PENEGERTAN PENGGOLONGAN
Produksi adalah suatu kegiatan atau proses pengolahan bahan baku menjadi produk
selesai.
Bahan merupakan komponen utama yang diolah dengan bantuan tenaga kerja dan
faktor-faktor produksi lain menjadia produk selesai dalam setiap proses produksi.
Biaya bahan digolongkan ke dalam biaya bahan baku dan baya bahan penolong.
Biaya bahan baku meliputi harga pokok semua bahan yang dapat diidentifikasikan
dengan pembuatan suatu jenis produk dengan mudah dapat ditelusuri atau dilihat
wujudnya dalam produk selesai.
Potongan Pembelian
Potongan pembelian dapat dibedakan menjadi 2 macam :
1. Potongan pembelian yang diperoleh karena membeli dalam kuantitas tertentu
yang ditetapkan.
2. Potongan tunai yan merupakan potongan harga yang didapat karena membayar
tepat pada waktunya.
Contoh :
Suatu perusahaan yang memulai usaha pada awal tahun 1990 membeli bahan baku
dan bahan penolong dari pemasok dengan syarat pembayaran 2/10, n=30, sebesar
harga faktur seluruhnya Rp 1 juta dalam tahun 1990.
Dengan demikian untuk memperoleh seluruh bahan baku dan penolong tersebut,
perusahaan cukup membayar sebesar seluruhnya Rp 980.000 (98% dari total harga
faktur), jika pembayaran dilakukan dalam waktu 10 hari dari tanggal pembelian
atau sebesar Rp 1.000.000 (100% dari total harga faktur), jika pembayaran selalu
dilakukan dalam jangka waktu 11 sampai 30 hari dari sejak tanggal pembelian.
Pada masing-masing metode dan situasi, perhitungan harga pokok bahan yang
dibeli dan tersedia untuk dikonsumsi dalam kegatan produksi sbb :
Metode 1 Metod
Potongan Potongan Potongan
Tunai Di Tunai Tidak Tunai Di
manfaatkan Dimanfaatkan Manfaatkan
Harga menurut faktur 1,000,000 1,000,000 1,000,000
diketahui : potongan tunai (20,000) (20,000) (20,000)
Harga pokok bahan 980,000 980,000 980,000
Kesimpulan :
Metode 1
Tidak berarti dapat memperbaiki tingkat efisiensi manajemen. Tidak dimanfaatkan
potongan tunai tetap berakibat pada beban atas pendapatan dalam tahun buku
1990 berjumlah kurang lebih sama.
Tidak dimanfaatkannya potongan tunai diperlakukan sebagai suatu kerugian dan
tidak perlu mempengaruhi harga produk selesai serta persediaan bahan pada akhir
periode.
Metode 2
Mengakibatkan jumlah harga pokok bahan menjadi lebih besar apabila potongan tunai
ternyata tidak dimanfaatkan.
Dengan tidak dimanfaatkan potongan tunai dialikasikan dan akan tercermin melalui
harga pokok produk selesai serta persediaan bahan pada akhir periode.
Biaya angkut pembelian yang jumlah tidak material diperlakukan sebagai bagian
dari Ovehead Pabrik.
Contoh :
Satuan berat (volume) ataua jumlah relatif harga faktur biasanya dipakai sebagai
dasar alokasi biaya angkut pembelian kepada setiap jenis atau unit bahan yang dibeli.
Misalnya dalam transaksi pembelian bahan baku tersebut dibawah ini harus dibayar
biaya angkut sebesar Rp 150.000.
Dengan stuan berat dipakai sebagai dasar maka biaya angkut pembelian harus dialokasikan
kepada setiap jenis baha dengan tarif sebesar Rp 100 per kg (Rp 150.000 : 1.500).
Baban baku A memperoleh alokasi 75.000, Bahan baku B sebesar Rp 45.000, sedang
Bahan baku C sebesar Rp 30.000. Sementara itu dengan menggunakan jumlah relatif
harga faktur sebagai dasarnya maka biaya angkut pembelian harus dialokasikan kepada
setiap jenis baha dengan tarif 5% dari harga fakturnya (150.000/3.000.000x100%).
Baban baku A memperoleh alokasi 37.500, Bahan baku B sebesar Rp 22.500, sedang
Bahan baku C sebesar Rp 75.000. Dengan demikian, harga pokok per unit bahan baku
pada masing-masing dasar alokasi biaya angkut pembelian tampak dalam tabel sbb :
SELESAI
epertemukan
Harga Pokok
penjualan
rus merujuk
onsumsi.
Metode 2
Potongan Potongan
Tunai Di Tunai Tidak
Manfaatkan Dimanfaatkan
1,000,000 1,000,000
(20,000) -
980,000 1,000,000
ngan tunai
an dengan
dah karena
ang dibeli.
Harga Faktur
750,000
750,000
1,500,000
3,000,000
us dialokasikan
ah relatif
kan kepada
han baku
bebanannya
emakaian