Anda di halaman 1dari 4

RESEP OBAT PARASETAMOL

02/R14/Jocelyn Karina Victoria

A. Pengertian Obat
Asetaminofen (parasetamol) merupakan metabolit fenasetin dengan
efek antipiretik yang sama dan telah digunakan sejak 1893. Efek antipiretik
ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Asetaminofen di Indonesia lebih
dikenal sebagai parasetamol, dan tersedia sebagai obat bebas.1 Parasetamol
juga digunakan dalam bentuk sediaan tunggal sebagai analgesik. Bertindak
sebagai analgesik, bekerja dengan cara mengurangi dan menghilangkan nyeri
ringan sampai sedang.2 Walau demikian, laporan kerusakan latal hepar akibat
overdosis akut perlu diperhatikan. Tetapi perlu diperhatikan pemakai maupun
dokter bahwa etek anti-inflamasi parasetamol hampir tidak ada.1 Parasetamol
bersifat antipiretik dan analgesik tetapi sifat anti-inflamasinya lemah sekali.
Parasetamol merupakan obat analgesik non narkotik yang memiliki cara kerja
menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem Saraf Pusat (SSP).
Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara baik dalam bentuk
sediaan tunggal sebagai analgesik-antipiretik maupun kombinasi dengan obat
lain melalui resep dokter atau yang dijual bebas. Parasetamol dapat
ditoleransi dengan baik sehingga banyak efek samping aspirin yang tidak
dimiliki oleh obat ini sehingga obat ini dapat diperoleh tanpa resep.3
B. Indikasi
Di lndonesia penggunaan parasetamol sebagai analgesik dan
antipiretik, telah menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai analgesik,
parasetamol sebaiknya tidak diberikan terlalu lama karena kemungkinan
menimbulkan nefropati analgesik. Jika dosis terapi tidak memberi manfaat,
biasanya dosis lebih besar tidak menolong. Penggunaannya untuk meredakan
demam tidak seluas penggunaannya sebagai analgesik.1
Indikasi parasetamol bagi penggunaan intravena (IV) adalah untuk
meredakan gejala demam serta nyeri ringan hingga sedang. Pemberian secara
IV untuk orang dewasa (berat badan antara 33-50 kg) diberikan dosis 15
mg/kg 4-6 jam sekali, sedangkan untuk anak-anak (berat badan antara 10-33
kg) diberikan dosis 15 mg/kg 4 jam sekali. Indikasi parasetamol bagi
penggunaan oral adalah untuk meredakan demam pasca imunisasi serta
meredakan demam dan nyeri ringan hingga sedang. Pemberian secara oral
untuk orang dewasa diberikan dosis 0,5-1 g 4-6 jam sekali, sedangkan untuk
anak-anak diberikan dosis 30-750 mg 4-6 jam sekali sesuai dengan umur.
Indikasi parasetamol bagi penggunaan rektal adalah untuk meredakan
demam, meredakan nyeri ringan hingga sedang, serta meredakan demam
pasca imunisasi. Pemberian secara rektal untuk orang dewasa diberikan dosis
0,5-1 g 4-6 jam sekali, sedangkan untuk anak-anak diberikan dosis 60-500
mg 4-6 jam sekali.1
C. Farmokokinetika
Parasetamol diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna.
Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu 112 jam dan masa
paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh.
Dalam plasma, 25% parasetamol dan 30% lenasetin terikat protein plasma.
Kedua obat ini dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati. Sebagian
asetaminofen (80%) dikonjugasi dengan asam glukuronat dan sebagian kecil
lainnya dengan asam sulfat. Selain itu, kedua obat ini juga dapat mengalami
hidroksilasi. Metabolit hasil hidroksilasi ini dapat menimbulkan
methemoglobinemia dan hemolisis eritrosit. Kedua obat ini diekskresi melalui
ginjal, sebagian kecil sebagai parasetamol (3%) dan sebagian besar dalam
bentuk terkonjugasi.1
D. Farmakodinamika
Efek analgesik parasetamol yaitu menghilangkan atau mengurangi
nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol menurunkan suhu tubuh dengan
mekanisme yang diduga berdasarkan efek sentral. Efek antiinflamasinya yang
sangat lemah, oleh karena itu parasetamol tidak digunakan sebagai
antireumatik. Ketidak mampuan parasetamol memberikan efek antiradang itu
sendiri mungkin berkaitan dengan fakta bahwa parasetamol hanya merupakan
inhibitor siklooksigenase yang lemah dengan adanya peroksida konsentrasi
tinggi yang ditemukan pada lesi radang. Parasetamol merupakan penghambat
biosintesis prostaglandin yang lemah. Efek iritasi, erosi, dan perdarahan
lambung tidak telihat pada obat ini, demikian juga gangguan pernapasan dan
keseimbangan asam basa.2
Parasetamol bekerja secara non selektif dengan menghambat enzim
siklooksigenase (cox-1 dan cox-2). Pada cox-1 memiliki efek cytoprotektif
yaitu melindungi mukosa lambung, apabila dihambat akan terjadi efek
samping pada gastrointestinal. Sedangkan ketika cox-2 dihambat akan
menyebabkan menurunnya 20 produksi prostaglandin. Prostaglandin
merupakan mediator nyeri, demam, dan anti inflamasi. Sehingga apabila
parasetamol menghambat prostaglandin menyebabkan menurunnya rasa
nyeri. Sebagai antipiretik, parasetamol bekerja dengan menghambat cox-3
pada hipotalamus. Parasetamol memiliki sifat yang lipofil sehingga mampu
menembus Blood Brain Barrier, sehingga menjadi first line pada antipiretik.
Pada obat golongan ini tidak menimbulkan ketergantungan dan tidak
menimbulkan efek samping sentral yang merugikan. Oleh karena itu
parasetamol aman diminum 30 menit-1 jam setelah makan atau dalam
keadaaan perut kosong untuk mengatasi efek samping tersebut. Setiap obat
yang menghambat siklooksigenase memiliki kekuatan dan selektivitas yang
berbeda.4
E. Kontraindikasi
Kontraindikasi dalam mengonsumsi parasetamol adalah
hipersensitivitas serta beberapa gangguan hati atau active liver disease (IV).
Parasetamol tidak dapat dikonsumsi oleh pasien yang memiliki
hipersensitivitas terhadap parasetamol dan penyakit hati derajat berat.3
F. Efek Samping
Efek samping yang ditmbulkan oleh parasetamol dilaporkan jarang
terjadi, tetapi dilaporkan terjadi reaksi hipersensitivitas, ruam kulit, kelainan
darah (termasuk trombositopenia, leukopenia, neutropenia). Parasetamol juga
dapat menyebabkan timbulnya gejala mual dan muntah. Reaksi alergi
terhadap derivat para-aminolenol (parasetamol) jarang terjadi. Manifestasinya
berupa eritem atau urtikaria dan gejala yang lebih berat berupa demam dan
lesi pada mukosa.1
DAFTAR PUSTAKA

1. Ganiswarna SG, Setiabudy R, Suyatna FD, Purwantyastuti, Nafrialdi.


Farmakologi dan Terapi. 6th ed. Jakarta: Bagian Farmakologi Universitas
Indonesia; 2016. 214-215 p.
2. Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ. Farmakologi Dasar dan Klinik. 12th ed.
San Fransisco: McGraw-Hill Companies, Inc; 2011. 60 p.
3. MIMS. Paracetamol: Generic Medical Info [Internet]. MIMS. 2021 [cited 15
September 2021]. Available from:
https://www.mims.com/indonesia/drug/info/paracetamol
4. Brunton LL, Dandan RH, Knollmann BC. Goodman and Gilman’s The
Pharmacological Basis of Therapeutics. 13th ed. United States: McGraw-Hill
Companies, Inc; 2018. 685 p.

Anda mungkin juga menyukai