Anda di halaman 1dari 8

Machine Translated by Google ISSN:1582-2559

MANAJEMEN UMUM

Konsep Akuntabilitas Keuangan Dalam


Sistem Pendidikan: Kajian Swasta
Pesantren sendiri
Nur HANDAYANI1*, Sampai LUDIGDO2, Rosidi3, Roekhudin4

1 Program Doktor Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya 2,3,4 Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Brawijaya Email : nurhandayani@stiesia.ac.id* * Penulis
Koresponden

Diterima: 26.03.2022 Diterima: 11.05.2022 Diterbitkan: 08.01.2022 DOI: 10.47750/QAS/23.189.07

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginterpretasikan konsep akuntabilitas keuangan di Pondok Pesantren milik swasta.
Penelitian ini menggunakan paradigma interpretif dengan pendekatan etnometodologis. Hal ini dilakukan untuk melihat realitas sosial dan refleksi
untuk memahami konteks atau peristiwa yang terjadi dalam akuntabilitas sistem pendidikan. Hasil dari penelitian ini adalah akuntabilitas keuangan
yang berjenjang dan holistik. Semua tindakan kontekstual yang muncul dalam aktivisme percepatan penerimaan akuntabilitas mencerminkan nilai
Islami. Dalam konteks pesantren sebagai entitas Islam yang terus mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman dan tetap
memegang teguh nilai-nilai Islam, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman praktik dan pengembangan akuntabilitas keuangan oleh
pengurus. dari pesantren.

Kata kunci: Keuangan, Akuntabilitas, Sistem Pendidikan, Sekolah Islam

tujuan pondok pesantren sangat menarik. Tidaklah berlebihan jika pengelolaan


Perkenalan di pondok pesantren perlu memiliki tujuan yang integratif, yaitu perpaduan antara
unsur dunia dan akhirat. Perpaduan kedua unsur tersebut dalam perspektif Islam
Tata kelola adalah seperangkat aturan yang membentuk hubungan antara
diatur dalam Al-Qur’an dengan menaati perintah dan meninggalkan larangan-Nya
pemegang saham, eksekutif, kreditur, pemerintah, pekerja, pemangku
(Taufiq, 2015).
kepentingan internal dan eksternal tentang hak dan tanggung jawab mereka
(Nurmala, 2013). Sebelum tahun 1997, penelitian yang dilakukan tentang tata
Pengelola pondok pesantren harus mampu mewujudkan lima tujuan yaitu:
kelola perusahaan di seluruh dunia sangat minim (Shleifer dan Vishny, 1997;
(1) tujuan keuntungan, dalam konteks ini keuntungan yang dimaksud hanya
O'Sullivan, 2000). Krisis yang melanda pasar keuangan dan ekonomi negara-
untuk memperkuat eksistensi lembaga, (2) tujuan pelayanan, (3) tujuan sosial,
negara besar Asia pada tahun 1997 dan kegagalan beberapa nama terkenal
(4) tujuan pribadi. tujuan, (5) tujuan spiritual. Lima tujuan yang membingkai
(misalnya Enron, WorldCom dan Parmalat) yang terjadi dalam 20 tahun terakhir
kegiatan pondok pesantren harus diwujudkan untuk meningkatkan kepercayaan
menyimpulkan pentingnya praktik tata kelola perusahaan yang baik (Larbsh ,
internal dan kepercayaan masyarakat. Entitas nirlaba bukan berarti mereka tidak
2015; Mugambi, Obarab & Miriam, 2022).
memiliki tujuan finansial. Tujuan keuangan entitas bukanlah laba, tetapi entitas
tetap dituntut untuk mengelola keuangannya agar dapat mendukung pelaksanaan
Fenomena ini telah meningkatkan minat dan perhatian para peneliti di bidang
kegiatan operasional organisasi sesuai dengan tujuannya. Demikian pula dengan
governance untuk kepentingan akademik dan kebijakan publik di negara maju
Ebrahim (2003) menyatakan bahwa organisasi nirlaba tidak bertujuan untuk
dan berkembang (Mallin, 2004; Solomon and Solomon, 2004; Sternberg, 1997).
memaksimalkan kekayaan pemegang saham, tetapi organisasi nirlaba bertindak
Tata kelola yang baik menyesuaikan dengan struktur, budaya, sistem dan norma,
dalam masyarakat untuk meningkatkan nilai sosial.
etika dan kearifan lokal, misalnya tata kelola entitas keuangan Islam (Safieddine,
2009), penentu tata kelola dan kinerja untuk sektor publik (Kamal et al., 2015).

Pesantren membutuhkan dana dalam jumlah tertentu yang dapat menjamin


berjalannya program kegiatan pada setiap periode. Pengelolaan keuangan yang
baik dan pencatatan yang teratur menjadi kegiatan penting sebagai bentuk
Cakupan organisasi sektor publik tidak hanya terbatas pada entitas
penyelenggaraan pengelolaan keuangan pondok pesantren (Tokel et al., 2017).
pemerintah tetapi juga pada organisasi nirlaba yang dikelola oleh masyarakat
luas. Perbedaan lingkungan organisasi akan mempengaruhi karakteristik, tujuan
Akuntabilitas keuangan pesantren menjadi penting karena pesantren juga
dan tata kelolanya, serta pembelajaran organisasi (Pei et al., 2018; Tian et al.,
mengelola dana yang bersumber dari dana masyarakat atau dana masyarakat.
2018). Sebagian besar organisasi nirlaba bergerak dalam bidang pendidikan,
Terwujudnya akuntabilitas keuangan oleh pengelola pondok pesantren merupakan
sosial dan keagamaan yang tujuan utamanya adalah memberikan pelayanan
faktor kunci dalam membangun kepercayaan santrinya. Realisasi akuntabilitas
kepada masyarakat sesuai dengan spesifikasi dan keunikan organisasi. Keunikan
keuangan di pondok pesantren masih dipengaruhi oleh faktor budaya. Kondisi
dan keragaman tujuan organisasi nirlaba akan mempengaruhi kegiatan
inilah yang melatarbelakangi pengelolaan keuangan yang diterapkan pesantren
operasionalnya. Pesantren merupakan salah satu contoh organisasi nirlaba yang
sangat bervariasi. Pada dasarnya kegiatan keuangan di pondok pesantren
bergerak di bidang pendidikan (Islam). Keunikan dan spesifikasi dari
meliputi penerimaan pendapatan dan pengeluaran. Namun, proses yang dilalui
dan praktiknya

KUALITAS Vol. 23, No. 189/ Agustus 2022 48


Akses Menuju Sukses
Machine Translated by Google ISSN:1582-2559

MANAJEMEN UMUM
Kegiatan keuangan pesantren bersifat unik karena dipengaruhi oleh nilai-nilai laporan keuangan pondok pesantren masih berdasarkan budaya organisasi.
kearifan lokal. Dengan demikian, budaya organisasi merupakan salah satu kearifan lokal yang
Pondok Pesantren merupakan organisasi nirlaba yang unik dan sangat dapat diakomodir oleh pemerintah dalam penyusunan standar akuntansi
berkarakter. Menurut Kompri (2018:29) sistem yang dimiliki pondok pesantren keuangan dan pedoman akuntansi keuangan pesantren.
memiliki keunikan dibandingkan dengan lembaga pendidikan pada umumnya
yaitu: (1) menggunakan sistem tradisional yang memiliki kebebasan penuh Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti terdorong untuk melakukan
dibandingkan dengan sekolah modern, sehingga terjadi hubungan dua arah. penelitian tentang konsep akuntabilitas Pondok Pesantren karena masalah
hubungan antara kyai dan santri, (2) kehidupan di pesantren menunjukkan akuntabilitas tidak hanya terletak pada peraturan, standar dan pedoman
semangat demokrasi, (3) santri tidak menderita penyakit simbolik. Tujuan utama akuntansi tetapi juga pada objektivitas konsep akuntabilitas sesuai dengan
mereka hanya ingin mencari ridha Allah SWT, (4) sistem pesantren mengutamakan fungsi, tujuan. dan karakteristik organisasi.
kesederhanaan, idealisme, persaudaraan, kesetaraan, percaya diri dan
keberanian hidup, (5) alumni pesantren tidak mau menduduki pemerintahan Akuntabilitas tidak hanya terbatas pada akuntabilitas hitam putih yang
posisi sehingga mereka hampir tidak dapat dikendalikan oleh orang lain. menggambarkan aspek-aspek material atau angka-angka seperti yang selama
pemerintah. Dengan kepribumiannya, pondok pesantren dijadikan sebagai ini dilakukan, tetapi atas dasar nilai atau substansi yang terkandung di dalamnya.
pondasi dasar yang telah menyelamatkan khazanah Islam klasik menuju Akuntabilitas pondok pesantren, realitas yang dibenahi tidak hanya realitas
perkembangan dinamis yang responsif terhadap sentuhan nilai-nilai modernitas. materi tetapi juga realitas immateri. Tacid knowledge yang terbentuk dan
membingkai setiap aktivitas di lingkungan pesantren.

Pesantren Hidayatullah lahir pada tanggal 7 Januari 1973 oleh Ustadz


Abdullah Said yang terletak di kota Balik Papan, Kalimantan Timur. Pesantren
Hidayatullah merupakan pesantren modern yang tersebar di seluruh Indonesia Dalam konteks pesantren sebagai entitas Islam yang terus berubah sesuai
(tidak hanya di Kalimantan Timur) bahkan tersebar hingga pulau Jawa. Pesantren perkembangan zaman dan tetap memegang teguh nilai-nilai Islam, maka hasil
Hidayatullah dikelola oleh Yayasan Hidayatullah. Sejak tahun 2000, tepatnya 13 penelitian ini dapat dijadikan pedoman dalam mengembangkan akuntabilitas
Juli 2000, Hidayatullah bermetamorfosis dari organisasi sosial menjadi organisasi keuangan pengelola pesantren. Praktik akuntabilitas keuangan pesantren bersifat
kemasyarakatan (ormas). holistik, dunia dan akhirat. Dengan demikian, bentuk pertanggungjawaban
keuangan tidak hanya formal organisasi tetapi juga bertanggung jawab kepada
Allah SWT sebagai penciptanya. Akuntabilitas holistik terbentuk dari kearifan
Hidayatullah adalah organisasi yang pimpinan pusatnya tidak lagi di Balikpapan lokal pesantren yang terus dipertahankan dalam kegiatan operasionalnya.
tetapi di Jakarta, sehingga koordinasi daerah di kabupaten atau kotamadya tidak Dengan demikian, kearifan lokal dan karakteristik pesantren dapat dijadikan
langsung ke pusat tetapi melalui daerah. Pesantren Hidayatullah hingga saat ini sebagai salah satu pertimbangan Kementerian Agama, Ikatan Akuntan Indonesia
(2019) tersebar di lebih dari 250 kecamatan di seluruh Indonesia. Islam (IAI) dan Bank Indonesia (BI) selaku otoritas dan pengambil kebijakan terkait
Hidayatullah. akuntabilitas keuangan pesantren. pesantren di Indonesia yang berorientasi
holistik.
Permasalahan yang dihadapi pengelola pondok pesantren adalah pengurus
pondok pesantren belum mampu menjalankan peraturan pemerintah yang
berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan pondok pesantren berdasarkan
PSAK no. 45 untuk organisasi nirlaba dan Pedoman Akuntansi Pesantren (PAP).
Pengelola menghadapi kendala dalam penerapan aturan tersebut. Kondisi
tersebut dikarenakan dalam menyusun laporan keuangan pihak pengelola
Tinjauan Literatur
menyesuaikan dengan kemampuan pondok pesantren yaitu dari segi keuangan
dan sumber daya manusia. Misalnya dalam memilih software untuk membantu
Bentuk kepemilikan pesantren di Indonesia sangat beragam. Berbagai
menyusun laporan keuangan, manager memilih software MYOB yang mudah
bentuk kepemilikan tersebut juga mempengaruhi kegiatan pondok pesantren.
dioperasikan dan harganya terjangkau, padahal seharusnya software tersebut
Menurut Peraturan Menteri Agama No. 3 Tahun 1979 bentuk pondok pesantren
digunakan untuk organisasi swasta. Hal ini menyebabkan keluaran laporan
dibedakan menjadi 4 kategori yaitu kategori A, B, C dan D. Sedangkan menurut
keuangannya tidak sesuai dengan peraturan pemerintah.
Dhofier (1990) pesantren dibagi menjadi dua yakni Pesantren Salaf dan Pesantren
Khalaf. Selain itu, fungsi pondok pesantren dari masa ke masa juga berjalan
dinamis, berubah dan berkembang mengikuti dinamika sosial masyarakat global.
Perkembangan atau perubahan pesantren tidak tepat jika harus mengubah nilai-
Pesantren sebagai organisasi nirlaba berdasarkan PSAK No. 45 seharusnya
nilai atau inti keyakinan yang dianutnya. Adanya berbagai bentuk kepemilikan
menyusun Laporan Kegiatan, namun dengan software MYOB, laporan keuangan
dan perubahan fungsi pesantren akan menimbulkan berbagai mekanisme
yang dihasilkan berupa Laporan Laba/Rugi. Bagi manajer kondisi ini tidak
akuntabilitas di lingkungan pesantren.
menjadi masalah karena pada prinsipnya manajemen memiliki persepsi bahwa
pengertian Surplus/Defisit dan Laba/Rugi pada prinsipnya adalah dua hal yang
berbeda.
Kondisi ini menunjukkan bahwa pengurus pesantren berusaha menerapkan
peraturan pemerintah yang disesuaikan dengan realitas organisasi. Manajemen
mengutamakan efisiensi dan efektivitas biaya dalam akuntabilitas keuangan dari
perspektif internal.
Pesantren di era modern ini dituntut mampu mewujudkan akuntabilitas
integratif dari perspektif dunia dan perspektif akhirat. Alim dan Rohman (2018)
Transaksi keuangan sebagai dasar penyusunan laporan keuangan pondok
menyatakan bahwa pesantren memiliki karakter yang unik dalam mengelola unit
pesantren. Berdasarkan peraturan pemerintah, pesantren sebagai organisasi
usahanya dimana dimensi akuntabilitasnya berlandaskan khidmah, transparan
nirlaba didorong untuk menyusun laporan keuangannya berdasarkan PSAK No.
beretika dan akuntabilitas kepada stakeholders. Hal ini sejalan dengan Saleh
45 dan Pedoman Akuntansi Pesantren (PAP). Namun, fenomena yang terjadi di
dan Sirajudin (1995) yang menyatakan bahwa akuntabilitas adalah sikap dan
banyak pesantren di Indonesia belum merespon regulasi tersebut, termasuk
karakter kehidupan manusia yang meliputi pertanggungjawaban internal dan
Pondok Pesantren Hidayatullah sebagai lokasi dalam penelitian ini. Praktek
eksternal seseorang. Sisi internal seseorang
mempersiapkan

49 Vol. 23, No. 189/Agustus 2022 KUALITAS


Akses Menuju Sukses
Machine Translated by Google ISSN:1582-2559

MANAJEMEN UMUM
akuntabilitas adalah pertanggungjawaban seseorang kepada Tuhannya. Pesantren selalu dianggap peka terhadap tuntutan zaman dan perannya
Sedangkan akuntabilitas eksternal seseorang adalah pertanggungjawaban orang tidak hanya dalam bidang agama dan pendidikan, tetapi dalam semua aspek
tersebut terhadap lingkungannya, baik lingkungan formal (atasan dan bawahan) kehidupan Nafis (2017: 3). Buruknya kegiatan keuangan pondok pesantren
maupun lingkungan masyarakat. seringkali menimbulkan masalah yang serius di kemudian hari. Hal ini menurut
Menurut Efferin (2017:59) organisasi materialistis sangat bergantung pada Qomar (2007) disebabkan oleh perencanaan yang kurang matang, pembagian
motivator eksternal untuk menciptakan ilusi kebahagiaan. kekuasaan atau kewenangan yang kurang baik dan sebagainya.
Berbeda halnya dengan akuntabilitas profetik yang dapat menjawab
pertanggungjawaban dari sisi internal, karena akuntabilitas profetik merupakan Pesantren hendaknya menjaga akuntabilitas publik, hendaknya mulai membenahi
gerakan transformasi sosial menuju ketuhanan. Beberapa peneliti tertarik dengan pengelolaan atau kegiatan keuangannya secara baik dan bertanggung jawab.
pertanyaan pertanggungjawaban kepada siapa (Ebrahim, 2003). Masih banyak pesantren yang mengalami masalah keuangan menurut Salamah
Pertanggungjawaban tidak hanya dihadapan pemimpin dan orang yang memberi (2013). Kendala yang selalu dihadapi pondok pesantren dalam menjalankan
amanah, tetapi pertanggungjawaban juga dihadapan Allah SWT, Tuhan Yang aktivitasnya adalah terkait penganggaran, pembukuan, pengaturan administrasi,
Maha Esa. alokasi dan pengeluaran untuk pondok pesantren serta dalam proses kegiatan
Pedoman akuntansi pesantren tidak menjadi standar hanya sebagai sehari-hari.
pedoman karena transaksi di pesantren sudah diatur oleh standar akuntansi
yang berlaku saat ini. Pedoman akuntansi ini disusun berdasarkan Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP) dan SAK Pelaksanaan kegiatan keuangan dalam organisasi Islam merupakan isu
Syariah. Oleh karena itu, disebutkan dalam PAP (2018:2) bahwa tujuan yang sangat penting. Di antara bukti keseriusan masalah ini adalah diturunkannya
penyusunan PAP adalah untuk memberikan pedoman akuntansi pondok ayat terpanjang dalam Al-Qur'an, yaitu Surat Al-Baqarah ayat 282 yang
pesantren yang “tidak mengikat” dalam penyusunan laporan keuangan. Selain merupakan konsep akuntansi dalam Islam dengan penekanan pada aspek
itu, disebutkan dalam ketentuan PAP lainnya (2018: 5) bahwa jurnal (pencatatan tanggung jawab keuangan. Hal penting lain yang terkandung dalam ayat tersebut
transaksi) yang digunakan “hanya untuk ilustrasi dan tidak mengikat”. Pesantren menjelaskan fungsi pencatatan (kitabah), dasar-dasar dan manfaat sebagaimana
dapat mengembangkan metode pencatatan dan pengakuan menurut sistemnya dijelaskan oleh aturan hukum yang harus diikuti (Shahatah, 2001: 20; Mirici,
masing-masing asalkan memberikan hasil yang sama. 2018).

Aktivitas keuangan yang akuntabel merupakan salah satu indikator dalam


menilai kinerja manajemen. Mekanisme akuntabilitas keuangan yang tepat
merupakan faktor penting dalam tata kelola organisasi. Proses manajemen
Perkembangan metode pencatatan dan pengakuan transaksi yang seperti pendelegasian wewenang dalam pengambilan keputusan menurut Iqbal
dikeluarkan dalam LAP menggambarkan bahwa akuntabilitas pengelolaan et al. (2009:11) akan menunjukkan untuk siapa (for Whom), oleh siapa (by Who)
keuangan pesantren akan sangat bergantung pada kekuatan budaya yang dan dengan sumber daya apa (with what resources) suatu keputusan dibuat.
berfungsi sebagai sistem pengendalian intern. Sistem pengendalian intern di Mekanisme pertanggungjawaban keuangan di yayasan-yayasan organisasi Islam
pondok pesantren umumnya bertumpu pada konsep Islam. Kurniati (2008) tidak hanya terbatas pada proses pendelegasian dan pengambilan keputusan.
menyatakan pertanggungjawaban konsep Islam yang pada dasarnya meyakini Implementasi pengelolaan keuangan di pondok pesantren Al-Khohdin Jakarta
bahwa alam dan segala isinya adalah milik-Nya, kepada Allah sepenuhnya misalnya menurut Salamah (2013) mencakup masalah transparansi dan
manusia dipercayakan untuk mengelola dengan sebaik-baiknya untuk akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan.
kemaslahatan umat. Sejalan dengan hasil penelitian Hasib et al. (2017)
menyatakan bahwa prinsip akuntabilitas yang diterapkan di pondok pesantren
Bahrul Ulum Aceh memberikan informasi yang jelas tentang tugas dan tanggung
jawab pengurus pesantren sesuai dengan Standard Operating Procedure (SOP) Pola akuntabilitas yang dipraktikkan oleh pengurus pondok pesantren dalam
dan apa yang tertulis dalam visi dan misi pesantren. Pondok Pesantren. Dapat hal ini yayasan sebagai pengelola (pengelola dan pengawas) bertanggung jawab
disimpulkan bahwa penerapan prinsip akuntabilitas akan sangat berarti apabila kepada pembina yang disampaikan dalam rapat-rapat pengawasan yang
sesuai dengan visi dan misi pondok pesantren. diadakan secara berkala (Bastian, 2002: 4). Pola pertanggungjawaban keuangan
yayasan bersifat vertikal dan horizontal. Akuntabilitas keuangan vertikal adalah
pertanggungjawaban pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi seperti
Dewan Pengawas. Akuntabilitas keuangan horizontal adalah akuntabilitas kepada
masyarakat luas.
Pengelolaan keuangan bagi pesantren bukanlah hal yang baru. Adnan dan
Labajo (2006:68) menyatakan bahwa dalam lingkungan Islam, akuntansi telah Oleh karena itu, pesantren perlu menggabungkan kinerja keuangan dan kinerja
diterapkan sejak zaman Nabi Muhammad. Setelah munculnya Islam di Jazirah sosial/lingkungan. Efferin (2006: 137) menyatakan bahwa kesadaran tentang
Arab di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad. Begitu pula dengan terbentuknya keterkaitan antara kegiatan organisasi dan dampak jangka panjangnya perlu
Daulah Islamiyah di Madinah, perhatian Nabi mulai membersihkan muamalah dikembangkan. Semakin baik kinerja keuangan dan sosial/lingkungan maka
maaliah (keuangan) dan unsur riba serta segala upaya mengambil harta orang semakin termotivasi anggota organisasi untuk menjalankan aktivitasnya. Pola
lain secara batil. Nabi lebih menekankan pada unsur pencatatan keuangan dan relasi di pondok pesantren dibangun dari relasi personal dan spiritual. Hubungan
profesi ini disebut Hafazathul amwal yang berarti pengawas keuangan. personal yang begitu melekat di lingkungan pesantren tidak dapat digantikan
dengan pola hubungan impersonal seperti yang berlaku dalam manajemen
modern.

Peraturan untuk mendukung ayat-ayat yang berkaitan dengan akuntabilitas


pengelolaan keuangan pada masa Nabi juga telah disusun. Syahatah (2001: 21)
menyatakan bahwa hukum akuntansi yang telah diterapkan pada masa Nabi Akuntabilitas dalam perspektif Islam terletak pada esensinya, Kusdewanti
meliputi hukum akuntansi untuk individu, serikat pekerja (syarikah) atau (2016). Penelitian tentang hubungan akuntabilitas dengan spiritualitas telah
perusahaan, akuntansi wakaf, hak untuk melarang penggunaan aset (hijr) dan dilakukan oleh Randa et al. (2011); Widati dkk. (2011); Salle (2015). Semua itu
negara. anggaran. Pengelolaan keuangan dalam entitas Islam sangat penting adalah upaya menelusuri nilai-nilai yang sebenarnya ada, namun terabaikan.
dan harus dilakukan sesuai dengan ketentuannya. Pengelolaan keuangan yang
akuntabel merupakan bentuk akuntabilitas yang harus dimaknai lebih dari Adanya tuntutan untuk menjadi muslim yang utuh/kaffah dan otentik dalam arti
sekedar proses pelaporan keuangan semata. murni, tidak tercemar/cacat akan mempengaruhi peradaban masyarakat/
organisasi. Faktor lain yang mempengaruhi peradaban organisasi adalah visi,

KUALITAS Vol. 23, No. 189/ Agustus 2022 50


Akses Menuju Sukses
Machine Translated by Google ISSN:1582-2559

MANAJEMEN UMUM
misi dan tujuan organisasi. Organisasi keagamaan bertujuan untuk selain itu adalah bagaimana dia mempertanggungjawabkan dihadapan
membentuk peradaban berdasarkan ajaran agama. Menurut Allah SWT. Oleh karena itu, akuntabilitas dalam Islam merupakan
(Kuntowijoyo, 2007: 5) peradaban monoteisme bersandar pada tanggung jawab ganda, pertanggungjawaban kepada Tuhan dan
ketentuan Tuhan atas hal-hal yang utama. Selebihnya, ada kebebasan manusia (Kasim et al., 2013). Begitu juga dengan pesantren sebagai
penuh kreativitas manusia untuk hal-hal yang bersifat sekunder. lembaga pendidikan Islam. Kegiatan keuangan pesantren yang
Akuntabilitas keuangan profetik dengan karakteristik yang melekat berorientasi pada tujuan duniawi dan akhirat akan mempengaruhi praktik
seperti budaya religius dan dimensi tauhid. Ketika gaya hidup kenabian akuntabilitas keuangan
telah terwujud, maka segala aktivitas dan tindakan yang dilakukan oleh
manusia akan didasarkan pada aturan dan ketentuan agama (Islam).
Hal ini terjadi karena pada dasarnya setiap orang sebenarnya memiliki
fitrah muslim yaitu, tunduk, patuh dan pasrah pada ketentuan sang
metode
pencipta (As'ary, 1996: 123). Kata profetik berasal dari bahasa Inggris
Penelitian yang menggunakan pendekatan etnometodologi ini
“propet” yang berarti nabi. Profetik terkait dengan visi dan misi yang
dilakukan mengikuti kaidah dengan memperhatikan indeksikalitas dan
transendental sesuai
refleksifitas. Indeksikalitas dan refleksivitas merupakan konsep penting
dalam etnometodologi. Tiga kunci dasar etnometodologi, yaitu:
dengan Allah kepada Rasulullah yaitu mewujudkan rahmatan lil alamin,
mewujudkan kesejahteraan seluruh alam semesta, tidak hanya manusia, 1. Pencarian indeksikalitas (berdasarkan transkrip hasil
tetapi juga makhluk selain manusia. Dengan demikian, tatanan harmonis
percakapan) karena terdapat perbedaan antara ungkapan objektif dan
yang berorientasi pada ketuhanan dapat terwujud (Kusdewanti dan
terindikasi, untuk memperoleh makna yang mendalam dari data yang
Hatimah, 2016). Dalam konteks pemikiran profetik/profetik[1], iptek
telah disajikan.
harus dilihat sebagai realisasi kepanjangan dari ayat-ayat Tuhan sendiri,
2. Refleksivitas berbagai tindakan praktis, setelah peneliti mengamati
baik dalam kitab suci, alam semesta maupun pada manusia.
dan menemukan ekspresi indeksikalitas, selanjutnya meneliti refleksivitas
ekspresi tersebut.
Triyuwono (2000) menyarankan pengembangan literatur dan praktik
Penentuan informan pendukung menggunakan pendekatan bola
akuntansi berdasarkan akuntabilitas horizontal (manusia dan alam) dan
salju. Pendekatan bola salju atau prosedur bola salju adalah metode
vertikal (Tuhan). Demikian juga menurut Pertiwi dan Ludigdo (2013)
penentuan informan kunci di awal, kemudian informan lain ditentukan
menyatakan pentingnya membangun keharmonisan antara Tuhan, kemudian. Wawancara dilakukan dengan beberapa informan kunci
manusia dan alam/lingkungan. Akuntabilitas tidak hanya kepada
antara lain ketua umum yayasan, bendahara, tata usaha dan fasilitas,
pemangku kepentingan tetapi juga kepada Tuhan sebagai pemilik utama
kepala SMP Luqman Al-Hakim, kepala TK Yaa Bunnayya dan Jurusan
(Tapanjeh, 2009). Menurut Paranoan dan Totanan (2018)
Akuntansi.
pertanggungjawaban tidak hanya harus disertai dengan kelengkapan
dokumen sebagai sumber data, tetapi yang utama adalah prinsip
keikhlasan dan kepercayaan kepada Sang Pencipta. Akuntabilitas tidak
Teknik perolehan dan pengumpulan data yang digunakan dalam
memerlukan pemenuhan standar akuntansi yang disertai dengan
penelitian ini adalah melalui tahapan observasi, wawancara dan
teknologi modern dan sistem akuntabilitas tetapi cukup dengan
dokumentasi untuk mendapatkan pemahaman bagaimana Pondok
pembukuan sederhana.
Pesantren Hidayatullah mengimplementasikan akuntabilitas keuangannya.
Hal ini berbeda dengan pendapat Kusdewati (2018:238) yang
Pengumpulan data dilakukan peneliti selama kurang lebih empat bulan
menyatakan bahwa pada tataran ini kedudukan akuntansi tidak lagi
(September 2019-Desember 2019) di Pondok Pesantren Hidayatullah
pada tataran dunia mekanis melainkan pada harmonisasi alam. Sejalan
Surabaya Indonesia.
dengan Efferin (2015) ketika spiritualitas menjadi panduan dalam
pengembangan akuntansi dan akuntabilitas, akuntansi akan menjadi
transendental dan berkontribusi positif untuk menciptakan dan Hasil dan Pembahasan
memelihara perdamaian, inklusivitas, kepedulian, keadilan, kemakmuran Pencatatan transaksi merupakan salah satu tahapan yang harus
dan harmoni. Selama proses pencapaian kondisi ideal, agama menjadi dilakukan dalam siklus akuntansi. Penerapan siklus akuntansi yang
sumber inspirasi, untuk menciptakan dunia yang lebih baik. Begitu juga benar akan menghasilkan laporan keuangan yang akurat.
dengan Cahyawati et al. (2019) dalam penelitiannya menyatakan bahwa Laporan keuangan merupakan sarana untuk mengkomunikasikan
akuntabilitas Islam terdiri dari 2 dimensi, pertama dimensi Khalifatul fill informasi keuangan organisasi kepada pemangku kepentingannya.
ard yang terdiri dari unsur akuntabilitas hukum, ekonomi, sosial dan Begitu juga dengan Yayasan Pesantren Hidayatullah yang telah
lingkungan, mahasiswa, alumni dan orang tua mahasiswa serta mencatat semua transaksi keuangannya. Hal ini sesuai dengan
karyawan dan dimensi kedua abd Allah yang relevan dengan unsur pernyataan Ustadz Aep berikut ini: “Semua tercatat di sini”. Pencatatan
pembentukan. karakter mahasiswa, karyawan dan organisasi. seluruh transaksi keuangan akan digunakan sebagai dasar penyusunan
laporan keuangan. Ungkapan Ustadz Aep di atas kemudian dilanjutkan
dengan penjelasannya sebagai berikut: Laporan pertanggungjawaban
Bani dkk. (2016) dalam penelitiannya mengatakan penerapan tata keuangan unit diserahkan kepada Bagian Keuangan, kemudian Bagian
kelola yang baik pada Penyelenggara Pendidikan Tahfidz (TEP) sangat Keuangan akan menggabungkannya menjadi laporan keuangan
diperlukan untuk mewujudkan kewajiban suci agama. Ada empat dan menyerahkannya kepada pengurus yayasan. Nantinya pengurus
kerangka akuntabilitas yang dirumuskan, yaitu: (1) kerangka paling atas yayasan akan menyampaikan kepada Pengawas dan Pembangun.
adalah Allah as ad-din sebagai pencipta alam semesta, pemberi dana (Ustadz Aep)
dan pemerintah (2) akuntabilitas horizontal kepada karyawan (3)
akuntabilitas manajemen dalam menciptakan kualitas, pengendalian Penjelasan Ustadz Aep selaku Bendahara yayasan di atas,
dan pemeriksaan, pemberian fasilitas, pemberian umpan balik berupa menjelaskan tahapan dalam menyusun laporan keuangan dan
laporan kinerja pegawai dan pelatihan SDM (4) akuntabilitas ke bawah mempertanggungjawabkannya. Berdasarkan penjelasan tersebut,
berupa pertanggungjawaban kepada siswa dan orang tua siswa. terdapat dua indeksikalitas dalam pembahasan ini, yaitu: (1) penyusunan
Demikian juga dinyatakan oleh Santoso (2016) akuntabilitas Islam laporan keuangan oleh Bagian Keuangan Yayasan dan (2) penyampaian
membutuhkan kontrol yang melekat pada diri sendiri. laporan keuangan kepada Badan Pengurus.

Ketika setiap individu merasa bahwa setiap tindakan dan kegiatan Penyusunan Laporan Keuangan oleh Bagian Keuangan Yayasan
dalam konteks organisasi menuntut pertanggungjawaban tidak hanya
kepada pimpinannya, rekan kerja atau masyarakat umum, tetapi lebih besar Indexicality berkaitan dengan persiapan keuangan

51 Vol. 23, No. 189/Agustus 2022 KUALITAS


Akses Menuju Sukses
Machine Translated by Google ISSN:1582-2559

MANAJEMEN UMUM
keterangan Pondok Pesantren Hidayatullah memilih software MYOB yang disesuaikan dengan kemampuannya (2)
Yayasan (YPPH) berdasarkan pernyataan berikut dari pelaku patuh secara administratif (3) penyajian laporan keuangan neraca
Bendahara Yayasan: yang informatif dan akurat, pengungkapan informasi keuangan secara
“Laporan pertanggungjawaban keuangan unit disampaikan kepada detail dan lengkap (4) teliti dan cermat dalam menyajikan laporan
Bagian Keuangan, kemudian Bagian Keuangan akan menggabungkannya keuangan Laba/Rugi, pengungkapan informasi keuangan secara rinci
menjadi laporan keuangan”. (Ustadz Aep) dan akurat.
Rekapitulasi Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) unit menjadi dasar Indeksikalitas Akuntabilitas Keuangan Berjenjang
penyusunan laporan keuangan oleh Bagian Keuangan Yayasan. Unit dan Menyeluruh selanjutnya dalam bahasan ini berkaitan dengan
Yang dimaksud adalah seluruh unit kerja di lingkungan YPPH termasuk pertanggungjawaban laporan keuangan yang telah disusun oleh Bagian
unit sarana dan prasarana. Keuangan Yayasan kepada Badan Pengurus dan Dewan Pengawas.
Indeksikalitas mekanisme penyusunan laporan keuangan bersumber Indeksikalitas tersebut diambil dari pernyataan Ustadz Aep berikut ini: “…
dari pernyataan Ustadz Aep sebagai berikut: “Laporan pertanggungjawaban setelah menjadi laporan keuangan dan diserahkan kepada Pengurus
keuangan unit diserahkan ke Bagian Keuangan, kemudian bagian yayasan, nanti pengurus yayasan akan menyampaikan kepada
keuangan akan menggabungkannya menjadi laporan keuangan”. Pembina dan Pembina. (Ustadz Aep)
Pernyataan itu diikuti oleh tindakan kontekstual berikut:
Pernyataan Ustadz Aep di atas sejalan dengan pernyataan Ustadz
1. penyusunan laporan keuangan menggunakan aplikasi program Rohis di bawah ini:

MYOB yang disiapkan oleh staff Accounting. Hal ini dikemukakan Setelah laporan keuangan ini selesai, saya akan menyerahkannya
oleh Ustadz Rohis sebagai berikut: “laporan keuangan kepada Bendahara… kemudian akan disampaikan kepada Ketua
menggunakan MYOB” yang dilengkapi dengan kata-kata berikut Yayasan, Pengawas dan Pembina melalui rapat Direksi”.
dari Ibu April: “ya, saya juga menyiapkan laporan keuangan
untuk cottage menggunakan MYOB selain laporan proyek”. Pernyataan di atas menjelaskan pertanggungjawaban laporan
Pernyataan Ustadz Rohis di atas yang dibenarkan oleh jawaban keuangan kepada Badan Pengurus yang terdiri dari Pengawas, Wali
staf Akuntansi senada dengan penjelasan Sekretaris yayasan Amanat, dan Ketua Yayasan beserta jajarannya. Hal itu dilakukan karena
yang memaparkan data terkait implementasi aplikasi MYOB YPPH memiliki mekanisme pertanggungjawaban yang berjenjang.
oleh sebagian besar Pondok Pesantren Hidayatullah yang Mekanisme pertanggungjawaban berjenjang mulai dari unit kegiatan,
tersebar di seluruh Indonesia. Berikut penjelasannya: bagian keuangan yayasan, pengurus, pengawas, dan pengawas.
Hidayatullah yang ada di seluruh Indonesia, jika dipaparkan,
sudah sekitar 60% yang menggunakan MYOB. Kondisinya, Unit Kegiatan sebagai pelaksana teknis berkewajiban
tidak semua mampu, baik dari segi sumber daya manusia mempertanggungjawabkan keuangannya kepada Yayasan Pengelola
maupun dari segi pendanaan. (Ustadz Amun Rawi) melalui Bagian Keuangan Yayasan. Hal ini dilakukan oleh unit kegiatan
dengan menyusun laporan keuangan yang disampaikan kepada Bagian
Keuangan Yayasan. Selanjutnya Bagian Keuangan yayasan yang secara
struktural berada di bawah Bendahara berkewajiban menyampaikan
Penggunaan software MYOB akan menghasilkan laporan pertanggungjawaban keuangannya kepada Pengawas dan Pembina
keuangan sesuai dengan setup program. Keputusan ini diambil melalui Rapat Kerja. Pertanggungjawaban keuangan Bendahara kepada
karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh YPPH. Ketua Pengurus Yayasan, Pengawas, dan Pembina dengan menyusun
Tindakan kontekstual di atas berarti bahwa laporan keuangan YPPH.
pelaku berperilaku bijak dalam menentukan program MYOB
sebagai sarana untuk membantu menyusun laporan keuangan. Selanjutnya, mekanisme akuntabilitas berjenjang juga
2. Selanjutnya Ustadz Rohis memberikan dokumen laporan dijelaskan oleh Sekretaris yayasan sebagai berikut: Hal ini
keuangan YPPH yang merupakan keluaran dari aplikasi MYOB. pengawasan berjenjang dilakukan oleh DPP (Dewan Pimpinan Pusat)
Kepala Keuangan menyampaikan dokumen laporan keuangan yang berada di bawah pengawasan DPP.
YPPH kepada peneliti. Semua transaksi keuangan dicatat Ada tujuh wilayah (menjadi kampus utama), yaitu: (1)
berdasarkan kelompok akun dan urutan terjadinya. Seluruh Hidayatullah Surabaya (2) Hidayatullah Batam (3) Hidayatullah Makassar
transaksi keuangan yang tercatat diinput menggunakan program (4) Hidayatullah Samarinda (5) Hidayatullah Medan (6). Hidayatullah
aplikasi MYOB. Depok (7) Hidayatullah Timika. (Ustadz Amun Rawi)

3. Tindakan kontekstual selanjutnya adalah penyajian laporan Pertanggungjawaban keuangan tidak hanya berhenti pada Pembina
keuangan Neraca (Neraca) oleh Divisi Keuangan yayasan tetapi juga berlanjut pada Dewan Pengawas Pusat (DPP).
dengan menggunakan perangkat lunak MYOB yaitu: Neraca Pesantren Hidayatullah adalah “Kampus Utama” sehingga tanggung
(Neraca). jawabnya ada pada Pengurus Pusat.
Tindakan kontekstual di atas berarti para pelaku di Bagian Pesantren Hidayatullah yang berstatus “Kampus Madya” seperti : Ar-
Keuangan yayasan menyajikan informasi keuangan sesuai Rohmah Malang, maka tanggung jawabnya kepada Dewan Pengawas
dengan kebutuhan pengguna (informatif) dan benar. Selain Daerah (DPW).
penyajian laporan keuangan secara detail, Bagian Keuangan Pesantren Hidayatullah yang berstatus “Kampus Utama” seperti
Yayasan juga mengakomodir keinginan Ketua Bondowoso, Situbondo, dan Jember kemudian bertanggung jawab kepada
Dewan Pengawas Daerah (DPD).
yayasan dengan menyajikan informasi keuangan setiap minggu.
Tindakan kontekstual di atas memiliki makna para pelaku dalam Selain dapat dipertanggungjawabkan secara struktural, tanggung
menyusun laporan keuangan neraca yang akurat dan informatif. jawab keuangan ini juga dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat.
Akuntabilitas tidak terbatas pada pertanggungjawaban formal organisasi
4. Tindakan kontekstual selanjutnya, Bagian Keuangan Yayasan tetapi juga pertanggungjawaban untuk kemaslahatan rakyat. Hal ini
dengan software MYOB menghasilkan laporan keuangan Laba sejalan dengan salah satu misi Pondok Pesantren Hidayatullah, yaitu:
Rugi. Ustadz Rohis menyatakan syarat ini sebagai berikut: “...meningkatkan pengabdian kepada umat melalui kegiatan pendidikan
“Kalau pakai MYOB… jelas ada untung rugi, tinggal inputnya dan dakwah,…”.
harus hati-hati”. (Ustadz Rohis) Indeksikalitas akuntabilitas laporan keuangan yang berjenjang dan
holistik diikuti dengan beberapa tindakan kontekstual sebagai berikut:
Keempat tindakan kontekstual tersebut memiliki makna: (1) arif dalam

KUALITAS Vol. 23, No. 189/ Agustus 2022 52


Akses Menuju Sukses
Machine Translated by Google ISSN:1582-2559

MANAJEMEN UMUM
1. Tindakan kontekstual akuntabilitas berjenjang dimulai dari level paling sasaran. Tindakan kontekstual terkait pertanggungjawaban keuangan dari Badan
bawah yaitu unit kerja yang harus mempertanggungjawabkan penggunaan Pengurus kepada Dewan Pengawas Pusat (DPP) berarti para pelaku berperilaku
keuangannya kepada Bagian Keuangan Yayasan. Bentuk pertanggungjawabannya informatif dan transparan serta tidak ada yang disembunyikan.
adalah dengan menyusun unit-unit LPJ dan menyusun rekapitulasi Analisis
Anggaran Mingguan (AAM) oleh Kepala Unit Sarana dan Prasarana. Kondisi ini 4. Tindak kontekstual berikutnya adalah pertanggungjawaban laporan
ditegaskan oleh Kepala Kementerian Dakwah dan Sosial: Dari atas (fondasi) keuangan yang telah disampaikan kepada Dewan Pengawas Pusat akan
sampai unit, yang diterapkan adalah nilai-nilai efektif dan efisien. Dari bawah dijadikan dasar pelaporan perkembangan pondok pesantren termasuk bidang
(unit) melapor ke atas (yayasan) dengan aturan yang transparan dan akuntabel keuangannya. Seluruh aset yang dimiliki Pesantren Hidayatullah adalah: milik
(TRUST). (Ustadz Miftah) organisasi yaitu Pengurus Ikatan Hidayatullah. Oleh karena itu, laporan keuangan
berkala harus disampaikan kepada DPP. Tindakan kontekstual di atas berarti
para pelaku berperilaku hati-hati dan hati-hati sehingga menghasilkan laporan
Laba Rugi yang akurat sesuai dengan prosedur formal organisasi terkait
Pernyataan dari Kepala Kementerian Dakwah dan Sosial yang merupakan muamalah dan tunduk pada aturan Allah SWT (Ardini , 2019).
bagian dari Badan Pengurus menjelaskan adanya pertanggungjawaban
berjenjang dari unit ke Bagian Keuangan yayasan, kemudian Bendahara Yayasan
akan bertanggung jawab kepada Badan Pengurus. . Indikator penilaian
akuntabilitas Badan Pengurus terhadap unit-unit menggunakan nilai efisiensi, Empat tindakan kontekstual yang mengikuti indeksikalitas akuntabilitas
efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas. keuangan berjenjang dan holistik memiliki makna sebagai berikut: (1) para pelaku
dalam menjalankan tanggung jawab keuangannya berperilaku amanah dengan
Nilai-nilai tersebut terbingkai dalam aturan organisasi formal dan aturan Allah menjaga prinsip dan nilai yang diyakininya. Prinsip dan nilai yang diyakini
SWT. berorientasi pada kepentingan dunia dan kepentingan akhirat. (2) para pelaku
Seluruh kegiatan pondok pesantren dibingkai oleh aturan organisasi formal dalam pertanggungjawaban keuangannya berhati-hati dan profesional baik
yang tidak hanya berorientasi pada tujuan tetapi berorientasi holistik. Tindakan secara muamalah maupun akuntabel kepada Allah SWT. Hal ini dikarenakan
kontekstual ini berarti para pelaku dalam menjalankan tanggung jawab seluruh kegiatan organisasi berorientasi pada tujuan holistik (3) para pelaku
keuangannya menjaga prinsip dan nilai yang diyakininya. Prinsip dan nilai yang bersifat informatif dan transparan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
diyakini berorientasi pada kepentingan dunia dan kepentingan akhirat. Tindakan Peraturan yang berlaku tidak hanya peraturan organisasi formal terkait muamalah
kontekstual ini dimaksudkan agar para pelaku dapat dipercaya untuk bertanggung tetapi juga peraturan yang dibingkai dalam aturan Allah SWT (4) para pelaku
jawab atas penggunaan dananya. Sikap agen dapat mencerminkan situasi berperilaku hati-hati dan hati-hati sehingga menghasilkan laporan Laba Rugi
manajemen (Bilgin & Öznacar, 2017). yang akurat sesuai dengan prosedur formal organisasi terkait muamalah dan
tunduk pada aturan Allah.

2. Tindakan kontekstual selanjutnya, setelah Bagian Keuangan


Yayasan mendapat pertanggungjawaban dari unit, kemudian dikonsolidasikan
dan dipertanggungjawabkan oleh Bendahara Yayasan kepada Badan Pengurus.
Badan Pengurus melalui RAKER (Rapat Kerja) yang dihadiri oleh seluruh
Pengurus Yayasan, Pengawas dan Pembina membahas pertanggungjawaban
keuangan berupa laporan keuangan dari Bendahara Yayasan. Apabila
pertanggungjawaban keuangan diterima dan disetujui, maka laporan keuangan Kesimpulan dan Saran
tahun yang bersangkutan digunakan sebagai dasar penyusunan RAPBS dan
Akuntabilitas merupakan bagian dari akuntansi yang selalu terikat dengan
RAPB yayasan tahun berikutnya.
realitas sosial di mana akuntansi dan akuntabilitas dipraktikkan. Kegiatan yang
diselenggarakan oleh akuntansi adalah sarana untuk mengkomunikasikan
informasi keuangan organisasi. Akuntansi bersifat dinamis sesuai dengan kondisi
Tindakan kontekstual di atas berarti pelaku berperilaku
lingkungan. Akuntansi sangat terlibat dalam rekonstruksi akuntabilitas yang dapat
dengan hati-hati dan profesional.
dikatakan telah menggeser fokus akuntabilitas ke akuntabilitas keuangan dalam
3. Tindak kontekstual selanjutnya adalah pertanggungjawaban secara
lingkup sosial dan masyarakat yang lebih luas (Parker, 2011). Seiring dengan
berjenjang dan holistik setelah dipertanggung jawabkan kepada Badan Pengurus
perkembangannya, akuntabilitas diimplementasikan oleh individu dan kelompok
untuk selanjutnya diserahkan kepada Dewan Pengawas Pusat. Hal ini
individu yang telah membentuk interaksi sosial sejak era Mesopotamia (Adnan
sebagaimana diungkapkan oleh bendahara yayasan berikut ini: “Kemudian
dan Labajo, 2006; 26). Ada berbagai perspektif akuntabilitas keuangan jika dilihat
laporan keuangan diserahkan oleh pengurus Hidayatullah ke kantor pusat di
dari berbagai sudut pandang, salah satunya adalah sudut pandang profetik.
Jakarta, hanya untuk rekapitulasi data tetapi tidak dikonsolidasikan. (Ustadz
Berbingkai pada manhaj Hidayatullah (Sistem Nuzulul Wahyu) para pelaku
Aep)”
mempraktikkan akuntabilitas keuangannya.
Pernyataan Ustadz Aep di atas berkaitan dengan penyerahan laporan
keuangan ke Jakarta yang berarti penyerahan laporan keuangan kepada Dewan
Pengawas Pusat (DPP) karena Hidayatullah Surabaya merupakan salah satu
dari tujuh “Kampus Utama” sehingga berada di bawah kendali DPP. Laporan
Akuntabilitas keuangan yang dipraktikkan oleh para pelaku di lingkungan
keuangan yang disampaikan Badan Pengurus digunakan oleh DPP sebagai
Pesantren Hidayatullah bertujuan untuk mempertanggungjawabkan penerimaan
dasar pelaporan perkembangan pesantren dan keuangannya. Laporan keuangan
pendapatan, alokasi, dan distribusi pendapatan serta pelaporan keuangan.
yang disampaikan kepada Dewan Pengawas Pusat tidak dikonsolidasikan
Setiap tahapan yang dipraktekkan dalam proses pertanggungjawaban keuangan
dengan laporan keuangan pesantren lain.
tidak hanya berorientasi kepada manusia (muamalah) untuk kepentingan duniawi
tetapi juga kepada Allah SWT untuk kemaslahatan umat. Manhaj Hidayatullah
(SNW) membentuk peradaban Islam dengan berbuat baik sesuai dengan aturan
Penyampaian laporan keuangan dari Badan Pengurus kepada Dewan Pengawas
Allah SWT dimulai dari diri sendiri atau individu.
Pusat (DPP) sebagai bentuk pertanggungjawaban para pelaku di Bagian
Keuangan yayasan sebagai individu, sebagai anggota masyarakat dan sebagai
Makhluk memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan semua kewajibannya
makhluk ciptaan Allah SWT yang wajib mengabdi kepada-Nya . Bentuk tanggung
kepada khaliqnya. Manusia harus mengabdi kepada Tuhan dengan tulus,
jawab yang dilakukan tidak hanya tanggung jawab muamalah tetapi juga
sebagai bentuk pengabdian manusia kepada Sang Pencipta. Ikhlas mengabdi
tanggung jawab kepada Allah SWT. Hal ini karena semua kegiatan organisasi
kepada Allah adalah “bertujuan hanya untuk Allah”.
berorientasi pada holistik
Dengan demikian, semakin jelas akuntabilitas yang mana

53 Vol. 23, No. 189/Agustus 2022 KUALITAS


Akses Menuju Sukses
Machine Translated by Google ISSN:1582-2559

MANAJEMEN UMUM
dibangun atas dasar manhaj, sistematika Nuzulul Wahyu Organisasi Keagamaan Hindu dan Budha.
Hidayatullah akan mencerminkan realitas (yang sama) dalam Jurnal Akuntansi, Audit, & Akuntabilitas 22(7): 997-1028.
bentuk yang berbeda. Konsekuensi ontologis dari realitas ini akan
mampu membangkitkan kesadaran diri secara utuh dan selalu [11] Kamla, R. 2009. Wawasan Kritis Akuntansi Islam
merasakan kehadiran Allah SWT dalam dimensi waktu dan tempat. Kontemporer. Perspektif Kritis Akuntansi 20(8): 921-932.
Selanjutnya konsekuensi epistemologis dari realitas ini, akan
menghasilkan realitas akuntansi dan akuntabilitas yang lebih luas [12] Kompri. 2018. Manajemen dan Kepemimpinan Pondok
dan beragam. Hal ini karena akuntansi yang merupakan bagian Pesantren. Grup Pranadamedia. Jakarta.
dari akuntabilitas tidak hanya berpijak pada prinsip universal tetapi [13] Larbsh, MM 2015. Perspektif Islam tentang Tata Kelola
juga transendental. Perusahaan. Buletin Universitas 1(17).
Konsep dari hasil penelitian ini yang diajukan untuk pengelolaan [14] Tubuh ringan, M. (2000). Menyimpan dan melindungi:
keuangan pondok pesantren adalah konsep akuntabilitas keuangan perilaku pengelolaan keuangan dalam organisasi gereja.
profetik. Nilai-nilai kearifan lokal yang diintegrasikan dengan nilai- Jurnal Akuntansi, Audit & Akuntabilitas, 13(2), 156–174.
nilai Islam menghasilkan nilai-nilai profetik yang mampu doi:10.1108/09513570010323245 [15] Mallin, C. 2004.
menghipnotis para pelaku dalam mempraktekkan akuntabilitas Tata Kelola Perusahaan. Pers Universitas Oxford. Britania Raya.
keuangan di Pondok Pesantren Hidayatullah.
Nilai-nilai profetik juga menyatu menjadi sistem yang menitikberatkan [16] Mardiasmo. 2005. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit
keimanan kepada Allah SWT bagi perkembangan peradaban manusia. Dan saya. Yogyakarta.
Nilai-nilai profetik bagi seorang individu secara psikologis akan membantu [17] Mirici, ÿ. H. (2018). Profil perempuan pengungsi Suriah dan
mengubah dirinya menjadi individu yang lebih baik dan berakhlak sehingga harapan mereka di negara tuan rumah: studi kasus di Turki.
nilai-nilai profetik mampu menghasilkan transformasi pada tataran individu Kualitas & Kuantitas, 52(S2), 1437–1443. doi:10.1007/
dan sosial. Dengan demikian, pertanggungjawaban dalam peradaban Islam s11135-018-0718-5
merupakan tanggung jawab ganda, yaitu: pertanggungjawaban kepada [18] Mugambi, DK, Obarab, J. & Miriam, KN (2022). Investigasi
Tuhan dan manusia. Nilai-nilai profetik yang diusung dalam penelitian ini hubungan antara pendaftaran siswa di klub petani muda
diharapkan mewarnai dan memperkaya prinsip-prinsip akuntabilitas Kenya (YFC) dan pendirian proyek pertanian individu di
keuangan di sektor publik. rumah: kasus sekolah menengah umum di sub-county
Njoro, Kenya.
Jurnal Internasional Pendidikan, Teknologi dan Sains
(IJETS), 2(2), 213-228.
Referensi [19] Nurmala, A. 2013. Tata Kelola Keluarga, Kualitas Laba dan
[1] Afifuddin, BH dan AK Siti-Nabiha. 2010. Menuju Akuntabilitas Kinerja Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia.
Yang Baik: Peran Akuntansi Dalam Organisasi Keagamaan Disertasi. Universitas Brawijaya. Malang.
Islam. Akademi Sains, Teknik, dan Teknologi Dunia [20] O'SULLIVAN, N. (2000). DAMPAK KOMPOSISI DEWAN
DAN KEPEMILIKAN TERHADAP KUALITAS AUDIT:
66(2010): 1133-1139.
BUKTI DARI PERUSAHAAN UK BESAR. Tinjauan
[2] Ardini, L. (2019). Menemukan Konsep Baru Pendapatan
Pertanian Berkeadilan Sosial di Indonesia. International Akuntansi Inggris, 32(4), 397–414. doi:10.1006/
bare.2000.0139
Journal of Multicultural and Multireligious Understanding,
6(5), 504.doi:10.18415/ijmmu.v6i5.1097. [21] Man, X.-L., Pei, X.-L., & Tian, Y.-Z. (2018). Sebuah Studi
[3] Ardini, L., & Uswati Dewi, NH (2016). Memahami Realitas Manajemen Pengetahuan dan Pembelajaran Organisasi di
bawah Pendidikan Lingkungan. Jurnal Pendidikan
Anggaran dalam Perspektif Interaksionisme Simbolik.
Jurnal Penelitian Internasional Studi Bisnis, 105–118. Matematika, Sains dan Teknologi EURASIA, 14(7).
doi:10.21632/irjbs.9.2.105-118 9(2), doi:10.29333/ejmste/91678.
[22] Rowlinson, M., S. Toms, dan J. Wilson 2006. Legitimasi
[4] Bani, H., Jaaffar, MY, Katan, M., & Mohd Noor, AH dan Korporasi Kapitalis: Perspektif Lintas Bidang
Kepemilikan dan Kontrol. Perspektif Kritis Akuntansi, Vol
(2017). Tinjauan Tata Kelola dan Akuntabilitas Lembaga
Tahfiz di Malaysia: Perspektif Dewan Agama. Web 17, 681-702 [23] Safieddine, A. (2009). Lembaga Keuangan
Konferensi SHS, 36, 00028. doi:10.1051/shsconf/ Islam dan Tata Kelola Perusahaan: Wawasan Baru untuk Teori
20173600028. Keagenan. Tata Kelola Perusahaan: Tinjauan Internasional,
[5] Berry, AJ 2005. Akuntabilitas dan Kendali dalam Buaian 17(2), 142–158. doi:10.1111/j.1467- 8683.2009.00729.x.
Kucing. Jurnal Akuntansi, Audit, & Akuntabilitas 18(2):
255-297.
[6] Bilgin, H., & Öznacar, B. (2017). Pengembangan Skala Sikap [24] Shleifer, A., & Vishny, RW (1997). Survei Tata Kelola
Terhadap Manajemen Krisis dan Kekacauan dalam Perusahaan. Jurnal Keuangan, 52(2), 737–783. doi:10.1111/
Pendidikan. Jurnal Pendidikan Matematika, Sains dan j.1540-6261.1997.tb04820.x.
Teknologi EURASIA, 13(11). doi:10.12973/ejmste/79790. [25] Simanjuntak, DA dan Januarsi. 2011. Akuntabilitas dan
Pengelolaan Keuangan Masjid. Simposium Nasional
Akuntansi XIV Aceh: 1-30.
[7] Stan, P. (1993). Akuntansi di Gereja: Kerangka Penelitian
[26] Solomon, J. dan A. Solomon. 2004. Tata Kelola Perusahaan
dan Agenda. Jurnal Akuntansi, Audit & Akuntabilitas, 6(4).
doi:10.1108/09513579310045684. dan Akuntabilitas. John Wiley. AMERIKA SERIKAT.
[27] Sternberg, E. (1997). Cacat Teori Stakeholder. Tata Kelola
[8] Ibrahim, A. (2003). Masuk akal akuntabilitas: Perspektif Perusahaan, 5(1), 3–10. doi:10.1111/1467-8683.00034.
konseptual untuk organisasi nirlaba utara dan selatan.
Manajemen dan Kepemimpinan Nirlaba, 14(2), 191–212. [28] Taufiq, I. 2015. Transparansi dan Akuntansi dalam Al-
doi:10.1002/nml.29. Qur'an dan Perannya dalam Membangun Good Governance.
Jurnal Internasional Bisnis, Ekonomi dan Hukum 6(4):
[9] Eisenhardt, KM 1989. Teori Keagenan: Suatu Penilaian dan
Tinjauan. Tinjauan Akademi Manajemen 14(1): 57-74. 73-81.
[29] Tian, G., Cai, H., & Jiang, Y. (2018). Sebuah studi tentang
[10] Jayasinghe, K. dan T. Soobaroyen. 2009. “Roh” Keagamaan pengaruh dukungan organisasi pada pembelajaran
dan Persepsi Masyarakat tentang Akuntabilitas di organisasi berdasarkan manajemen pengetahuan. Eurasia

KUALITAS Vol. 23, No. 189/ Agustus 2022 54


Akses Menuju Sukses
Machine Translated by Google ISSN:1582-2559

MANAJEMEN UMUM
Jurnal Pendidikan Matematika, Sains dan Teknologi, 14(5), 1979–1986.
https://doi.org/10.29333/ejmste/83652 [30]
Dagli, G. Tokel,Keterampilan
(2017). A., Ozkan, T., &
Manajemen
Krisis Administrator Sekolah dalam Hal Peningkatan Sekolah:
Pengembangan Skala. Jurnal Pendidikan Matematika, Sains dan Teknologi
EURASIA, 13(11). doi:10.12973/ejmste/80152.

55 Vol. 23, No. 189/Agustus 2022 KUALITAS


Akses Menuju Sukses

Anda mungkin juga menyukai