Anda di halaman 1dari 20

ISSN (P) : 2086-4264

ISSN (E) : 2581-2343


Dewan Redaksi Jurnal Riset Akuntansi & Komputerisasi Akuntansi
Chife in Editor Editorial Board
Nurlaila MC., S.E., M.Acc., Ak., C.A., Intan Immanuella, SE.,M.SA
C.Li., C.Ra (Universitas Katolik Widya Mandala)
(Universitas Islam 45)
Vita Aprilina, SE.,M.Si.,AK.,CA
Hadi Mahmudah, SE.,M.Sc
Yuha Nadhirah Q., S.E., M.Ak.
(Universitas Islam 45)

Reviewers
Prof.Dr. M. Nizarul Alim, Ahalik,
SE.,M.Si.,CA. SE.,Ak.,M.Si.,Ak.,CMA.,CPMA.,CPSA
Univeristas Trunojoyo, Madura K.,DipIFR.,CPA.,CACP.,ACPA.,CA
Sekolah Tinggi Manajemen PPM
Prof. Dr. Hj. Nunuy Nur Afiah,
SE.,M.S. Ak. Gafar Hafiz Sagala, S.Pd.,M.Sc
Univeristas Padjajaran Universitas Negeri Medan

Andi Manggala Putra, SE., M.Sc.


Dr. Sugiyarti Fatma Laela, M. Buss. Acc.
Universitas Pembangunan Nasional
CMA,
"Veteran" Jakarta
Institut Tazkia
Mohammad Iqbal Firdaus, SE., M.Ak.
Dr. Icuk Rangga Bawono, Universitas Negeri Malang
SH.,SE.,M.Si.,MH.,Ak.,CA
Univeristas Jendral Soedirman Ari Dewi Cahyati, SE.,M.SA
Univeristas Islam 45, Indonesia

Kantor Redaksi
Gedung D, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam “45” Bekasi. Jl. Cut Meutia No.83
Bekasi. 17113. Telp/fax. (021) 88349033 (Direct); (021) 8808850 (Hunting), Ext. 130:
Fax. (021)8801192
Website: http://jurnal.unismabekasi.ac.id/; Email: jrak@unismabekasi.ac.id atau
jrakunisma@gmail.com
JRAK Vol. 12, No. 1, Tahun 2021
Hlm: 01-19
ISSN (e): 2581-2343, ISSN (p): 2086-4264

Pengaruh Good Corporate Governance dan Kinerja Keuangan Terhadap


Pengungkapan Islamic Social Reporting

1 Luluk Prihatiningsih
2 Nur Hayati*

1 2 Universitas Trunojoyo Madura

2 nur.hayati@trunojoyo.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh hubungan
variabel bebas dengan variabel terikat, yaitu pengaruh good corporate governance dan kinerja
keuangan terhadap pengungkapan islamic social reporting (ISR). Metode penelitin yang digunakan
dala penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan populasi penelitian mengunakan Bank Umum
Syariah (BUS) yang ada di Indonesia dan telah terdaftar pada Bank Indonesia selama 2013-2018.
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 66 laporan keuangan tahunan BUS
yang ditentukan menggunakan metode purposive sampling. Sampel data yang ada diuji
menggunakan teknik analisis diskriptif, sedangkan hipotesis dalam penelitian ini diuji
menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini
menyatakan bahwa variabel frekuensi rapat dewan komisaris, ukuran DPS, kinerja keuangan
profitabilitas serta likuiditas berpengaruh terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR).
Sedangkan variabel ukuran dewan komisaris, ukuran komite audit dan kepemilikan publik tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan ISR.
Kata Kunci: ISR, GCG, Profitabilitas, Likuiditas, BUS

ABSTRACT

This study is a study that aims to determine the effect of the relationship between independent variables and
dependent variables, namely the effect of good corporate governance and financial performance on Islamic
social reporting (ISR) disclosures. The research method used in this research is quantitative method, with the
research population using Islamic Commercial Banks (BUS) in Indonesia and have been registered with Bank
Indonesia during 2013-2018. The number of samples used in this study were 66 annual financial reports of
BUS which were determined using purposive sampling method. Existing data samples were tested using
descriptive analysis techniques, while the hypothesis in this study was tested using multiple linear regression
analysis. The results obtained in this study indicate that the variable frequency of board meetings, size of SSB,
financial performance profitability and liquidity affect the disclosure of Islamic Social Reporting (ISR).
Meanwhile, the size of the board of commissioners, the size of the audit committee and public ownership did
not affect the ISR disclosure.
Keywords: ISR, GCG, Profitability, Liquidity, BUS.

*Corresponding Author

1
2
Luluk Prihatiningsih dan Nur Hayati
JRAK Vol.12 No.1 Tahun 2021
PENDAHULUAN
Lembaga keuangan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya
membangun prekonomian suatu negara, baik dari sektor perbankan maupun lainnya
(nonperbankan). Lembaga keuangan dibedakan menjadi dua, yaitu lembaga keuangan
konvensional dan lembaga keuangan syariah. Lembaga keuangan syariah muncul sejak
lama, hal ini dibuktikan dengan para ahli islam yang menulis tentang bank syariah. Selain
itu, terdapat beberapa bank syariah yang didirikan sejak tahun 1963. Bank syariah yang
pertama kali didirikan yaitu bank “The Mit Ghamr Bank”. Sedangkan bank syariah di
Indonesia didirikan pada tahun 1992, dengan nama “Bank Muamalat Indonesia”. Bank
Muamalat Indonesia merupakan bank syariah yang pertama kali ada di Indonesia sejak
pertengahan tahun 1970. Bank Muamalat ini merupakan hasil kerja hasil kerja yang
dilakukan oleh tim kerja perbankan MUI yang resmi ditandatangani pada tanggal 1
November 1991 (Salman, 2012).
Perkembangan perbankan syariah mengalami peningkatan dari tahun ketahun, hal
ini tentunya tidak luput dari peran manajemen yang harus mempertahankan dan
meningkatkan eksistensi untuk keberlangsungan hidup perusahaannya. Selain
memperhatikan kepentingan internal perusahaan, seorang manajer juga harus mempunyai
program yang berkaitan dengan kewajiban perbankan, hal ini dilakukan dengan bertujuan
agar manajer dapat memperhatikan kondisi sosial dan juga lingkungannya, hal ini
biasanya dikenal dengan tanggung jawab sosial (Corporate Sosial Responbility).
Seiring dengan perkembangan masa, konsep CSR juga mengalami perkembangan,
baik itu perkembangan di bidang konvensional dan bidang syariah. Corporate Social
Responbility (CSR) dalam konteks syariah merupakan sebuah konsep tanggung jawab sosial
perusahaan yang mengacu pada prinsip-prinsip syariah. Sedangkan dalam konteks
syariah, CSR disebut Islamic Social Reporting (ISR). ISR adalah sebuah standar pelaporan
kinerja sosial yang diukur berdasarkan Indeks ISR atau acuan untuk pengungkapkan atas
tanggung jawab sosial perusahaan yang diadopsi dari AAOIFI (Accounting and Auditing
Organization for Islamic Financial Institution) (Widiastuti, 2018: 146). Menurut Widiastuti
(2018) hasil scoring indeks ISR dalam pengungkapan tanggung jawab sosial pada
perbankan syariah di Indonesia secara keseluruhan menunjukan skor sebesar 77%,
meskipun belum mencapai angka sempurna yaitu 100%. Penelitian yang berkaitan dengan
pengaruh hubungan GCG terhadap pengungkapan ISR yang dilakukan oleh para peneliti
sebelummnya masih beragam. Hasil penelitian Sari dan Helmayunita (2019)
3
Luluk Prihatiningsih dan Nur Hayati
JRAK Vol.12 No.1 Tahun 2021
mengungkapkan ukuran dewan komisaris, ukuran komite audit, frekuensi rapat dewan
komisaris dan kepemilikan publik berpengaruh terhadap pengungkapan ISR. Sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Hasanah dkk. (2018) menunjukan bahwa terdapat
pengaruh antara ukuran komite audit terhadap pengungkapan ISR. Sedangkan hasil
penelitian Kurniawati dan Yaya (2017) berbeda, mereka menyatakan bahwa ukuran komite
audit tidak mempengaruhi pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR). Selain GCG,
kinerja keuangan juga memiliki pengaruh terhadap pengungkapan ISR. Untuk mengukur
kinerja keuangan dalam penelitian ini menggunakan Return On Aset (ROA).
Penelitian yang dilakukan oleh Hidayah dan Wulandari (2017), Kurniawati dan Yaya
(2017) dan Widiastuti (2018) menunjukan hasil yang sama yaitu kinerja keuangan yang
diukur menggunakan rasio profitabilitas (ROA) berpengaruh positif terhadap
pengungkapan ISR. Selain rasio profitabilitas, kinerja keuangan suatu perusahaan yang
ditunjukan oleh kuatnya rasio likuiditas juga erat kaitannya dengan peluasan
pengungkapan tanggung jawab sosial. Menurut Hasanah dkk (2018) menyatakan bahwa
likuiditas secara signifikan berpengaruh terhadap pengungkapan ISR.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang menunjukan ketidak konsistenan hasil
penelitian, hal ini yang mendorong peneliti melakukan penelitian kembali tentang
pengaruh GCG dan kinerja keuangan terhadap pengungkapan ISR, yang mengacu pada
penelitian yang dilakukan oleh Hasana dkk (2018). Terdapat beberapa perbedaan antara
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini, peneliti menambahakan
variabel independen, yaitu frekuensi rapat dewan komisaris, kepemilikan publik, serta
ukuran dewan pengawas syariah. Adapun periode yang digunakan dalam penelitian ini
berbeda dengan penelitian sebelumnya, selain itu objek penelitian ini fokus pada Bank
Umum Syariah (BUS).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh GCG dan kinerja keuangan
terhadap pengungkapan ISR pada bank umum syariah di Indonesia periode 2013-2018.
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi praktisi serta
pemangku kepentingan, peneliti selanjutnya yang sedang melakukan atau akan
melakukan penelitian sesuai dengan penelitian ini, dan tentunya sangat bermanfaat bagi
penulis untuk menambah wawasan yang mendalam terkait dengan tema ini.
4
Luluk Prihatiningsih dan Nur Hayati
JRAK Vol.12 No.1 Tahun 2021

TNJAUAN PUSTAKA
Shariah Enterprise Theory
Shariah Enterprise Theory (SET) merupakan teori enterprise yang berprinsip pada nilai-
nilai syariah. Menurut Triyuwono (2001) shariah enterprise theory adalah teori yang
menempatkan bahwa Allah SWT. merupakan sang pecipta dan pemilik semua sumber
daya yang ada di dunia. Allah sebagai sumber utama atas pemberi amanah dan sumber
daya yang dimiliki oleh stakeholders. Dalam sumber daya tersebut melekat suatu tanggung
jawab dalam penggunaan, cara serta tujuan yang ditetapkan Sang Pemberi Amanah.
Bentuk amanah dalam akuntansi syariah dapat diwujudkan dalam bentuk akuntabilitas
(Mulawarman, 2009: 114). Secara luas SET ini memiliki kepedulian yang besar terhadap
srakeholder. Menurut teori ini, stakeholder adalah Allah, manusia dan juga alam. Allah
merupakan pihak yang menempati kedudukan tertinggi serta menjadi satu-satunya tujuan
hidup manusia. Konsekuensi dalam menetapkan Allah sebagai stakeholders yang
menduduki tingkatan tertinggi adalah menjadikan Sunnahtullah sebagai basis ketika akan
melakukan segala hal. Termasuk dalam proses pengungkapan tanggung jawab sosial dan
lingkungan suatu perusahaan. Stakeholders yang kedua adalah manusia.

Teori Legitimasi (Legitimasi Theory)


Secara umum teori legitimasi merupakan teori yang menyatakan bahwa dalam
kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan berdasarkan serta telah disesuaikan dengan
konsep, nilai kepercayaan serta ketentuan yang dimiliki oleh masyarakat (Cahya, 2019: 45).
Dalam teori ini juga menjelaskan bahwa sebuah kebijakan yang ada dalam sebuah
pengungkapan atas informasi akuntansi kepada publik adalah salah satu upaya yang
dilakukan atau strategi yang digunakan oleh perusahaan agar dapat menjaga dengan baik
hubungan antara perusahaan dan stakeholders. Suatu entitas akan dipandang sebagai
bagian dari sistem sosial yang lebih luas jika tingkat kesuksesannya dan keberlangsungan
hidup entitas tergantung pada kesesuaian kegiatan entitas. Teori legitimasi dapat
mendorong suatu entitas agar entitas tersebut melakukan tanggung jawab lingkungan
supaya terlihat legitimate dimata masyarakat, dengan adanya ancaman legitimasi pada
sebuah perusahaan akan mendorong perusahaan untuk memasukkan lebih banyak
5
Luluk Prihatiningsih dan Nur Hayati
JRAK Vol.12 No.1 Tahun 2021
laporan atas tanggung jawab sosial yang harus dilakukan dalam annual report (Cahya, 2019:
48-49).

Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility)


Menurut World Business Council on Sustainable Development (WBCSD) Corporate Social
Responsibility (CSR) merupakan sebuah komitmen perusahaan untuk melaksanakan
behavioral etchics dan perusahaan dapat meningkatkan kualitas hidup karyawan dan
keluarganya, komunitas lokal, dan masyarakat luas serta juga dapat berkontribusi
terhadap perkembangan ekonomi yang berkelanjutan (Cahya, 2019: 51). Berdasarkan UU
No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan terbatas (PT) disebutkan bahwa suatu perusahaan
diwajibkan melaporkan pelaksanaan tanggung jawab sosial yang harus dilakukan serta
menyampaikan laporan keuangan perusahaan. CSR dalam hal ini adalah sebuah bentuk
kewajiban yang harus dilakukan oleh perusahaan dan juga bentuk kepedulian perusahaan
terhadap lingkungan yang ada disekitar. Pelaporan CSR adalah bentuk dari proses
monitor, eksplorasi, dan interpretasi dari bentuk-bentuk akuntansi yang lebih luas.
Sehingga pelaporan CSR merupakan aspek terpenting dari akuntabilitas perusahaan
terhadap sosial dan lingkungan. Menurut Crowther David (2008) dalam Akbar (2015),
pelaporan CSR merupakan bentuk kepedulian perusahaan yang berdasarkan pada
prinsipSustainability, Accuntability dan Transpanracy.

Islamic Social Reporting (ISR)


Menurut Cahya (2019) Islamic Social Reporting adalah suatu standar atas pelaporan
yang didalamnya berisi pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR) perusahaan yang
berlandaskan prinsip-prinsip Syariah. Sedangkan menurut Widiastuti (2018) Islamic Sosial
Reportingadalah standar pelaporan kinerja sosial yang dapat diukur dengan indeks ISR.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ISR merupakan suatu kerangka khusus yang digunakan
oleh para pembuat keputusan untuk entitas syariah dalam upaya memenuhi
tanggungjawab kepada Allah SWT serta masyarakat berdasarkan indeks ISR. Indeks ISR
adalah tolak ukur yang dapat digunakan untuk melaporkan pengungkapan
tanggungjawab sosial perusahaan yang diadopsi dari AAOIFI. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Haniffah (2002) dan Othman dkk. (2009) menyatakan bahwa indeks
ISR terdiri dari 6 tema diantaranya tema keuangan, tema produk dan jasa, tema
sumberdaya manusia, tema sosial, tema lingkungan, serta tema tata kelola perusahaan.
Dalam 6 tema tersebut terdiri dari 43 item pernyataan tentang pengungkapan ISR.
6
Luluk Prihatiningsih dan Nur Hayati
JRAK Vol.12 No.1 Tahun 2021
Good Corporate Governance (GCG)
Dalam Word Bank, GCG dapat diartikan suatu sistem ppengendalian internal
perusahaan yang bertujuan untuk mengelola resiko yang signifikan dalam upaya
mencapai tujuan bisnis perusahaan dengan upaya meningkatkan nilai investasi pemegang
saham dalam jangka Panjang serta dilakukannya pengamanan aset perusahaan
(Widiastuti, 2018). Good Corporate Governance adalah sistem tata kelola pada perusahaan
yang terdiri atas kebijakan perusahaan dan etika yang wajib dilakukan untuk dapat
meningkatkan kinerja perusahaan serta merupakan bentuk pertanggung jawaban
perusahaan terhadap dewan komisaris, direksi, dan stakeholders. Berikut ini adalah prinsip-
prinsip Good Corporate Governance (GCG) yang biasanya diterapkan dalam perbankan
syariah, antara lain meliputi: transparasi, professional, pertanggung jawaban akuntabilitas,
dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah (Rusdiyanto dkk, 2019)
Dewan Komisaris
Dewan komisaris adalah suatu organ perseroan yang bertugas melakukan
pengawasan baik secara umum maupun secara khusus yang sejalan dengan anggaran
dasar, serta dalam memberikan nasihat pada direksi sesuai dengan UU No. 40 thn. 2007
tentang perseoan terbatas (PT), jumlah, komposisi kriteria, rangkap jabatan, hubungan
keluarga, serta persyaratan lainnya bagi anggota dewan komisaris tunduk pada peraturan
otoritas yang terkait (Rustam, 2013).
Komite Audit
Sesuai peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No. 55/POJK.04/2015, komite Audit
merupakan komite yang dibentuk berdasarkan atas tanggung jawab yang dimiliki kepada
dewam komisaris dalam upaya untuk membantu dalam pelaksanaan tugas serta fungsi
dari dewan komisaris (Rusdiyanto dkk, 2019: 214). Peraturan ini menjelaskan bahwa setiap
perusahaan harus beranggotakan komite audit paling sedikitnya atau terdapa 3 orang,
yang terdiri dari komisaris independent dan pihak eksernal atau perusahaan publik.
Frekuensi Rapat Dewan Komisaris
Frekuensi rapat dewan komisaris merupakan jumlah pertemuan rapat dalam kurun
waktu satu tahun yang dilakukan oleh dewan komisaris perusahaan. Dengan diadakannya
rapat dewan komisaris ini bertujuan untuk membahas serta untuk memastikan bahwa
tujuan dan kinerja perusahaan dalam perencanaan strategi, perencanan keuangan,
perencanaan akuisisi, perencanaan divestasi, perencanaan operasi, manajemen resiko serta
tata kelola yang sesuai dengan target perusahaan.
7
Luluk Prihatiningsih dan Nur Hayati
JRAK Vol.12 No.1 Tahun 2021
Kepemilikan Publik
Kepemilikan publik (public share holding) merupakan proporsi tingkat kepemilikan
saham yang ada pada suatu perusahaan dimiliki oleh publik dengan persentase
kepemilikan tidak lebih dari 5% dari jumlah saham yang beredar. Sementara untuk
perusahaan perseroan (PT) yang memiliki kepemilikan pada perusahaan yang
bersangkutan tidak termasuk kategori kepemilikan publik meskipun kepemilikannya juga
tidak lebih dari 5%.
Dewan Pengawas Syariah
Menurut Rusdianti dkk. (2019: 6) Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah dewan
yang mempunyai tugas dan wewenang untuk memberikan nasihat serta saran kepada
pihak direksi, dan juga melakukann pengawasan atas kegiatanyang dilakukan perusahaan
agar sejalan sesuai dengan prinsip syariah. DPS ini hanya dimiliki oleh entitas yang
aktivitas operasinya berpedoman pada prinsip-prinsip syariah. Laporan yang dibuat oleh
dewan pengawas syariah digunakan agar dapat meyakinkan para stakeholder bahwa
aktivitas yang telah dilakukan oleh perusahaan telah berjalan sebagaimana prinsip-prinsip
syariah yang berlaku. Keberadaan DPS dalam entitas syariah sebagai bukti bahwa dalam
aktivitasnya, seluruh transaksi serta produk-produk yang ditawarkan telah berpedoman
dan sesuai dengan prinsip syariah.
Kinerja Keuangan (Financial Performace)
“Kinerja keuangan (Financial Performance) merupakan sebuah gambaran tentang
kondisi keuangan suatu perusahaan dalam periode tertentu, baik yang berhubungan
dengan aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang dapatdiukur dengan
rasio profitabilitas, likuiditas serta leverage (Silvia dan Andayani, 2014: 4). Rasio
profitabilitas merupakan sebuah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada
periode tententu, dlam tingkat pejualan asset serta modal saham. Rasio profitabilitas dalam
penelitian ini diukur penggunakan Return On Asset (ROA). Selain profitabilias, kinerja
kuangan suatu perusahaan dapat ditunjukkan oleh kuatnya rasio likuiditas yang juga
berkaitan erat dengan peluasan pengungkapan tanggung jawab sosial. Rasio likuiditas
adalah kemampuan yang dimiliki oleh perusahaan dalam upaya memenuhi kewajiban
perusahaan sampai jatuh tempo.

Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Pengungkan Islamic Social Reporting


Dewan komisaris adalah dewan yang bertugas agar melakukan pengawasan, baik
itu pengawasan yang dilakukansecara umum atau secara khusus yang dilakukan
8
Luluk Prihatiningsih dan Nur Hayati
JRAK Vol.12 No.1 Tahun 2021
berdasarkan kebijakan yang berlaku. dewan komisaris merupakan dewan yang memiliki
stuktur tertinggi setelah pemegang saham. Berdasarkan teori syariah enterprise, diharapkan
dengan semakin banyak-nya anggota dewan komisaris dyang ada dalam suatu
perusahaan, maka pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris terhadap
perusahaan juga akan semakin baik. Dengan adanya pengawasan yang dilakukan oleh
dewan komisaris semakin baik, diharapkan juga dalam pengungkapan ISR akan lebih baik.
Berdasarkan penelitian Wardani (2018) serta penelitian Kurniawati dan Yaya (2017)
menunjukan hasil dewan komisaris secara signifikan berpengaruh terhadap
pengungkapan Islamic Social Reporting. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Baidok dan Septiarini (2016) yang menyatakan bahwasecara parsial ukuran dewan
komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan ISR. Berdasarkan penjeklasan tersebut,
maka dapat dirumuskan hipotesis.
H1: dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan ISR
Pengaruh Ukuran Komite Audit terhadap Pengungkapan Islamic Social Reporting
Komite Audit adalah komite yang memiliki tanggung jawab dan wewenang
membantu dewan komisaris untuk melakukan tugas dan fungsinya. Berdasarkan teori
shariah enterprise, pemilik perusahaan akan berusaha supaya mendapatkan infomasi
dengan sebanyak mungkin, serta dapat memastikan adanya sebuah tanggung jawab
perusahaan terhadap stakeholder. Diharapkan dengan adanya komite audit dapat
mrngurangi konflik yang terjadi antara manajemen dengan pemegang saham. Penelitian
Sari dan Helmayunita (2019) serta Hasana dkk (2018) hasil penelitian menyatakan bahwa
terdapat pengaruh antara ukuran komite audit terhadap pengungkapan ISR. Berdasarkan
uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis.
H2: ukuran komite audit berpengaruh terhada pengungkapan ISR
Pengaruh Frekuensi Rapat Dewan Komisaris terhadap Pengungkapan Islamic Social
Reporting
Menurut teori legitimasi, tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan
merupakan salah satu bentuk tanggung jawab perusahaan atas pemenuhan tuntutan
masyarakat dan telah ditetapkan sesuai dengan kebijakan yang ada. Dalam praktik
tanggung jawab sosial bagi perusahaan berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Oleh sebab
itu, dalam upaya memenuhi tanggung jawabnya, oleh karena itu dewan komisaris
mengadakan rapat yang dilakukan beberapa kali dalam satu periode. Semakin sering rapat
yang dilakukan oleh dewan komisaris, maka dewan komisaris akan semakin sering
9
Luluk Prihatiningsih dan Nur Hayati
JRAK Vol.12 No.1 Tahun 2021
melakukan evaluasi atas kinerja serta tanggung jawab sosial perusahaan dan memberikan
opininya terkait dengan pengungkapan ISR, karena ISR merupakan salah satu bentuk
tanggung jawab perusahaan terhadap stakeholder-nya. Penelitian yang dilakukan Sari dan
Helmayunita (2019) menunjukkan bahwa frekuensi rapat dewan komisaris berpengaruh
terhadap pengungkapan ISR. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut.
H3: frekuensi rapat dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan ISR

Pengaruh Kepemilikan Publik terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting


Menurut teori legitimasi, perusahaan yang memiliki kepemilikian publik lebih tinggi
cenderung memperhatikan pengungkapan sosial, sebab masyarakat akan memperhatikan
apakah perusahaan yang bersangkutan telah melakukan tindakan sosial yang dapat
mensejahterakan masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaan atau tidak. Hal ini yang
mendorong perusahaan agar memenuhi apa yang dibutuhkan oleh stakeholder, melalui
informasi pengungkapan kegiatan sosial perusahaan. Dengan demikian semakin besar
publik memiliki komposisi kepemilikan saham perusahaan, diharapkan perusahaan dapat
melakukan pengungkapan ISR karena perusahaan dinilai memiliki tanggung jawab secara
moral terhadap masyarakat. Penelitian Sari dan Helmayunita (2019), menyatakan bahwa
kepemilikian publik berpengaruh terhadap pengungkapan Islamic social reporting.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.
H4: kepemilikan publik berpengaruh terhadap pengungkapan ISR
Pengaruh Dewan Pengawas Syariah terhadap Pengungkapan Islamic Social Reporting
Dewan Pengawas Syariah adalah para ahli dalam bidang syariah yang bertanggung
jawab untuk memantau kegiatan bank syariah serta memastikan apakah perbankan
syariah telah mematuhi kebijakan yang berlaku dan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah
(Rusdianto, 2019:9). Menurut teori shariah enterprise, DPS merupakan salah satu upaya agar
mementoring kepatuhan bank syariah terhadap kepatuhan pada prinsip-prinsip syariah
(shariah compliance), sehingga dapat memenuhi tanggung jawab bank syariah pada
stakeholder serta perusahaan mendapat penilaian positif dari masyarakat. Penelitian yang
dilakukan oleh Baidok dan Septiarini (2016) menunjukan bahwa ukuran dewan pengawas
syariah (DPS) berpengaruh terhadap pengungkapan ISR. Dengan demikian hipotesis
dapat dirumuskan sebagai berikut.
H5: ukuran dewan pengawas Syariah berpengaruh terhadap pengungkapan ISR
10
Luluk Prihatiningsih dan Nur Hayati
JRAK Vol.12 No.1 Tahun 2021
Pengaruh Profitabilitas terhadap Pengungkapan Islamic Social Reporting
Kinerja ekonomi pada suatu perusahaan identik dengan kinerja keuangan rasio
profitabilitas. Meningkatnya kinerja ekonomi pada suatu perusahaan juga mempengaruhi
meningkatnya nilai ekonominya. Semakin tinggi tingkat rasio profitabilitas pada suatu
perusahaan, maka diharapkan perusahaan juga akan melaporkan pengungkapan
tanggung jawab sosialnya yang lebih baik, agar masyarakat meranggapan bahwa
perusahaan tersebut memiliki citra yang baik. Dengan adanya citra yang dimiliki oleh
perusahaan menjadi baik, sehingga menarik investor untuk menginvestasikan modalnya
pada perusahaan terkait. Hal ini sesuai dengan teori Shariah Enterprise yang menyatakan
bahwa suatu perusahaan bukan hanya merupakan entitatas yang beroprasi untuk
kepentingan pribadinya, melainkan juga bertujuan untuk mensejahterakan stakeholdes-nya.
Penelitian Hasanah dkk. (2017) serta Wardani (2018) menyatakan bahwa kinerja keungan
yang diukur menggunakan rasio profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan ISR.
Sejalan dengan penelitian Pratiwi (2019) serta Kurniawati dan Yaya (2017) yang
menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan ISR. Dari
penjelasan tersebut, maka rumus hipotesis sebagai berikut.
H6: profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan ISR

Pengaruh Likuiditas terhadap Pengungkapan Islamic Social Reporting


Menurut teori legitimasi, perusahaan harus meningkatkan kinerja keuangan agar
mendapat sorotan yang baik oleh pandangan publik. Selain rasio profitabilitas yang
digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan, rasio likuiditas juga
menunjukan kuatnya kinerja keuangan perusahaan. Rasio likuiditas merupakan tingkat
kemampuan perusahaan dalam upaya melunasi hutangnya yan telah jatuh tempo. Rasio
likuiditas erat kaitannya dengan tingkat pengungkapan ISR. Hal ini dibuktikan oleh
penelitian Hasanah dkk (2017) yang menyatakan bahwa rasio likuiditas memiliki pengaruh
secara sugnifikan terhadap pengungkapan ISR. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis
dirumuskan berikut.
H7: likuiditas berpengaruh terhadap pengungkapan ISR
11
Luluk Prihatiningsih dan Nur Hayati
JRAK Vol.12 No.1 Tahun 2021
METODOLOGI PENELITIAN
Sampel dan Jenis Data
Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang menggunakan metode kuantitatif.
Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Umum Syariah yang terdaftar pada bank umum
Syariah selama 6 tahun, yaitu sejak 2013-2018. Laporan keuangan BUS selama enam tahun
terakhir sejak 2013-2018 merupakan sampel yang digunakan dalam penelitian ini.
Sedangkan metode yang digunakan untuk mengambil sampel yaitu purposive sampling.
Setelah dilakukan metode purposive sampling sampel yang diperoleh dalam penelitian ini
sebanyak 66 laporan keuangan tahunan BUS yang ada di Indonesia. Adapun kriteria yang
digunakan dalam pengambilan sampel yaitu: 1) Bank umum syariah yang terdaftar di
Bank Indonesia selama 6 tahun terakhir, 2) BUS yang menerbitkan atau mempublikasikan
laporan keuangan yang telah diaudit secara lengkap berakhir tanggal 31 Desember selama
tahun 2013-2018, 3) BUS yang memiliki data lengkap terkait data-data yang digunakan
dalam penelitian ini.

Variabel dan Pengukuran


Variable dependen (terikat) dalam penelitian ini yaitu Islamic Social Reporting (ISR)
yang diukur menggunakan indeks ISR. Indeks ISR ini terdiri dari 6 tema, dari 6 tema
tersebut dikembangkan menjadi 43 item pernyataan. Perolehan nilai indeks ISR
menggunakan metode content analysis. Apabila perusahaan mengungkapkan satu item
pernyataan maka diberikan skor “1”, jika tidak diberi skor “0”. Berikut rumus untuk
menghitung besarnya disclosure lavel setelah dilakukan scoring pada indeks ISR:
Jumlah Item yang Diungkapkan 𝑥 100%
𝐼𝑠𝑙𝑎𝑚𝑖𝑐 𝑆𝑜𝑐𝑖𝑎𝑙 𝑅𝑒𝑝𝑜𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑠𝑐𝑙𝑜𝑠𝑢𝑟𝑒 𝐿𝑒𝑣𝑒𝑙 =
Jumlah Seluruh Item Pengungkapan ISR

Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah ukuran dewan komisaris,
ukuran komite audit, frekuensi rapat dewan komisaris, kepemilikan publik, ukuran DPS,
profitabilitas yang diukur menggunakan ROA, serta likuiditas yang diukur menggunakan
FDR.

Metode Analisis
Data dalam penelitian ini dianalisis menggunakan metode content analysis, analisis
deskiptif serta uji asumsi klasik. Sedangkan untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini
menggunakan regresi linier berganda, uji F, uji Adjusted R 2, dan uji t
12
Luluk Prihatiningsih dan Nur Hayati
JRAK Vol.12 No.1 Tahun 2021

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisis Deskriptif
Berdasarkan hasil analisis deskriptif, variabel ukuran dewan komisaris memiliki
rentang nilai dari 3 hingga 6 dengan nilai minimum sebesar 3 dan nilai maksimum 6,
sedangkan nilai rata-rata ukuran dewan komisaris sebesar 3,90 dan nilai standar deviasi
sebesar 1,02. Variabel ukuran komite audit memiliki rentang nilai 2 hingga 7 dengan nilai
minimum sebesar 2 dan nilai maksimum sebesar 7, sedangkan nikai mean ukuran komite
audit sebesar 3,98 dan nilai standar deviasi sebesar 1,32. Variabel frekuensi rapat dewan
komisaris memiliki rentang nilai mulai dari 12 hingga 49 dengan nilai mean sebesar 21,92
sedangkan nilai standar deviasi sebesar 7,54. Kepemilikan publik pada bank umum syariah
selama 6 tahun terakhir memiliki rentang nilai dari 0 sampai 27. Dapat diketahui bahwa
nilai minimum pada variabel ini sebesar 0 dan nilai maksimum 27, dengan nilai rata-rata
(mean) sebesar 2,18 dan nilai standar deviasi sebesar 5,42.
Ukuran dewan pengawas syariah selama tahun 2013-2018 memiliki rentang nilai 2
hingga 3. Dapat diketahui bahwa nilai minimum pada variabel ini sebesar 2 dan nilai
maksimum sebesar 3. Nilai mean pada variabel ini sebesar 2,38 dan nilai standar deviasi
sebesar 0,49. Variabel profitabilitas menunjukan rentang nilai mulai dari -10,77 hingga 2,63.
Dapat diketahui bahwa nilai minimum variabel ini sebesar -10,77 sedangkan nilai
maksimum sebesar 2,63, dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 0,15 dan nilai standar deviasi
sebesar 2,17. Variabel likuiditas dalam penelitian ini menunjukan rentang nilai 71,84
hingga 104,75. Dapat diketahui nilai minimum pada variabel ini sebesar 71,84 sedangkan
nilai maksimum dari variabel ini sebesar 104,75, dengan nilai rata-rata (mean) 89,35 dan
nilai standar deviasi 7,40. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu pengungkapan ISR,
selama 2013-2018 memiliki rentang nilai mulai 0,51-0,81, dengan nilai rata-rata (mean)
sebesar 0,68 dan nilai standar deviasi sebesar 0,82.

Analisis Uji Asumsi Klasik


Berdasarkan hasil uji normalitas diperoleh nilai Asymp. Sig. sebesar 0,073. Hal ini
menunjukan bahwa nilai sig. lebih dari 0,05, maka dapat dikatakan data berkontribusi
normal. Hasil uji multikolinieritas menunjukan nilai VIF dari variabel DK, KA, FRDK, KP,
DPS, ROA, dan FDR sebesar 1,81; 1,53; 1,24; 1,18; 1,51; 1,82 dan 1,25, nilai tolerance dari
13
Luluk Prihatiningsih dan Nur Hayati
JRAK Vol.12 No.1 Tahun 2021
variabek DK, KA, FRDK, KP, DPS, ROA dan FDR sebesar 0,55; 0,66; 0,81; 0,85; 0,66; 0,93
dan 0,74. Hal ini menunjukan bahwa dari ketujuh variabel independent dalam penelitian
ini memiliki nilai VIF kurang dari 10 (<10) dan nilai tolerance lebih dari 0,01 sehingga dapat
disimpulkan bahwa dalam penelitian ini tidak terjadi gejala multikolinieritas anatara
variabel. Hasil uji autokorelasi dalam penelitian ini menunjukan nilai sig. sebesar 0,068.
Hal ini menunjukan bahwa nilai sig. lebih dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi gejala autokorelasi pada model regresi yang digunakan dalam penelitian ini.
Selanjutnya hasil uji heteroskedastitas, dalam penelitian ini diperoleh nilai sig. lebih dari
0,05, dimana nilai sig. DK 0,15; KA 0,31; FRDK 0,83; KP 0,18; DPS 0,77; ROA 0,88 dan FDR
0,58, dapat disimpulkan bahwa dari ketujuh variabel independen tidak terjadi gejala
heteroskedastitas.

Analisis Regresi Linier Berganda


Analisis regresi linier berganda ini digunakan unuk memprediksi pengaruh lebih
dari variabel independen dan terdapat satu variabel dependen. Hasil dari analisis regresi
linier berganda berupa koefisien masing-masing variabel independen (bebas). Berdasarkan
analisis regresi linier berganda didapat model sebagai berikut:
𝐼𝑆𝑅 = 0,507 + 0,013DK + 0,011KA + 0,004FRDK + 0,011KP + 0,069DPS
+ 0,002FDR + 𝑒

Pembahasan
Berdasarkan pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linier berganda
diperoleh nilai thitung pada variabel dewan komisaris sebesar 1,657 dengan nilai sig. sebesar
0,103. Nilai sig. 0,103 > 0,05, maka H1 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran
dewan komisaris tidak bepengaruh terhadap pengungkapan ISR. Hal ini menunjukan
bahwa sedikit atau banyaknya anggota dewan komisaris yang ada di BUS tidak memiliki
pengaruh terhadap pengungkapan ISR. Hasil dari penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Wardani (2018) serta Kurniawati dan Yaya (2017) yang
menyatakan bahwa ukuran dewn komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan ISR,
akan tetapi penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widiastuti (2018)
dan Pratiwi (2019) yang menyatakan bahwa dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan ISR.
Nilai sig. variabel komite audit sebesar 0,056, hal ini menunjukan sig. 0,056 > 0,05,
maka H2 ditolak, sehingga dapat disimpulkan komite audit tidak berpengaruh terhadap
14
Luluk Prihatiningsih dan Nur Hayati
JRAK Vol.12 No.1 Tahun 2021
pengungkapan ISR. Hal ini menunjukan bahwa jumlah komite audit yang terdapat pada
bank umum syariah tidak memiliki pengaruh terhadap pengungkapan ISR. Hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Helmayunita
(2019), Hasana dkk (2018) yang menunjukan bahwa komite audit dapat mempengaruhi
pengungkapan ISR.
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda variabel frekuensi rapat dewan
komisaris menunjukan nilai sig. sebesar 0,000, dimana nilai sig. 0,00 < 0,05 maka H3
diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah rapat yang dilakukan oleh dewan
komisaris memiliki pengaruh terhadap pengungkapan ISR. Semakin sering dewan
komisari mengadakan pertemuan, maka akan sering juga melakukan sebuah evaluasi atas
kinerja tanggung jawab social perusahaan, sehingga mereka lebih sering pula memberikan
opini yang berkaitan dengan pengungkapan ISR dan tentunya akan memberi dampak
terhadap pengungkapan ISR. Penelitian ini menunjukan hasil yang sama dengan
penelitian Helmayunita (2019) yang menyatakan frekuensi rapat dewan komisaris
berpengaruh terhadap pengungkapan ISR.
Nilai sig. kepemilikan publik sebesar 0,477, hal ini menunjukan nilai sig. lebih besar
dari 0,05, maka H4 ditolak, sehingga dapat disimpulkan kepemilikan publik tidak
perpengaruh terhadap pengungkapan ISR. Hal ini dikarenakan banyak bank umum
syariah yang kepemilikan sahamnya tidak dimiliki oleh publik, namun mereka tetap
melakukan pengungkapan ISR dengan baik. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Helmayunita (2019) yang menunjukan bahwa
kepemilikan publik tidak berpengaruh terhadap pengungkapan ISR.
Nilai thitung ukuran DPS sebesar 4,716 dengan nilai sig. 0,000. Hal ini menunjukan nilai
sig. lebih kecil dsri 0,05, maka H5 diterima, sehingga dapat disimpulkan ukuran DPS
berpengaruh terhadap pengungkapan ISR. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
terdapat pengaruh dewan pengawas syariah terhadap pengungkapan ISR, dimana
semakin banyak jumlah anggota DPS yang ada di BUS memungkinkan juga
pengungkapan ISR juga semakin bagus. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Baidok dan Septiarini (2016) serta widiastuti (2018) menyatakan ukuran dewan pengawas
Syariah yang terdapat pada suatu perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan ISR.
Variabel profitabilitas yang diukur dengan return on asset (ROA) memperoleh nilai
thitung sebesar 3,657 dengan nilai sig. 0,001. Sehingga nilai thitung 3,657 > ttabel 2,005 dan nilai
sig. 0,001>0,05, maka H6 diterima. Dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan dengan
15
Luluk Prihatiningsih dan Nur Hayati
JRAK Vol.12 No.1 Tahun 2021
rasio profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR).
Besarnya pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan ISR 0,010 atau 10%. Penelitian
ini sejalan dengan penelitian Hasana dkk. (2017), dan juga Wardani (2018) menyatakan
bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan ISR. Hasil penelitian ini juga
diperkuat oleh Pratiwi (2019), serta Kurniawati dan Yaya (2017) yang menyatakan
profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan ISR.
Berdasarkan hasil analisis linier berganda nilai sig. likuiditas sebesar 0,000. Hal ini
juga menunjukan nilai sig. kurang dari 0,05 (sig. 0,000 < 0,05) maka H7 diterima, sehingga
dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan yang diukur menggunakan rasio likuiditas
berpengaruh terhadap pengungkapan ISR. Selain profitabilitas, kinerja keuangan
likuiditas menjadi salah satu faktor terpenting dalam pelaksanaan evaluasi perusahaan
terhadap para pihak yang berkepentingan (stakeholder). Penelitian Hasanah dkk. (2017)
yang menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh terhadap pengungkapan Islamic Social
Reporting (ISR).

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap pengungkapan ISR pada bank umum
Syariah di Indonesia. Hal ini terjadi karena dewan komisaris tidak memiliki pengaruh
secara langsung terhadap peng-operasian perusahaan serta dalam praktik tata kelola
perusahaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa banyak atau sedikitnya dewan
komisaris yang terdapat pada perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap
pengungkapan ISR.
Variabel komite audit tidak berpengaruh tehadap pengungkapan ISR pada BUS di
Indonesia. Komite audit tidak memiliki pengaruh terhadap pengungkapan ISR ini
dikarenakan terdapat BUS yang memiliki anggota komite audit dengan jumlah yang
banyak tidak selalu mengungkapkan ISR yang baik (terdapat item pernyataan berdasarkan
indeks ISR belum diungkapkan), sehingga jumlah komite audit tidak berpengaruh
terhadap pengungkapan ISR.
Frekuensi rapat dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan ISR pada
bank umum Syariah di Indonesia. Dengan ini membuktikan bahwa semakin sering dewan
komisaris mengadakan rapat maka akan semakin banyak waktu yang akan digunakan oleh
dewan komisaris untuk membahas pelaksanaan tata kelola perusahaan termasuk
pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan.
16
Luluk Prihatiningsih dan Nur Hayati
JRAK Vol.12 No.1 Tahun 2021
Kepemilikan publik tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan Islamic Social
Reporting (ISR). Tidak adanya pengaruh antara kepemilikan publik terhadap tingkat
pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) karena banyak bank umum syariah yang tidak
terdapat kepemilikan piblik, tetapi memiliki skor pengungkapan ISR yang tinggi, selain itu
kurangnya kesadaran publik terhadap pengungkapan ISR menjadi faktor tidak
berpengaruhnya kepemilikan publik terhadap pengungkapan ISR. Publik sebagai investor
lebih cenderung melihat peningkatan harga saham karena ingin memperoleh return atau
keuntungan yang tinggi sehingga ISR tidak menjadi pertimbangan penting dalam
pengambilan keputusan investasi mereka. Sehingga hal ini membuktikan ahwa
kepemilikan publik tidak berpengaruh terhadap pengungkapan ISR.
Dewan Pengawas Syariah berpengaruh terhadap pengungkapan ISR pada BUS di
Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa Dewan Pengawas Syariah (DPS) mempunyai
tugas, dan wewenang terhadap bank umum Syariah, DPS juga dituntut aktif dalam
melakukan sepervisi, mengumpulkan data, menganalisis dan mengoreksi terhadap
berbagai temuan terkait kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah termasuk dalam
pengungkapan ISR.
Prifitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan ISR pada bank umum syariah di
Indonesia. Dengan ini membuktikan bahwa semakin tinggi tingkat rasio profitabilitas pada
bank umum syariah, maka semakin luas pengungkapan ISR. Hal ini menunjukan bahwa
dalam bank umum syariah yang memiliki tingkat rasio profitabilitas yang tinggi, maka
akan lebih fleksibel dan lebih bebas dalam mengelola keuntungan terkait pengungkapan
tanggung jawab sosial terhadap stakeholders. Selain rasio profitabilitas, kinerja keuangan
yang diukur menggunakan rasio likuiditas juga berpengaruh terhadap pengungkapan ISR
pada bank umum syariah di Indonesia. hal ni membuktikan likuiditas menjadi salah satu
faktor terpenting dalam pelaksanaan evaluasi perusahaan kepada stakeholders.

Saran
Dengan adanya penelitian ini diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat menambah
variabel lainnya yang memiliki potensi mempengaruhi pengungkapan ISR. Selain itu
dapat menggunakan objek penelitian yang berbeda untuk memperoleh hasil yang lebih
general terkait pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR). Serta dapat menambahkan
periode pengamatan yang lebih panjang, agar lebih menggambarkan kondisi perbankan
Syariah terkait pengungkapan ISR.
17
Luluk Prihatiningsih dan Nur Hayati
JRAK Vol.12 No.1 Tahun 2021
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Taufik. (2015). Analisis Pengaruh Islamic Corporate Governance terhadap
Pengukapan Corporate Social Responsibility Berdasarkan Islamic Social Reporting
Indeks Pada Bank Syariah di Indonesia. Skripsi. Jakarta: Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Baidok, Wardatul dan Septiarini, Dina Fitrisia. (2017). Pengaruh Dewan Komisaris,
Komposisi Dewan Komisaris Independen, Dewan Pengawas Syariah, Frekuensi
Rapat Dewan Pengawas Syariah dan Frekuensi Rapat Komite Audit terhadap
pengungkapan Indeks Islamic Social Reporting Pada Bank Umum Syariah periode
2010-2014. Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan, Vol. 3 No. 12: 1020-1034.
Cahya, Bayu Tri. (2019). Islamic Social Reporting: Representasi Tanggung Jawab dan
Akuntabilitas Perusahaan Berbasis Syariah. Cetakan ke-2. Bogor: UIKA Press.
Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19 (edisi
kelima). Semarang: Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS. Cetakan
keempat. Semarang: Universitas Diponegoro.
Hasana, Nindia Tyas, Dkk. (2017). Analisis Pengaruh GCG dan Kinerja Keuangan
Terhadap Pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR).E-Journal Ekonomi Bisnis dan
Akuntasi, Vol. V No. 2: 115-120
Hidayah, Khusnul dan Wulandari, W.M. (2017). Determinan Faktor Yang Mempengaruhi
Islamic Social Reporting Pada Perusahaan Pertanian Yang Terdaftar Di Indeks Saham
Syariah Indonesia (Issi) Tahun 2012-2015.IKONOMIKA: Journal of Islamic Economics
and Business. Vol. 2 No. 2:213-238.
Jogiyanto. (2013). Metodologi Penelitian Bisnis Salah Kaprah dan Pengalaman – Pengalaman.
Yogyakarta: BPFE.
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). (2006). Pedoman Umum Good Corporate
Governance. Jakarta.
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). (2016). Pedoman Umum Good Corporate
Governance. Jakarta.
Kurniawati, Mahardhika dan Yaya, Rizal. (2017). Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance, Kinerja Keuangan dan Kinerja Lingkungan terhadap Pengungkapan
Islamic Social Reporting. Jurnal Akuntansi dan Investasi, Vol. 18 No. 2: 163-171.
Listyaningsih, Erna, Dkk. (2018). The Effect of Good Corporate Governance on Corporate
Social Responbility Disclosure on JakartaIslamic Index. Indonesian Journal of Business
and Entrepreneurship, Vol. 4 No. 3: 273-281.
Maghfur, M. Zainudin. (2018). Pengaruh Firm Size, Firm Age, Profitability dan Islamic
Corporate Governance Terhadap Islamic Social Reporting Pada Bank Umum Syariah
di Indonesia. Skripsi, Surakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Institut Agama Islam
Negeri Surakarta.
Mulawarman, Aji Dedi. (2009). Akuntansi Syariah Teori, Konsep, dan Laporan Keuangan.
Jakarta: E. Publising Company.
18
Luluk Prihatiningsih dan Nur Hayati
JRAK Vol.12 No.1 Tahun 2021
O’Donovan. (2002). Environmental Disclosure in The Annual Report: Extending them
Aplicability and Predictive Power of Legistimacy Teory. Accounting, Auditing &
Accountability Journal. Vol. 15 No. 3: 344-371.
Pratiwi, Diyan. (2019). Pengaruh Ukuran Dewan Pengawas Syariah, Ukuran Dewan
Komisaris, Ukuran Perusahaan Dan Kinerja Keuangan Terhadap Pengungkapan
Islamic Social Reporting (ISR). Skripsi. Magelang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Magelang.
Rahayu, R. S dan Ari D.C. (2014). Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan
Corporate Social Responsibility (CSR) pada Perbankan Syariah. JRAK Vol. 5 No. 2
Agustus 2014 Hal.74-87.
Rusdiyanto, dkk. (2019). GOOD CORPORATE GOVERNANCE: Teori dan Implementasinya
di Indonesi. Bandung: Rafika Aditama.
Rustam, Bambang Rianto. (2013). Manajemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia. Jakarta:
Salemba Empat.
Salman, Kautsar Riza. (2012). Akuntansi Perbankan Syariah Berbasis PSAK Syariah. Padang:
Akademia Permata.
Sari, Mike Sonita dan Helmayunita, Nayang. (2019). Pengaruh Good Corporate Governace
terhadap Pengungkapan Islamic Social Reporting.Jurnal Eksplorasi Akuntansi, Vol. 1
No. 2C: 751-768.
Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta.
Suryani dan Hendryadi. (2015). Metode Riset Kuantiatif Teori dan Aplikasi pada Peneliian
Bidang Manajemen Ekonomi Islam. Jakara. Prenadamedia Group.
Triyuwono, Iwan. (2001). Akuntansi Syari’ah: Implementasi Nilai keadilan dalam Format
Metafora Amanah, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Vol 4. No1: 1-34.
Wardani, Marita Kusuma. (2018). Disclosure of Islamic Social Reporting in Sharia Banks:
Case of Indonesia and Malaysia. Journal of Finance and Islamic Banking. Vol. 1 No. 2:
105-120.
Widiastuti, Awi. (2018). Pengaruh Good Corporate Governance (GCG) dan Financial
Performance Terhadap Pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) Studi Pada
Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2012-2017. Skripsi. Surakarta: Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Institut Agama Islam Negeri Surakarta.
www.ojk.go.id
www.bankmuamalatindonesia.co.id. Laporan Tahunan Bank Muamalat Indonesia 2013-
2018. Diunduh 20 April 2019.
www.bankvictoriasyariah.co.id. Laporan Tahunan Bank Victoria Syariah 2013-2018.
Diunduh 20 April 2019.
www.bcasyariah.co.id. Laporan Tahunan Bank BCA Syariah 2013-2018. Diunduh 20 April
2019.
19
Luluk Prihatiningsih dan Nur Hayati
JRAK Vol.12 No.1 Tahun 2021
www.bjbsyariah.co.id. Laporan Tahunan Bank Jabar Banten Syariah 2013-2018. Diunduh
20 April 2019.
www.bnisyariah.co.id. Laporan Tahunan Bank BNI Syariah 2013-2018. Diunduh 20 April
2019.
www.brisyariah.co.id. Laporan Tahunan Bank BRI Syariah 2013-2018. Diunduh 20 April
2019.
www.megasyariah.co.id. Laporan Tahunan Bank Mega Syariah 2013-2018. Diunduh 20
April 2019.
www.paninbanksyariah.co.id. Laporan Tahunan Bank Panin Syariah 2013-2018. Diunduh
20 April berkaitan dengan implementasi program kesehatan masyarakat bagi
perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai