Anda di halaman 1dari 31

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Kajian Literature

Jumlah pencarian dengan memasukan kata kunci melalui database

Google Scholar ditemukan 5.320 jurnal dengan Science Dierect 2.311,

PubMed 50 jurnal. Namun setelah di telesuri lebih jauh hanya 2.111 jurnal

yang memuat tentang intervensi pemberian pendidikan kecemasan untuk

mengurangi kecemasan pre operatif. Pembagian terhadap 2.111 jurnal

tersebut diantaranya 48 jurnal ditemukan dari PubMed 243 Jurnal dari

Science Dierect dan 1820 jurnal lainnya dari Google Scholar. Setelah

dilakukan seleksi jurnal dalam rentang 5-10 tahun terakhir serta jurnal yang

berbahasa Indonesia atau Inggris ditemukan ada 945 Jurnal. Selanjutnya

penulis melakukan seleksi lebih lanjut terhadap judul dan duplikat jurnal dan

menemukan ada 945 jurnal selanjutnya dari 945 jurnal hanya 24 yang layak

dilakukan Identifikasi Abstrak dan lebih lanjut ditemukan 8 jurnal yang bisa

penulis analisis lebih lanjut.

Dari 8 hasil penelitian yang ditelaah, ditemukan bahwa ada banyak

model pemberian intervensi: Pemberian infomasi procedural, pemberian

informasi pre operasi sebelum operasi, pendekatan yang diterapkan pada

wawancara pre operasai untuk mengurangi kecemasan, edukasi berbasis

kebutuhan, pemberian pendidikan kesehatan, program pelatihan untuk

mengelolah kecemasan pada pasien bedah.


Walaupun ada banyak model pemberian intervensi namun bisa

disimpulkan bahwa umumnya intervensi yang diberikan yaitu dengan cara

memberikan edukasi dan informasi mengenai cara pengurangan tingkat

kecemasan pre operasi dengan menggunakan berbagai cara serta media dalam

menyampaikan edukasi atau informasi tersebut diantaranya menggunakan

media booklet, power point, video, serta bahan ajar dan materi berupa modul.

1. Hasil Ekstraksi Data

Setelah dilakukan seleksi studi maka peneliti melakukan ekstraksi

data yang terdiri dari 8 jurnal yang masuk pada kriteria inklusi. Hasilnya

bisa dilihat pada tabel 4.1 ekstraksi data dibawah ini :


Tabel 5.1 Hasil Ekstraksi Data

Design Sample
No Judul Peneliti Instrumen Intervensi Hasil
Penelitian Penelitian
1 Relaxation with Río, et al Quasi 95 Kuesioner 1.Informasi Penurunan tingkat
heat and 2020 Experimen Pasien - Kelompok procedural tediri kecemasan yang
procedural yang infomasi: Membuat dari penjelasan lebih tinggi pada
Negara :
information to akan brosur informasi dengn menggunakan kelompok RWH
México
diminish menjalan - Kelompok panas brosur yang jika dibandingkan
anxiety in i oprasi (RWH): terdiri dari informative yang dengan kelompok
presurgical yang pemberian paket berisi tentang , kelompok
patients dibagi panas (heat pack)) penjelasan singkat informasi
ofhernia dua untuk pasien sambil tentang proses prosedural dan
surgery kelompo meminta mereka pembedahan, jenis kelompok control
k yaitu untuk memikirkan anestesi yang dapat RWH
kelompo manfaatnya operasi mereka terima menghasilkan
k dan instruksi (anestesi lokal atau pengurangan yang
informas relaksasi diberikan blok tulang lebih tinggi secara
i belakang) dan signifikan.keadaan
Alat ukur :
prosedur indikasi setelah kecemasan
dan State-Trait Anxiety operasi. Dilakukan sebelum operasi
kelompo Inventory (STAI) sekitar sekitar 5 hernia
k panas dengan kisaran 20-80 menit
(RWH) poin (Spielberger & 2.Kelompok RWH
menggun Díaz-Guerrero, 2006), terdiri dari
akan memberikan paket
heatpack panas (heat pack))
kepada pasien yang
diaktifkan oleh
pasien untuk
pemanasan
sementara psikolog
memberi tahu
mereka bahwa
menutup mata dan
fokus pada mereka
bernafas dan
memikirkan manfaat
operasi mereka,
manfaat bagi
kesehatan dan untuk
keluarga mereka,
saran diucapkan
hanya sekali tetapi
terus menekankan
perhatian dalam
napas, kemudian
mereka berbicara
tentang manfaat
yang mereka
catat. Semua proses
berlangsung sekitar
5 menit.
2 Preoperative Muluget cross- 353 Kuesioner telah Pengumpulan data Prevalensi
anxiety and a, H, et sectional Pasien disiapkan sebelumnya dilakukan melalui kecemasan pra
associated al, 2018 yang dikupas dalam bahasa wawancara operasi tergolong
factors among dijadwal Inggris dan menggunakan tinggi. Tingkat
Negara :
adult surgical kan diterjemahkan ke dalam kuesioner kecemasan pra
Ethiopia
patients in untuk bahasa local. pengumpulan data operasi secara
Debre Markos operasi hanya membutuhkan signifikan terkait
Alat ukur :
and Felege waktu 20 menit untuk dengan seks,
Hiwot referral State-Trait Anxiety menyelesaikan satu penyediaan
hospitals, Inventory Scale (S- pasien. Dua informasi pra
Northwest STAI) adalah ukuran Supervisor diawasi operasi, dan
Ethiopia laporan diri yang dengan ketat proses pengalaman bedah
memiliki dua subskala. pengumpulan data sebelumnya. 
Pertama, State Anxiety Psikososial pra operasi penelitian ini
Scale (S-Anxiety) penilaian harus tingkat kecemasan
mengevaluasi keadaan dimasukkan kedalam menurun dengan
kecemasan saat ini, praktik keperawatan meningkatnya
menanyakan bagaimana rutin dan setiap pasien tingkat pendidikan.
perasaan harus diberikan
responden“sekarang informasi pra operasi
juga,”menggunakan item sebelum operasi
yang mengukur perasaan
subjektif dari
ketegangan, kegugupan,
kekhawatiran, dan
aktivasi / gairah dari
sistem saraf otonom.
Skala Kecemasan Trait
(T-Anxiety)
mengevaluasi aspek-
aspek yang relatif
stabil“rawan
kecemasan,”termasuk
keadaan umum
ketenangan, kepercayaan
diri, dan keamanan.
Reliabilitas dan validitas
STAI dilaporkan dengan
baik (Cronbach's alpha =
0.86) dan pengukuran
kecemasan negara
direkomendasikan dalam
periode perioperatif.
3 Preoperative L.Pereira Randomiz 104 - Kuesioner 104 peserta secara Hasil penelitian ini
anxiety in , et al ed-control Pasien - wawancara empatik acak ditugaskan ke menunjukkan
ambulatory 2016 trial yang berpusat pada kelompok intervensi bahwa pendekatan
surgery: The (RCT) pasien (IG) dan kontrol (CG). yang berpusat pada
Negara:
impact of an 1. CG menerima pasien empatik
Portugal Alat ukur :
empathic informasi standar yang yang diterapkan
patient- State-Trait Anxiety disampaikan secara pada wawancara
centered Inventory Form Y rutin tentang norma pra operasi
approach on (STAI-Y). STAI-Y rawat inap dan mengurangi tingkat
psychological adalah instrumen deskripsi prosedur kecemasan dan
and clinical laporan diri 20 item persiapan bedah dalam mempromosikan
outcomes yang mencakup ukuran wawancara individu pemulihan pasca
terpisah dari kecemasan yang berlangsung operasi yang lebih
keadaan dan sifat. selama 15 menit. baik pada pasien
STAI asli dibangun Wawancara ini yang menjalani
oleh Spielberger dan mencakup pertanyaan operasi
telah diadaptasi ke yang memunculkan
lebih dari 30 bahasa pasien'keraguan
untuk penelitian lintas tentang informasi yang
budaya dan praktik diterima, tetapi kurang
klinis. Uji reliabilitas mempertimbangkan
dan validitas telah kekhawatiran dan
memberikan bukti yang emosi pribadi.
efisien bahwa STAI-Y 2. IG menerima
adalah ukuran yang wawancara individu
tepat dan memadai 15 menit yang
untuk mempelajari diterapkan oleh
kecemasan dalam perawat terlatih
penelitian dan mengikuti pendekatan
pengaturan klinis. yang berpusat pada
Bentuk kuesioner pasien. Intervensi
Portugis terdiri dari awalnya
memunculkan dan
mengeksplorasi
pasien' pertanyaan dan
kekhawatiran pribadi
tentang pembedahan,
dan kemudian
menjawab pertanyaan
dan kekhawatiran ini
dengan cara yang
disesuaikan melalui
penyampaian
informasi yang
dipersonalisasi dan
tanggapan empatik
terhadap emosi
melalui apresiasi
eksplisit dari emosi
ini, yang mengarah
pada rasa validasi dan
pemahaman.

4 Preoperative Wongkie Randomiz 450 - Wawancara Kuesioner diberikan Hasil penelitian ini
Needs-Based tkachorn, ed-control pasien - Memberikan kepada peserta untuk menunjukkan
Education to A, et al trial infomasi sesuai menilai hasil sebelum bahwa pendidikan
Reduce (RCT) pendidikan pasien, pasien berbasis
2018 kebutuhan
Anxiety, setelah pendidikan kebutuhan dapat
Increase - Kuesioner mengurangi
pasien, dan setelah
Satisfaction, Kuesioner kecemasan pra
operasi mereka. Untuk
and Decrease dikembangkan memastikan kehadiran operasi dan
Time Spent in berdasarkan skrip pendidik tidak meningkatkan
Day Surgery: A terstruktur dan mempengaruhi opini kepuasan.
Randomized memungkinkan peserta, mereka
Controlled diberitahu bahwa opini
responden untuk
Trial mereka akan
memilih berapa dirahasiakan dan tidak
banyak informasi akan diungkapkan
yang mereka inginkan kepada pendidiknya.
Mereka juga
tentang setiap topik:
menyelesaikan
ringkas, atau kuesioner STAI secara
terperinci. Kuesioner pribadi di ruang
diujicobakan dan terpisah dari pendidik
divalidasi dengan 20 mereka. Kuesioner
pasien. yang telah diisi
Alat Ukur: diserahkan untuk
analisis.
STAI State-Trait
Anxiety Inventory,
skala analog visual
VAS
5 The effect of Behrooz, Randomiz 60 • formulir yang berisi memanfaatkan Menurut hasil
multimedia- Z ed-control pasien data demografi multimedia dalam penelitian ini
based nursing trial • formulir termasuk kunjungan menyimpulkan
2018
visit on (RCT) data klinis keperawatan prabedah bahwa memberikan
preoperative Negara: berbasiskan kebutuhan informasi yang
Alat Ukur:
anxiety and Iran pasien. sesuai dan
vital signs in kuesioner State-Trait pelatihan dengan
patients Anxiety (1983) multimedia oleh
undergoing Spielberger perawat
lumbar disc (Spielberger et al 1983) perioperatif dan
herniation dibentuk
surgery : A kunjungan
randomised keperawatan dapat
clinical trial mengurangi
kecemasan pra
operasi.
6 The Evaluation Banu Randomiz 100 Formulir informasi Informasi pra operasi Tidak ada
of Anxiety Cevik, ed-control Pasien pribadi yang digunakan adalah cara terbaik hubungan yang
Levels and trial dalam penelitian ini menurunkan signifikan secara
2018
Determinant (RCT) disiapkan oleh peneliti kecemasan pra operasi statistik antara
actors in Negara: untuk menentukan tingkat kecemasan
Preoperative Istanbul, karakteristik dan jenis kelamin,
Patients Turki demografis, kebiasaan, tingkat pendidikan,
dan fitur keluarga pekerjaan, jumlah
peserta. Pada bagian anggota keluarga
terakhir formulir ini dan riwayat operasi
terdapat pertanyaan- sebelumnya,
pertanyaan untuk beberapa penelitian
menjelaskan situasi menyatakan bahwa
psikologis individu tingkat pendidikan
Alat ukur: tidak
State-Trait Anxiety mempengaruhi
Inventory (STAI) tingkat kecemasan .
Tetapi dapat
dengan mudah
berpikir bahwa
orang yang lebih
berpendidikan
dapat berpikir dan
menyelidiki
prosedur
pembedahan lebih
banyak dan ini
dapat dengan
mudah
meningkatkan
tingkat kecemasan
mereka
Kuesioner demografis Dalam penelitian ini penyediaan
7 Effect of Bagheri, Quasi 70
dan State-Trait Anxiety intervensi dilakukan informasi tentang
Preoperative et al Experimen pasien
Inventory (STAI) dalam dua tahap: tingkat kecemasan
Visitation by 2018 diselesaikan oleh Langkah 1: pasien bedah
Operating
perawat ahli sesuai Kunjungan Pasien di elektif dan
Room Staff on Bangsal Bedah Malam
dengan respon pasien menemukan
Preoperative Sebelum Operasi
dengan berbicara bahwa, berdasarkan
Anxiety in Pada kelompok
kepada mereka. Spielberger STAI,
Patients intervensi, ahli
Akhirnya, pasien pelatihan pra
Receiving teknologi bedah,
dimasukkan ke dalam operasi
Elective Hernia setelah
kelompok eksperimen menghasilkan
Surgery memperkenalkan diri penurunan
dan menjelaskan kecemasan yang
tujuan dan metodologi signifikan pada
penelitian, kelompok
memberikan informasi intervensi (27,54)
singkat tentang ahli dibandingkan
bedah, jenis dengan kelompok
pembedahan, tempat kontrol (49,22)
pembedahan, waktu
pembedahan, lama
pembedahan,
pengaturan ruang
operasi. , dan durasi
tinggal di unit
perawatan
postanesthesia
menggunakan bahasa
yang sederhana dan
mudah dimengerti.
Para pasien dalam
kelompok intervensi
juga diyakinkan
bahwa peneliti (ahli
teknologi bedah) akan
dikirim ke ruang
operasi pada hari
operasi. Melalui
interaksi ini, pasien
dalam kelompok
intervensi memiliki
kesempatan untuk
menanyakan
pertanyaan teknolog
bedah mengenai
pembedahan dan
mendapatkan jawaban
dari ahli teknologinya.
Langkah 2: Kunjungan
Pasien di Bagian
Ruang Operasi Segera
SebelumPembedahan

Setelah memindahkan
pasien ke ruang
tunggu di bagian
ruang operasi, ahli
teknologi bedah
mengunjungi pasien
dalam kelompok
intervensi dan
menyelesaikan
kuesioner STAI sesuai
dengan tanggapan
pasien. Teknolog
bedah tetap berada di
samping tempat tidur
pasien eksperimen
sampai induksi
anestesi.

Kelompok kontrol tidak


menerima intervensi
studi dan hanya
menerima perawatan
pra operasi rutin oleh
perawat di bangsal
bedah dan departemen
ruang operasi. Perlu
disebutkan bahwa
kedua kelompok
menerima perawatan
rutin yang serupa
(pengobatan sebelum
operasi, persiapan
tempat pembedahan,
jenis dan metode
anestesi, kedalaman
anestesi, serta jenis dan
metode intubasi
endotrakeal) mulai dari
malam sebelum
pembedahan hingga
pagi hari pada hari itu.
operasi.
Penelitian ini Temuan dari
9 The Effect of Heshmat Uji Klinis 56 Kuesioner
Mental Imagery ifar. N, Acak Pasien merupakan uji klinis penelitian ini
Alat ukur:
on Preoperative at al, acak yang dilakukan menunjukkan bahwa
pada 56 pasien sebelum citra mental pra
Anxiety of 2020 State-Trait Anxiety
Electtive Inventory (STAI) menjalani operasi operasi mengurangi
Negara:
Hernia hernia. Setelah mengisi kecemasan pada
Iran
formulir informed kelompok intervensi
consent, pasien dipilih dibandingkan
berdasarkan dengan kelompok
aksesibilitas dan dibagi kontrol.
menjadi kelompok Penemuan dari
intervensi dan kontrol penelitian ini
menunjukkan bahwa
menggunakan blok
preop- citra mental
permutasi acak (blok 6 yang efektif
bagian). Besar sampel mengurangi
adalah 30 orang pada kecemasan dalam
intervensi
setiap kelompok.
Kuisioner demografi
dan Spielberger's State
and Trait Anxiety
Inventory (STAI)
digunakan untuk
pengumpulan data.
Satu jam sebelum
masuk ke ruang
operasi, kuesioner diisi
setelah pemilihan awal
unit pencarian ulang.
Akhirnya 28 orang
tetap berada di setiap
kelompok. Pada
kelompok intervensi,
selain perawatan rutin,
file audio yang berisi
musik santai dan
visualisasi
pemandangan indah
(pantai),

Kelompok kontrol
hanya menerima
perawatan rutin dan
kecemasan diukur lagi
setelah 18 menit. Di
akhir penelitian,
kuesioner Spielberger
diselesaikan pada
kedua kelompok.
2. Hasil Penelitian

Sesuai tabel diatas, ada beberapa jurnal yang memberikan intervensi

melalui pendidikan kesehatan diantaranya :

Penelitian (Río, et al 2020), yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan

dengan pasien yang menjalani konsultasi pra bedah untuk perbaikan hernia

(pusar atau inguinal), dalam pelayanan bedah umum rumah sakit umum tingkat

ketiga di kota Guadalajara berada diundang untuk berpartisipasi.

Tiga kelompok studi dibentuk secara berurutan selama kurun waktu 1

tahun (Mei / 2018 - Januari / 2019). Setiap kelompok dibentuk selama kurang

lebih 2 bulan. Selama 2 bulan, kelompok kontrol dibentuk, 2 bulan berikutnya,

kelompok procedural Informasi dan dalam 2 bulan terakhir, rombongan RWH ini

berturut-turut. Adapun prosedurnya yakni:

1. Informasi procedural tediri dari penjelasan dengan menggunakan brosur

yang informative yang berisi tentang , penjelasan singkat tentang proses

pembedahan, jenis anestesi yang dapat mereka terima (anestesi lokal atau

blok tulang belakang) dan indikasi setelah operasi. Dilakukan sekitar sekitar

5 menit

2. Kelompok RWH terdiri dari memberikan paket panas (heat pack)) kepada

pasien yang diaktifkan oleh pasien untuk pemanasan sementara psikolog

memberi tahu mereka bahwa menutup mata dan fokus pada mereka bernafas

dan memikirkan manfaat operasi mereka, manfaat bagi kesehatan dan untuk

keluarga mereka, saran diucapkan hanya sekali tetapi terus menekankan


perhatian dalam napas, kemudian mereka berbicara tentang manfaat yang

mereka catat. Semua proses berlangsung sekitar 5 menit. Hasil dari

penelitian ini Penurunan tingkat kecemasan yang lebih tinggi pada

kelompok RWH jika dibandingkan dengan kelompok kelompok informasi

prosedural dan kelompok control RWH menghasilkan pengurangan yang

lebih tinggi secara signifikan.keadaan kecemasan sebelum operasi hernia.

Penelitian Mulugeta, H, et al, 2018, yaitu : Prevalensi kecemasan pra

operasi tergolong tinggi. Tingkat kecemasan pra operasi secara signifikan terkait

dengan seks, penyediaan informasi pra operasi, dan pengalaman bedah

sebelumnya. Dalam penelitian ini tingkat kecemasan menurun dengan

meningkatnya tingkat pendidikan.

Penelitian (Pereira, L et al, 2016 :104 peserta secara acak untuk intervensi

kelompok (IG) dan control (CG). CG menerima secara rutin menyampaikan

informasi standar tentang norma rawat inap dan deskripsi prosedur persiapan

bedah diwawancara individu berlangsung selama 15 menit. Wawancara ini

mencakup pertanyaan yang menimbulkan keraguan pasien tentang informasi

yang diterima, tetapi kurang mempertimbangkan kekhawatiran dan emosi

pribadi. IG menerima wawancara individu 15 menit yang diterapkan oleh

perawat terlatih mengikuti pendekatan yang berpusat pada pasien. Intervensi

terdiri dari awalnya memunculkan dan mengeksplorasi pertanyaan dan pribadi

pasien kekhawatiran tentang operasi, dan kemudian menjawab pertanyaan-

pertanyaan ini dan kekhawatiran dengan cara yang disesuaikan melalui


pengiriman informasi yang dipersonalisasi dan respons empatik terhadap emosi

melalui apresiasi eksplisit dari emosi ini, yang mengarah ke suatu perasaan

validasi dan pemahaman prosedur. Kecemasan dinilai sebelum dan sesudah

wawancara pra operasi dan setelah operasi. Penyembuhan luka, pemulihan pasca

operasi dan kepuasan dengan kualitas informasi pra operasi dinilai setelah

operasi

Wongkiet kachorn, A, et al 2018 yaitu : Memberikan informasi lisan dan

tertulis selama pendidikan pasien, kelompok kontrol ditetapkan untuk mewakili

metode pengajaran ini dan didefinisikan sebagai tradisional pendidikan. Semua

informasi rinci diberikan kepada peserta dalam kelompok ini. Di sisi lain,

kelompok belajar menerima pendidikan berbasis kebutuhan. Peserta juga

menerima informasi lisan dan tertulis untuk mengontrol mode penyampaian

informasi, tetapi perbedaan utama adalah jumlah informasi yang diberikan

kepada peserta.Para peserta ini pertama kali menerima kuesioner yang dikelola

sendiri mereka dapat memilih seberapa banyak informasi yang mereka inginkan

untuk mengetahui di setiap topic. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

pendidikan pasien berbasis kebutuhan dapat mengurangi kecemasan pra operasi

dan meningkatkan kepuasan.

Behrooz, Z 2018 yaitu : Kunjungan keperawatan berbasis multimedia

dalam intervensi kelompok termasuk kunjungan 30 sampai 50 menit di rumah

sakit pasien oleh peneliti dalam empat langkah-langkah pertama termasuk

memberikan informasi tentang diskusi intervertebralis hernia, perawatan pra


operasi kritis, pencabutan aksesories dan gigi palsu pada hari operasi sebelumnya

mentransfer ke ruang operasi, berbagai cara pengobatan termasuk

pembedahan. Kemudian klip video dimainkan di tablet dari dokter bedah saraf

bicara belajar tentang operasi herniasi lumbal, jugatiga klip video dari beberapa

pasien yang telah menjalani operasi dan telah sembuh. Akhirnya, pamphlet

tentang operasi herniasi lumbal itu ditampilkan

Pada langkah kedua, beberapa informasi tentang transfer ke ruang operasi,

lingkungan fisiknya dan ruang tunggu, instrumen dan perlengkapan yang tersedia

mampu di ruang operasi, dan penjelasan tentang tim bedah dan anestesi

disediakan. Informasi mengenai apa yang diharapkan dari pasien sebelum dan

selama anestesi umum atau spinalsia dan bagaimana berpartisipasi, langkah-

langkah yang diambil dalam pemulihan dan bagaimana pasien dipindahkan

sebelum dikirim pada saat yang sama, sepuluh gambar diambil dari ruang operasi

dan peralatan yang digunakan ada ditampilkan melalui tablet.

Tahap ketiga, pamflet dan foto digunakan untuk mendidik pasien tentang

perawatan pasca operasi baik di lingkungan maupun di rumah, seperti bagaimana

caranya ganti pakaian dan perban dan cara berjalan.

Pada langkah keempat, setiap pertanyaan dan ketidakpastian para pasien di

berbagai bidang yang berkaitan dengan penyakit dan proses pembedahan yang

tidak dirujuk oleh peneliti dalam kunjungan keperawatan terjawab.


Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa memberikan informasi yang

sesuai dan pelatihan dengan multimedia oleh perawat perioperatif dan dibentuk

kunjungan keperawatan dapat mengurangi kecemasan pra operasi.

Banu Cevik, 2018 dalam penelitiannya menyebutkan dalam hal pendidikan,

beberapa penelitian menyatakan bahwa tingkat pendidikan tidak mempengaruhi

tingkat kecemasan, tetapi dapat dengan mudah berpikir bahwa orang yang lebih

berpendidikan dapat berpikir dan menyelidiki prosedur pembedahan lebih

banyak dan ini mungkin dengan mudah meningkatkan tingkat kecemasan

mereka. Dalam penelitian kami, tingkat kecemasan rata-rata adalah 40,82 ± 8,54

pada kelompok sekolah dasar dan 42,87 ± 8,99 pada kelompok SMA dan

Universitas. Persiapan untuk operasi dan menunggu janji untuk prosedur ini

merupakan sumber utama stres pada pasien. Ketika pasien ini datang ke rumah

sakit satu hari sebelum operasi, dia akan mengalami stress.

Beberapa penelitian juga menemukan intervensi yang dapat menurunkan

tingkat kecemasan pre operasi. Penelitian (Bagheri,et al) 2018, yaitu:

menggunakan pendekatan evaluasi kecemasan pada pra operasi program

pelatihan untuk mengelola kecemasan pada pasien bedah direkomendasikan

dalam penelitian ini dilakukan intervensi:

Langkah 1 : Kunjungan Pasien di Bangsal Bedah malam sebelum Operasi

pada kelompok intervensi oleh petugas bedah, intinya setelah memperkenalkan

dirinya dan menjelaskan tujuan dan metodologi penelitian, disediakan informasi


singkat tentang ahli bedah, jenis bedah, tempat pembedahan, waktu pembedahan,

durasi operasi, pengaturan ruang operasi, dan durasi tinggal di unit perawatan

post anesthesia menggunakan sederhana dan bahasa yang bisa dimengerti. Para

pasien di kelompok intervensi juga diyakinkan bahwa peneliti (ahli teknologi

bedah) akan dikirim ke ruang operasi pada hari operasi. Melalui interaksi ini,

pasien dikelompok intervensi berkesempatan untuk bertanya pada ahli bedah

tentang operasi,

Langkah 2 : Kunjungan pasien di Ruang Operasi segera sebelum

pembedahan. Setelah memindahkan pasien ke ruang tunggu di departemen ruang

operasi, bagian bedah teknologi mengunjungi pasien dalam intervensi kelompok

dan menyelesaikan kuesioner STAI menurut tanggapan pasien.Bedah teknologi

tetap di samping tempat tidur pasien sampai induksi anestesi.Untuk kedua grup,

Spielberger STAI adalah diselesaikan dalam dua tahap, malam sebelum operasi

dan waktu kedatangan di ruang operasi oleh ahli perawat yang tidak mengetahui

penelitian ini.

Kunjungan pra operasi, sebagai intervention bisa efektif dalam mengurangi

kecemasan di pasien bedah elektif. Akibatnya dianjurkan untuk memasukkan

evaluasi kecemasan pendekatan dalam program pelatihan pra operasi dan

intervensi perilaku dan mental lainnya mengelola kecemasan pada pasien bedah

elektif.

Heshmatifar. N, at al, 2020 dalam penelitian ini mengatakan pencitraan

mental dapat digunakan sebagai cara yang mudah, murah dan cara non-invasif
untuk mengurangi kecemasan pasien sebelum operasi. Teknik ini tidak

membutuhkan peralatan khusus atau pelatihan ekstensif, dan pasien mudah

dilatih dan langsung diterima.Karena ada hasil yang bertentangan dari dampak

citra mental pada kecemasan, lebih jauh menyoroti pentingnya melakukan

penelitian dalam hal ini.Dalm penelitian ini besar sampel adalah 30 orang pada

setiap kelompok.Kuisioner demografi dan Spielberger's State and Trait Anxiety

Inventory (STAI) digunakan untuk pengumpulan data. Satu jam sebelum masuk

ke ruang operasi, kuesioner diisi setelah pemilihan awal unit pencarian ulang.

Akhirnya 28 orang tetap berada di setiap kelompok. Pada kelompok intervensi,

selain perawatan rutin, file audio yang berisi musik santai dan visualisasi

pemandangan indah (pantai),

Kelompok kontrol hanya menerima perawatan rutin dan kecemasan

diukur lagi setelah 18 menit.Di akhir penelitian, kuesioner Spielberger

diselesaikan pada kedua kelompok.Temuan dari penelitian ini menunjukkan

bahwa citra mental pra operasi mengurangi kecemasan pada kelompok intervensi

dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Penelitian Heshmatifar. N, at al, 2020 Temuan dari penelitian ini

menunjukkan bahwa citra mental pra operasi mengurangi kecemasan pada

kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Penelitian ini

menunjukkan bahwa preop- citra mental yang efektif mengurangi kecemasan

dalam intervensi.
B. PEMBAHASAN

1. Intervesi Pendidikan Kesehatan

Studi literatur ini membahas mengenai berbagai metode intervensi

penerapan pendidikan kesehatan untuk mengurangi tingkat kecemasan pre

operasi. Dari sembilan jurnal yang direview ditemukan bahwa ada banyak

metode pemberian intervensi pemberian pendidikan kesehatan yang dilakukan

peneliti. Peneltian Río, et al 2020 Menyebutkan bahwa dengan memberikan

informs tentang prosedur lebih mengurangi kecemasan pada pasien yang akan

menjalankan pre op. Mulugeta, H, et al, 2018 dalam penelitiannya

mengatakan penyediaan informasi pra operasi, dan pengalaman bedah

sebelumnya dapat menurun tingkat kecemasan dengan meningkatnya tingkat

pendidikan. Ini konsisten dengan penelitian serupa lainnya.

Penelitian Wongkietkachorn, A, et al 2018 hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa pendidikan dapat mengurangi pra operasi kecemasan

serta nyeri pasca operasi.

Dalam Penelitian ini juga menyebutkan ada intervensi yang bisa

menurunkan tingkat kecemasan ini disebutkan dalam penelitian Bagheri,et al

2018 yaitu dengan menggunakan pendekatan evaluasi kecemasan pada pra

operasi, program pelatihan untuk mengelolah kecemasan pada pasien bedah

direkomendasikan.

Heshmatifar. N, at al,2020 Penemuan dari penelitian ini menunjukkan

bahwa intervensi menurunan tingkat kecemasan pre op dengan citra mental


yang efektif mengurangi kecemasan. Ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan di Rsup Dr. M.Djamil bahwa tingkat kecemasan sangat tinggi pada

pasien yang akan menjalankan operasi. Untuk mengurangurang kecemasan ini

intervensi yang tepat dilakukan adalah penerapan pendidikan kesehatan.

Kuisioner yang digunakan oleh delapan jurnal penelitian yang

direview juga beragam namun kuisioner yang paling banyak digunakan untuk

mengukur tingkat kecemasan yaitu State-Trait Anxiety Inventory (STAI).

Jangka waktu pemberian intervensi juga sangat bervariasi mulai dari 1 hari

(Behrooz, Z 2018) sampai dengan 3 bulan (Mulugeta, H, et al, 2018). Dengan

rata-rata pemberian intervensi 1-2 kali sehari dan setiap pertemuan berkisar

20- 30 menit.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat perbandingan efektivitas dari

intervensi untuk menururunkan kecemasan pasein pre operasi. Artikel yang

memenuhi kriteria pada penelitian kali ini menggunakan proses peningkatan

pengetahuan pada pasien, dengan tiga diantaranya menggunakan metode

multimedia, animasi, dan edukasi terintegrasi.

Edukasi pre operasi dilakukan dalam beberapa model intervensi yang

bertujuan meningkatkan kualitas psikologis dan fisiologis pasien

(Papanastassiou et al, 2011). Salah satu tujuan pemberian edukasi pre operasi

adalah untuk mengendalikan kecemasan pasien yang biasanya meningkat

menjelang operasi. Beberapa penelitian menunjukan data yang kurang


memenuhi kriteria dikarenakan jumlah sampel yang kecil hingga jenis

pembedahan yang terlalu beragam (Burgess, Arundel, & Wainwright, 2019)

Kecemasan pasien pre operatif dipercaya berhubungan dengan

kekhawatiran pasien tentang proses penyakitnya, perawatan di rumah sakit,

tindakan anesthesia dan pembedahan itu sendiri (Lemos et al, 2019). Rasa

cemas pasien dalam fase pre operasi dapat mengarah pada meningkatnya level

hormone stress yang berakibat pada meningkatnya respon metabolik sebelum

anesthesia. Salah satu nya adalah peningkatan tekanan darah dan nadi yang

diakibatkan karena meningkatnya katekolamin (Eren et al, 2011)

Pada penelitian ini hasil yang didapatkan cukup bervariasi, namun

beberapa hal cukup menarik untuk dapat dijadikan catatan.Pada perbandingan

jenis kelamin, didapatkan data bahwa pasien laki-laki cenderung lebih mudah

mengendalikan kecemasannya dibandingkan dengan pasien wanita. Hal ini

mungkin dikarenakan adanya perbedaan pola komunikasi antara pasien pria

dan wanita, yang jika tidak disikapi dengan baik dapat memberikan hasil yang

lebih buruk pada pasien wanita (Río, et al 2020 dan Banu Cevik,2018).

Hasil penelitian pada review ini menunjukan adanya perbedaan

kualitas proses pendidikan kesehatan (sehubungan dengan konten materi

edukasi) dan kuantitas (kedalaman serta jangka waktu) intevensi pendidikan

kesehatan yang dilakukan. Intervensi penanganan kecemasan yang dilakukan

hendaknya harus memiliki dasar konsep teori yang jelas .Penelitian Guo et al

(2012) menjadi contoh bahwa sulit untuk membedakan apakah sebenarnya


penyebab kecemasan pasien pre operasi dalam penelitian mereka dapat

menurun secara signifikan karena dalam artikelnya mereka tidak memperjelas

konsep dan konten dari metode mereka.Penjelasan terkait kelompok kontrol

juga belum lengkap dibahas dalam beberapa artikel. Manajemen kecemasan

dengan menggunakan berbagai metode yang variatif dapat memudahkan tim

kesehatan karena tim lebih dapat memberikan keluasan waktu bagi pasien

tanpa perlu terus menemani pasien dalam prosesnya (Kakinuma et al, 2011).

Metode pemberian pendidikan kesehatan juga hendaknya diikuti dengan

klarifikasi dari tim medis untuk memperkecil peluang misinterpretasi pasien

yang justru dapat memicu kecemasan (Akbarzadeh, Kouchaksaraei, Bagheri,

& Ghezel, 2010) serta akan mampu meningkatkan kepuasan pasien (Huber et

al, 2013).

Dari semua jurnal yang direview bisa dilihat bahwa semua jurnal hasil

penelitian mendapatkan data bahwa intervensi yang diberikan memberikan

pengaruh positif pada penurunan tingkat kecemasan yang diiringi oleh

perbaikan kearah yang lebih baik untuk menghadapi operasi yang akan

dijalani pasien. walaupun tidak semuanya mendapatkan hasil bahwa

perubahan yang terjadi sangat signifikan. Jurnal penelitian (Río, et al 2020)

misalnya, walaupun intervensi yang diberikan sangat sederhana hanya

memberikan informasi namun menemukan bahwa intervensi berpengaruh

adanya penurunan tingkat kecemasan yang lebih tinggi pada kelompok RWH

tapi dijurnalnya ini juga terdapat beberapa kekurangan yaitu kurangnya


pengacakan, dengan adanya fakta bahwa penelitian ini tidak dilakukan secara

paralel. Kurangnya pengukuran setelah operasi termasuk komplikasi.

Semua jurnal yang direview memang membuktikan bahwa pemberian

intervensi memberikan pengaruh positif pada penurunan tingkat kecemasan

sebelum menjalankan operasi, namun sayangnya penulis jadi tidak bisa

membandingkan mana penelitian yang pro dan kontra.. Hal ini mungkin

dikarena keterbatasan akses pencarian jurnal dan kesulitan penulis dalam

mencari jurnal penelitian terkait topik ini. Selain itu, bisa kita lihat juga bahwa

semua jurnal yang direview memang mengukur penurunan tinkat kecemasan

pre operasi namun hanya sebagian yang juga mengukur kecemasan pasien

setelah operasi dilakukan hingga ini kemudian juga menjadi salah satu

keterbatasan studi literatur penulis karena akhirnya tidak semua dari jurnal

yang di review bisa dinilai apakah memang penurunan kecemasan menurun

dengan pemberian pedidikan kesehatan. Terlepas dari banyaknya keterbatasan

dan kekurangan review ini, penulis berpendapat bahwa keberhasilan pada

penurunan tingkat kecemasan pada pasien yang akan menjalan operasi

mayoritas jurnal penelitian, tidak bisa dilepaskan dari intervensi yang

diberikan yaitu pemberian pendidikan kesehatan menjelang operasi.

Penelitian (Mulugeta, H, et al, 2018) yang menemukan bahwa

Prevalensi kecemasan pra operasi tergolong tinggi. Tingkat kecemasan pra

operasi secara signifikan terkait dengan seks, penyediaan informasi pra

operasi, dan pengalaman bedah sebelumnya. Psikososial pra operasi penilaian


harus dimasukkan kedalam praktik keperawatan rutin dan setiap pasien harus

diberikan informasi pra operasi sebelum operasi.Adapun kelebihan dari

penelitian ini ditemukan tingkat pendidikan secara signifikan terkait dengan

tingkat kecemasan.Tingkat kecemasan menurun dengan meningkatkan tingkat

pendidikan, dan adapun kekurangan penelitian ini tidak mengukur tingkat

kecemasan pasien sebelumnya.Pebandingan tingkat kecemasan pra operasi

diantara responden belum selesai.

Selain karena intervensi yang diberikan, penurunan tingkat kecemasan

pre operasi ini juga dikarenakan metode pemberian intervensinya yaitu

melalui pemberian informasi dengan berbagai metode seperti pendidikan dan

promosi kesehatan.Menurut WHO (2012) Pendidikan kesehatan adalah salah

satu upaya dibidang kesehatan yang menitik beratkan pada upaya

meningkatkan perilaku sehat yang mana tujuannya adalah untuk mengubah

perilaku seseorang atau masyarakat walaupun pada prinsipnya mengubah

perilaku seseorang tidaklah mudah.

Menurut Notoadmojo (2000), pendidikan dapat mengubah pola pikir,

tingkah laku dan pengambilan keputusan seseorang. Pendidikan juga berguna

untuk mengurangi stressor seseorang baik dari dalam dirinya maupun stressor

dari luar.Pendidikan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan

seseorang. Menurut Smart (2010), peningkatan pengetahuan seseorang

didapat dari hasil informasi. Apabila penerimaan informasi baru.atau adopsi

informasi melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap
maka informasi tersebut tidak akan menimbulkan kesalahan. Sebaliknya

apabila informasi itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka

akan menimbulkan kasalahan yang berdampak pada ketakutan dan

kekhawatiran atau meningkatnya rasa kecemasan

Pemilihan instrument penelitian juga menjadi faktor penting

keberhasilan pada jurnal penelitian, dimana bisa dilihat bahwa mayoritas

jurnal penelitian menggunakan media seperti booklet, flip-book, modul dan

juga media elektronik atau audiovisual melalui pemutaran video dalam

memberikan intervensi (Mardani, Madjid, & Dewi, 2016) mengatakan bahwa

penggunaan booklet dapat dimanfaatkan sebagai media pendidikan kesehatan

bagi masyarakat, booklet dinilai mampu meningkatkan pemahaman karena

biasanya diperjelas dengan gambar- gambar sehingga gampang diingat dan

mendorong niat baca serta relatif murah dari segi biaya. Sedangkan (Daryanto,

2016) mengungkapkan bahwa penggunaan media video yang menampilkan

animasi dan audiovisual dalam memberikan informasi membuat tingkat

retensi (daya serap serta daya ingat) seseorang meningkat terhadap informasi

yang diberikan.
2. Keterbatasan studi literatur

Keterbatasan dalam literature review ini selama pengumpulan dan

proses perangkuman dilakukan adalah:

1) Masih belum banyaknya studi atau penelitian yang membandingkan

antara beberapa intervensi, sehingga penentuan intervensi yang lebih

efektif masih belum ditentukan.

2) Penerapan intervensi pendidikan kesehatan juga dipengaruhi oleh

beberapa factor baik dari pasien maupun dari petugas, sehingga

keberhasilandan efektifitas juga tergantung dengan kondisi individu

maupun petugas.

Anda mungkin juga menyukai