Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH PATOFISIOLOGI

“”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

1. Natasya Shalsabilah (P05120220025)


2. Nova Eliza (P05120220026)
3. Nur Aisyah (P05120220027)
4. Nuri Yusinda (P05120220028)
5. Ocharika Mardianti (P05120220029)
6. Putri Arafah Febriani (P05120220030)
7. Radika Putri Ayu (P05120220031)
8. Regita Intan Lestari (P05120220032)
9. Revi Handayani (P05120220033)
10. Ricko Handika Pratama (P05120220034)
11. Septha Dwi Octhyasty (P05120220035)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada ibu dosen selaku dosen pembimbing
yang telah membimbing dalam menyelesaikan makalah ini. Serta kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari masih banyak ada kekurangan baik
dari isi materi maupun penyusunan kalimat. Namun demikian, perbaikan merupakan hal yang
berlanjut sehingga kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini sangat penulis harapkan.
Akhirnya penulis menyampaikan terimakasih kepada pembaca dan teman-teman sekalian yang
telah membaca dan mempelajari makalah ini.

Bengkulu, 12 Agustus 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang……………………………………………………………………………..

b. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………

c. Tujuan Penulisan…………………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN

I. ATHEROSCLEROSIS

a. Definisi Atherosclerosis ……………………………….…………………………….…....

b. Gejala Dan Komplikasi Aterosklerosis ……………………………………………………

c. Etiologi Aterosklerosis …..……………………………………………………….….……

d. Diagnosis Aterosklerosis ………………….……………………………………………....

e. Pengobatan Aterosklerosis ………………………………………………………………..

f. Pencegahan Aterosklerosis ………………………………………………………………..

II. Trombosis

a. Definisi Trombosis…………………………………………………………………………

b. Gejala Trombosis …………………………………………………………………………

c. Etiologi Trombosis ……………………………………………………………………….

d. Diagnosis Trombosis ………………….…………………………………………….........

e. Pengobatan Trombosis …………………………………………………………………..

f. Pencegahan Trombosis …………………………………………………………………..

III. Emboli

a. Definisi Emboli ………………………………………………………………………….


b. Gejala Emboli ………………………………………………………………………

c. Etiologi Emboli …………………………………………………………………….

d. Diagnosis Emboli ………………….……………………………………………......

e. Pengobatan Emboli ………………………………………………………………….

f. Pencegahan Emboli ………………………………………………………………….

g. Komplokasi Emboli …………………………………………………………………

IV. Kongesti

V. Edema

a. Definisi Edema ……………………………………………………………………..

b. Gejala Edema ……………………………………………………………………….

c. Etiologi Edema ………………………………………………………………………

d. Diagnosis Edema ………………….…………………………………………….......

e. Pengobatan Edema ………………………………………………………………….

f. Pencegahan Edema ………………………………………………………………….


BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BAB II
PEMBAHASAN

I. ATHEROSCLEROSIS

A. Definisi Atherosclerosis
Istilah aterosklerosis berasal dari bahasa Yunani terdiri dari dua kata yaitu athero
yang berarti pasta atau bubur dan sklerosis yang berarti pengerasan. Jadi dapat
disimpulkan aterosklerosis adalah suatu proses pengerasan pada pembuluh darah yang
ditandai oleh penimbunan sejumlah substansi berupa endapan lemak,
kolesterol, trombosit sel makrofag, leukosit, kalsium dan produk sampah seluler lainnya
yang terbentuk di dalam lapisan tunika intima hingga tunika media, yang disebut sebagai
plak ateroma. Plak tersebut berwarna kuning karena mengandung lipid dan kolesterol.
Kondisi ini merupakan penyebab umum penyakit jantung koroner (atherosclerosis heart
disease).

B. Gejala dan Komplikasi Aterosklerosis


Pada awalnya, aterosklerosis tidak menimbulkan gejala. Gejala baru muncul
ketika aliran darah ke organ atau jaringan terhambat. Penumpukan plak hingga
menimbulkan gejala bisa memakan waktu hingga bertahun-tahun. Akibatnya, banyak
orang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita aterosklerosis hingga timbul
komplikasi. Komplikasi ini biasanya terjadi ketika pembuluh darah sudah menyempit.
Beberapa jenis aterosklerosis, tergantung lokasi terjadinya aterosklerosis, antara lain:

1. Aterosklerosis pada jantung


Aterosklerosis pada jantung bisa menyebabkan openyakit jantung coroner dan
serangan jantung. Kedua gangguan tersebut memiliki sejumlah gejala serupa, yaitu :
a) Nyeri dada seperti ditekan atau diremas (angina)
b) Nyeri atau tekanan pada pundak, lengan, rahang, atau punggung.
c) Gangguan irama jantung (aritmia).
d) Sesak napas, berkeringat, dan gelisah.

2. Aterosklerosis pada tungkai


Aterosklerosis pada area tungkai kaki maupun lengan bisa menyebabkan penyakit
arteri perifer. Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala sebagai berikut:
a) Nyeri, kram, hingga mati rasa pada area lengan maupun tungkai.
b) Nyeri saat berjalan dan mereda setelah beristirahat (klaudikasio intermiten).
c) Tungkai bagian bawah terasa dingin.
d) Luka di jempol, telapak, atau kaki tak kunjung sembuh.
3. Aterosklerosis pada otak
Bila terjadi pada pembulu darah di otak, aterosklerosis bisa menyebabkan stroke yang
di tandai dengan gejala berupa:
a) Mati rasa hingga lumpuh pada salah satu sisi wajah, lengan, atau tungkai.
b) Kebingungan dan sulit untuk dapat berbicara dengan jelas.
c) Kehilangan penglihatan pada salah satu mata atau kedua mata.
d) Kehilangan koordinasi dan keseimbangan.
e) Pusing dan sakit kepala berat.
f) Sulit bernapas dan kehilangan kesadaran.

4. Aterosklerosis pada ginjal


Penumpukan plak pada pembuluh arteri di ginjal dapat menyebabkan gagal ginja.
Gangguan ini bisa dikenali dari sejumlah gejala, seperti:
a) Jarang buang air kecil.
b) Terus menerus merasa mual.
c) Merasa sangat lelah dan mengantuk.
d) Tungkai membengkak.
e) Bingung dan sulit berkonsentrasi.
f) Sesak napas dan dada terasa nyeri.

C. Etiologi Aterosklerosis
Penyebab pasti aterosklerosis belum diketahui, namun penyakit ini dimulai saat
terjadi kerusakan atau cedera pada lapisan dalam arteri. Kerusakan tersebut dapat
disebabkan oleh:
1. Korestrol tinggi.
2. Tekanan darah yang tinggi.
3. Diabetes.
4. Peradangan akibat penyakit tertentu, seperti lupus
5. Obesitas
6. Kebiasaan merokok.
Saat lapisan dalam arteri rusak, lemak serta zat lain menjadi mudah menempel
dan menggumpal di sana. Seiring berjalannya waktu, gumpalan (plak) ini terus
menumpuk, mengeras, hingga pembuluh darah arteri menyempit dan kaku. Penyempitan
pembuluh darah akan menghambat suplai oksigen serta nutrisi ke organ-organ yang
dialirinya. Hal ini membuat fungsi organ tersebut menurun bahkan terhenti, tergantung
seberapa parah sumbatan yang terjadi.
Perkembangan aterosklerosis hingga menimbulkan gejala sangat lambat, bahkan
bisa sampai puluhan tahun. Namun, sejumlah kondisi ini dapat membuat seseorang lebih
berisiko atau lebih cepat mengalaminya:
1. Berusia di atas 40 atau 50 tahun.
2. Memiliki gaya hidup malas bergerak atau jarang berolahraga.
3. Memiliki pola makan tidak sehat dan sering konsumsi minuman beralkohol.
4. Mengalami stres berkepanjangan.
5. Memiliki anggota keluarga yang juga menderita aterosklerosis.

D. Diagnosis Aterosklerosis
Dokter akan menanyakan gejala yang dialami pasien dan melakukan pemeriksaan
fisik. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan mengecek denyut nadi, detak jantung, dan
tekanan darah pasien. Dokter juga akan mengamati bila pasien memiliki luka yang
lambat atau tak kunjung sembuh. Jika pasien diduga mengalami aterosklerosis, dokter
akan melakukan sejumlah tes penunjang untuk memastikannya. Tes tersebut meliputi:
1. Tes darah, untuk melihat kadar kolestrol dan gula darah.
2. Ankle-brachial index (ABI), yaitu tes perbandingan indeks tekanan darah kaki dan
lengan, guna memeriksa penyumbatan arteri pada area tungkai.
3. Elektrokardiogram (EKG), untuk memeriksa aktivitas listrik jantung dan melihat
tanda penyakit jantung koroner (atherosclerosis heart disease).
4. USG Doppler, untuk melihat adanya penyumbatan arteri di tungkai dengan
gelombang suara.
5. Stress test atau pemeriksaan EKG treadmill, untuk memeriksa aktivitas listrik jantung
dan tekanan darah saat melakukan aktivitas fisik.
6. Angiografi, yaitu pemeriksaan kondisi arteri jantung dengan menyuntikkan zat
kontras (pewarna) pada arteri, sehingga dapat terlihat dengan jelas melalui foto
Rontgen.
7. Pemindaian dengan magnetic resonance angiography (MRA) dan CT scan, untuk
memeriksa kondisi pembuluh darah arteri.

E. Pengobatan Aterosklerosis
Penangan aterosklerosis dapat dilakukan melalui tiga hal, yaitu perubahan gaya
hidup, obat-obatan, serta prosedur medis. Perubahan gaya hidup sehari-hari merupakan
hal utama yang perlu dilakukan. Penderita dianjurkan untuk lebih sering berolahraga
guna meningkatkan kesehatan jantung dan pembuluh darah, serta mengurangi konsumsi
makanan yang banyak mengandung kolesterol. Selain menyarankan perubahan gaya
hidup, dokter juga dapat memberi obat-obatan untuk mencegah arterosklerosis bertambah
buruk. Obat-obatan ini dapat berupa:
1. Obat-obatan untuk mencegah penggumpalan darah, seperti aspirin
2. Obat-obatan untuk menurunkan tekanan darah, seperti penghambat beta (beta
blockers), antagonis kalsium (calcium channel blockers), serta diuretik.
3. Obat penurun kadar kolestrol, , seperti statin dan fibrat.
4. Obat untuk mencegah penyempitan arteri, seperti ACE inhibitor.
5. Obat-obatan untuk mengendalikan kondisi medis yang bisa menyebabkan
aterosklerosis, misalnya obat diabetes untuk menjaga kadar gula darah.
pada kasus aterosklerosis yang parah, dokter mungkin akan menyarankan penanganan
dengan:
1. Pemasangan ring (stent) dan angioplasty
Prosedur ini digunakan untuk membuka penyumbatan atau penyempitan arteri,
kemudian memasang tabung kecil di sana agar aliran darah kembali lancar.
2. Terapi fibrinolitik
Terapi ini dilakukan untuk mengatasi penyumbatan arteri akibat pembekuan darah,
dengan memberikan obat pelarut atau pemecah gumpalan darah.
3. Operasi bypass
Prosedur ini dilakukan untuk mengatasi penyumbatan atau penyempitan arteri dengan
cara memintas pembuluh darah yang tersumbat, menggunakan pembuluh darah dari
bagian tubuh lain atau selang berbahan sintetis.
4. Endarterektomi
Prosedur ini dilakukan untuk membuang tumpukan lemak pada dinding arteri yang
menyempit. Biasanya, prosedur ini dilakukan pada arteri leher.
5. Arterektomi
Prosedur ini digunakan untuk membuang plak dari arteri, menggunakan kateter
berpisau tajam di salah satu ujungnya.

F. Pencegahan Aterosklerosis
Aterosklerosis dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup sehat. Cara yang bisa
dilakukan antara lain:
1. Melakukan pola makan sehat dengan gizi seimbang yang kaya serat dan karbohidrat
kompleks, serta rendah kolesterol.
2. Menghindari atau membatasi konsumsi minuman beralkohol.
3. Berolahraga selama 30 menit per hari, setidaknya 5 hari dalam seminggu.
4. Berhenti merokok
5. Menjaga berat badan dalam rentang ideal.
6. Mengelola stress dengan baik, misalnya dengan melakukan relaksasi (mengendurkan
otot-otot yang tegang) atau meditasi.
7. Tidur yang cukup.

II. TROMBOSIS

A. Definisi Trombosis
Terbentuknya gumpalan darah (trombosis) di pembuluh darah arteri. Kondisi ini
bisa menghambat aliran darah ke organ tubuh tertentu sehingga berpotensi
menyebabkan kondisi yang serius, seperti serangan jantung dan stroke. Trombus pada
sistem vena dalam sebenarnya tidak berbahaya, namun dapat menjadi berbahaya
bahkan dapat menimbulkan kematian jika sebagian trombus terlepas, kemudian
mengikuti aliran darah dan menyumbat arteri di dalam paru.  Jika gumpalan berdiam di
paru-paru, disebut embolisasi paru-paru. Ini adalah kondisi sangat serius yang dapat
mengakibatkan kematian.

B. Gejala Trombosis
Trombosis arteri umumnya tidak menimbulkan gejala sampai gumpalan darah
menyumbat atau menghentikan aliran darah ke bagian tubuh tertentu. Gejala kondisi
tersebut bisa beragam, tergantung lokasi sumbatan yang terjadi.

1. Sumbatan pada pembuluh arteri coroner


Trombosis arteri yang menyumbat pembuluh darah arteri koroner akan
menyebabkan serangan jantung. Kondisi ini umumnya ditandai dengan beberapa
gejala berikut:
a) Nyeri dada
b) Sesak napas
c) Pusing
d) Pucat
e) Keringat dingin
f) Mual dan muntah

2. Sumbatan pada pembuluh arteri ke otak


Jika trombosis arteri menyumbat arteri di otak, maka akan terjadi stroke iskemik.
Kondisi ini umumnya ditandai dengan beberapa gejala berikut:
a) Mati rasa atau kelemahan pada salah satu sisi tubuh
b) Wajah tampak tidak simetris atau salah satu terlihat lebih turun
c) Bicara pelo, sulit berbicara, atau memahami pembicaraa
d) Sulit mempertahankan keseimbangan
e) Sakit kepala atau pusing
f) Sulit menelan
Terkadang, sumbatan akibat gumpalan darah ini bisa hanya berlangsung sementara.
Kondisi ini disebut stroke.

3. Sumbatan pada pembuluh arteri perifer


Kondisi ini umumnya terjadi akibat komplikasi dari penyakit arteri perifer. Pada
penyakit arteri perifer, penumpukan plak yang terjadi bisa pecah. Akibatnya, bisa
terjadi gumpalan darah. Gumpalan darah yang menyumbat arteri perifer bisa
menyebabkan timbulnya keluhan dan gejala, seperti:
a) Nyeri tungkai
b) Tungkai tampak pucat, kebiruan, atau terasa dingin
c) Mati rasa atau kelemahan pada tungkai

C. Etiologi Trombosis
Penyebab trombosis yang paling sering adalah pecahnya plak pada aterosklerosis.
Selain itu, trombosis arteri juga bisa terjadi pada penderita vaskulitis, fibrilasi atrium,
atau penderita sindrom antifosfolipid. Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan
potensi seseorang mengalami trombosis arteri, yaitu:
1. Memiliki kebiasaan merokok
2. Menderita tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, atau diabetes
3. Memiliki berat badan berlebih hingga menderita obesitas
4. Memiliki pola makan yang tidak sehat dan tinggi lemak
5. Memiliki keluarga dengan riwayat trombosis arteri atau aterosklerosis
6. Memiliki gaya hidup kurang aktif bergerak atau beraktivitas fisik
7. Mengalami kecanduan alcohol
8. Berusia lanjut

D. Diagnosis Trombosis
Untuk mendiagnosis trombosis arteri, dokter akan menanyakan secara rinci
keluhan yang dialami pasien, baik kepada pasien sendiri maupun kepada keluarga
pasien. Jika pasien datang dengan kondisi yang gawat, misalnya serangan jantung atau
stroke, dokter akan melakukan penanganan awal terlebih dahulu untuk menstabilkan
kondisi pasien sebelum melakukan pemeriksaan menyeluruh.
Untuk memastikan diagnosis trombosis arteri, dokter juga akan melakukan
pemeriksaan berikut:
1. Tes darah, untuk mengetahui kecepatan penggumpalan darah, kadar gula darah, dan
kadar kolesterol
2. USG Doppler, untuk mengamati aliran darah pada pembuluh arteri yang diduga
mengalami penyumbatan
3. MRI dan CT scan, untuk melihat secara detail bagian yang mengalami
penyumbatan atau kerusakan
4. Angiografi, untuk melihat lebih detail kondisi pembuluh darah arteri yang
mengalami sumbatan dan kerusakan

E. Pengobatan Trombosis
Pengobatan trombosis arteri bertujuan untuk menghancurkan atau menghilangkan
gumpalan darah dan mencegahnya terbentuk kembali. Dengan begitu, aliran darah ke
organ-organ tubuh dapat kembali lancar. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa
penanganan berikut:

1. Pemberian obat-obatan
Berikut ini adalah beberapa obat-obatan yang dapat diberikan untuk mengatasi
thrombosis:
a) Obat-obatan untuk mencegah penggumpalan darah (antikoagulan dan
antiplatelet), seperti aspirin, clopidogrel, dan heparin
b) Obat-obatan untuk menghancurkan gumpalan darah (trombolitik),
seperti streptokinase
c) Obat-obatan untuk meredakan rasa sakit, seperti ibuprofen atau morfin
d) Obat-obatan untuk mengontrol kadar kolesterol, seperti statin
e) Obat-obatan untuk menurunkan tekanan darah, seperti ACE inhibitor
f) Obat-obatan untuk mengontrol gula darah, seperti insulin

2. Pembedahan atau operasi


Pembedahan atau operasi dapat dipilih bila penanganan dengan obat-obatan saja
tidak cukup atau jika letak sumbatan berpotensi untuk membahayakan nyawa
penderitanya. Berikut beberapa pilihan operasi untuk menangani trombosis arteri:
a) Thrombectomy, yaitu prosedur operasi untuk mengangkat gumpalan darah dari
pembuluh arteri yang tersumbat
b) Angioplasti, yaitu prosedur pembukaan pembuluh arteri yang tersumbat dengan
balon kateter untuk selanjutnya dilebarkan menggunakan kateter dan
dipasang stent sehingga tetap lebar
c) Coronary artery bypass graft (CABG), yaitu prosedur membuat rute aliran darah
baru dengan mengambil pembuluh darah dari bagian tubuh lain.

F. Pencegahan Trombosis Arteri


Secara umum, trombosis arteri dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup sehat.
Caranya adalah dengan:
1. Berhenti merokok
2. Menjaga berat badan ideal
3. Melakukan olahraga secara rutin
4. Mengonsumsi makanan yang kaya akan serat dan tidak mengandung banyak lemak
jenuh
5. Menghindari atau membatasi konsumsi minuman beralkohol
6. Memeriksakan diri ke dokter secara berkala bila memiliki kondisi yang berisiko
menyebabkan penggumpalan darah, seperti diabetes atau hipertensi
7. Mengonsumsi obat dari dokter sesuai anjuran bila sudah pernah mengalami
trombosis arteri

III. EMBOLI
A. Definisi emboli
Emboli adalah kondisi di mana benda atau zat asing seperti gumpalan darah
atau gelembung gas tersangkut dalam pembuluh darah dan menyebabkan penyumbatan
pada aliran darah. Penyumbatan tersebut dapat menimbulkan gejala yang berbeda pada
tiap orang, tergantung tipe dan lokasi pembuluh darah yang tersumbat. Pada dasarnya
tubuh memiliki tiga tipe pembuluh darah yang terdapat di seluruh organ tubuh, yakni
arteri, vena, dan kapiler. Arteri berperan sebagai penyuplai oksigen dari jantung ke
seluruh tubuh, vena berperan mengembalikan oksigen ke jantung, dan kapiler adalah
pembuluh darah terkecil yang menghubungkan arteri dan vena sekaligus mengatur
pasokan oksigen ke jaringan tubuh.
Ketika salah satu atau lebih pembuluh darah suatu organ mengalami
penyumbatan, fungsi organ tersebut akan terganggu. Jika tidak mendapatkan
penanganan dengan tepat, penyumbatan pembuluh darah yang mengganggu fungsi
organ dapat menyebabkan kerusakaan pada organ tersebut secara permanen.

B. Gejala Emboli
Gejala yang dapat muncul pada penderita emboli dapat berbeda, tergantung tipe
pembuluh darah (arteri, vena, kapiler) yang tersumbat dan lokasi penyumbatan,
misalnya paru-paru (emboli paru) atau otak (stroke). Apabila pasien mengalami
penyumbatan pada pembuluh darah di paru-paru, maka gejala yang dapat muncul
meliputi:
1. Nyeri dada.
2. Sesak napas.
3. Batuk.
Sedangkan jika penyumbatan terjadi di otak dan menyebabkan stroke, maka gejala
yang muncul dapat berupa:
1. Kelumpuhan anggota tubuh.
2. Gangguan bicara.
Pada kasus tertentu, emboli tidak menunjukan gejala pada penderitanya. Hal itu
disebabkan karena zat asing yang ada tidak sepenuhnya menyumbat pembuluh darah.

C. Etiologi Emboli
Berikut ini adalah beberapa zat yang dapat mengakibatkan emboli, yaitu:
1. Gas. Gelembung gas atau udara dapat menyebabkan penyumbatan pada pembuluh
darah. Kondisi ini biasanya terjadi pada penyelam. Gelembung gas atau udara dapat
muncul dalam pembuluh ketika seorang penyelam mengalami penyakit dekompresi,
akibat terlalu cepat kembali ke permukaan.
2. Gumpalan darah. Pada dasarnya, tubuh memiliki proses pembekuan darah alami
ketika tersayat atau luka. Proses pembekuan tersebut berfungsi untuk mencegah
terjadinya perdarahan. Namun, pembekuan darah terjadi berlebihan meski tidak ada
sayatan atau luka pada seseorang dengan kondisi, seperti obesitas, penyakit
jantung, kanker, atau ibu hamil. Pembekuan darah yang berlebihan berpotensi
menyebabkan gumpalan darah dan mengganggu sistem peredaran darah di tubuh.
3. Kolesterol. Emboli dapat dialami oleh seseorang yang menderita atau memiliki
riwayat aterosklerosis. Aterosklerosis merupakan kondisi di mana pembuluh darah
menyempit akibat adanya penimbunan kolesterol. Pada kondisi yang tergolong
berat, timbunan kolesterol yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah pada
penderita aterosklerosis, dapat terlepas dan mengalir di dalam pembuluh darah,
serta tersangkut dan menyumbat pembuluh darah di lokasi lain.
4. Lemak. Patah tulang dapat membuat lemak yang ada di dalam tulang terlepas dan
masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebabkan penyumbatan.
5. Air ketuban. Air ketuban atau cairan aminotik adalah cairan yang melindungi janin
selama dalam kandungan. Meski tergolong jarang terjadi, cairan tersebut dapat
bocor dan masuk ke pembuluh darah ibu dan menyebabkan penyumbatan.
Terdapat pula beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang mengalami emboli,
yakni:
1. Kegemukan
2. Berusia 60 tahun atau lebih.
3. Merokok.
4. Hamil.
5. Tidak aktif bergerak untuk waktu yang lama, misalnya karena berbaring di rumah
sakit.
6. Menderita penyakit jantung.

D. Diagnosis Emboli
Diagnosis disesuaikan dengan dugaan berdasarkan pemeriksaan gejala, riwayat
penyakit, dan kondisi pasien secara menyeluruh. Beberapa tes yang digunakan untuk
mendiagnosis emboli meliputi:
1. Tes darah.
2. MRI.
3. CT scan.
4. Venografi, yaitu pencitraan dengan menggunakan foto Rontgen untuk melihat
kondisi pembuluh darah vena.
5. Arteriografi, yaitu pencitraan dengan foto Rontgen untuk melihat kondisi pembuluh
darah arteri. Tes ini dipadukan dengan pemberian zat pewarna kontras.
6. Tes fungsi paru dan jantung.

E. Pengobatan Emboli
Pengobatan emboli dapat dilakukan dengan pemberian obat atau operasi.
Beberapa contoh obat yang digunakan adalah:
1. Antikoagulan (misalnya heparin), berfungsi untuk mencegah terjadinya
penggumpalan darah.
2. Trombolitik (misalnya alteplase), berfungsi untuk meleburkan darah yang
menggumpal. Pemberian obat ini juga dapat dilakukan dengan dibantu kateter atau
selang khusus, agar obat langsung mengarah ke gumpalan darah yang ada.
Jika pemberian obat saja tidak mampu mengatasi emboli, dokter akan
merekomendasikan operasi. Contohnya adalah:
1. Trombektomi. Prosedur ini bertujuan mengangkat gumpalan darah yang ada.
2. Inferior Vena Cava (IVC) Filter. Prosedur ini dilakukan dengan menanamkan alat
khusus berbentuk jaring, yang berfungsi untuk menyaring zat asing di pembuluh
darah dan mencegahnya menyebar ke organ lain.

F. Pencegahan Emboli
Terdapat beberapa upaya yang dapat kita lakukan untuk mengurangi risiko
terkena emboli, di antaranya adalah:
1. Rutin berolahraga.
2. Hindari dehidrasi dengan asupan cairan yang cukup.
3. Tidak merokok atau mengonsumsi alkohol.
4. Menerapkan diet dengan gizi seimbang dan menjaga berat badan ideal.
5. Menghindari duduk terlalu lama atau kurang aktif bergerak.
6. Lakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin.
7. Hindari menggunakan pakaian ketat.

G. Komplikasi Emboli
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita emboli dapat berbeda-beda,
tergantung tipe dan lokasi pembuluh darah yang tersumbat, serta kondisi pasien secara
menyeluruh. Beberapa komplikasi emboli meliputi:
1. Pembengkakan.
2. Kulit kering dan mengelupas.
3. Stroke atau serangan jantung.
4. Kerusakan otak.
5. Perubahaan warna kulit.

IV. KONGESTI

A. Pengertian Kongesti

Kongesti (pembendungan darah) adalah rekamannya di dalam

peranti darah tertentu. Kongesti disebut juga hiperemi, jika dilihat secara

mikroskopik kapiler-kepiler dalam jaringan yang hiperemi terlihat melebar


dan penuh berisi darah. Pada kenyataannya kongesti dapat terjadi dengan

dua cara yaitu: (1) Peningkatan jumlah darah yang mengalir ke jaringan

atau organ dan (2) penurunan jumlah darah yang mengalir ke jaringan atau

organ. Kengesti dibagi menjadi 2 bentuk yaitu: kongesti aktif dan kongesti

pasif.

1. Kongesti aktif

Kongesti aktif yaitu peningkatan peningkatan aliran darah ke

jaringan atau organ. Pada kongesti aktif, lebih banyak darah mengalir

secara aktif ke dalam jaringan atau organ. Peningkatan aliran darah

lokal terjadi yang disebabkan oleh adanya dilatasi arteri yang bekerja

sebagai katup pembantuan darah ke dalam mikrosirkulasi lokal

. Sebagai contoh dari kongesti aktif yaitu hiperemia yang

menyertai radang akut, sehingga terjadi kemerahan pada jaringan yang

meradang. Warna merah padam pada wajah ketika malu merupakan

vasodilatasi yang muncul akibat respons terhadap rangsangan

neurogenik. Contoh dari kongesti aktif fisiologis yaitu pengiriman

darah lebih banyak sesuai dengan kebutuhan jaringan yang sedang

bekerja seperti otot yang sedang berkontraksi aktif. Hal ini disebut

dengan hiperemia fungsional. Kongesti aktif sering terjadi dalam

waktu singkat.

2. Kongesti pasif

Kongesti pasif adalah kejadian gangguan aliran darah pada suatu

daerah. Penekanan pada venula-venula dan vena yang mengalirkan

darah dari jaringan dapat menimbulkan kengesti pasif. Misalnya, tumor

yang mengancam aliran vena lokal dari suatu daerah.


Kongesti dapat terjadi karena gangguan sistem sirkulasi darah

sistemik yang dapat mengganggu drainase vena seperti

kegagalan ventrikel jantung kiri mengakibatkan aliran darah yang

kembali ke jantung dari paru-paru akan terganggu. Kondisi ini akan

terbendung di dalam paru-paru dan akan menimbulkan kongesti pasif

pembuluh darah paru. Jika terjadi kegagalan ventrikel jantung kanan,

bendungan darah akan mempengaruhi aliran vena sistemik sehingga

banyak jaringan di seluruh tubuh mengalami kongesti pasif

Kongesti pasif yang berlangsung singkat keadaan ini disebut

kongesti pasif akut, sedangkan kongesti pasif yang berlangsung lama

keadaan ini disebut sebagai kongesti pasif kronis. Kongesti pasif akut

biasanya tidak ada pengaruh yang signifikan pada jaringan tersebut

(Gambar 3b), tetapi kongesti pasif kronis dapat mengakibatkan

perubahan-perubahan permanen pada jaringan. Perubahan ini terjadi

pada jaringan yang mengalami kongesti pasif dan perubahan pada

aliran darah ini cukup nyata, maka terjadi hipoksia jaringan yang

menyebabkan menyusutnya jaringan atau bahkan dapat menyebabkan

sel-sel dari jaringan tersebut. Pengaruh kongesti pasifik, khususnya dapat terlihat pada paru-
paru dan hati. Pada paru-paru yang mengalami kongesti akan

mengakibatkan dinding ruang udara cenderung menebal dan banyak

sekali makrofag yang mengandung pigmen hemosiderin, pigmen ini

terbentuk sebagai hasil pengelolaan hemoglobin dari sel-sel darah

merah yang lolos dari darah yang mengalami kongesti ke dalam ruang

udara. Pada hati, kongesti kronis kronis mengakibatkan dilatasi nyata

dari pembuluh darah di sentral tiap lobulus hati dalam penyusutan sel-
sel hati. Perubahan yang mencolok di hati yaitu penampilan yang terlihat

kasar yang ditimbulkan oleh hiperemia daerah sentrolobuler diselingi

daerah-daerah perifer tiap lobus yang lebih sedikit ( pala hati). Kongesti pasif kronis juga
dapat menyebabkan dilatasi vena di daerah yang mengalami kongesti. Akibat lain dari
kongesti kronis pasif adalah terjadinya dilatasi vena pada daerah yang kongesti

dan dinding vena akan menjadi fibrotik serta cenderung memanjang


V. EDEMA
A. Definisi Edema
Edema adalah akumulasi abnormal cairan di dalam ruang interstitial (celah di
antara sel) atau jaringan tubuh yang menimbulkan pembengkakan. Pada kondisi yang
normal secara umum cairan tubuh yang terdapat diluar sel akan disimpan di dalam dua
ruangan yaitu pembuluh darah dan ruang - ruang interstitial. Apabila terdapat gangguan
pada keseimbangan pengaturan cairan tubuh, maka cairan dapat berakumulasi
berlebihan di dalam ruang interstitial sehingga menimbulkan edema. Namun apabila
cairan sangat berlebih maka kelebihan cairan adakalanya dapat berkumpul di ruang
ketiga yaitu rongga - rongga tubuh seperti perut dada dan rongga perut. Edema terdapat
beberapa jenis, sebagai berikut :
1. Edema perifer
Edema jenis ini biasanya mempengaruhi kaki dan pergelangan kaki, namun juga
dapat terjadi pada lengan. Kondisi ini dapat menjadi tanda adanya masalah pada
sistem peredaran darah, kelenjar getah bening, atau penyakit ginjal.
2. Edema pedal
Edema pedal adalah bengkak yang terdapat pada kaki. Kondisi ini lebih umum
ditemukan pada orang lanjut usia dan ibu hamil. Edema pedal membuat
penderitanya sulit bergerak karena kaki yang bengkak.
3. Lymphedema
Bengkak pada tangan dan kaki ini sering disebabkan oleh gangguan pada kelenjar
getah bening, yang berfungsi menyaring zat sisa dan bakteri dari tubuh.Kerusakan
bisa disebabkan karena pengobatan kanker seperti terapi radiasi dan operasi. Kanker
sendiri juga dapat menyumbat kelenjar getah bening dan menyebabkan
penumpukan cairan.
4. Pulmonary edema (edema paru)
Ketika cairan menumpuk pada kantong udara di paru-paru, pulmonary
edema (pembengkakan paru-paru karena penumpukan cairan) dapat terjadi. Pada
pasien yang mengalami edema paru, terjadi sesak napas yang memberat ketika
berbaring.Denyut jantung meningkat, rasa seperti tercekik, dan batuk dengan dahak
yang berbusa bahkan seringkali bercampur darah juga dapat terjadi.
5. Edema serebri
Edema serebri merupakan kondisi medis yang serius ketika cairan menumpuk di
otak. Kondisi ini dapat terjadi karena trauma, pembuluh darah otak yang tersumbat
atau pecah, tumor, atau reaksi alergi.
6. Edema macula
Kondisi ini terjadi ketika cairan menumpuk pada bagian mata yang bernama
makula. Makula adalah jaringan peka cahaya yang terletak di bagian tengah retina.
Edema makula dapat terjadi ketika pembuluh darah retina yang rusak mengalami
kebocoran cairan ke area sekitarnya.
B. Gejala Edema
Gejala edema tergantung dari lokasi dan jumlah akumulasi cairan yang tertahan
pada jaringan. Namun, umumnya pada penderita yang mengalami edema, dapat timbul
gejala seperti:
1. Bengkak pada jaringan di bawah kulit, yang terutama mudah ditemukan pada
daerah tangan dan kaki yang mengalami edema
2. Kulit yang meregang atau mengkilat pada daerah yang mengalami edema
3. Cekungan pada kulit yang disebut sebagai pitting edema, apabila kulit yang
mengalami edema ditekan selama beberapa detik
4. Infeksi, rasa gatal, dan jaringan parut
5. Perut yang membesar
6. Rasa nyeri yang membatasi ruang gerak lengan, pada edema di daerah lengan
7. Kaki menjadi berat dan apabila dibiarkan dapat menimbulkan ulkus pada kulit kaki,
pada edema di daerah kaki
8. Pada edema yang berat dapat muncul gejala yang membahayakan seperti kesulitan
bernapas, sesak napas, dan nyeri dada

C. Etiologi Edema
Penyebab edema adalah cairan yang terdapat di dalam pembuluh darah bocor dan
keluar ke jaringan. Cairan berlebih menumpuk di jaringan sekitarnya, menyebabkan
pembengkakan. Edema dapat disebabkan oleh beberapa kondisi seperti:
1. Duduk atau berada di dalam satu posisi dalam waktu yang lama
2. Mengonsumsi banyak makanan yang mengandung garam
3. Gejala premenstruasi
4. Kehamilan
5. Sengatan lebah
6. Infeksi kulit
7. Kehamilan, karena tubuh akan menyimpan cairan dan natrium lebih banyak untuk
kebutuhan janin.
8. Efek samping obat-obatan seperti obat hipertensi, obat antinyeri, obat yang
mengandung steroid, estrogen, dan obat antidiabetes jenis thiazolidinediones.
Pada kondisi tertentu, edema juga dapat disebabkan oleh kondisi penyakit yang lebih
serius seperti:
1. Reaksi alergi
Edema adalah gejala reaksi alergi yang umum. Pembuluh darah mengeluarkan
cairan ke area tubuh sekitarnya sebagai respon terhadap alergen (zat yang
menyebabkan alergi).
2. Gagal jantung
Pada pasien dengan gagal jantung, satu atau lebih rongga jantung tidak mampu
memompa darah sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, darah dapat menumpuk di
kaki dan pergelangan kaki, menimbulkan bengkak.Gagal jantung juga dapat
menyebabkan bengkak pada perut. Pada beberapa kasus, edema paru dengan gejala
sesak napas juga dapat terjadi.
3. Sirosis hati
Sirosis hati dapat menyebabkan penumpukan cairan pada perut (asites) dan kaki.
4. Trauma kepala
Trauma kepala dapat menyebabkan edema serebri. Kondisi lain seperti
hiponatremia (kadar natrium yang rendah di darah), tumor otak, dan hidrosefalus
juga dapat menyebabkan edema serebri.
5. Penyakit ginjal
Kerusakan pada pembuluh darah kecil pada ginjal dapat menyebabkan sindrom
nefrotik. Pada sindrom nefrotik, kadar protein albumin yang rendah dapat
menyebabkan penumpukan cairan dan edema.
6. Gangguan atau lemahnya pembuluh darah vena
Pasien dengan insufisiensi vena kronik mengalami kerusakan pada katup vena di
kaki. Hal ini menyebabkan penumpukan cairan di kaki dan edema kaki. Bengkak
pada satu sisi kaki secara mendadak disertai nyeri pada betis bisa disebabkan oleh
trombosis vena dalam. Bila hal ini terjadi, hubungi dokter sesegera mungkin.
7. Gangguan pada sistem pembuluh darah limfatik
Pembuluh darah limfatik membantu membuang cairan berlebih dari jaringan.
Gangguan pada sistem pembuluh darah limfatik menyebabkan edema.
8. Kekurangan atau defisiensi protein yang parah
Adanya defisiensi protein dari makanan pada watu yang lama dapat menyebabkan
penumpukan cairan dan edema.

D. Diangnosa Edema
Umumnya edema tidak memerlukan diagnosis. Diagnosis edema lebih ditekankan
pada kondisi yang dapat menyebabkan timbulnya kondisi ini. Untuk memahami hal
tersebut, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan Anda dan melakukan pemeriksaan
fisik terlebih dahulu.Bila perlu, pemeriksaan lain seperti foto rontgen dada, USG, MRI,
pemeriksaan darah, dan pemeriksaan urine akan dilakukan untuk menentukan penyebab
pasti penyakit yang menimbulkan edema.

E. Pengobatan Edema
Cara mengobati edema akan ditentukan berdasarkan penyebabnya, sehingga kondisi ini
dapat ditangani dengan baik.Beberapa penanganan edema yang bisa dianjurkan oleh
dokter meliputi:
1. Penanganan mandiri
Beberapa hal yang dapat dilakukan di rumah untuk mengurangi edema antara lain:
a) Makan makanan sehat, menghindari makanan kemasan yang tinggi garam.
b) Olahraga sedang
c) Hindari rokok dan alcohol
d) Menggunakan stoking kompresi
e) Akupuntur atau pijat
f) Konsumsi ekstrak biji anggur, yang dapat menurunkan tekanan darah dan
membantu mengurangi edema karena gangguan pembuluh darah vena
g) Berdiskusilah dahulu dengan dokter sebelum melakukan pengobatan mandiri di
rumah.
2. Penanganan secara medis
Pengobatan medis tergantung pada penyebabnya.
a) Pengobatan edema karena kehamilan
Edema karena kehamilan perlu diperiksa lebih lanjut karena penumpukan cairan
yang signifikan dapat berbahaya.
b) Pengobatan edema karena gagal jantung
Obat jenis diuretik dapat diberikan bersamaan dengan obat-obatan lain untuk
meningkatkan fungsi jantung.
c) Pengobatan edema karena sirosis hati
Menghentikan konsumsi alkohol, mengurangi asupan garam, dan obat diuretik
dapat memperbaiki gejala.
d) Pengobatan lymphedema
Obat diuretik dapat membantu pada lymphedema awal. Stoking kompresi juga
disarankan.
e) Pengobatan edema karena obat-obatan
Obat yang menyebabkan edema dapat diganti atau dihentikan. 

F. Pencegahan Edema
Beberapa tindakan dapat dilakukan untuk mencegah edema terjadi kembali.
Namun, selalu konsultasikan tindakan-tindakan ini pada dokter yang merawat Anda
sebelum melakukan tindakan-tindakan pencegahan tersebut. Cara pencegahan edema
dapat berupa:
1. Menggerakkan otot pada daerah yang terkena edema
Menggerakkan otot pada daerah yang terkena edema, bisa membantu memompa
kelebihan cairan kembali ke jantung. Tanyakan pada dokter mengenai gerakan yang
dapat dilakukan dan aman untuk mengurangi edema pada anggota tubuh Anda
2. Elevasi
Elevasi atau meninggikan anggota tubuh yang terkena edema lebih tinggi dari posisi
jantung, selama beberapa kali dalam sehari.
3. Pemijatan dan kompresi dengan alat
Langkah ini dilakukan untuk membantu dalam menggerakkan kelebihan cairan
yang timbul karena edema
4. Stoking kompresi
Jika salah satu anggota tubuh Anda terkena edema, dokter akan menyarankan Anda
untuk memakai stoking kompresi atau sarung tangan yang biasanya dipakai setelah
edema mereda, untuk mencegah pembengkakan lebih lanjut.
5. Membatasi konsumsi garam
Mengurangi konsumsi garam juga bisa dipraktikkan. pasalnya garam memiliki
dampak menahan cairan tubuh dan dapat memperparah edema.

VI. INFARK
A. Pengertian Infark
Sumbatan yang terjadi pada aliran arteri menimbulkan gangguan
sirkulasi darah setempat sehingga terjadi iskemia pada daerah yang dialiri
yang berakhir menjadi infark. Sumbatan tersebut dapat terjadi secara
perlahan lahan, cepat dan menetap yang berasal dari embolus dan
trombus. Namun demikian infark juga dapat terjadi karena adanya
arteriosklerosis yang menyebabkan aliran darah tidak lancar akibatnya
suplai darah kurang dan akhirnya muncul iskemia dan akhirnya infark.

B. Bentuk infark
 Infark pucat/anemik Umumnya terjadi akibat penyumbatan arteri pada
organ tubuh yang padat seperti jantung dan ginjal.
 Infark merah/haemoragi Banyak terjadi pada organ tubuh yang terdiri
atas jaringan yang renggang seperi paru paru dan usus.
C. Patogenesis Infark
Segera setelah terjadi sumbatan pembuluh darah, maka daerah
yang terkena akan mengalami perubahan warna menjadi hiperemi. Setelah
beberapa jam daerah yang terkena akan menjadi membengkak dan
perdarahan. Setelah 24 jam pada organ jantung dan ginjal akan berubah
menjadi pucat sedangkan pada paru-paru dan usus akan berubah merah.
Beberapa hari kemudian jantung dan ginjal menjadi putih berbatas tegas
dengan sekitamya sedangkan paru-paru dan usus tidak mengalami
perubahan.

VII. DEHIDRASI
A. Pengertian Dehidrasi
Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air
pada tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada
pemasukan (misalnya minum). Gangguan kehilangan cairan tubuh ini
disertai dengan gangguan keseimbangan elektrolit tubuh 9 .
B. Tingkatan Dehidrasi
Tingkatan dehidrasi dapat dikategorikan menjadi beberapa
tingkatan yaitu dehidrasi ringan, dehidrasi sedang dan dehidrasi berat.
Dalam melakukan penilaian dehidrasi dapat diketahui dari warna urin.
Dalam melakukan penilaian dapat digunakan dengan indikator warna urin
semakin pekat warna urin semakin tingginya tingkatan dehidrasi.
Hilangnya cairan menyebabkan berkurangnya volume darah, tekanan
darah dan bisa menyebabkan penderita pingsan. Kelainan ini dapat
dipercepat pada kondisi kurang minum, berkeringat banyak,
muntahmuntah, diare atau penyebab lain yang mengakibatkan pengeluaran
air berlebihan. Hal ini akan mengakibatkan volume urin berkurang, karena
cairan tubuh banyak keluar melalui keringat. Asupan air atau intake air
pada tubuh kurang akan mengakibatkan dehidrasi.

C. Patogenesis Dehidrasi
Air dalam tubuh mengikuti keseimbangan dinamis berdasarkan
tekanan osmotik dan tonisitas. Normalnya terjadi keseimbangan cairan
antara yang masuk dan dikeluarkan tubuh. Asupan air yang tinggi akan
menurunkan osmolitas plasma dan peningkatan volume arteri efektif
sehingga menyebabkan regulasi osmotik dan regulasi vilume teraktivitasi
Kekurangan cairan atau air minum dapat meningkatkan konsentrasi ionik
pada kompertemen ekstrakuler dan terjadi pengerutan sel sehingga
menyebabkan sensor otak untuk mengontrol minum dan mengontrol
ekskresi urin. Pada stadium permulaan water depletion, ion natrium dan
chlor ikut menghilang dengan cairan tubuh, tetapi kemudian terjadi
reabsorpsi ion melalui tubulus ginjal yang berlebihan, sehingga
ekstraseluler mengandung natrium dan chlor berlebihan dan terjadi
hipertoni. Hal ini menyebabkan air akan keluar dari sel sehingga terjadi
dehidrasi intraseluler dan inilah yang menimbulkan rasa haus. Selain itu
timbul perangsangan terhadap hipofisis yang kemudian melepaskan
hormon antidiuretik sehingga terjadinya oligura. Hal ini menimbulkan rasa
haus , air liur kering, badan terasa lemas dan berhalusinasi.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Ateroklerosis atau pengersaan arteri merupakan fenomena penyakit
yang sangat penting pada kebanyakan di negara maju. Istilah ateroklorosis
sebenarnya meliputi setiap keadaan pembuluh arteri yang mengakibatkan
penebalan atau pengerasan dinding.
Trombosis dapat terjadi pada arteri, disebut dengan trobosis arter
(arterial trobosis) dapat juga terjadi pada vena disebut sebagai trobosis vena
(venous trobosis)
Emboli dalah suatu kondisi dimana aliran darah terhambat akibat
benda asing (embolus), seperti bekuan darah atau udara.
Kongesti merupakan keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan
(peningkatan jumlah darah) didalam pembuluh darah pada daerah tertentu
Edema adalah penimbunana cairan secara berlebihan diantara sel-sel
tubuh di dalam berbagai rongga tubuh
Infark adalah daerah nekrosis iskemik dalam jaringan atau organ akibat
oklusi pasokan arteri atau aliran vena
Dehidrasi adalah suatu gangguan dalam keseimbangan air yang di
sertai output yang melebihi intake sehingga jumlah air pada tubuh berkurang.

B. SARAN
Penulis berharap mahasiswa dapat memahami tentang athetroklorosis,
trombosis, emboli, kongesti, edema, infark, dehidrasi dan berharap bisa
memberi pemahaman kepada mahasiswa.

Anda mungkin juga menyukai