Anda di halaman 1dari 10

BAGIAN II

ELEMEN BIAYA PRODUKSI


3
PENENTUAN BIAYA BAHAN

Pada perusahaan manufaktur khususnya, prosedur dan proses penentuan laba-rugi


periodik dianggap lebih rumit dibanding perusahaan dagang maupun jasa.
Dikarenakan penentuan laba-rugi periodik harus dilakukan melalui proses mepertemukan
antara pendapatan dan biaya.
Dua kategori yaitu Biaya Produksi (Harga Pokok Produk) dan Biaya Periode.
Proses untuk mempertemukan antara Pendapatan dengan Biaya Produksi (Harga Pokok
Produk) mengacu kepada Product Matching. Yang menggunakan salah satu penjualan
produk sebagai salah satu kriterianya.
Proses untuk mempertemukan antara Pendapatan dengan Biaya Periode harus merujuk
kepada apa yang disebut Period Matching. meggunakan saat atau periode
terjadinya biaya sebagai kriteria pembebanannya pada pendapatan.

PENEGERTAN PENGGOLONGAN
Produksi adalah suatu kegiatan atau proses pengolahan bahan baku menjadi produk
selesai.
Bahan merupakan komponen utama yang diolah dengan bantuan tenaga kerja dan
faktor-faktor produksi lain menjadia produk selesai dalam setiap proses produksi.
Biaya bahan digolongkan ke dalam biaya bahan baku dan baya bahan penolong.
Biaya bahan baku meliputi harga pokok semua bahan yang dapat diidentifikasikan
dengan pembuatan suatu jenis produk dengan mudah dapat ditelusuri atau dilihat
wujudnya dalam produk selesai.

Komponen Harga Pokok Bahan


Secara teoritis harga pokok bahan meliputi semua pengorbanan yang diperlukan
untuk mendapatkan bahan tersebut sampai pada kondisi siap pakai atau dikonsumsi.
Maka harga pokok bahan terdiri dari harga neto menurut faktur pembelian (setelah
dikurangi potongan pembelian), ditambah dengan biaya angkut pembelian (jika ada)
dan biaya penyimpanan.

Potongan Pembelian
Potongan pembelian dapat dibedakan menjadi 2 macam :
1. Potongan pembelian yang diperoleh karena membeli dalam kuantitas tertentu
yang ditetapkan.
2. Potongan tunai yan merupakan potongan harga yang didapat karena membayar
tepat pada waktunya.

Dua alernatif perlakuan akuntansi dapat dipakai terhadap potongan tunai :


1. Potongan tunai dikurangkan dari harga setiap faktur pembelian (Motede Neto)
Rekening pembelian atau persediaan bahan dicatat sebesar harga neto setelah
dikurangi potongan tunai yan ditawarkan dalam transaksi pembelian.
Potongan tunai yang tidak dimanfaatkan dicatat ke dalam rekening rugi potongan
pembelian tidak dimanfaatkan., yang dibebankan sebagai suatu kerugian atau
biaya diluar usaha dan laoran rugi laba dalam periode terjadinya transaksi
pembelian tersebut.
2. Potongan tunai dicatat dalam rekening potongan pembelian sebagai rekening
kontra untuk pembelian atau persediaan Bahan (Metode Bruto)
Setiap pembelian bahan dicatat ke dalam rekening pembelian atau persediaan
bahan menurut harga faktur (sebelum dikurangi potongan tunai), sedang potongan
tunai yang ditawarkan dalam transaksi pembelian dicatat dalam rekening tersendiri
(potongan pembelian), sebagi rekening kontra (offset account) dari pembelian
atau persediaan bahan. Pada akhir periode akuntansi saldo rekening potongan
pembelian dikurangkan dari harga pokok bahan yang dibeli untuk dipakai sebagai
dasar penentuan harga pokok bahan yang dipakai atau dikonsumsi dalam kegiatan
produksinya.

Contoh :
Suatu perusahaan yang memulai usaha pada awal tahun 1990 membeli bahan baku
dan bahan penolong dari pemasok dengan syarat pembayaran 2/10, n=30, sebesar
harga faktur seluruhnya Rp 1 juta dalam tahun 1990.
Dengan demikian untuk memperoleh seluruh bahan baku dan penolong tersebut,
perusahaan cukup membayar sebesar seluruhnya Rp 980.000 (98% dari total harga
faktur), jika pembayaran dilakukan dalam waktu 10 hari dari tanggal pembelian
atau sebesar Rp 1.000.000 (100% dari total harga faktur), jika pembayaran selalu
dilakukan dalam jangka waktu 11 sampai 30 hari dari sejak tanggal pembelian.

Pada masing-masing metode dan situasi, perhitungan harga pokok bahan yang
dibeli dan tersedia untuk dikonsumsi dalam kegatan produksi sbb :
Metode 1 Metod
Potongan Potongan Potongan
Tunai Di Tunai Tidak Tunai Di
manfaatkan Dimanfaatkan Manfaatkan
Harga menurut faktur 1,000,000 1,000,000 1,000,000
diketahui : potongan tunai (20,000) (20,000) (20,000)
Harga pokok bahan 980,000 980,000 980,000

Kesimpulan :
Metode 1
Tidak berarti dapat memperbaiki tingkat efisiensi manajemen. Tidak dimanfaatkan
potongan tunai tetap berakibat pada beban atas pendapatan dalam tahun buku
1990 berjumlah kurang lebih sama.
Tidak dimanfaatkannya potongan tunai diperlakukan sebagai suatu kerugian dan
tidak perlu mempengaruhi harga produk selesai serta persediaan bahan pada akhir
periode.

Metode 2
Mengakibatkan jumlah harga pokok bahan menjadi lebih besar apabila potongan tunai
ternyata tidak dimanfaatkan.
Dengan tidak dimanfaatkan potongan tunai dialikasikan dan akan tercermin melalui
harga pokok produk selesai serta persediaan bahan pada akhir periode.

Biaya Angkutan Pembelian


Tergantung syarat peyerahan barang yan diespakati dalam transaksi pembelian,
biaya angkut bahan atau barang yang dibeli sampai di gudang atau alamat pembeli
bisa jadi merupakan tanggungjawab pihak penjual. Dalam transaksi pembelian dengan
syarat penyerahan barang prangko alamat atau gudang pembeli (f.o.b destination),
maka biaya barang sampai gudang pembeli menjadi tanggungjawab pihak penjual.
Dalam situasi demikian penentuan harga pokok bahan yang dibeli relatif mudah karena
pada dasarnya harga menurut fakturnya (setelah dikurangi potongan pembelian)
dipakai sebagai dasar pencatatannya.

Sebaliknya, dalam transaksi pembelian dengan syarat penyerahan barang prangko


alamat atau gudang penjual (f.o.b shipping point), biaya angkut barang sampai
gudang pembeli menjadi tanggungjawab pihak pembeli.

Dua alternatif perlakuan terhadap biaya angkut pembelian dapat dipakai :


1. Mengalokasi Biaya Angkut Pembelia kepada setiap jenis bahan
2. Membebanka Biaya Angkut Pembelian sebagai bagian dari Biaya Overhead
Pabrik sesungguhnya.

Biaya angkut pembelian yang jumlah tidak material diperlakukan sebagai bagian
dari Ovehead Pabrik.

Contoh :
Satuan berat (volume) ataua jumlah relatif harga faktur biasanya dipakai sebagai
dasar alokasi biaya angkut pembelian kepada setiap jenis atau unit bahan yang dibeli.
Misalnya dalam transaksi pembelian bahan baku tersebut dibawah ini harus dibayar
biaya angkut sebesar Rp 150.000.

Jenis Bahan Unit Berat Harga Faktur


Bhn Baku A 100 750 kg 750,000

Bhn Baku B 150 450 kg 750,000

Bhn Baku C 500 300 kg 1,500,000


Jumlah 1500 kg 3,000,000

Dengan stuan berat dipakai sebagai dasar maka biaya angkut pembelian harus dialokasikan
kepada setiap jenis baha dengan tarif sebesar Rp 100 per kg (Rp 150.000 : 1.500).
Baban baku A memperoleh alokasi 75.000, Bahan baku B sebesar Rp 45.000, sedang
Bahan baku C sebesar Rp 30.000. Sementara itu dengan menggunakan jumlah relatif
harga faktur sebagai dasarnya maka biaya angkut pembelian harus dialokasikan kepada
setiap jenis baha dengan tarif 5% dari harga fakturnya (150.000/3.000.000x100%).
Baban baku A memperoleh alokasi 37.500, Bahan baku B sebesar Rp 22.500, sedang
Bahan baku C sebesar Rp 75.000. Dengan demikian, harga pokok per unit bahan baku
pada masing-masing dasar alokasi biaya angkut pembelian tampak dalam tabel sbb :

Bahan Baku A Bahan Baku B


Satuan Harga Satuan
Berat Faktur Berat
Harga Faktur 750,000 750,000 750,000
Alokasi B Angkut 75,000 37,500 45,000
Total 825,000 787,500 795,000
Jumlah Unit 100 100 150
Harga Pokok per unit 8,250 7,875 5,300

Memperlakukan biaya angkut pembelian sebagai Biaya Ovehead Pabrik berarti


membebankan biaya tersebut yang sebenar merupakan biaya langsung kepada
produk sebagai biaya produksi tidak langsung.
Tujuan akuntansi terhadap bahan baku adalah untuk mencapai tujuan pembebanannya
secara layak kepada produk sebagai obyek biaya.
Dari sudut pandang produk sebagai obyek biaya maka memperlakukan biaya angkut
pembelian sebaai Biaya Overhead Pabrik jelas mengurangi tingkat ketelitian harga
pokok produk yang terbuat dari bahan tersebut.
Karena itu alternatif perlakuan akuntansi demikian hanya disarankan apabila
biaya angkut pembelian tidak material jumlahnya.

Biaya Penyimpanan dan Pengolahan Bahan


Komponen harga pokok bahan baku dan penolong yang lain disamping harga
harga faktur (neto setelah dikurangi potongan pembelian) dan biaya agkut
pembelian (yang menjadi tanggungjawab pembeli) adalah biaya penerimaan,
penyimpanan ayau penggudangan dan administrasi dalam rangka pengadaannya
(seperti sebagain dari biaya operasi bagian pembelian) yang untuk ringkasnya
disebut biaya penyimpanan dan pengelolaan.

sebagai contoh apabila dalam suatu periode akuntansi diperkirakan biaya


penyimpanan dan pengelolaan bahan akan berjumlah Rp 200.000, sedang pemakaian
bahan untuk periode yang sama direncanakan Rp 1 jt. Berdasar rencana
atau anggaran tersebut biaya penyimpanan dan pengelolaan bahan dibebankan
kepada bahan yang dipakai didalam setiap kegiatan produksi berdasar tarif
sebesar 20% dari harga pokok.

Aplikasi tarif biaya pnyimpanan dan pengeloaan bahan memerlukan banyak


waktu di dalam administrasinya. Karena itu banyak perusahaan memperhitungkan
biaya penyimpanan dan pengelolaan sebagai salah satu Komponen Biaya Overhead
Pabrik dan dibebankan pada produk berdasar tarif yang ditentukan berdasar
jumlah yang dianggarkan. Sedang biaya sesungguhnya terjadi diperlakukan
sebagai bagian dari Biaya Overhead Pabrik.

SELESAI
epertemukan

Harga Pokok
penjualan

rus merujuk

onsumsi.
Metode 2
Potongan Potongan
Tunai Di Tunai Tidak
Manfaatkan Dimanfaatkan
1,000,000 1,000,000
(20,000) -
980,000 1,000,000

ngan tunai

an dengan

dah karena
ang dibeli.

Harga Faktur
750,000

750,000

1,500,000
3,000,000

us dialokasikan

ah relatif
kan kepada

han baku

Bahan Baku B Bahan Baku C


Satuan Harga Satuan Harga
Berat Faktur Berat Faktur
750,000 750,000 1,500,000 1,500,000
45,000 37,500 30,000 75,000
795,000 787,500 1,530,000 1,575,000
150 150 500 500
5,300 5,250 3,060 3,150

bebanannya

emakaian

Anda mungkin juga menyukai