Dosen pengampu :
Oleh :
Mohamad hafilludin
MARET 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulisan makalah kami yang berjudul “ ....................” dapat selesai tepat
pada waktunya. Terima kasih kepada Bapak..................., selaku dosen pengampu mata kuliah
Filsafat Manajemen yang telah memberikan bimbingan.
Kami menyadari, makalah ini masih banyak kekurangan. Kritik serta saran yang bersifat
membangun sangat bermanfaat untuk perbaikan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui manajemen pembiayaan pendidikan.
2. Untuk mengetahui manajemen pembiayaan pendidikan dalam tingkat makro.
BAB II
PEMBAHASAN
e. bantuan dalam bentuk hibah (grant) dan pinjaman luar negeri (loan) baik dari lembaga-
lembaga keuangan Internasional ( seperti Bank Dunia, ADB, IMF, IDB, JICA) maupun
pemerintah, baik melalui kerjasama multilateral maupun bilateral.
Menurut Depdiknas (2007), sumber-sumber pendapatan sekolah dapat berasal dari:
a. Pemerintah, yang meliputi: Pemerintah Pusat, yang dialokasikan melalui APBN serta
Pemerintah Kabupaten/Kota, yang dialokasikan melalui APBD;
b. Usaha mandiri sekolah, yang berupa kegiatan: pengelolaan kantin sekolah, koperasi
sekolah, wartel, jasa antar jemput siswa, panen kebun sekolah; kegiatan sekolah yang menarik
sehingga ada sponsor yang memberi dana; kegiatan seminar/ pelatihan/lokakarya dengan dana
dari peserta yang dapat disisihkan sisa anggarannya untuk sekolah; serta penyelenggaraan lomba
kesenian dengan biaya dari peserta atau perusahaan yang dapat disisihkan sebagian dananya
untuk sekolah;
c. Orang tua siswa, yang berupa sumbangan fasilitas belajar siswa, sumbangan pembangunan
gedung, iuran BP3, dan SPP;
d. Dunia usaha dan industri, yang dilakukan melalui kerjasama dalam berbagai kegiatan, baik
berupa bantuan uang maupun fasilitas sekolah;
e. Hibah yang tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku, di mana kepala
sekolah perlu menyusun proposal yang menguraikan kebutuhan pengembangan program
sekolah;
f. Yayasan penye-lenggara pendidikan bagi lembaga pendi-dikan swasta;
g. Masyarakat luas.
Sementara di tingkat daerah, baik tingkat satu maupun tingkat dua berasal dari kucuran dana
dari pusat beserta yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sementara dalam tataran
sekolah, baik sekolah swasta maupun negeri pada dasarnya berasal dari subsidi pemerintah pusat,
pemerintah daerah, iuran siswa dan sumbangan masyarakat (Supriadi, 2010: 4).
Mengacu pada perundang-undangan yang berlaku, negaralah yang paling bertanggung jawab
atas pembiayaan pendidikan secara makro. Akan tetapi peran masyarakat untuk ikut serta
bertanggung jawab terhadap kelangsungan pendidikan juga tidak boleh dimatikan. Ketentuan
dalam UU Sisdiknas Bab VIII tentang Wajib Belajar, Pasal 34 menyatakan bahwa setiap warga
negara yang berusia 6 (enam) tahun dapat mengikuti program wajib belajar; Pemerintah dan
Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan
dasar tanpa memungut biaya, wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang
diselenggarakan oleh lembaga pendidikan Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat.
Ketentuan tersebut kemudian diikuti oleh kebijakan-kebijakan lain seperti BOS (Biaya
Operasional Sekolah).
Dalam teori dan praktik pembiayaan pendidikan, baik pada tataran makro maupun mikro,
dikenal beberapa kategori biaya pendidikan (Anwar, 1991; Gaffar, 1991; Thomas, 1971).
a. biaya langsung (direct cost) dan biaya tak langsung (indirect cost). Biaya langsung adalah
biaya yang secara langsung menunjang penyelenggaraan pendidikan, misalnya pakaian, papan
tulis, dan lain sebagainya. Biaya tidak langsung adalah pengeluaran yang tidak secara langsung
menunjang proses pendidikan tetepi memungkinkan proses pendidikan tersebut terjadi di
sekolah, misalnya biaya hidup siswa, biaya transportasi ke sekolah, biaya jajan, biaya kesehatan,
dan lain-lain.
b. biaya pribadi dan biaya sosial. Biaya pribadi adalah pengeluaran keluarga untuk pendidikan
atau dikenal dengan pengeluaran rumah tangga. Biaya sosial adalah biaya yang dikeluarkan
masyarakat untuk pendidikan, baik melalui sekolah maupun melalui pajak yang dihimpun oleh
pemerintah kemudian digunakan untuk membiayai pendidikan. Biaya yang dikeluarkan oleh
pemerintah pada dasarnya termasuk biaya sosial.
c. biaya dalam bentuk uang (monetary cost) dan bukan uang (non-monatary cost).
Dalam kenyataannya, ketiga kategori biaya pendidikan tersebut dapat bertumpang tindih,
misalnya ada biaya pribadi dan sosial yang bersifat langsung dan tidak langsung serta berupa
uang dan bukan uang.
BAB III
KESIMPULAN
1. Manajemen pembiayaan pendidikan adalah segenap kegiatan yang berkenaan dengan
penataan sumber, penggunaan, dan pertanggungjawaban dana pendidikan di sekolah atau
lembaga pendidikan.
2. Menurut Depdiknas (2007), sumber-sumber pendapatan sekolah dapat berasal dari:
a. Pemerintah, yang meliputi: Pemerintah Pusat, yang dialokasikan melalui APBN serta
Pemerintah Kabupaten/Kota, yang dialokasikan melalui APBD.
b. Usaha mandiri sekolah, yang berupa kegiatan: pengelolaan kantin sekolah, koperasi
sekolah, wartel, jasa antar jemput siswa, panen kebun sekolah; kegiatan sekolah yang menarik
sehingga ada sponsor yang memberi dana; kegiatan seminar/ pelatihan/lokakarya dengan dana
dari peserta yang dapat disisihkan sisa anggarannya untuk sekolah; serta penyelenggaraan lomba
kesenian dengan biaya dari peserta atau perusahaan yang dapat disisihkan sebagian dananya
untuk sekolah;
c. Orang tua siswa, yang berupa sumbangan fasilitas belajar siswa, sumbangan pembangunan
gedung, iuran BP3, dan SPP;
d. Dunia usaha dan industri, yang dilakukan melalui kerjasama dalam berbagai kegiatan, baik
berupa bantuan uang maupun fasilitas sekolah;
e. Hibah yang tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku, di mana kepala
sekolah perlu menyusun proposal yang menguraikan kebutuhan pengembangan program
sekolah;
f. Yayasan penyelenggara pendidikan bagi lembaga pendidikan swasta;
g. Masyarakat luas.
Dalam teori dan praktik pembiayaan pendidikan, baik pada tataran makro maupun mikro, dikenal
beberapa kategori biaya pendidikan (Anwar, 1991,Gaffar, 1991, Thomas, 1971).
a. biaya langsung (direct cost) dan biaya tak langsung (indirect cost).
b. biaya pribadi dan biaya sosial.
c. biaya dalam bentuk uang (monetary cost) dan bukan uang (non-monatary cost).
DAFTAR PUSTAKA