat melaui pembedahan, dan untuk penanganan kasus metastasis
jauh tertentu. Terutama ketika digunakan dalam kombinasi dengan
kemoterapi, radiasi yang digunakan setelah pembedahan menunjukkan
telah menurunkan risiko kekambuhan lokal di pelvis sebesar 46% dan
angka kematian sebesar 29%. Pada penanganan metastasis jauh, radiasi
telah berguna mengurangi efek lokal dari metastasis tersebut, misalnya
pada otak.Radioterapi umumnya digunakan sebagai terapi paliatif pada
pasien yang memiliki tumor lokal yang unresectable.
g. Kemoterapi
Adjuvant chemotherapy (menangani pasien yang tidak terbukti memiliki
penyakit residual tapi beresiko tinggi mengalami kekambuhan),
dipertimbangkan pada pasien dimana tumornya menembus sangat dalam
atau tumor lokal yang bergerombol (Stadium II lanjut dan Stadium III).
Terapi standarnya ialah dengan fluorouracil, (5-FU) dikombinasikan
dengan leucovorin dalam jangka waktu enam sampai dua belas bulan.5-
FU merupakan anti metabolit dan leucovorin memperbaiki respon.Agen
lainnya, levamisole (meningkatkan sistem imun, dapat menjadi substitusi
bagi leucovorin).Protokol ini menurunkan angka kekambuhan kira-kira
15% dan menurunkan angka kematian kira-kira sebesar 10%.
2.10 Komplikasi
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau
lengkap.Pertumbuhan dan ulserasi juga dapat menyerang pembuluh darah
sekitar rectum yang menyebabkan hemoragi.Perforasi dapat terjadi dan
mengakibatkan pembentukan abses.Peritonitis dan atau sepsis dapat
menimbulkan syok (Brunner & Suddarth, 2002).
BAB 3
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Pada pengkajian dilakukan wawancara dan pemeriksaan fisik untuk
memperoleh informasi dan data yang nantinya akan digunakan sebagai
dasar untuk membuat rencana asuhan keperawatan klien.
Data Fokus
Data subjektif:
1. Klien mengatakan mengalami berak darah
2. Klien mengeluh nyeri pada perut
3. Klien mengaku sering mengonsumsi daging, makanan berlemak dan
tidak suka mengonsumsi makanan berserat dan sayuran
1. Klien mengeluh ada perubahan pola defekasi (konstipasi)
2. Klien mengeluh mual muntah
3. Klien mengeluh nafsu makannya menurun
4. Klien mengeluh berat badannya turun tanpa sebab
5. Klien mengeluh keletihan
6. Klien mengeluh merasa sensasi seperti belum selesai BAB (masih
ingin tapi sudah tidak bisa keluar) dan perubahan diameter serta ukuran
kotoran (feses menjadi lebih sempit).
Data objektif:
1. Klien tampak pucat
2. Klien tampak meringis
3. Klien tampak lemas
4. Bising usus dapat menurun (<3x/menit)
5. Teraba masa di rektum
6. Klien tampak kurus
4.1 Kesimpulan
Ca Rekti adalah kanker yang terjadi pada rektum.Rektum terletak di
anterior sakrum and coccyx panjangnya kira kira 15 cm. Salah satu penyakit
yang mungkin muncul di masyarakat adalah penyakit pencernaan. Masalah
pencernaan seakan tidak pandang bulu dan menganggu pada siapa saja baik
bayi yang baru lahir maupun yang sudah dewasa. Penyebab dan gejala yang
dialami bisa berbeda pada setiap anak. Salah satu penyakit yang sering
muncul dimasyarakat adalah malformasi anorecktal letak tinggi.
Ca Rekti memiliki tanda gejala Perubahan kebiasaan defekasi, Pasase
darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua, Gejala anemi tanpa
diketahui penyebabnya Anoreksia.
4.2 Saran
Diharakan laporan pendahuluan ini dapat memberi pengetahuan dan
menambah ilmu bagi sesama perawat maupun tenaga medis lain.
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society. 2006. Cancer Facts and Figures 2006. Atlanta:
American Cancer Society Inc.
Anderson. 2006. A Patient’s Guide to Rectal Cancer. MD Anderson Cancer
Center. University of Texas.
Basavanthappa, B.T. 2003. Medical Surgical Nursing. New Delhi : Jaypee. 111-
134.
Price & Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi
4. Jakarta:EGC.