Anda di halaman 1dari 3

AGROVITAL

Volume 1, Nomor 1, November 2016 E-ISSN : 2541-7460 | P-ISSN : 2541-7452

Efektivitas Isolat Jamur Pelapuk Dan Mikroorganisme Lokal Dalam


Menguraikan Limbah Kulit Kakao
Fitrianti
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Al – asyariah Mandar
fitriantidzulfikar@gmail.com

Abstrak

Kulit buah kakao merupakan salah satu hasil samping kakao yang belum dimanfaatkan. Untuk menggunakan
limbah kakao kulit dan mengurangi penyakit sumber inokulum di perkebunan kakao, tiga jenis jamur busuk: Pleurotus
ostreatus, Trichoderma sp, dan Mikroorganisme Lokal, Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengolah limbah
kakao menjadi pupuk organik secara mudah adalah dengan menggunakan mikroorganisme pelapuk. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui manfaat beberapa isolate jamur pelapuk dan Mikroorganisme Lokal dalam menguraikan limbah kulit
kakao. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Isolat yang paling bagus pertumbuhannya pada media baglog yaitu (Pleurotus
sp,dan Trichoderma sp,semakin banyak mikroorganisme pelapuk yang dikombinasikan, maka limbah akan terdekomposisi
secara efisien. Pada tahap pengujian analisis kandungan lignin, selulosa, dan hemiselulosa, komponen hemiselulosa yang
mengalami penurunan paling tinggi Penurunan tertinggi pada kandungan hemiselulosa dapat dilihat pada isolat Pleurotus
sp + Mikroorganisme Lokal (76,46%), sedangkan penurunan terendah pada isolat Trichoderma sp (6,22%).

Kata Kunci : Isolat Mikroba Pelapuk, Analisa Lignin, selulosa dan hemiselulosa

1. Pendahuluan penelitian-penelitian sebelumnya telah dilakukan isolasi


Perkembangan kakao di Indonesia juga diikuti dan identifikasi berbagai jamur pelapuk kayu yang
oleh beberapa permasalahan, yaitu meningkatnya limbah berasal dari berbagai jenis tanaman hutan di Kabupaten
kakao (Susanto, 1994). Menurut Haryati dan Pangkep dan Maros. Terdapat 19 jenis jamur kayu yang
Hardjosuwito (1984), Kakao mengandung 74% kulit terbagi kedalam jamur pewarna kayu, pelapuk kayu,
buah, 2,0% plasenta, dan 24,2% biji. Tanaman kakao jamur konsumsi, jamur yang berfungsi sebagai obat dan
akan menghasilkan biomassa dari daun dan ranting yang jamur beracun. Penelitian lainnya menunjukkan bahwa
mencapai 6,85 ton/ha/thn untuk tanaman kakao tanpa kelompok Aspergillus sp, Tricho derma sp, Bacillus sp,
naungan dan mencapai 11,88 ton/ha/thn dengan naungan. Lactobacillus sp, Actinomyces, Pseudomonas sp dan
Selain itu, dari panen 1 kg biji kakao akan menyisakan beberapa jenis bakteri lainnya ditemukan berasosiasi
10 kg limbah kulit buah, pupl, dan plasenta (Nasrullah, dalam perombakan limbah kakao. Selain itu isolat
1993).Kulit buah kakao merupakan salah satu hasil Trichoderma sp, P. fluorescens dan Bacillus sp juga
samping kakao yang belumdimanfaatkan secara dapat menghambat pertumbuhan Phytopthora palmivora
maksimal. Kulit kakao umumnya langsung dibuang secara in-vitro Selanjutnya juga telah dilakukan skrining
sebagai limbah, padahal kulit kakao dapat diolah menjadi isolat jamur pelapuk putih dan coklat yang unggul dalam
produk yang lebih bermanfaat (Kuswinanti, 2012). menguraikan limbah tanaman kakao. Hasil penelitian
Kandungan hara minimal kulit buah kakao menunjukkan, bahwa dari total 25 isolat yang diuji,
cukup tinggi, khususnya hara Kalium dan Nitrogen. terdapat tiga isolat unggulan yaitu Pleurotus ostreatus,
Dilaporkan bahwa 61 % dari total nutrient buah kakao Trichoderma harzianum, dan Lentinus torulosus yang
disimpan di dalam kulit buah. Penelitian yang dilakukan digunakan untuk pengujian produksi enzim
oleh Goenadi et.al (2000) menentukan bahwa kandungan lignoselulolitik, kecepatan pertumbuhan dan penguraian
hara kompos yang dibuat dari kulit buah kakao adalah limbah kulit kakao (Kuswinanti dan Rosmana, 2012)..
1,81% N, 26,61 C-Organik, 0,31 % P2O5, 6,08 % K2O, Pada proses degradasi lignin, jamur pelapuk
1,22 % CaO, 1,37 % MgO dan 44,85 cmol/kg KTK. putih memproduksi enzim oksidatif ekstraselular yang
Aplikasi kompos kulit buah kakao dapat meningkatkan unik. Sistem enzim hasil sekresi mikroorganisme inilah
produksi hingga 19,48 %.( Rosmiati, 2013). yang berfungsi sebagai agen biodegradasi yang mampu
Penerapan bioteknologi dengan memanfaatkan memecah bahan berlignoselulosa menjadi molekul-
proses biologi menggunakan jamur mendegradasi lignin molekul yang lebih sederhana. Enzim ini juga sangat
dalam proses dekomposisi limbah, merupakan salah satu baik mendegradasi senyawa pestisida dan limbah
alternatif dan terobosan besar yang perlu dikaji.Salah beracun (Srebotnik et al. 1998).
satu teknik pengolahan limbah kakao adalah secara Pemanfaatan limbah kulit kakao sebagai sumber
biologis dengan memanfaatkan organisme yang mampu unsur hara tanaman dalam bentuk kompos. Sebagai
menghasilkan enzim pendegradasi dinding sel seperti bahan organik, kulit buah kakao mempunyai komposisi
selulase, hemiselulase, dan enzim pemecah lignin. Dari hara dan senyawa yang sangat potensial sebagai medium

Agrovital | Jurnal Ilmu Pertanian Universitas Al Asyariah 9


Mandar
AGROVITAL
Volume 1, Nomor 1, November 2016 E-ISSN : 2541-7460 | P-ISSN : 2541-7452

tumbuh tanaman. Pemanfaatan kulit buah kakao sebagai Tabel 1. Persentase penurunan selulosa, hemiselulosa
kompos akan meningkatkan ketersediaan pupuk organik dan lignin pada kulit buah kakao 30 hari
yang akan sangat membantu kebutuhan pupuk petani setelah fermentasi
sehingga ketergantungan terhadap pupuk kimia dapat Kulit Buah Kakao
dikurangi karena sulit diperoleh (Tequaia et al. 2004). Isolat % % %
Berdasarkan pertimbangan bahwa jamur selulosa hemiselulosa Lignin
pelapuk dan formulasi mikrobat mempuyai kemampuan Pleurotus sp 27,39 36,44 7,90
dalam menghasilkan enzim pendegradasi dan sebagai Trichoderma sp 8,05 6,22 20,97
pendekomposisi yang paling aktif, maka penting Mol 13,81 41,78 6,39
dilakukan seleksi untuk memperoleh jamur pelapuk P+T 10,87 49,33 24,72
terbaik dalam dekomposisi limbah kulit buah kakao. P+M 24,22 76,44 18,47
T +M 25,04 16,44 23,81
2. Metode Penelitian P + T+ M 4,99 37,77 5,34
a. Peremajaan Isolat: Kontrol - - -
Pada penelitian ini digunakan isolat jamur
Pleurotus ostreatus (JT), Trichoderma harzianum (Tr),
serta formulasi Bakteri dekomposer Mikrooerganisme Percepatan penurunan kandungan lignoselulose
Lokal “Mol” koleksi Laboratorium Bioteknologi Pusat akan semakin tinggi jika kombinasi perlakuan yang
Kegiatan Penelitian (PKP), Universitas Hasanuddin, diberikan 2 jenis mikroba yaitu pada isolat ( P+ M)
Makassar, mulai Juni 2013 sampai Februari 2014. yang mencapai (76,46%) sedangkan penurunan terendah
b. Pembuatan Substrat Bahan Organik Sebagai pada isolat Trichoderma sp (6,22%). ,setelah 30 hari
Media Tumbuh Isolat Jamur inkubasi
Pembuatan substrat bahan organik ini Tabel 1 memperlihatkan bahwa masing-masing
menggunakan serbuk gergaji, dedak, dan kapur pertanian isolat jamur pelapuk memiliki kemampuan dalam
dengan perbandingan 5:1:0,05. Pertama-tama serbuk mengurai komponen hemiselulosa, selulosa, dan lignin.
gergaji sebanyak 24 kg, selanjutnya dicampurkan dengan Pada semua isolat jamur pelapuk, komponen
dedak sebanyak 4,8 kg dan kapur sebanyak 240 gr, hemiselulosa yang mengalami penguraian paling tinggi
dicampur rata dengan ditambahkan air sampai merata. dibanding dengan selulosa dan lignin, kemudian disusul
Kemudian dimasukkan ke dalam plastik tahan panas oleh komponen selulosa, sedangkan lignin belum
(plastik polipropilena) sebanyak 750 gram. Pada plastik memperlihatkan penurunan yang berarti hingga akhir
polipropilena dibuatkan mulut plastik dari pipa paralon pengamatan. Adanya penurunan komponen hemiselulosa
dengan diameter 3 cm lalu ditutup dengan kapas yang paling tinggi disebabkan karena hemiselulosa
penyumbat yang telah dibungkus dengan aluminium foil mempunyai berat molekul rendah dibandingkan dengan
kemudian diautoklaf selama 4 jam. selulosa, yang terdiri dari D-xilosa, D-mannosa, D-
c. Isolasi dan Peremajaan Jamur Pelapuk galaktosa, D-glukosa, L-arabinosa, 4-0-metil glukoronat,
Prosedur peremajaan mikrobia mengacu pada D-galakturonat dan asam D-glukoronat (Fahrurrozi,et al.,
Isnaini dkk (2006). Isolat jamur yang ada dipotong 2010).
dengan ukuran 1 cm x 1 cm lalu dipindahkan ke cawan b. Hasil Analisa Kompos
petri yang berisi medium Potato Dekstrosa Agar (PDA) Berdasarkan ratio C/N, proses pelapukan dari
dan diinkubasi pada suhu kamar selama 5 hari. jamur pelapuk yang diinokulasikan pada media kompos
Media yang berisi isolat jamur dalam cawan kulit buah kakao mengalami pelapukan yang lebih cepat
petri dipotong-potong kecil dengan ukuran 1 cm x 1 cm adalah pada perlakuan Pleurotus sp, Mol dan Pleurotus
kemudian sebanyak 5 potongan isolat jamur tersebut sp + Trichoderma sp .Pengukuran C/N menurut Mulyani
dimasukkan ke dalam plastik yang berisi substrat bahan (1994) dilakukan dengan membanding-kan kandungan
organik yang telah disterilkan, lalu diaduk-aduk agar unsur karbon dan nitrogen. Sesuai dengan proses
dapat tercampur merata. Selanjutnya diinkubasikan pada fermentasi suatu pelapukan, dicirikan oleh hasil bagi C/N
suhu kamar dan dilakukan pengamatan pertumbuhan yang menurun. Bahan – bahan sampah organik pada
koloni jamur pelapuk setiap selang waktu tiga hari sekali awal proses fermentasi umunya mempunyai hasil bagi
selama satu bulan (30 hari) C/N antara 15 -30, berdasarakan standar kualitas pupuk
kompos menurut PT. PUSRI, persyaratan rasio C/N
adalah harus lebih kecil dari 20.
3. Hasil dan Pembahasan
a. Kecepatan Pelapukan Limbah Kulit Kakao
Aplikasi mikroba pelapuk dapat memberikan
efek terhadap percepatan penurunan kandungan
lignoselulose pada bahan organik yang diujikan.

Agrovital | Jurnal Ilmu Pertanian Universitas Al Asyariah 10


Mandar
AGROVITAL
Volume 1, Nomor 1, November 2016 E-ISSN : 2541-7460 | P-ISSN : 2541-7452

Achmad, Mugiono, T. Arlianti dan C. Azmi. 2011


Tabel 2 Hasil Analisa C, N, P, K, dan CN Panduan lengkap Jamur.
Perlakuan C N P K C/N Jakarta. Penebar swadaya.
5.34 0.42 4.10 6.61 12.67 Baharuddin, Nursada dan T. Kuswinanti, 2007. Pengaruh
Pleurotus sp Pemberian Pseudomonas dan EM4 dalam
(T) (S) (T) (T)
menekan penyakit Layu Bakteri (R.
5.88 0.24 3.21 6.59 24.33
Trichoderma sp solanacearum). Prosiding Seminar Ilmiah dan
(T) (S) (SR) (T)
Pertemuan Tahunan XVI.PEI dan PFI
5.60 0.35 3.68 7.18 16.00
Mol Komisirat Sulsel, Maros 22 November 2005.
(T) (S) (SR) (ST)
Hal 195-200
Pleurotus sp + 5.85 0.41 4.65 6.37 14.33
Kuswinanti Tutik, 2006. Efektivitas Trichoderma
Trichoderma sp (T) (S) (ST) (T)
harzianum dan Gliocladium virens Dalam
6.31 0.3 3.26 6.69 21.00 Menekan Pertumbuhan Sclerotium rolfsii ,
Pleurotus sp + Mol
(ST) (S) (SR) (T) Penyebab Penyakit Busuk Pangkal Batang Pada
Trichoderma sp + 5.78 0.25 4.03 7.09 23.67 Tanaman Kacang Tanah.
Mol (T) (S) ( T) (ST) Kuswinanti, Ade Rosmana, 2010. Efektivitas
6.28 0.3 3.93 6.61 21.00 Penggunaan Filtrat Mikroba dari Larutan
Tanpa Perlakuan
(ST) (S) (SR) (T) Bioaktivator Untuk Menekan Pertumbuhan
Pleurotus sp + 5.79 0.24 3.50 6.38 24.00 Cendawan Phytopthora palmivora Secara In Vitro
Trichoderma sp + Mol (T) (S) (SR) (T) Srebotnik E., K.A. Jensen and K. E. Hammel. (1994).
Fungal Degradation Of Recalcitrant Nonphenolic
Mikroorganisme pelapuk dapat tumbuh dengan Lignin Structure Without Lignin Peroxidase. Proc
baik pada media limbah kulit buah kakao karena dari Natl Acad Sci 91:12794-12797
masing-masing mikroorganisme tersebut memiliki Van Soest, P. J. (1976). New Chemical Methods for
kemampuan untuk dekomposisi. Di samping karakternya Analysis of Forages for The Purpose of
sebagai antagonis, Tricoderma sp. juga berfungsi sebagai Predicting Nutritive Value. Pref IX Internasional
dekomposer dalam pembuatan pupuk organik. P. Grassland Cong.
ostreatus merupakan salah satu jamur pelapuk kayu yang Wolfaardt,F., J.L.Taljaard, A.Jacobs,J.R Male, C.J
memanfaatkan bahan berkayu untuk proses Rabie. (2004). Assessment of wood-inhabiting
pertumbuhannya. Pertumbuhan ujung hifa maupun basiodiomycetes for biokraft pulping of softwood
miselium menyebabkan tekanan fisik dibarengi dengan chips. Bioresource Technology 95: 25-30
pengeluaran enzim yang melarutkan dinding sel jaringan
kayu hingga menjadi lebih lunak (Saraswati et. al.,
2005). Selain P. ostreatus, L. turolosus (PCK) juga
merupakan kelompok makrofungi yang tumbuh liar di
alam yang berperan sebagai dekomposer alami yang
memiliki kemampuan yaitu selain mendegradasi lignin
juga mendegradasi selulosa dan hemiselulosa (Blanchete
1999; Akhtar, dkk., 1998). Jamur ini tidak hanya mampu
memproduksi enzim pendegradasi lignin, tapi juga
mampu berpenetrasi pada substrat untuk menyalurkan
enzim ini dalam bahan seperti serpih kayu (Wolfaardt
dkk., 2004).

4. Kesimpulan
Perlakuan yang paling cepat dalam menguraikan limbah
kulit buah kakao adalah pada perlakuan Pleurotus sp +
Mol dan komponen hemiselulosa mengalami penurunan
paling tinggi jika dibandingkan dengan selulosa dan
lignin.

Daftar Pustaka
Anonim, 2004. Panduan lengkap budidaya kakao. Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Agromedia
Pustaka, Jakarta, hal. 222-245
Abd-El Moity, H. and M.N. Shtala, 1981. Biological
control of white rot disease of onion (Sclerotium
cepivorum) by Trichoderma harzianum
Phytopathologiche Zeitschrift 100 : 29-35

Agrovital | Jurnal Ilmu Pertanian Universitas Al Asyariah 11


Mandar

Anda mungkin juga menyukai