Anda di halaman 1dari 19

SATUAN ACARA BERMAIN (SAB)

MEWARNAI GAMBAR
DI RUANG 7B RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG

TIM PROMOSI KESEHATAN


RSSA dr. SAIFUL ANWAR MALANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN

SATUAN ACARA BERMAIN (SAB) MEWARNAI GAMBAR


DI RUANG 7B RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Oleh:
Mahasiswa Profesi Ners STIKes Kepanjen

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

( .............................. ) ( .............................. )
SATUAN ACARA BERMAIN

MEWARNAI GAMBAR

DI RUANG 7B RSUD Dr. SAIFUL ANWAR

MALANG

Kelompok 9:

Anik Yulaikha (1930009)


Failul Afinda (1930017)
Nanang Eko Putra R (1930033)
Winda Setiowati (1930054)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
2020
PROPOSAL TERAPI BERMAIN ANAK

Pokok Bahasan : Terapi bermain pada anak di rumah sakit


Sub Pokok Bahasan : bermain Mewarnai Gambar
Tempat : Ruang 7 B
Hari/ tanggal : Jumat, 24 Januri 2020
Waktu : 30 menit (jam 10.00 – 10.30)
Sasaran : Anak usia preschool
Jenis permainan : bermain Mewarnai Gambar
A. Latar Belakang
Hospitalisasi selama kanak-kanak adalah pengalaman yang memiliki efek
yang lama, kira-kira satu dari tiga anak pernah mengalami hospitalisasi (Foster
and Humsberger, 1998). Hospitalisasi menjadi stresor terbesar bagi anak dan
keluarganya yang menimbulkan ketidaknyamanan, jika koping yang biasa
digunakan tidak mampu mengatasi atau mengedalikan akan berkembang
menjadi krisis. Tetapi besarnya efek tergantung pada masing-masing anak dalam
mempersepsikannya.

Hospitalisasi adalah kebutuhan klien untuk dirawat karena adanya perubahan


atau gangguan fisik, psikis, sosial dan adaptasi terhadap lingkungan.
Hospitalisasi terjadi apabila dalam masa pertumbuhan dan perkembangan anak
mengalami suatu gangguan fisik maupun mentalnya yang memungkinkan anak
untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit.

Hospitalisasi dapat merupakan satu penyebab stres bagi anak dan


keluarganya. Tetapi tingkat stresor terhadap panyakit dan hospitalisasi tersebut
berbeda menurut anak secara individu. Mungkin seorang anak menganggap hal
itu sebagai hal yang biasa tetapi mungkin yang lainnya menganggap hal tersebut
sebagai suatu stresor. Upaya yang dilakukan adalah meminimalkan stress
sebagai pengaruh negatif dari hospitalisasi yaitu melakukan kegiatan “Terapi
Bermain”. Bermain dipercaya mampu menurunkan stress pada anak akibat
lingkungan yang baru dan tindakan invasif selama proses perawatan di rumah
sakit.
Bermain dan anak merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Aktivitas bermain selalu dilakukan anak dan aktivitas anak selalu menunjuk
kepada kegiatan bermain. Bermain dan anak sangat erat kaitannya hubungannya.
Menurut Catron dan Allen dalam bukunya Early Childhood Curriculum A
Creative-Play Model (1999) mengatakan bahwa bermain merupakan wahana
yang memungkinkan anak-anak berkembang optimal. Bermain secara langsung
mempengaruhi seluruh wilayah dan aspek perkembangan anak. Kegiatan
bermain memungkinkan anak belajar tentang diri mereka sendiri, orang lain, dan
lingkungannya. Dalam kegiatan bermain, anak bebas untuk berimajinasi,
bereksplorasi, dan menciptakan sesuatu.

Mewarnai gambar merupakan terapi permainan yang kreatif untuk


mengurangi stress dan kecemasan serta meningkatkan komunikasi pada anak.
Menggambar atau mewarnai bila sebagai suatu permainan yang “nondirective”
memberikan kesempatan anak untuk bebas berekspresi dan sangat
“theurapeutic”(sebagai permainan penyembuh/ “theurapeutic play”) (Whaley,
1991). Mengekpresikan perasaan dengan menggambar/ mewarnai gambar,
berarti memberikan pada anak suatu cara untuk berkomunikasi, tanpa
menggunakan kata (Veltman, 2000).

Salah satu manfaat bermain bagi anak adalah untuk meningkatkan daya
kreativitas dan membebaskan anak dari stres. Kreativitas anak akan berkembang
melalui permainan. Ide-ide yang orisinil akan keluar dari pikiran mereka.
Bermain juga dapat membantu anak untuk lepas dari stres kehidupan sehari-hari.
Stres pada anak dapat disebabkan oleh rutinitas harian selama hospitalisasi yang
membosankan.

Berdasarkan hal di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan


kegiatan terapi aktifitas bermain tentang bermain mewarnai terhadap anak
usia sekolah di Ruang 7B RSSA Malang.
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan terapi bermain selama kurang lebih 30 menit
diharapkan anak dapat terstimulasi kemampuan motorik dan kreativitasnya.
2. Tujuan Instruksional Khusus
a. Anak dapat melakukan interaksi dan bersosialisasi dengan
dengan teman sesamanya
b. Menurunkan perasaan hospitalisasi.
c. Dapat beradaptasi dengan efektif terhadap stress karena penyakit dan
dirawat
d. Meningkatkan latihan konsentrasi
e. Mengurangi rasa takut dengan tenaga kesehatan.
f. Melanjutkan perkembangan ketrampilan motorik halus.
C. Sasaran
Yang menjadi sasaran dalam terapi bermain adalah anak yang sedang
menjalani perawatan di ruang 7B RSSA Malang prasekolah (3-5 tahun).

D. Sarana dan Media

a. Sarana:

- Ruangan tempat bermain.


- Lantai untuk anak dan orang tua.
b. Media:

- Crayon
- Kertas
- Jam / pengukur waktu
E. Skema Terapi Bermain
a. Deskripsi tugas Terapis
1) Leader:

a) Memimpin jalannya acara bermain


b) Membuka perkenalan
c) Membuat dan mengatur setting tempat dan waktu
d) Menutup kegiatan bermain
2) Fasilitator :

a) Mendampingi / membantu peserta dalam bermain


3) Observer

a) Mengobservasi jalannya acara permainan


b) Memberikan sekilas penilaian
c) Memberikan kritik dan saran setelah acara selesai
d) Mengevaluasi dan memberikan feedback pada leader
b. Setting Tempat

Keterangan :
: Leader

: Peserta
: fasilitator dan observer

Pembagian Tugas:

1. Leader : Nanang
2. Observer : Anik
3. Fasilitator : Failul, Winda

F. PROSES PELAKSANAAN

NO WAKTU KEGIATAN PESERTA

1. 5 menit Pembukaan :
1. Menjawab salam
1. Membuka kegiatan dengan
mengucapkan salam. 2. Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan dari terapi 3. Memperhatikan
bermain 4. Memperhatikan
4. Kontrak waktu anak dan orang tua
2. 30 menit Pelaksanaan :
1. Memperhatikan
1. Menjelaskan tata cara pelaksanaan
terapi bermain mewarnai kepada anak 2. Bertanya
2. Memberikan kesempatan kepada
anak untuk bertanya jika belum jelas 3. Antusias saat
3. Membagikan kertas bergambar dan menerima peralatan
crayon 4. Memulai untuk
4. Fasilitator mendampingi anak dan mewarnai gambar
memberikan motivasi kepada anak 5. Menjawab
5. Menanyakan kepada anak apakah pertanyaan
telah selesai mewarnai gambar 6. Mendengarkan
6. Memberitahu anak bahwa waktu
yang diberikan telah selesai
7. Memberikan pujian terhadap anak 7. Memperhatikan
yang mampu mewarnai gambar
sampai selesai
Evaluasi :
1. Memotivasi anak untuk menyebutkan
apa yang diwarnai
2. Mengumumkan nama anak yang
Menceritakan dan
dapat mewarnai dengan contoh
Gembira
3. Membagikan reward kepada seluruh
peserta

3. 5 menit Terminasi:
1. Memperhatikan
1. Memberikan motivasi dan pujian
kepada seluruh anak yang telah
mengikuti program terapi bermain
2. Mengucapkan terima kasih kepada
anak dan orang tua 2. Gembira
3. Mengucapkan salam penutup
3. Menjawab salam
G. Evaluasi
1) Evaluasi Struktur Yang diharapkan:
 Alat-alat yang digunakan lengkap
 Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
2) Evaluasi Proses Yang diharapkan:
 Terapi dapat berjalan dengan baik
 Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
 Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
 Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai
tugasnya
3) Evaluasi Hasil Yang diharapkan:
 Anak terlihat senang dan gembira
 Anak mampu bermain mewarnai gambar
MATERI SATUAN ACARA BERMAIN
A. PENGERTIAN BERMAIN
Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang
tua yang berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak bermain akan
membuat anak menjadi malas bekerja dan bodoh. Anggapan ini kurang
bijaksana, karena beberapa ahli psikolog mengatakan bahwa permainan
sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak.
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang secara
sukarela untuk memperoleh kesenangan atau kepuasan, tanpa
mempertimbangkan hasil akhir (Erlita, 2006). Bermain merupakan suatu
aktivitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktekkan ketrampilan,
memberikan ekspresi terhadap pemikiran,menjadi kreatif,mempersiapkan
diri untuk berperan dan berperilaku dewasa (Aziz A,2005).Jadi
kesimpulannya bermain adalah cara untuk memperoleh kesenangan agar
anak dapat kreatif dan mengekspresikan pikiran, tanpa mempertimbangkan
hasil akhir.
Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan
salah satu intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau
mencegah kecemasan sebelum dan sesudah tindakan operatif . Dengan
demikian dapat dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, terapi
bermain merupakan suatu kegiatan didalam melakukan asuhan keperawatan
yang sangat penting untuk mengurangi efek hospitalisasi bagi pertumbuhan
dan perkembangan anak selanjutnya ( Nursalam, 2005).
Terapi bermaian ini bertujun untuk mempraktekkan keterampilan,
memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif dan merupakan
suatu aktifitas yang memberikan stimulasi dalam kemampuan keterampilan
kognitif dan afektif (Anonim, 2010).
B. KATEGORI BERMAIN
a. Bermain Aktif: Anak banyak menggunakan energy inisiatif dari anak
sendiri. Contoh: bermain sepak bola.
b. Bermain Pasif: Energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu
melakkan aktivitas (hanya melihat). Contoh: Memberikan support.
C. CIRI-CIRI BERMAIN
1. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda
2. Selalu ada timbal balik interaksi
3. Selalu dinamis
4. Ada aturan tertentu
5. Menuntut ruangan tertentu
D. KLASIFIKASI BERMAIN MENURUT ISI
a. Social affective play
Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh
lingkungan dalam bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara
memanjakan anak tertawa senang, dengan bermain anak diharapkan
dapat bersosialisasi dengan lingkungan.
b. Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada di
sekitarnya, dengan bermain anak dapat merangsang perabaan alat,
misalnya bermain air atau pasir.
c. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan
tertentu dan anak akan melakukan secara berulang-ulang misalnya
mengendarai sepeda.
d. Dramatika play role play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah
atau ibu.
E. KLASIFIKASI BERMAIN MENURUT KARAKTERISTIK SOSIAL
1. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada
beberapa orang lain yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh
anak balita Toddler.
2. Paralel play
Permaianan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-
masing mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang
lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya
dilakukan oleh anak pre school. Contoh : bermain balok
3. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktivitas
yang sama tetapi belum terorganisasi dengan baik, belum ada
pembagian tugas, anak bermain sesukanya.
4. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang
terorganisasi dan terencana dan ada aturan tertentu. Biasanya dilakukan
oleh anak usia sekolah Adolesen.
H. FUNGSI BERMAIN
Anak dapat melangsungkan perkembangannya
1) PERKEMBANGAN SENSORIK MOTORIK
Membantu perkembangan gerak dengan memainkan obyek tertentu,
misalnya meraih pensil.
2) PERKEMBANGAN KOGNITIF
Membantu mengenal benda sekitar (warna, bentuk kegunaan).
3) KREATIFITAS
Mengembangkan kreatifitas menoba ide baru misalnya menyusun
balok.
4) PERKEMBANGAN SOSIAL
Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan
mempelajari belajar dalam kelompok.
5) KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS)
Bermain belajar memahami kemampuan diri, kelemahan, dan
tingkah laku terhadap orang lain.
6) PERKEMBANGAN MORAL
Interaksi dengan orang lain, bertingkah laku sesuai harapan teman,
menyesuaikan dengan aturan kelompok. Contoh : dapat menerapkan
kejujuran
7) TERAPI
Bermain kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan
yang tidak enak, misalnya : marah, takut, benci.
8) KOMUNIKASI
Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang belum
dapat mengatakan secara verbal, misalnya : melukis, menggambar,
bermain peran.
I. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS BERMAIN
a. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan
b. Status kesehatan, anak sakit perkembangan psikomotor kognitif
terganggu
c. Jenis kelamin
d. Lingkungan lokasi, negara, kultur
e. Alat permainan senang dapat menggunakan
f. Intelegensia dan status sosial ekonomi
F. 2.8 TAHAP PERKEMBANGAN BERMAIN
1. Tahap eksplorasi
b. Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
G. Tahap permainan
1. Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap
permainan
2. Tahap bermain sungguhan
b. Anak sudah ikut dalam permainan
H. Tahap melamun
a. Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan
berikutnya.

I. 2.9 TAHAP TUMBUH KEMBANG dan KARAKTERISTIK


BERMAIN ANAK USIA TOODLER (1-3 TAHUN)
1. Tahap Pertumbuhan
b. Perhitungan berat badan : Umur (tahun) x 2 – 8 : 2
c. Perhitungan panjang badan : Umur 1 tahun : 75 cm
i. : Umur 2 – 3 tahun = Umur (tahun) x
6 - 77
2. Tahap Perkembangan
d. Perkembangan Psikoseksual menurut Sigmeun Freud :
1. Fase anal (1 – 3 tahun) : daerah anal aktifitas,
pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido
yang penting. Menunjukkan keakuannya, sikap
narsistik (cinta terhadap diri sendiri), dan egoistik.
2. Tugas utama anak : latihan kebersiahan, perkembangan
bicara dan bahasa meniru dan mengulang kata sederahana,
hubungan interpersonal anak sangat terbatas, bermain
sendiri, belum bisa bermain dengan anak lain.

e. Perkembangan Psikoseksual menurut Erikson :


1. Tahap ke 2 : Autonomi vs Shame and doubt
1. Perkembangan ketrampilan motorik dan bahasa
dipelajari dari lingkungan dan keuntungan yang ia
peroleh untuk mandiri, jika orang tua terlalu
melindungi, menuntut harapan terlalu tinggi maka
anak akan merasa malu dan ragu-ragu.
f. Stimulasi dan perkembangan anak
a) Anak umur 12 – 18 bulan :
J. Perkembangan anak : berjalan sendiri tidak jatuh, mengambil benda kecil
dengan jari telunjuk, mengungkapkan keinginan secara sedehana, minum
sendiri dari gelas tidak tumpah.
K. Stimulasi dini : melatih anak naik turun tangga, bermain dengan anak
melempar dan menangkap bola besar kemudian kecil, melatih anak
menunjuk dan menyebut nama-nama bagian tubuh, memberi kesempatan
anak melepas pakaian sendiri.
a) Anak umur 18-24 bulan:
L. Perkembangan anak: berjalan mundur 5 langkah, mencoret-coret dengan
alat tulis, menunjukkan bagian tubuh dan menyebut namanya, meniru
melakukan pekerjaan rumah tangga.
M. Stimulasi dini: melatih anak berdiri dengan satu kaki, mengajari anak
menggambar bulatan, garis segi tiga dan gambar wajah, melatih anak
mengikuti perintah sederhana, melatih anak mau ditinggalkan ibunya
sementara waktu.
a. Anak usia toddler menunjukkan karakteristik yang khas, yaitu
banyak bergerak, tidak bias diam dan mulai mengembangkan
otonomi dan kemampuannya untuk mandiri. Oleh karena itu, dalam
melakukan permainan, anak lebih bebas, spontan, dan menunjukkan
otonomi baik dalam memilih mainan maupun dalam aktivitas
bermiannya. Anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Oleh
karena itu seringkali mainannya di bongkar-pasang, bahkan
dirusaknya. Untuk itu harus diperhatikan keamanan dan
keselamatan anak dengan cara tidak memberikan alat permainan
yang tajam dan menimbulkan perlukaan.
b. Jenis permainan yang tepat dipilih untuk anak usia toddler adalah
“sollitary play dan parallel play”. Pada anak usia 1 sampai 2 tahun
lebih jelas terlihat anak melakukan permainan sendiri dengan
mainannya sendiri, sedangkan pada usia lebih dari 2 tahun sampai 3
tahun, anak mulai dapat melakukan permainan secara parallel karena
sudah dapat berkomunikasi dalam kelompoknya walaupun belum
begitu jelas karena kemampuan berbahasa belum begitu lancer.
Jenis alat permainan yang tepat diberikan adalah boneka, pasir,
tanah liat dan lilin warna-warni yang dapat dibentuk benda macam-
macam.

N. 2.10 BERMAIN DI RUMAH SAKIT


1. TUJUAN
2. Melanjutkan tugas kembang selama perawatan
3. Mengembangkan kreativitas melalui pengalaman
permainan yang tepat
4. Beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit atau
dirawat
5. PRINSIP
1. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana
2. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang
6. Kelompok umur sama
7. Melibatkan keluarga/orangtua
8. UPAYA PERAWATAN DALAM PELAKSANAAN
BERMAIN
1. Lakukan saat tindakan keperawatan
2. Sengaja mencari kesempatan khusus
9. BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
b. Alat bermain
c. Tempat bermain
1. PELAKSANAAN BERMAIN DI RS DIPENGARUHI
OLEH
1. Faktor pendukung
2. Pengetahuan perawat, fasilitas kebijakan RS, kerjasama
Tim dan keluarga
1. Faktor penghambat
3. Tidak semua RS mempunyai fasilitas bermain

O. 2.11 BERMAIN MEWARNAI GAMBAR


a. Definisi
1. Mewarnai adalah proses memberi warna pada suatu media.
Mewarnai gambar diartikan sebagai proses memberi warna
pada media yang sudah bergambar. Mewarnai gambar
merupakan terapi permainan yang kreatif untuk
mengurangi stress dan kecemasan serta meningkatkan
komunikasi pada anak.
b. Manfaat
1) Memberikan kesempatan
pada anak untuk bebas
berekspresi dan sangat
terapeutik ( sebagai
permainan penyembuh
/ ”therapeutic play” ).
2) Dengan bereksplorasi
menggunakan gambar, anak
dapat membentuk,
mengembangkan imajinasi
dan bereksplorasi dengan
ketrampilan motorik halus.
3) Mewarnai gambar juga aman
untuk anak usia toddler,
karena menggunakan media
kertas gambar dan crayon.
4) Anak dapat mengeskpresikan
perasaannya atau memberikan
pada anak suatu cara untuk
berkomunikasi, tanpa
menggunakan kata.
5) Sebagai terapi kognitif, pada
anak menghadapi kecemasan
karena proses hospitalisasi,
karena pada keadaan cemas
dan stress, kognitifnya tidak
akurat dan negative.
6) Bermain mewarnai
gambar dapat memberikan
peluang untuk meningkatkan
ekspresi emosinal anak,
termasuk pelepasan yang
aman dari rasa marah dan
benci.
7) Dapat digunakan sebagai
terapi permainan kreatif yang
merupakan metode
penyuluhan kesehatan untuk
merubah perilaku anak selama
dirawat di rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai