Anda di halaman 1dari 30

Mengurai Jenis-Jenis Tanah Di Indonesia

Apabila didasarkan pada sejarahnya, maka boleh jadi usia bumi kurang lebih telah
memasuki angka 4,6 milyar tahun. Bumi adalah planet dengan nomor urut ke 3 yang
paling dekat dari matahari. Planet ini dihuni berbagai makhluk hidup sebab kondisinya
memang memungkinkan untuk itu. Secara umum, planet bumi diselubungi beberapa
bagian yang jika disusun dalam sebuah struktur yang sistematis maka akan menunjukkan
3 bagian yakni: kerak atau crush, selubung atau mantle dan inti bumi atau core. Lapisan
paling atas dari bumi adalah tanah. Tanah sendiri terbentuk secara alamiah yang berasal
dari pelapukan serta pengendapan bebatuan serta bahan-bahan organik lainnya. Tanah ini
menjadi salah satu sumber kehidupan makhluk hidup sebab pada tanah tersebutlah
makhluk hidup memperoleh penghidupannya. Tanah secara detil terdiri atas beberapa
jenis. Jenis ini dibagi berdasarkan komposisinya. Komposisi tanah sendiri dipengaruhi
oleh proses pembentukannya. Khusus di negeri kita, terdapat beragam jenis tanah. Ada
yang subur ada juga yang dianggap tidak potensial untuk ditanami. Untuk penjelasan
lebih lanjut mengenai jenis-jenis tanah di Indonesia, silahkan simak uraian berikut ini.

Tanah yang dikategorikan subur harus mencakup 3 hal yakni banyak mengandung hara
atau zat yang diperlukan tanaman untuk tumbuh secara proporsional, banyak
mengandung air dan memiliki struktur tanah yang bagus. Setidaknya ada 9 jenis-jenis
tanah di Indonesia. Tidak semua tanah ini layak untuk ditempati bercocok tanam.
Adapun jenis tanah yang bisa dijumpai di Indonesia, sebagai berikut.

Tanah Vulkanik

Yang dimaksud dengan tanah vulkanik adalag tanah yang berasal dari pelapukan
vulkanin gunung berapi. Tanah ini dikenal cukup subur. Para ahli membagi tanah
vulkanik ke dalam dua jenis yakni:

1. Tanah regosol, adalah tanah dengan ciri-ciri antara lain: kasar, teksturnya
berbutir, warna sedikit abu-abu hingga kekuningan, mengandung bahan organik
dalam jumlah yang sedikit. Jenis tanah regosol ini sangat baik jika ditanami
tanaman palawija semisal tembakau jagung, tomat dan lain-lain. Tanah regosol ini
banyak dijumpai di selurun nusantara khususnya di Pulau Jawa, Pulau Sumatera,
NTT dan masih banyak lagi lainnya.
2. Tanah Latosol, adalah tanah yang memiliki ciri-ciri: kandungan bahan organik
sedang, memiliki sifat asam, warna dari kuning hingga kemerahan. Tanah jenis ini
juga baik ditanami beberapa jenis tanaman palawija, padi, kelapa, kopi, karet dan
masih banyak lagi lainnya. Tanah jenis yang satu ini banyak dijumpai di beberapa
tempat seperti Sumatera Utara dan Barat, Jawa, Bali, Papua dan masih banyak
lagi lainnya.

Tanah Organosol

Jenis tanah yang satu ini bersumber dari pelapukan berbagai bahan-bahan organik
lainnya. Tanah jenis ini sangat subur dan bagus ditanami berbagai jenis tanaman. Para
ahli membagi tanah organosol ke dalam dua kelompok yakni:

1. Tanah Humus, adalah jenis tanah yang bersumber dari hasil pembusukan
beberapa bahan organik yang memiliki tingkat kesuburan yang tinggi. Tanah ini
memiliki warna coklat yang mencolok dan sangat baik ditanami sejumlah
tanaman antara lain nanas, padi, kelapa dan masih banyak lagi lainnya. Tanah
humus banyak dijumpai terutama di Jawa, Papua, Sulawesi dan masih banyak lagi
lainnya.
2. Tanah Gambut, adalah jenis tanah yang berasal dari pembusukan babah-bahan
organik yang tidak terlalu sempurna. Biasanya tanah ini ada di wilayah yang
tergenang air misalnya rawa. yanah jenis ini kurang cocok untuk sektor pertanian
sebab kandungan aornya terlalu tinggi. Tanah ini banyak dijumpai di berbagai
wilayah antara lain Kalimantan, Sumatera dan masih banyak lagi lainnya.

Tanah Aluvium atau Alluvial

Tanah jenis yang satu ini merupakan hasil dari erosi yang kemudian mengendap di
wilayah dataran rendah. Adapun ciri dari tanah Aluvium ini adalah warna kelabu dan
tingkat kesuburan yang tinggi. Tanah ini baik dijadikan medium pertanian untuk tanaman
seperti palawija, tebu, kelapa dan masih banyak lagi lainnya.

Tanah Podzol

Jenis tanah yang satu ini dihasilkan dari campur tangan curah hujan yang sangat tinggi
serta suhu yang cenderung rendah. Tanah Podzol memili ciri antara lain kandungan unsur
hara yang sedikit sehingga kurang subur, berwarna merah hingga kuning. Tanah jenis ini
cukup baik ditanami sejumlah tanaman antara lain kelapa dan juga jambu mede. Tanah
jenis ini banyak dijumpai di wilayah pegunungan yang tersebar di Pulau Sumatera,
Maluku, Sulawesi dan masih banyak lagi lainnya.

Tanah Laterit
Tanah jenis yang ini terbentuk dari hasil “pencucian”. Dengan demikian wajar jika ia
dikategorikan tanah yang kurang subur sebab ia banyak kehilangan zat hara yang baik
untuk tanaman. Jenis tanah yang satu ini juga dikenal sangat tandus. Tanah ini disebut
dengan tanah hasil pencucian karena ia dilaurtkan oleh iar sehingga unsur haranya hilang.
Meski demikian, tanah ini juga bisa dijadikan medim tanam beberapa tanaman antara lain
kelapa serta jambu mede. Tanah Laterit banyak dijumpai di berbagai wilayah antara lain
Jawa tengah, Lampung, Kal-Bar dan masih banyak lagi lainnya.

Tanah Litosol

Tanah litosol merupakan tanah yang dihasilkan dari pelapukan bebatuan beku juga
bebatuan sedimen. Hal ini yang melatarbelakangi tekstur tanah litosol sedikit besar.
Tanah ini memiliki sejumlah ciri antara lain kurang subur sebab miskin unsur hara dan
juga mineral. Tanah ini banyak dijumpai di berbagai wilayah antara lain NTT, Maluku
bagian selatan dan juga Papua.

Tanah Kapur

Tanah yang sati ini berasal dari pelapukan ebbatuan kapur atau gamping. Ia kemudian
dibagi lagi ke dalam dua kelompok yakni:

1. Tanah Renzina, adalah tanah yang dihasilkan dari pelapukan bebatuan kapur yang
ada di daerah yang curah hujannya cukup tinggi. Adapun ciri-ciri tanah jenis inia
ntara lain warnanya kehitaman serta sangat miskin unsur hara. Tanah ini banyak
ditemukan di wilayah berkapur antara lain di Yogyakarta tepatnya di Gunung
Kidul.
2. Tanah Mediteran, adalah jenis tanah yang berasal dari pelapukan bebatuan kapur
yang kasar juga keras serta batu sedimen. Warna tanah yang satu ini agak
kemerahan hingga coklat. Ia memang kurang subur tetapi bisa juga ditanami
beberapa jenis tanaman palawija serta jambu mede.

Tanah Pasir

Jenis tanah yang satu ini tidak cocok untuk pertanian sebab tekturnya tidak padat. Ia
dihasilkan dari berbagai bebatuan beku juga bebatuan sedimen. Tanahnya kurang subur
karena itu ia jarang ditinggali manusia.

Demikian jenis-jenis tanah di Indonesia yang boleh jadi terdapat di sekitar wilayah
tempat tinggal Anda. Indonesia terkenal berkat kekayaan alam serta kondisi geografisnya.
Salah satu kebanggannya kita tentunya beragam jenis tanah yang disebutkan sebelumnya.
Semuanya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari nusantara.

333.73 Mun t
Munir, Moch
Tanah-tanah utama Indonesia : karakteristik, klasifikasi, dan
Judul :
pemanfaatannya
No. Panggil : 333.73 Mun t
Penerbit : Dunia Pustaka Jaya
Edisi :
Tahun : 1996
ISBN : 979-919-153-1
Deskripsi : vii, 346 p. : ilus. ; tab. ; 20 cm.
No. Klasifikasi : 333.73
Golongan : Ilmu Kemasyarakatan
Subyek : LAND REFORM
Bahasa : IND
Jenis : Buku
Bib.: tiap akhir bab
Catatan Umum :

Makalah jenis-jenis dan karateristik tanah Senin, Januari 13, 2014 ilmu tanah No
comments

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dunia pertanian, tanah mempunyai peranan yang penting, tanah


sangat dibutuhkan tanaman. Dengan bertambah majunya peradaban
manusia yang sejalan dengan perkembangan pertanian dan disertai
perkembangan penduduk yang begitu pesat, memaksa manusia mulai
menghadapi masalah-masalah tentang tanah, terutama untuk pertanian
sebagai mata pencaharian pokok pada waktu itu. Tanah adalah akumulasi
tubuh tanah alam bebas, menduduki sebagian besar permukaan planet
bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat sebagai
akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan
induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula.
Ilmu tanah sebagai ilmu pengetahuan alam yang masih muda, sehingga
masih belum lengkap untuk menampung semua persoalan teori dan
praktek dengan memuaskan. Untuk membahas ilmu ini dapat ditempuh
dua jalan yang berbeda dalam sudut pandangnya adalah : Ø Pedologi :
ilmu tanah yang mempelajari tanah sebagai suatu bagian dari alam yang
berada dipermukaan bumi, yang menekankan hubungan antara tanah itu
sendiri dengan faktor pembentuknya. Ø Edaphologi : ilmu tanah yang
mempelajari tanah sebagai suatu alat produksi pertanian yaitu yang
mempelajari tanah sebagai alat dengan hubungannya pada tanaman.
Dalam kenyatannya sebagian besar dari tanah yang ada dipermukaan bumi
ini dipergunakan sebagai usaha pertanian, maka dapat dikatakan bahwa
tanah adalah alat produksi yang menghasilkan berbagai produk pertanian.
Sehingga tanah merupakan komponen hidup dari lingkungan yang
penting, yang dimanipulasi untuk mempengaruhi tanaman dengan
memperhatikan sifat fisik, kimia dan biologinya. Sebagai manusia biasa
mungkin kita hanya dapat mempelajari sedikit tentang sifat – sifat tanah ,
struktur tanah, tekstur tanah maupun pengetahuan tentang unsur-unsur
yang terkandung dalam tanah. Tanah merupakan kendaraan pokok bagi
kegiatan pertanian manusia, oleh karena itu adalah sangat penting
mempelajari ilmu tanah guna menunjang kegiatan pertanian di masa
mendatang. Disinilah pentingnya membekali kegiatan praktikum
mengenai ilmu tanah bagi mahasiswa pertanian yang motabene akan
menjadi generasi yang akan berjuang memajukan dunia pertanian
Indonesia.

B. Tujuan

Dengan mempelajari jenis-jenis tanah yang ada, maka kita dapat


mempermudah mempelajari ilmu tanah serta merupakan salah satu tugas
dari mata kuliah Dasar-dasa Ilmu Tanah.

C. Manfaat

Setiap mahasiswa yang khususnya mendapat tugas ini, bermamfaat untuk


mendalami ilmu tanah jenis-jenis tanah yang ada di Indonesia dan belahan
dunia.

BAB II PEMBAHASAN

D. Klasifikasi Teknis

Klasifikasi teknis yakni klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat-sifat tanah yang
mempengaruhi kemampuan untuk penggunaan tertentu. Misalnya, untuk menanam
tanaman semusim, tanah diklasifikasikan atas dasar sifat-sifat tanah yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman semusim seperti kelerengan, tekstur, pH dan lain-lain. Dalam
praktiknya untuk mempelajari jenis tanah maka sistem klasifikasi yang digunakan adalah
sistem klasifikasi alami. Pada awalnya jenis tanah diklasifikasikan berdasarkan prinsip
zonalitas, yaitu : 1. Tanah zonal, yakni tanah dengan faktor pembentuk tanah berupa
iklim dan vegetasi, 2. Tanah intrazonal, yakni tanah dengan faktor pmbentuk tanah
berupa faktor lokal terutama bahan induk dan relief, 3. Tanah azonal, yakni tanah yang
belum mennjukkan perkembangan profil dan dianggap sebagai awal proses pembentukan
tanah. Kemudian dalam perkembangannya jenis tanah diklasifikasikan berdasarkan sifat
tanah (taksonomi tanah). Sistem ini pertama kali dikembangkan oleh USDA (United
State Departement of Agriculture) pada tahun 1960 yang dikenal dengantujuh pendekatan
dan sejak tahun 1975 dikenal dengan nama taksonomi tanah. Sistem ini bersifat alami
berdasarkan karakteristik tanah yang teramati dan terukur yang dipengaruhi oleh proses
genesis. Berdasarkan ada tidaknya horizon penciri dan sifat penciri lainnya maka dalam
taksonomi tanah dibedakan atas enam kategori yakni ordo, subordo, greatgroup,
subgroup, family dan seri. Pada edisi Taksonomi tanah tahun 1998 terdapat 12 ordo jenis
tanah. Kedua belas ordo tersebut adalah Alfisols, Andisols, Aridisols, Entisols, Gelisols,
Histosols, Inceptisols, Mollisols, Oxisols, Spodosols, Ultisols dam Vertisols. GAMBAR
BERBAGAI ORDO TANAH PETA PENYEBARAN TANAH DI DUNIA

Ø Alfisols

Tanah yang mempunyai epipedon okrik dan horzon argilik dengan kejenuhan basa
sedang sampai tinggi. Pada umumnya tanah tidak kering. Jenis tanah yang ekuivalen
dengan jenis tanah ini adalah tanah half-bog, podsolik merah kuning dan planosols. Ø
Andisols Merupakan jenis tanah yang ketebalannya mencapai 60%, mempunyai sifat
andik. Tanah yang ekuivalen dengan tanah ini adalah tanah andosol.

Ø Aridisol

Tanah yang berada pada regim kelengasan arida atau tanah yang regim kelengasan
tanahnya kering. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah coklat
(kemerahan) dan tanah arida (merah).

Ø Entisols Tanah yang belum menunjukkan perkembangan horizon dan terjadi pada
bahan aluvian yang muda. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah
aluvial, regosol dan tanah glei humus rendah.

Ø Gelisols Merupakan jenis tanah yang memiliki bahan organik tanah. Jenis ini tidak
dijumpai di Indonesia

Ø Histosols Tanah yang mengandung bahan organik dari permukaan tanah ke bawah,
paling tipis 40 cm dari permukaan. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah
tanah bog dan tanah gambut.

Ø Inceptisols Merupakan jenis tanah di wilayah humida yang mempunyai horizon


teralterasi, tetapi tidak menunjukkan adanya iluviasi, eluviasi dan pelapukan yang
eksterm. Jenis tanah ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah brown forest, glei
humik dan glei humik rendah.

Ø Mollisols

Tanah yang mempunyai warna kelam dengan horizon molik di wilyah stepa. Jenis tanah
yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah brunizem, tanah rendzina.

Ø Oxisols

Tanah yang memiliki horizon oksik pada kedalaman kurang dari 2 meter dari permukaan
tanah. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah jenis tanah laterik.

Ø Spodosols
Tanah yang memiliki horizon spodik dan memiliki horizon eluviasi. Jenis tanah yang
ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah podsolik.

Ø Ultisols

Tanah yang memiliki horizon argilik dengan kejenuhan basa rendah (< 35%) yang
menurun sesuai dengan kedalaman tanah. Tanah yang sudah berkembang lanjut
dibentangan lahan yang tua. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah
tanah laterik coklat-kemerahan dan tanah podsolik merah- kuning.

Ø Vertisols

Tanah lempung yang dapat mengembang dan mengerut. Dalam keadaan kering dijumpai
retkan yang lebar dan dalam. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah
tanah grumosol. Di Indonesia jenis tanah yang umumnya dijumpai adalah jenis tanah
Mollisols, Vertisols, Andisols, Alfisols, Inceptisols, Ultisols, Oksisols dan Spodosols.
Jenis tanah yang paling banyak ditemui adalah jenis tanah Ultisols yang mencapai
16.74% dari luas lahan yang ada di Indonesia (Sutanto, 2005).

B. Karakteristik tanah yang terdapat di Indonesia dan di Dunia.

Jenis-Jenis Tanah- Interaksi antara faktor-faktor pembentuk tanah akan menghasilkan


tanah dengan sifat-sifat yang berbeda. Berdasarkan pada faktor pembentuk dan sifat tanah
inilah, beberapa ahli mengklasifikasikan tanah dengan klasifikasi yang berbeda. Tingkat
kategori yang sudah banyak dikembangkan dalam survei dan pemetaan tanah di
Indonesia, yaitu tingkat kategori jenis (great soil group). Klasifikasi jenis-jenis tanah
pada tingkat tersebut sering digunakan untuk mengelompokkan tanah di Indonesia.

1. Tanah Organosol atau Tanah Gambut

Tanah jenis ini berasal dari bahan induk organik dari hutan rawa, mempunyai ciri
warna cokelat hingga kehitaman, tekstur debulempung, tidak berstruktur,
konsistensi tidak lekat sampai dengan agak lekat, dan kandungan unsur hara
rendah. Tanah ini terbentuk karena adanya proses pembusukan dari sisa-sisa
tumbuhan rawa. Banyak terdapat di rawa Sumatra, Kalimantan, dan Papua,
kurang baik untuk pertanian maupun perkebunan karena derajat keasaman tinggi.

2. Tanah Aluvial

Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan. Bahannya berasal
dari material halus yang diendapkan oleh aliran sungai. Oleh karena itu, tanah
jenis ini banyak terdapat di daerah datar sepanjang aliran sungai.

3. Tanah Regosol
Tanah ini merupakan endapan abu vulkanik baru yang memiliki butir kasar.
Penyebaran terutama pada daerah lereng gunung api. Tanah ini banyak terdapat di
daerah Sumatra bagian timur dan barat, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.

4. Tanah Litosol

Tanah litosol merupakan jenis tanah berbatu-batu dengan lapisan tanah yang tidak
begitu tebal. Bahannya berasal dari jenis batuan beku yang belum mengalami
proses pelapukan secara sempurna. Jenis tanah ini banyak ditemukan di lereng
gunung dan pegunungan di seluruh Indonesia.

5. Tanah Latosol

Latosol tersebar di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 300 mm/tahun,
dan ketinggian tempat berkisar 300–1.000 meter. Tanah ini terbentuk dari batuan
gunung api kemudian mengalami proses pelapukan lanjut.

6. Tanah Grumusol

Jenis ini berasal dari batu kapur, batuan lempung, tersebar di daerah iklim
subhumidatau subarid, dan curah hujan kurang dari 2.500 mm/tahun.

7. Tanah Podsolik

Tanah ini berasal dari batuan pasir kuarsa, tersebar di daerah beriklim basah
tanpa bulan kering, curah hujan lebih 2.500 mm/tahun. Tekstur lempung hingga
berpasir, kesuburan rendah hingga sedang, warna merah, dan kering.

8. Tanah Podzol

Jenis tanah ini berasal dari batuan induk pasir. Penyebaran di daerah beriklim
basah, topografi pegunungan, misalnya di daerah Kalimantan Tengah, Sumatra
Utara, dan Papua Barat. Kesuburan tanah rendah.

9. Tanah Andosol

Tanah jenis ini berasal dari bahan induk abu vulkan. Penyebaran di daerah
beriklim sedang dengan curah hujan di atas 2.500 mm/tahun tanpa bulan kering.
Umumnya dijumpai di daerah lereng atas kerucut vulkan pada ketinggian di atas
800 meter. Warna tanah jenis ini umumnya cokelat, abu-abu hingga hitam.

10. Tanah Mediteran

Merah Kuning Tanah jenis ini berasal dari batuan kapur keras (limestone).
Penyebaran di daerah beriklim subhumid, topografi karst dan lereng vulkan
dengan ketinggian di bawah 400 m. Warna tanah cokelat hingga merah. Khusus
tanah mediteran merah kuning di daerah topografi karst disebut ”Terra Rossa”.

11. Hidromorf Kelabu

Jenis tanah ini perkembangannya lebih dipengaruhi oleh faktor lokal yaitu
topografi yang berupa dataran rendah atau cekungan, hampir selalu tergenang air,
dan warna kelabu hingga kekuningan

C. Jenis Tanah, Persebaran Dan Pemanfaatannya Di Indonesia

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan
hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dalam tanah banyak mengandung
bermacam-macam bahan organik dan anroganik. Bahan organik berasal dari
jasad-jasad makhluk hidup yang telah mati, baik flora, fauna maupun manusia,
sedangkan bahan anorganik berasal dari benda-benda mati berupa batuan dan
mineral.

A. Tanah Vertikal

Bentuk persebaran tanah vertikal dapat kalian lihat saat ada penggalian
parit, liang, atau sumur. Saat mencapai kedalamantertentu, kalian akan
melihat perbedaan warna lapisan tanah. Perbedaan warna lapisan tanah
tersebut dikenal dengan sebutan profil tanah. Secara garis besar, profil
tanah terdiri atas empat lapisan yaitu :

I. Lapisan Tanah Atas (Topsoil)

Lapisan tanah ini merupakan bentuk lapisan tanah yang paling


subur, berwarna cokelat kehitam-hitaman, gembur, dan
memiliki ketebalan hingga 30 cm. Pada lapisan tanah inilah
berkembang aktivitas organisme tanah. Warna cokelat
kehitaman dan kesuburan tanah pada lapisan ini disebabkan
pengaruh humus (bunga tanah), yaitu campuran sisa tumbuhan
dan hewan yang telah mati dan membusuk di dalam lapisan
atas.

II. Lapisan tanah bawah (Subsoil)

Lapisan tanah ini merupakan lapisan tanah yang berada tepat di


bawah lapisan topsoil. Lapisan ini memiliki sifat kurang subur
karena memiliki kandungan zat makanan yang sangat sedikit,
berwarna kemerahan atau lebih terang, strukturnya lebih padat,
dan memiliki ketebalan antara 50 - 60 cm. Pada lapisan ini,
aktivitas organisme dalam tanah mulai berkurang, demikian
juga dengan sistem perakaran tanaman. Hanya tanaman keras
yang berakar tunggang saja yang mampu mencapainya.

III. Lapisan bahan induk tanah (Regolith)

Lapisan bahan ini merupakan asal atau induk dari lapisan


tanah bawah. Pada profil tanah, lapisan ini berwarna kelabu
keputih-putihan, bersifat kurang subur karena tidak banyak
mengandung zat-zat makanan, strukturnya sangat keras, dan
sulit ditembus sistem perakaran. Di lereng-lerang pegunungan
lipatan atau patahan lapisan ini seringkali tersingkap dengan
jelas. Akan tetapi karena sifat-sifat tersebut, maka lapisan tanah
ini sulit dibudidayakan dan hanya akan menghasilkan tanaman
yang kerdil dan tidak berkembang.

IV. Lapisan batuan induk (Bedrock)

Lapisan batuan ini merupakan bentuk batuan pejal yang belum


mengalami proses pemecahan.Lapisan ini terletak di lapisan
paling bawah, sehingga jarang dijumpai manusia. Akan tetapi
di pegunungan lipatan atau patahan, lapisan ini terkadang
tersingkap dan berada di lapisan atas. Bila hal ini terjadi, maka
lahan tersebut merupakan lahan yang tandus dan tidak dapat
ditanami karena masih merupakan lapisan batuan.

B. Tanah Horizontal

Tanah Horizontal adalah lapisan tanah paling atas yang di setiap wilayah
permukaan bumi berbeda-beda jenisnya. Persebaran tanah secara
horizontal di Indonesia dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, berikut
ini.

1) Tanah gambut (Organosol)

Ciri-ciri : Tanah gambut berwarna hitam, memiliki


kandungan air dan bahan organik yang tinggi, memiliki pH
atau tingkat keasaman yang tinggi, miskin unsur hara,
drainase jelek, dan pada umumnya kurang begitu subur.
Persebaran : Paling banyak terdapat di Kalimantan Selatan,
disusul Sumatra Selatan, Riau, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Barat, Jambi, Kalimantan Timur, dan Papua
bagian Selatan. Pemanfaatan : Jenis tanah ini terbatas untuk
pertanian perkebunan seperti karet, kelapa dan palawija.

2) Tanah latosol
Ciri-ciri : Tanah latosol berwarna merah kecokelatan,
memiliki profil tanah yang dalam, mudah menyerap air,
memiliki pH 6 – 7 (netral) hingga asam, memiliki zat fosfat
yang mudah bersenyawa dengan unsur besi dan aluminium,
kadar humusnya mudah menurun. Jenis tanah ini pada
dasarnya merupakan bentuk pelapukan dari batuan
vulkanis. Persebaran : Tersebar di kawasan Bukit Barisan
(Sumatra), Jawa, Kalimantan Timur dan Selatan, Bali,
Papua, dan Sulawesi. Pemanfaatan :---

3) Tanah regosol Ciri-ciri : Tanah regosol merupakan hasil


erupsi gunung berapi, bersifat subur, berbutir kasar,
berwarna keabuan, kaya unsur hara, pH 6 - 7, cenderung
gembur, kemampuan menyerap air tinggi, dan mudah
tererosi. Persebaran : Persebaran jenis tanah ini di
Indonesia terdapat di setiap pulau yang memiliki gunung
api, baik yang masih aktif ataupun yang sudah mati.
Pemanfaatan : Banyak dimanfaatkan untuk lahan pertanian.
4) Tanah alluvial Ciri-ciri : Tanah aluvial meliputi lahan
yang sering mengalami banjir, sehingga dapat dianggap
masih muda. Sifat tanah ini dipengaruhi langsung oleh
sumber bahan asal sehingga kesuburannya pun ditentukan
sifat bahan asalnya. Misalnya tanah yang terdapat di
Lembah Sungai Bengawan Solo yang berasal dari
pegunungan karst (Pegunungan Sewu), umumnya kurang
subur karena kekurangan unsur fosfor dan kalium.
Sebaliknya, tanah di lembah Sungai Opak, Progo, dan
Glagah yang berasal dari Gunung Merapi umumnya lebih
subur karena tergolong gunung muda sehingga kaya akan
unsur hara dan tersusun atas debu vulkanis yang produktif.
Persebaran : Tersebar luas di sepanjang lembah sungai-
sungai besar di Indonesia. Pemanfaatan : Secara umum,
sifat jenis tanah ini mudah digarap, dapat menyerap air, dan
permeabel sehingga cocok untuk semua jenis tanaman
pertanian.

5) Tanah litosol Ciri-ciri : Tanah litosol dianggap sebagai


lapisan tanah yang masih muda, sehingga bahan induknya
dangkal (kurang dari 45 cm) dan seringkali tampak di
permukaan tanah sebagai batuan padat yang padu. Jenis
tanah ini belum lama mengalami pelapukan dan sama
sekali belum mengalami perkembangan. Tanah litosol
merupakan jenis tanah berbatu-batu dengan lapisan tanah
yang tidak begitu tebal. Bahannya berasal dari jenis batuan
beku yang belum mengalami proses pelapukan secara
sempurna. Jenis tanah ini banyak ditemukan di lereng
gunung dan pegunungan di seluruh Indonesia. Persebaran :
Jenis tanah ini tersebar luas di seluruh Kepulauan
Indonesia, meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura,
Nusa Tenggara, dan Maluku Selatan. Adapun di Sumatra,
jenis tanah ini terdapat di wilayah yang tersusun dari
batuan kuarsit, konglomerat, granit, dan batu lapis.
Pemanfaatan : Jika akan dimanfaatkan untuk lahan
pertanian, maka jenis tanah ini harus dipercepat
perkembangannya, antara lain, dengan penghutanan atau
tindakan lain untuk mempercepat pelapukan dan
pembentukan topsoil.

6) Tanah Grumusol Ciri-ciri : Tanah grumusol pada


umumnya mempunyai tekstur liat, berwarna kelabu hingga
hitam, pH netral hingga alkalis, dan mudah pecah saat
musim kemarau. Di Indonesia, jenis tanah ini terbentuk
pada tempat-tempat yang tingginya tidak lebih dari 300 m
di atas permukaan laut dengan topografi agak
bergelombang hingga berbukit, temperatur rata-rata 25oC,
curah hujan <2.500 mm, dengan pergantian musim hujan
dan kemarau yang nyata. Tanah grumusol adalah tanah
yang terbentuk dari material halus berlempung. Jenis tanah
ini berwarna kelabu hitam dan bersifat subur. Tanah ini
tersebar di JawaTengah,JawaTimur,Madura,Nusa
Tenggara, dan Sulawesi Selatan. Tanaman yang dapat
tumbuh di tanah grumusol adalah padi, jagung, kedelai,
tebu, tembakau, dan jati. Persebaran : Persebarannya
meliputi Sumatra Barat, Jawa Barat (daerah Cianjur), Jawa
Tengah (Demak, Grobogan), Jawa Timur (Tuban,
Bojonegoro, Ngawi, Madiun, dan Bangil), serta di Nusa
Tenggara Timur. Pemanfaatan : Pemanfaatan jenis tanah ini
pada umumnya untuk jenis vegetasi rumput rumputan atau
tanaman keras semusim (misalnya pohon jati). Tanah
Grumosol cocok untuk tanam Padi

7) Tanah andosol

Ciri-ciri : Tanah ini berasal dari sisa abu vulkanik dari letusan suatu
gunung berapi. Oleh karenanya, tanah ini mudah dijumpai di daerah
sekitar lereng gunung berapi. Tanah Andosol ini sangat subur untuk
ditanami dan tanah ini bertekstur gembur hingga menyerupai lempung,
bahkan di beberapa wilayah, tanah ini bertekstur debu. Hal ini menjadi
salah satu alasan petani menyukai tanah Andosol ini. Tanah ini mudah saat
diolah. Mudah untuk saat dicangkul dan salah satu kelebihannya memiliki
pori-pori tanah sehingga sirkulasi udara mudah masuk kedalam akar-akar
tanaman. Sehingga tanaman yang ditanami memiliki kemungkinan panen
yang lebih tinggi karena tumbuhan tersebut memiliki pasokan udara yang
cukup. Tanah Andosol ini biasanya digunakan sebagai lahan perkebunan
untuk menanam tanaman seperti the, kopi, pinus, dan lain-lain. Persebaran
: Tersebar di pulau-pulau yang memiliki gunung api aktif, seperti di
Sumatra bagian Barat, Jawa, Bali, dan sebagian Nusa Tenggara. Tanah
jenis ini banyak ditemukan di dataran tinggi bersuhu sedang hingga
dingin. Pemanfaatan : Jenis tanah ini banyak dikembangkan untuk
tanaman perkebunan dan hortikultura.

8) Tanah podzolik merah-kuning Jenis tanah ini memiliki lapisan solum


tanah yang agak tebal, yaitu 90-180 cm dengan batas-batas antara horizon
yang nyata. Warna tanah ini kemerah-merahan hingga kuning atau
kekuning-kuningan. Struktur B horizonnya adalah gumpak, sedangkan
teksturnya dari lempung berpasir hingga liat sedangkan kebanyakannya
adalah lempung berliat. Konsistensinya adalah gembur dibagian atas (top
soil) ean teguh dibagian lapisan bawah tanah (sub soil). Kandungan bahan
organik pada lapisan olah (top soil) adalah kurang dari 9 persen dan
umumnya sekitar 5 persen. Kandungan unsur hara tanaman seperti N, P,
K, dan Ca umumnya rendah dan reaksibtanah (pH) sangat rendah yaitu
antara 4-5,5. Tingkat permeabilitas, infiltrasi dan perkolasinya sedang
hingga lambat, pada lapisan permukaan umumnya sedang dan makin
kebawah makin lambat. Tanah ini mempunyai sifat kimia yang kurang
baik, sedangkan sifat fisiknya tidak mantap dengan stabilitas agregat
kurang. Sebagai akibatnya tanah ini mudah terkena bahaya erosi akibat
gerakan air. Sebagai bukti banyak terdapat erosi parit yang cukup dalam di
daerah-daerah jenis tanah ini. Ciri-ciri : Berasal dari bahan induk batuan
kuarsa di zona iklim basah dengan curah hujan antara 2.500 - 3.000
mm/tahun. Sifatnya mudah basah dan mudah mengalami pencucian oleh
air hujan, sehingga kesuburannya berkurang. Persebaran : Tanah podzolik
merah-kuning merupakan jenis tanah yang memiliki persebaran terluas di
Indonesia. Tersebar di dataran-dataran tinggi Sumatra, Sulawesi, Papua,
Kalimantan, Jawa Barat, Maluku, dan Nusa Tenggara. Pemanfaatan : Jenis
tanah ini dapat dimanfaatkan untuk persawahan dan perkebunan.

9) Tanah rendzina Ciri-ciri : Rendzina merupakan tanah padang rumput


yang tipis berwarna gelap, terbentuk dari kapur lunak, batu-batuan mergel,
dan gips. Pada umumnya memiliki kandungan Ca dan Mg yang tinggi
dengan pH antara 7,5 - 8,5 dan peka terhadap erosi. Persebaran : Tanah
rendzina tersebar tidak begitu luas di beberapa pulau Indonesia.
Berdasarkan luasannya, daerah-daerah di Indonesia yang memiliki jenis
tanah ini adalah Maluku, Papua, Aceh, Sulawesi Selatan, Lampung, dan
Pegunungan Kapur di Jawa. Pemanfaatan : Jenis tanah ini kurang bagus
untuk lahan pertanian, sehingga dibudidayakan untuk tanaman-tanaman
keras semusim dan palawija. Berikut ini adalah peta persebaran jenis tanah
di Indonesia: Keterangan Warna: Ø Merah: Tanah Vulkanis. Jenis tanah
ini banyak terdapat di daerah sekitar gunung berapi. Tanah ini terbentuk
dari abu vulkanis yang telah mengalami proses pelapukan. Jenis tanah ini
umumnya mempunyai ciri berbutir halus, sifatnya tidak mudah tertiup
angin, dan jika terkena hujan lapisan tanah bagian atas menutup sehingga
tanah ini tidak mudah erosi. Jenis tanah ini sangat subur. Pemanfaatannya
biasanya dipergunakan untuk pertanian dan perkebunan. Ø Biru: Tanah
Aluvial. Tanah ini juga sering disebut tanah endapan, yaitu berupa lumpur
dan pasir halus yang terbawa oleh air sungai, lalu diendapkan di dataran
rendah, lembah dan sekungan sepanjang daerah aliran sungai. Tanah
aluvial tidak semuanya mempunyai kandungan unsur hara yang sama.
Tinggi rendahnya kandungan unsur haranya tergantung pada tanah
induknya. Pemanfaatannya sebagai pertanian (persawahan) karena kondisi
keasamannya yang sesuai dan letaknya berada di daerah rendah. Ø Merah
muda: Tanah Laterit. Tanah ini biasanya berwarna merah atau kekuning-
kuningan. Tanah laterit miskin akan unsur hara sehingga tidak subur.
Tanah ini banyak dijumpai di daerah pegunungan yang hutannya sudah
gundul atau lapisan humusnya telah habis karena adanya erosi (tererosi).
Jenis tanah ini tidak boleh dibiarkan begitu saja, harus segera diadakan
penghijauan atau reboisasi, yaitu dengan cara mengusahakan menanami
kembali supaya tanah tersebut dapat subur kembali. Tanah ini
dipergunakan sebagai bahan baku industri gerabah (keramik). Ø Ungu:
Tanah Litosol. Tanah ini sering juga disebut tanah berbatu-batu. Tanah ini
terbentuk karena pelapukan batuan yang sempurna sehingga sukar
ditanami atau kandungan unsur haranya sangat rendah. Sebagian besar
jenis tanah ini tidak bisa dimanfaatkan, hanya sebagian kecil yang
produktif dimanfaatkan untuk tanaman keras, tegalan, palawija, dan
padang rumput. Ø Biru Muda: Tanah Organosol atau tanah gambut, yaitu
tanah yang berasal dari bahan organik yang terbentuk karena genangan air
sehingga peredaran udara di dalamnya sangat kurang dan proses
penghancurannya menjadi tidak sempurna karena kekurangan unsur hara.
Selain keterangan dan peta di atas, masih banyak lagi jenis tanah yang
tersebar di Indonesia, seperti: Tanah mergel yang tersebar di daerah
dataran rendah seperti di Solo, Madiun, Kediri, dan Nusa Tenggara; Tanah
Terasora tersebar di Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara, Maluku,
dan Sumatera; Tanah Humus terdapat di Kalimantan Sumatera, Sulawesi
dan Papua; dan sebagainya.

BAB III PENUTUP

Pada akhir makalah ini di tutup dengan uraian kesimpulan. Pemahaman


mahasiswa akan mengenal jenis – jenis tanah, penyebaran dan
mamfaatnya yang sangat dibutuhkan untuk memahami dari berbagai jenis
tanah, fungsi tanah / lahan adalah sebagai media tumbuh tanaman. Serta
dengan mempelajari dan memahami berbagai jenis – jenis tanah, penulis
maupun pembaca nantinya akan dapat membantu menyesuaikan jenis
tanaman serta mamfaat dari jenis - jenis tanah yang telah di uraikan dalam
makalah ini. Yang paling menarik dari makalah ini adalah
DAFTAR PUSAKA

Dr.Ir.Kemas Ali Hanafiah, MS. Dasar – dasar Ilmu Tanah. Ade Setiawan
(2010). Sifat-sifat Fisika Tanah. Dasar-Dasar Ilmu Tanah
Martinus.H.Pandutama, Arie Mugjiharjati, Suyono, Mustamidin. (2006).
Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jember : Fakultas Pertanian – Universitas Jember

Sumber: http://forester-untad.blogspot.com/2014/01/makalah-jenis-jenis-
dan-karateristik.html
Konten adalah milik dan hak cipta forester untad blog Jenis-jenis Tanah
Di Indonesia dan Penyebarannya

JENIS-JENIS TANAH DI INDONESIA DAN PERSEBARANNYA

1.    Tanah Alluvial

Alluvial adalah tanah yang berasal dari endapan lumpur yang dibawa
melalui sungai-sungai. Secara umum, sifat jenis tanah ini mudah digarap, dapat
menyerap air, dan permeabel sehingga cocok untuk semua jenis tanaman
pertanian. Ciri-ciri tanah alluvial yaitu, jenis tanah masih muda, belum mengalami
perkembangan, berasal dari bahan induk aluvium, tekstur beraneka, dan
kesuburan umumnya sedang hingga tinggi. Tanah ini cocok ditanami padi,
palawija, tembakau, tebu, sayuran, kelapa dan buah-buahan. Jenis tanah ini
terdapat di Jawa bagian Utara, Sumatra bagian Timur, Kalimantan bagian Barat
dan Selatan. Penyebarannya di lembah-lembah sungai dan dataran pantai
seperti misalnya, di Kerawang, Indramayu, Delta Brantas.

2.    Tanah Andosol

Tanah andosol terbentuk dari endapan abu vulkanik yang telah


mengalami pelapukan sehingga menghasilkan tanah yang subur. Tanah ini
memiliki ciri-ciri yaitu, merupakan jenis tanah mineral yang telah mempunyai
perkembangan profil, warna coklat kekelabuan hingga hitam, kandungan
organiknya tinggi, dan kelembapannya juga tinggi. Penyebarannya di daerah
beriklim sedang dengan curah hujan diatas 2500 mm/tahun tanpa bulan kering,
umumnya di jumpai di daerah lereng atau kerucut volkan dengan ketinggian
diatas 800 m diatas permukaan laut. Andosol kebanyakan terdapat di pulau-
pulau yang memiliki gunung api aktif, seperti di Sumatra bagian Barat, Jawa,
Bali, dan sebagian Nusa Tenggara.
3.    Tanah Entisol

Entisol berasal dari abu vulkanik hasil erupsi yang dikeluarkan gunung-
gunung berapi berupa debu, pasir, kerikil, batu bom dan lapili. Selain itu berasal
dari gunduk pasir yang terjadi di sepanjang pantai, misalnya diantara Cilacap
dan Parangtritis (selatan Yogyakarta), dan Kerawang. Tanah tipe ini di
sepanjang aliran besar merupakan campuran yang mengandung banyak hara
tanaman sehingga dianggap subur. Entisol mempunyai ciri-ciri sebagai berikut
yaitu, tanah yang baru berkembang,belum ada perkembangan horison tanah,
meliputi tanah-tanah yang berada di atas batuan induk dan termasuk tanah yang
berkembang dari bahan baru.

4.    Tanah Grumusol

Grumusol adalah tanah yang berasal dari batuan induk kapur dan tuffa
vulkanik, sehingga kandungan organiknya rendah. Tanah grumusol pada
umumnya mempunyai tekstur liat, berwarna kelabu hingga hitam, pH netral
hingga alkalis, dan mudah pecah saat musim kemarau. Di Indonesia, jenis tanah
ini terbentuk pada tempat-tempat yang tingginya tidak lebih dari 300 m di atas
permukaan laut dengan topografi agak bergelombang hingga berbukit,
temperatur rata-rata 25oC, curah hujan <2.500 mm, dengan pergantian musim
hujan dan kemarau yang nyata. Persebarannya meliputi Sumatra Barat, Jawa
Barat (daerah Cianjur), Jawa Tengah (Demak, Grobogan), Jawa Timur (Tuban,
Bojonegoro, Ngawi, Madiun, dan Bangil), serta di Nusa Tenggara Timur.
Pemanfaatan jenis tanah ini pada umumnya untuk jenis vegetasi
rumputrumputan atau tanaman keras semusim (misalnya pohon jati).

5.    Tanah Humus

Tanah humus adalah tanah hasil pelapukan tumbuh-tumbuhan (bahan


organik). Tanah humus ini sangat subur dan cocok untuk lahan pertanian,
warnanya kehitaman. Tanah jenis ini terdapat di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi
dan Papua.

6.    Tanah Inceptisol


Inceptisol adalah tanah yang terbentuk dari batuan beku, sedimen, atau
metamorf masam atau basa. Inceptisol memiliki ciri-ciri sebagai berikut, yaitu
adanya horizon kambik , dimana terdapat horizon penumpukan liat <20% dari
horizon diatasnya, tanah yang mulai berkembang tetapi belum matang yang
ditandai oleh perkembangan profil yang lebih lemah, mencakup tanah sulfat
masam (Sulfaquept) yang mengandung horison sulfurik yang sangat masam,
tanah sawah(aquept) dan tanah latosol. Tanah jenis ini banyak terdapat di
Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Sebagain besar tanah ini ditanami palawija
(jawa) dan hutan/semak belukar (sumatera dan Kalimantan).

7.    Tanah Laterit

Tanah laterit adalah tanah yang banyak mengandung zat besi dan
aluminium. Karena tua sekali maka tanah ini sudah tidak subur lagi. Tanah laterit
berwarna merah muda sehingga disebut pula tanah merah. Tanah jenis ini
banyak terdapat di daerah Jawa Timur, Jawa Barat, Kalimantan Barat dan
Lampung.

8.    Tanah Latosol

Latosol adalah tanah yang terbentuk dari batuan beku,sedimen,dan


metafomorf. Tanah latosol memiliki ciri-ciri yaitu, merupakan jenis tanah yang
telah berkembang atau terjadi deferensiasi horison, solum dalam, tekstur
lempung, warna coklat, merah hingga kuning, tersebar di daerah beriklim basah,
curah hujan lebih dari 3000 mm/tahun, ketinggian tempat berkisar antara 300-
1000 meter di atas permukaan laut, mudah menyerap air, memiliki pH 6 – 7
(netral) hingga asam, memiliki zat fosfat yang mudah bersenyawa dengan unsur
besi dan aluminium, kadar humusnya mudah menurun. Tanah ini tersebar di
kawasan Bukit Barisan (Sumatra), Jawa, Kalimantan Timur dan Selatan, Bali,
Papua, dan Sulawesi.

9.    Tanah Litosol

Tanah litosol belum lama mengalami perkembangan tanah, akibat


pengaruh iklim yang lemah, letusan vulkan, atau topografi yang terlalu miring
atau bergelombang. Tanah litosol harus diusahakan agar dipercepat
pembentukan tanahnya, antara lain dengna penghutanan atau tindakan lain
untuk mempercepat proses pelapukan. Tanah jenis ini merupakan tanah mineral
dengan sedikit perkembanan profil, tekstur tanah beraneka dan pada umumnya
berpasir, tidak bertekstur, warna, kandungan batu, kerikil dan kesuburan
bervariasi. Litosol dapat dijumpai di segala iklim, umumnya di topografi berbukit,
pegunungan, dan kemiringan lereng miring hingga curam. Tanah litosol terdapat
di daerah pegunungan kapur dan daerah karst di Jawa Tengah, Jawa Timur,
Madura, Nusa Tenggara, dan Maluku Selatan.

10. Tanah Kapur

Tanah kapur adalah tanah yang berasal dari batuan kapur yang pada
umumnya terdapat di daerah pegunungan kapur dan berumur tua. Tanah ini
tidak subur, tetapi masih dapat ditanami pohon jati, seperti daerah hutan jati di
Pegunungan Kendeng, Blora, Jawa Tengah, dan di Pegunungan Sewu, Gunung
Kidul, Yogyakarta. . Persebarannya banyak terdapat di daerah pegunungan
kapur, seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara, Jawa Barat, Sulawesi,
Maluku dan Sumatera.

11. Tanah Mergel

Tanah mergel adalah tanah yang terjadi dari campuran batuan kapur,
pasir dan tanah liat. Pembentukan tanah mergel dipengaruhi oleh hujan yang
tidak merata sepanjang tahun. Tanah mergel termasuk jenis tanah yang subur
dan banyak terdapat di lereng pegunungan dan dataran rendah, misalnya Solo
(Jawa Tengah), Madiun, dan Kediri (Jawa Timur).

12. Tanah Organosol

Tanah organosol adalah tanah yang terjadi dari bahan induk organik,
seperti gambut dan rumput rawa pada iklim basah dengan curah hujan lebih dari
2.500 mm/tahun. Tanah ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, yaitu tidak tejadi
deferensiasi horison secara jelas, ketebalan lebih dari 0,5 m, warna coklat
hingga kehitaman, tekstur debu lempung, tidak berstruktur, konsistensi agak
lekat, kandungan organik lebih dari 30% untuk tanah tekstur lempung dan lebih
dari 20% untuk tanah tekstur pasir, umumnya bersifat sangat asam (pH 4,0), dan
kandungan unsur hara rendah. Jenis tanah ini terdapat di Jawa, daerah pasang
surut di daratan Timur Sumatra, pantai Kalimantan bagian barat dan selatan,
serta pantai Papua (Irian jaya) bagian barat dan selatan yang kesemuanya kaya
akan unsur hara.

13. Tanah Oxisol

Oxisol adalah tanah yang kaya akan besi dan aluminium oksida. Tanah
jenis ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut, yaitu solum yang dangkal, kurang dari 1
meter, kaya akan seskuioksida yang telah mengalami pelapukan lanjut, adanya
horizon oksik pada kedalaman kurang dari 1,5 m, susunan horison A, B, dan C
dengan horizon B spesifik berwarna merah kuning sampai kuning coklat dan
bertekstur paling halus liat, mengandung konkresi Fe/Mn lapisan kuarsa. Banyak
digunakan untuk perladangan, pertanian subsisten pengembalaan dengan
intensitas rendah, dan perkebunan yang intensif seperti perkebunan tebu, nanas,
pisang dan kopi. Tanah jenis ini tersebar di daerah tropik basah.

14. Tanah Padas

Tanah padas adalah tanah yang amat padat, karena mineral di dalamnya
dikeluarkan oleh air yang terdapat di lapisan tanah sebelah atasnya. Sebenarnya
tanah padas tidak dapat dikatakan tanah, karena tanah telah hilang dan sisanya
terdiri dari lapukan batuan induk. Kandungan organik tanah ini rendah bahkan
hampir tidak ada dan peka terhadap erosi. Jenis tanah ini terdapat hampir di
seluruh wilayah Indonesia.

15. Tanah Pasir


Tanah pasir adalah tanah yang berasal dari batu pasir yang telah
melapuk. Tanah ini sangat miskin, tidak berstruktur, sedikit mengandung bahan
organik dan kadar air di dalamnya sangat sedikit. Tanah pasir terdapat di pantai
barat Sumatra Barat, Jawa Timur, dan Sulawesi. Tanah pasir yang terdapat di
pantai berpasir disebut sand dune. Di daerah ini dipengaruhi oleh angin, seperti
bukit pasir di Pantai Parangtritis, Yogyakarta.
16. Tanah Podsol

Tanah podsol terbentuk karena pengaruh curah hujan yang tinggi dan
suhu yang rendah. Tanah podsol mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, yaitu jenis
tanah ini tidak mempunyai perkembangan profil, tekstur lempung hingga pasir,
kandungan pasir kuarsanya tinggi, kesuburannya rendah dan warnanya kuning
dan kuning kelabu. Penyebarannya di daerah beriklim basah, curah hujan lebih
dari 2000 mm/tahun tanpa bulan kering. Misalnya daerah Kalimantan Tengah,
Sumatra Utara dan Irian Jaya.

17. Tanah Podzolik Merah Kuning

Tanah podzolik merah kuning merupakan jenis tanah yang memiliki


persebaran terluas di Indonesia. Berasal dari bahan induk batuan kuarsa di zona
iklim basah dengan curah hujan antara 2.500 – 3.000 mm/tahun. Sifatnya mudah
basah dan mudah mengalami pencucian oleh air hujan, sehingga kesuburannya
berkurang. Dengan pemupukan yang teratur, jenis tanah ini dapat dimanfaatkan
untuk persawahan dan perkebunan. Tersebar di dataran-dataran tinggi Sumatra,
Sulawesi, Papua, Kalimantan, Jawa Barat, Maluku, dan Nusa Tenggara.

18. Tanah Regosol

Tanah regosol adalah tanah yang terbentuk akibat pelapukan batuan yang
mengandung abu vulkanik, pasir pantai dan nafal. Ciri-cirinya yaitu, Tanah
regosol merupakan hasil erupsi gunung berapi, Jenis tanah masih muda, belum
mengalami deferensiasi horison, bersifat subur, berbutir kasar, berwarna
keabuan, kaya unsur hara, pH 6 – 7, cenderung gembur, kemampuan menyerap
air tinggi, dan mudah tererosi. Persebaran jenis tanah ini di Indonesia terdapat di
setiap pulau yang memiliki gunung api, baik yang masih aktif ataupun yang
sudah mati. Seperti Jawa, Sumatra, dan Madura. Banyak dimanfaatkan untuk
lahan pertanian.

19. Tanah Rendzina

            Tanah rendzina tersebar tidak begitu luas di beberapa pulau Indonesia.
Berdasarkan luasannya, daerah-daerah di Indonesia yang memiliki jenis tanah
ini adalah Maluku, Papua, Aceh, Sulawesi Selatan, Lampung, dan Pegunungan
Kapur di Jawa. Rendzina memiliki ciri-ciri yaitu, merupakan tanah padang rumput
yang tipis berwarna gelap, terbentuk dari kapur lunak, batu-batuan mergel, dan
gips. Pada umumnya memiliki kandungan Ca dan Mg yang tinggi dengan pH
antara 7,5 – 8,5 dan peka terhadap erosi. Jenis tanah ini kurang bagus untuk
lahan pertanian, sehingga dibudidayakan untuk tanaman-tanaman keras
semusim dan palawija.

20. Tanah Ultisol

Ultisol adalah tanah asam dengan lapisan yang dalam, terbentuk di hutan
dan terdiri dari tanah liat. Ciri-ciri tanah ini yaitu, kandungan bahan organik,
kenjenuhan basa dan pH rendah (pH 4,2-4,8), terjadi proses podsolisasi: proses
pecucian bahan organik dan seskuioksida dimana terjadi penimbunan Fe dan Al
dan Si tercui, bahan induk seringkali berbecak kuning, merah dan kelabu tak
begitu dalam tersusun atas batuan bersilika, batu lapis, batu pasir, dan batu liat,
terbentuk dalam daerah iklim seperti Latosol, perbedaan karena bahan induk :
Latosol terutama berasal dari batuan volkanik basa dan intermediate, sedang
tanah Ultisol berasal dari batuan beku dan tuff. Tanah yang paling luas
penyebarannya di Indonesia: Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan
sebagian Jawa . Sebaiknya tanah ini dihutankan atau untuk perkebunan seperti :
kelapa sawit, karet dan nanas.

21. Tanah Vertisol

Vertisol adalah tanah liat  tinggi  yang mengembang  pada waktu basah
dan pecah-pecah pada waktu kering. Ciri-ciri dari tanah ini yaitu, solum yang
dangkal, kurang dari 1 meter, kaya akan seskuioksida yang telah mengalami
pelapukan lanjut, adanya horizon oksik pada kedalaman kurang dari 1,5 m,
susunan horison A, B, dan C dengan horizon B spesifik berwarna merah kuning
sampai kuning coklat dan bertekstur paling halus liat, mengandung konkresi
Fe/Mn lapisan kuarsa. Banyak digunakan untuk perladangan, pertanian
subsisten pengembalaan dengan intensitas rendah, dan perkebunan yang
intensif seperti perkebunan tebu, nanas, pisang dan kopi. Tanah ini tersebar di
daerah dengan musim kering musiman.

22. Tanah Vulkanis

Tanah vulkanis adalah tanah yang berasal dari pelapukan batuan-batuan


vulkanis, baik dari lava/batu yang telah membeku (effusi) maupun dari abu
vulkanis yang telah membeku (efflata). Daerah pembekuan lava tidak begitu luas
dibanding daerah abu vulkanis. Contoh tanah vulkanis, yaitu tanah tuff yang
terbentuk dari abu gunung api dan bersifat sangat subur. Tanah tuff terdapat di
Lampung, palembang, dan Sumatra Barat, sedangkan daerah yang terkena
letusan gunung berapi terisi abu vulkanis, seperti Bandung, Garut, dan
sekitarnya baik untuk jenis pertanian karena sangat subur. Tanah vulkanis
terdapat di Jawa, Sumatra, Bali, dan beberapa wilayah lain yang memiliki
gunung api.

23. Tanah Hidromorf Kelabu

Tanah hidromorf kelabu terbentuk akibat pelapukan batuan tufa vulkanik asam
dan batu pasir. Jenis tanah ini perkembangannya lebih dipengaruhi oleh faktor
lokal yaitu topografi yang berupa dataran rendah atau cekungan, hampir selalu
tergenang air dan warna kelabu hingga kekuningan.

 ~3~

atas, sedangkan pada tanah yang  berada di lapisan bawah, kandungan organik maupun
unsur hara cenderung sedikit. Tanah Andisol mampu mengikat air dalam jumlah yang
cukup tinggi, zat karbon yang terkandung juga lebih tinggi dibandingkan dengan tanah
jenis lain. Sifat kimia dari tanah andisol ditandai dengan reaksi tanah agak masam
sampai netral (pH 5,0

 – 

6,5), kejenuhan basa sekitar 20-40%, kapasitas tukar kation sekitar 20-30 me/100g,
kandungan C dan N tinggi tetapi rasio C/N rendah, kandungan kalium (K) sedang,
kandungan fosfor (P) rendah, berat jenis < 0.85% dan  pada kapasitas lapang
kelembaban tanah > 15% dan kandungan bahan organik pada lapisan atas 5-20 %. (Tan,
1991).

KLASIFIKASI TANAH ANDOSOL

Menurut Hardjowigeno (2003) dalam Djoni (2008) Andisol adalah tanah, baik tertimbun
atau tidak yang mempunyai horison dengan sifat tanah andik setebal 36cm atau lebih
(kumulatif) pada kedalama 60 cm teratas dari tanah mineral atau dari  permukaan
lapisan ytanah organik yang memenuhi syarat sifat tanah andik,dipilih yang lebih
dangkal. Kalau ada kontak litik pada kedalaman <60 cm,horison dengan sifat tanah andik
harus setebal >60% x tebal tanah sampai kontak litik (USDA, 2006). Sub ordo tanah
andosol sebagai  berikut: 1.

Aquands 

 yaitu tanah yang dicirikan oleh adanya epipedon histik atau lapisan di atas densik, litik
atau kontak  paralitik atau suatu lapisan  pada kedalaman 40cm-50cm dari permukaan
tanah mineral atau dari batas tanah andik manapun yang lebih dangkal sering
mengalami kondisi akuik yang dicirikan satu atau lebih sifat. 2.

Gelands 

 yaitu tanah yang di cirikan oleh adanya temperatur tanah rata-rata setiap tahun 0°C
atau lebih dingin dari temperatur tanah summer rata-rata (a) 8°C atau lebih dingin jika
tidak ada horison O atau (b) 5°C atau lebih dingin jika ada horison O. 3.

Cryands 

 yaitu tanah yang mempunyai regim temperatur tanah kriik. 4.

Torrands 

 yaitu tanah yang mempunyai regim kelembaban (moisture) aridik. 5.

Xerands 

 yaitu tanah yang mempunyai regim kelembaban (moisture) xerik. 6.

Vitrands 

 yaitu tanah yang mempunyai retensi air 1500 kPa kurang 15% pada sampel tidak kering
udara yang keseluruhnannya 60 % atau lebih dari ketebalannya. 7.

 
Ustands 

 yaitu tanah yang mempunyai regim kelembaban (moisture) ustik. 8.

Udands 

 yaitu tanah andisol yang tidak masuk kategori sub ordo di atas.

PENGGUNAAN TANAH ANDOSOL

Tanah Andisols merupakan tanah yang cukup subur. Di Indonesia, tanah utama yang
banyak dimanfaatkan untuk perkebunan teh dan kopi, untuk tanaman holtikultura.

 ~4~

Tanah andisols ini juga berpotensi untuk tanaman semusim maupun tahunan selain itu
dapat untuk tanaman palawija dan padi ataupun untuk hutan lindung. Hal ini
dikarenakan Andisols merupakan tanah yang mengandung bahan organik cukup tinggi
sehingga tanah tersebut cukup baik dalam  penyediaan nitrogen bagi tanaman. Andisols
pada hakikatnya merupakan tanah subur khususnya yang mempunyai kejenuhan basa
agak rendah sampai tinggi, Tanah andisols mempunyai aerasi dan porositas tinggi
sehingga tanaman mudah  berpenetrasi ke dalam tanah dan unsur-unsur hara berupa
kation-kation basa dan nitrogen cukup tersedia bagi tanaman. Andisols pada umumnya
tersusun dari bahan-bahan atau partikel lepas sehingga mempunyai permeabilitas dan
aerasi cukup tinggi, ketahanan penetrasinya cukup rendah maka seharusnya
pengolahan tanah untuk budidaya  pertanian tidak diperlukan lagi.

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

Amir Koshim dan Kun Marlina Lubis. ____.

Geografi SMA/MA  Kls X (Diknas

). Jakarta: Grasindo. http://google.com diakses 26 Mei 2013 Anonim. ___.

Tanah Andosol 

. disadur dari http://repository.usu.ac.id diakses 26 Mei 2013 Anonim.

 — 
-.

Tinjauan Pustaka  Bahan Induk Andisol 

. Disadur dari http//:www.repository.usu.ac.id/ diakses 25 Mei 2013 Darmawijaya. 1990.

 Klasifikasi Tanah

. Yogjakarta: Gajah Mada University Pr. Dr. Sri HAyati, M.Pd., Dra. Enok Maryani, M.S.,
Dra. Murnaria Manalu, M.M.. 2007.

 Ilmu  Pengetahuan Sosial SMP/MTS kelas VIII 

. Jakarta: Esis. http://google.com diakses 25 Mei 2013 Hanafiah KA. 2005.

 Dasar-Dasar  Ilmu Tanah

. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Hardjowigeno, Sarwono. 2003.

 Ilmu Tanah

. Jakarta: Akademika Pressindo. Hardjowigeno, Sarwono. 2003.

 Klasifikasi Tanah dan  Pedogenesis

. Jakarta: Akademika Pressindo. Hidayat, Anggi Tresnawati. 2009.

 Potensi Pelepasan N-NH 

4+

 dan N- NO

3-

Tanah Andisol yang ditanami Sayuran di daerah  Dataran Tinggi

 [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB.


http://repository.ipb.ac.id diakses 26 Mei 2013 Ir. H. Rahmat Rukmana, MBA., M.Sc..
2009.

 Budidaya Bawang  Putih

.Yogyakarta: Kanisius. http://google.com diakses 25 Mei 2013 Kaunang, Djoni. 2008.

Tanah  Andisol 
. Disadur dari http//:www.jurnal.pdii.lipi.go.id/ diakses 25 Mei 2013 Miller, Raymond W.
1990.

Soils: An  Introduction to Soils and Plant Growth / Raymond W. Miller, Roy  L. Donahue:
editorial assistant,  Joyce U. Miller. _6 th ed 

. disadur dari Kaunang Dj. 2008. Andisols

 ~5~

(Andosol). Soil Environment 6 (2): 109~113 Tan KH. 1991.

 Dasar-dasar Kimia Tanah

. Gumadi DH, penerjemah. Yogyakarta: Gajah Mada University Pr. USDA. 2006.

 Key to Soil Taxonomy,Tenth Edition,United States Department of Agriculture.

 Natural Resources Conservation Service Young Anthony. 1976.

Tropical Soil and Soil 

. Cambridge University Press. disadur dari Kaunang Dj. 2008. Andisols (Andosol). Soil
Environment 6 (2): 109~113

Tanah Vulkanis

a. Tanah Andosol

 Proses terbentuknya : dari abu vulkanis yang telah mengalami proses pelapukan
 Ciri-ciri : warna kelabu hingga kuning, peka terhadap erosi, dan sangat subur
 Pemanfaatannya : sebagai lahan pertanian, perkebunan, hutan pinus atau cemara
 Persebaran : Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Halmahera, Nusa Tenggara Barat, dan
Sulawesi
andosol

b. Tanah Regosol

 Proses terbentuknya : dari endapan abu vulkanis baru yang memiliki butir kasar
 Ciri-ciri : berbutir kasar, berwarna kelabu hingga kuning dan kadar bahan organik rendah
 Pemanfaatannya : untuk pertanian padi, palawija, tebu dan kelapa
 Persebaran : di lereng gunung berapi, pantai dan bukit pasir pantai yang meliputi pulau
Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara

c. Tanah Aluvial (Tanah Endapan)

 Proses terbentuknya : tanah hasil erosi (lumpur dan pasir halus) di daerah-daerah
dataran rendah
 Ciri-ciri : warna kelabu dan peka terhadap erosi
 Pemanfaatannya : sebagai lahan pertanian sawah dan palawija
 Persebaran : Sumatera, Jawa bagian utara, Halmahera, Kalimatan Barat, Kalimantan
Selatan, Sulawesi dan Papua bagian selatan

2. Tanah Organosol

a. Tanah Humus

 Proses terbentuknya : dari hasil pembusukan bahan-bahan organik


 Ciri-ciri : warna kehitaman, mudah basah, mengandung bahan organik, sangat subur
 Pemanfaatannya : sebagai lahan pertanian
 Persebaran : Lampung, Jawa Tengah bagian selatan, Kalimantan Selatan dan Sulawesi
Tenggara
Organosol

b. Tanah Gambut

 Proses terbentuknya : dari hasil pembusukan tumbuhan / bahan organik di daerah yang
selalu tergenang air (rawa-rawa)
 Ciri-ciri : bersifat sangat asam, unsur hara rendah sehingga tidak subur
 Pemanfaatannya : untuk pertanian pasang surut
 Persebaran : Pantai timur Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Halmahera, Seram, Papua,
Pantai Selatan

Tanah Gambut

3. Tanah Litosol (tanah berbatu-batu)

 Proses terbentuknya : dari pelapukan batuan beku dan sedimen yang masih baru (belum
sempurna) sehingga butirannya besar / kasar
 Ciri-ciri : tekstur tanahnya beranekaragam dan pada umumnya berpasir, tak bertekstur,
warna kandungan batu, kerikil dan kesuburan bervariasi
 Pemanfaatannya : masih alang-alang, bisa untuk hutan
 Persebaran : Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi dan
Sumatera
4. Tanah Podzol

 Proses terbentuknya : di daerah yang memiliki suhu rendah dan curah hujan tinggi
 Ciri-ciri : warna pucat, kandungan pasir kuarsa tinggi, sangat masam, peka terhadap
erosi, kurang subur
 Pemanfaatannya : untuk pertanian palawija
 Persebaran : Kalimantan Tengah, Sumatera Utara, Papua

Podsol

5. Tanah Laterit

 Proses terbentuknya : Tanah yang tercuci air hujan, sehingga unsur hara telah hilang
meresap dan mengalir ke dalam tanah
 Ciri-ciri : warna cokelat kemerah-merahan, tidak subur
 Pemanfaatannya : untuk lahan pertanian
 Persebaran : Kalimantan Barat, Lampung, Banten, Sulawesi Tenggara

6. Tanah Mergel

 Proses terbentuknya : dari hasil campuran pelarutan kapur, pasir dan tanah liat karena
peristiwa air hujan
 Ciri-ciri : tidak subur
 Pemanfaatannya : untuk hujan jati
 Persebaran : Yogyakarta, Priangan Selatan di Jawa Barat, pegunungan Kendeng di Jawa
Tengah, Kediri, Madiun, Nusa Tenggara

7. Tanah Terarosa (Kapur)

a. Tanah Renzina

 Proses terbentuknya : dari pelapukan batuan kapur di daerah yang memiliki curah hujan
tinggi
 Ciri-ciri : warna putih sampai hitam, miskin unsur hara
 Pemanfaatannya : untuk palawija, hutan jati
 Persebaran : Gunung kidul , Yogyakarta
Terarosa

b. Tanah Mediteran

 Proses terbentuknya : hasil pelapukan batuan kapur keras dan sedimen


 Ciri-ciri : Warna putih kecoklatan, keras, tidak subur
 Pemanfaatannya : untuk pertanian tegalan, hutan jati
 Persebaran : Pegunungan Jawa Timur, Nusa Tenggara, Jawa Tengah, Sulawesi, Maluku,
Sumatera

Ciri-ciri tanah di Indonesia:

 Banyak mengandung unsur hara


 Struktur tanahnya baik, artinya susunan butir-butir tanah tidak terlalu padat dan tidak
terlalu lenggang
 Cukup mengandung air yang berguna untuk melarutkan unsur hara
 Mempunyai garam-garaman dalam jumlah banyak

Anda mungkin juga menyukai