Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TAFSIR TEMATIK Al-QUR’AN DAN LINGKUNGAN HIDUP

Mata Kuliah: Tafsir Tematik

Dosen Pengampu: Muhammad Taufiqurrohman., S.Ag., M.Ag

Di Susun Oleh:
Maroghi Ahmad (2018080004)
Muhammad Luthfil Hakim (2018080029)
Muhammad Haqqul Wafiq (2018080031)

ILMU QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN

JAWA TENGAH DI WONOSOBO

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak pertama al-Qur'an telah menyatakan bahwa bumi seisinya diciptakan
untuk manusia. Artinya, bumi merupakan lingkungan yang disediakan oleh Allah
untuk manusia. Di lingkungan inilah manusia hidup, baik sebagai tempat tinggal,
mengembangkan keturunan, bahkan bersenang-senang sampai batas waktu yang telah
ditentukan. Di sisi lain, bumi sebagai lingkungan hidup manusia juga merupakan satu
kesatuan dari jalinan alam raya yang jauh lebih besar, yang dinyatakan oleh al-Qur'an
tercipta atas asas keseimbangan. Oleh karena itu, posisi manusia menjadi cukup
penting dan strategis dalam rangka memelihara lingkungan hidupnya demi
kepentingan yang lebih besar, yaitu menjaga dan memelihara keseimbangan alam
raya tersebut.
Dalam kaitan ini, al-Qur’an menyatakan bahwa keberadaan manusia di bumi
adalah sebagai khalifah. Istilah khalifah yang makna hakikinya adalah “mengganti
orang lain dalam suatu pekerjaan”, yang dimaksudkan adalah bahwa manusia telah
dijadikan sebagai wakil Allah di muka bumi untuk mengatur, merawat, dan
memelihara bumi ini sebagaimana yang dikehendaki oleh-Nya. Tugas ini dibebankan
kepada manusia, karena manusialah satu-satunya makhluk Allah yang layak untuk
mengemban amanat ini.
Indonesia juga mendapat kehormatan mendapat `rekor Dunia`, sebagai
penghancur hutan tercepat di dunia. Sesuai data FAO (Food Agricultural
Organization), badan dunia yang menangani masalah pangan dan pertanian, laju
penghancuran hutan di Indonesia pada tahun 2000-2005 merupakan tercepat di dunia.
Setiap tahun rata-rata 1,871 juta hektar hutan hancur, atau dua persen dari luas hutan
yang tersisa 88,495 juta pada tahun 2005. Data ini akan dipergunakan oleh lembaga
otoritas global pemecah rekor Guinness World Record untuk mencatat Indonesia
sebagai negara penghancur hutan tercepat 2008, yang akan dikuncurkan September
2007. Negeri kita tengah mengalami bencana alam yang katastrofal bagi masa depan
seluruh Asia Tenggara, yakni penggundulan hutan tropis Kalimantan, Sumatra dan
lain pulau. Ini bukan permainan alam, tetapi ulah manusia yang haus akan lahan,
entah untuk mencari nafkah hidup yang sangat atau untuk mengeruk kekayaan
maksimal. Asapnya akan segera terbawa, tetapi akibatnya akan menjadi beban masa
depan.1
Kemudian isu yang tak kalah menariknya yaitu Global warming atau yang
sering kita sebut pemanasan global. Pemanasan global berdampak negatif nyata bagi
kehidupan ratusan juta warga dunia. Menurut laporan para pakar yang tergabung
dalam Intergovernmental Panel on Climate Change, salah satu dampaknya adalah
suhu pemukaan bumi sepanjang lima tahun mendatang meningkat plus dampak
lanjutan, antara lain kegagalan panen, kelangkaan air, tenggelamnya daerah pesisir,
banjir, dan kekeringan. bagi Indonesia, fakta kenaikan suhu di beberapa kota besar
harus dianggap bukti mulai berdampaknya perubahan iklim. Hal ini terbukti Indonesia
merupakan penghasil karbon dioksida ke tiga dunia.2
Melihat dari fakta-fakta yang ada, maka terbersit dalam pikiran untuk
bagaimana krisis lingkungan yang terjadi menjadi acuan untuk menilai serta
mengoreksi dari aspek al-Qur`an. Al-Qur`an telah menjelaskan bahwa kerusakan yang
ada di muka bumi itu adalah dari tangan-tangan manusia itu sendiri. Kemudian
bagaimana solusi dan langkah yang akan diperbuat untuk menjaga lingkungan yang
merupakan tempat hidup seluruh manusia dalam bumi ini. Untuk itu penulis hendak
menguraikan mengenai krisis lingkungan yang terjadi pada saat ini dan solusi al-
Qur`an untuk menangani atau paling tidak meminimalisir kerusakan yang ada
perspektif al-Qur`an. Bukankah manusia adalah khalifah di muka bumi ini?
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dinamakan pengertian lingkungan dan lingkungan hidup?
2. Bagaimana Urgensi lingkungan hidup?
3. Bagaimana kebersihan lingkungan hidup?
4. Bagaimana kerusakan lingkungan hidup? Dan apa akibatnya?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian lingkungan dan lingkungan hidup.
2. Untuk mengetahui Urgensi lingkungan hidup.
3. Untuk mengetahui kebersihan lingkungan hidup.
4. Untuk mengetahui kerusakan lingkungan hidup dan akibatnya.

BAB II
1
Sebagaimana dituturkan oleh Martin Harun, OFM yang merupakan guru besar Ilmu Teologia pada
Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara, Jakarta dalam pengantar buku Mujiono Abdillah yang berjudul
`Agama Ramah Lingkungan Perspektif Al-Qur`an`, (Jakarta: Paramadina, 2001), xi
2
Ivan A Hadar, “Pemanasan Global dan Kita”, Harian Kompas edisi Senin, 23 April, 2007, 6.
PEMBAHASAN

A. Pengertian Lingkungan Dan Lingkungan Hidup


Istilah lingkungan sebagai ungkapan singkat dari lingkungan hidup yang
juga sering digunakan istilah lain yang semakna seperti dunia, alam semesta,
planet bumi, merupakan pengalihan dari istilah asing environment (Inggris),
Lêvironment (Prancis), Umwelt (Jerman), milliu (Belanda), alam sekitar
(Malaysia), sivat-lom (Thailand), al-Bi’ah (Arab) dan lain-lain.
Maka kajian lingkungan bisa disebut ekologi yang diartikan pula
mengenai lingkungan hidup. Istilah lingkungan hidup bisa berarti al-barru, yang
secara dekat bersinonim dengan al-birru. Al-Birru diistilahkan nilai kebaikan.
Manusia bisa hidup dengan baik, dan tanpa nilai manusia tidak bisa hidup dengan
baik dan seimbang. Nilai-nilai yang ada antara lain nilai, kesehatan, kebangsaan,
spiritual, nilai penghargaan. Sedangkan al-birru yang dapat diartikan lingkungan
hidup diistilahkan kebajikan ekologi dengan lingkungan hidup yang baik. Ekologi
yang bagus mulai suhu 0 derajat sampai 40 derajat. Maka krisis global, banjir,
kemarau dan penebangan hutan yang tanpa batas menjadi perusak dari ekologi di
bumi.
Kata ekologi berasal dari bahasa Yunani, oikos yang berarti rumah tangga
dan kata logos yang berarti ilmu. Oleh karena itu, secara etimologi, ekologi
artinya ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk hidup di rumah termasuk
proses dan pelaksanaan fungsi dan hubungan antara komponen secara
keseluruhan. Adapun secara terminologi ekologi artinya ilmu yang mengkaji
tentang interrelasi dan dependensi antara organisme dalam satu wadah
lilngkungan tertentu secara keseluruhan.3

B. Urgensi Lingkungan Hidup

3
Eugene P Odum, Basic Ecology, (USA: Sunder College Publising, 1983), 1-4.Lihat juga Munajat
Danusaputro, Hukum Lingkungan, jilid I,( Jakarta; BanaCipta, 1985), 62.
Manusia sebagai pemelihara lingkungan hidup sejatinya bukan untuk
kepentingan manusia itu sendiri namun tak bisa dipungkiri bahwa manusia juga
ketergantungan pada makhluk lainya, manusia diamanahi untuk mengurus alam
ini karena manusia mempunyai kelebihan yaitu akal. Inilah letak jabatan manusia
sebagai khalifah, sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S al-Baqarah ayat 30:

ۖ ٓ
ِ ‫ا َمن يُ ۡف‬55‫ ُل فِي َه‬5‫ض َخلِيفَ ٗة قَالُ ٓو ْا َأت َۡج َع‬
‫فِ ُك‬5‫ا َويَ ۡس‬55‫ ُد فِي َه‬5‫س‬ ِ ‫ل فِي ٱَأۡل ۡر‬ٞ ‫اع‬ِ ‫وَِإ ۡذ قَا َل َربُّ َك لِ ۡل َم ٰلَِئ َك ِة ِإنِّي َج‬
َ‫ِّس لَ ۖكَ قَا َل ِإنِّ ٓي َأ ۡعلَ ُم َما اَل ت َۡعلَ ُمون‬
ُ ‫سبِّ ُح بِ َحمۡ ِد َك َونُقَد‬ َ ُ‫ٱل ِّد َمٓا َء َونَ ۡحنُ ن‬

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:


"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka
berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang
yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan
berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.

Asbabun nuzul : -

M. Quraish Shihab4 ketika memaknai surah al-Baqarah ayat 30 “ Khalifah


pada mulanya berarti yang menggantikan atau yang datang sesudah siapa yang
datang sebelumnya. Atas dasar ini, ada yang memahami kata khalifah disini
dalam arti yang “menggantikan Allah” dalam menegakkan kehendak-Nya dan
menerapkan ketetapa-Nya. Dalam tulisan lainnya, beliau menyatakan sebagai
berikut, “ Arti kekhalifahan ada 3 unsur dalam pandangan al-Qur’an, yaitu : 1)
manusia (sendiri) yang dalam hal ini dinamai khalifah, 2) Alam raya, yang
ditunjuk oleh ayat ke-21 surah al-Baqarah sebagai Bumi, 3) Hubungan manusia
dengan alam dan segala isinya, termasuk dengan manusia (istikhlaf atau tugas-
tugas kekhalifahan). Selanjutnya, hubungan manusia dengan alam khalifah dan
mustakhlaf adalah hubungan sebagai pemelihara yang saling membutuhkan satu
sama lain . maka, tugas manusia adalah memelihara dan memakmurkan alam ini.5
Ayat-ayat tentang urgensi pelestarian lingkungan :
1. Segala sesuatu diciptakan seimbang

4
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol.1 (Jakarta: Lentera,2007), hlm.142
5
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an (bandung: Mizan, 1992), hlm.29
Disinilah perlunya keseimbangan, sebagaimana alam ini diciptakan dengan
seimbang, dan sudah merupakan tugas manusia untuk menciptakan keseimbangan
di alam ini. Dan jika manusia berbuat semena-mena dimuka bumi sehingga
menimbulkan kerusakan didalamnya maka itu berbuatan yang tercela.

‫س َّو ٰىكَ فَ َع َدلَ َك‬


َ َ‫ٱلَّ ِذى َخلَقَكَ ف‬

“Yang telah menciptakanmu lalu menyempurnakan kejadianmu dan


menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang” (Q.S. al-Infitar ayat 7)

Asbabun nuzul : ayat ini berkenaan dengan Ubay bin Khalaf yang mengingkari
hari Ba’ts (dibangkitkan dari kubur). Ayat ini merupakan teguran kepada oran-
orang yang tidak percaya kepada ketentuan Allah.

2. Segala yang berada di alam untuk kepentingan manusia

‫و‬5 ٖ ۚ ‫س ٰ َم ٰ َو‬
َ 5‫ت َو ُه‬ َ ‫س ۡب َع‬ َ َ‫س َمٓا ِء ف‬
َ َّ‫س َّو ٰى ُهن‬ ٓ ٰ ‫ٱست ََو‬
َّ ‫ى ِإلَى ٱل‬ ِ ‫ق لَ ُكم َّما فِي ٱَأۡل ۡر‬
ۡ ‫ض َج ِم ٗيعا ثُ َّم‬ َ َ‫ُه َو ٱلَّ ِذي َخل‬
‫يم‬ٞ ِ‫بِ ُك ِّل ش َۡي ٍء َعل‬

“Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kalian
dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan
Dia Maha Mengetahui segala sesuatu” (Q.S. al-Baqarah ayat 29)

Asbabun nuzul : -

Ayat ini menjelaskan bahwa segala sesuatu yang ada didunia ini adalah
untuk kemaslahatan dan dalam rangka memenui hajat hidup manusia.

3. Alam sebagai sumber Rizqi

َ‫ ِر ُج ٱ ْل َح َّى ِمن‬5‫ َر َو َمن يُ ْخ‬5 ‫ص‬ َ ٰ ‫ ْم َع َوٱَأْل ْب‬5 ‫ٱلس‬


َّ ‫ ُك‬5 ِ‫ض َأ َّمن يَ ْمل‬ ِ ‫ َمٓا ِء َوٱَأْل ْر‬5 ‫ٱلس‬
َّ َ‫ر ُزقُ ُكم ِّمن‬5 ْ 5َ‫ ْل َمن ي‬5 ُ‫ق‬
َ‫سيَقُولُونَ ٱهَّلل ُ ۚ فَقُ ْل َأفَاَل تَتَّقُون‬ َ َ‫ت َويُ ْخ ِر ُج ٱ ْل َميِّتَ ِمنَ ٱ ْل َح ِّى َو َمن يُ َدبِّ ُر ٱَأْل ْم َر ۚ ف‬
ِ ِّ‫ٱ ْل َمي‬

Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan


bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan,
dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan
yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka
mereka akan menjawab: "Allah". Maka katakanlah "Mangapa kamu tidak
bertakwa kepada-Nya)?" (Q.S. Yunus ayat 31)

Asbabun nuzul : -

ۖ ‫ا لَّ ُك ْم‬55ً‫ت ِر ْزق‬ َ ٰ 5‫َأ ْخ َر َج بِ ِهۦ ِمنَ ٱلثَّ َم‬5 َ‫س َمٓا ِء َمٓا ًء ف‬
ِ ‫ر‬5 َّ ‫ض َوَأنزَ َل ِمنَ ٱل‬ َ ‫ت َوٱَأْل ْر‬ِ ‫س ٰ َم ٰ َو‬ َ َ‫ٱهَّلل ُ ٱلَّ ِذى َخل‬
َّ ‫ق ٱل‬
‫س َّخ َر لَ ُك ُم ٱَأْل ْن ٰ َه َر‬
َ ‫ى فِى ٱ ْلبَ ْح ِر بَِأ ْم ِرِۦه ۖ َو‬َ ‫س َّخ َر لَ ُك ُم ٱ ْلفُ ْلكَ لِت َْج ِر‬
َ ‫َو‬

“Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air
hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai
buah-buahan menjadi rezeki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera
bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia
telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.” (Q.S. Ibrahim ayat 32)

Asbabun nuzul : -

Dua ayat tersebut menjelaskan sejauh mana tanggung jawab manusia


dalam perannya sebagai khalifah, selain harus bertauhid kepada Allah , manusia
pun harus menyadari bahwa segala alam ini yang mengatur adalah Allah.
Manusia di dunia yang memanfaatkan ciptaan Allah sebagai sumber rizqi dan
bekal hidupnya. Betapa rendah moralseseorang jika diberi sesuatu hanya
menikmatinya saja, tetapi selanjutnya tidak memeliharanya. Dunia yang terdiri
atas tanah, langit, air, hujan, laut, gunung, dan segala isinya itu bukanlah untuk
kepentingan manusia saja, tetapi juga untuk kepentingan makhluk lain. Manusia
yang mengenal arti pentingnya lingkungan dalam kehidupan sehari-hari, ia pasti
akan memperlakukan lingkungannya dengan baik, hal ini akan memberikan
manfaatnya kepada semua makhluk hidup terutama manusia.
C. Kebersihan lingkungan hidup
Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tak terpisahkan dari kehidupan
manusia dan merupakan unsur yang fundamental dalam sebuah kesehatan. Al-
Qur’an tidak menyebutkan secara eksplisit, berbeda dengan hadits. Al-Qur’an
menggunakan ungkapan thaharah, mutahharah, at-har, taahur dan lain lain,
disebut dalam al-Quran sebanyak 31 kali.
Dari istilah Thaharah pada ayat-ayat al-Qur’an tersebut cangkupannya
sangat luas, bukan hanya bersih (suci) secara fisik jasmaniah (badan, pakaian,
rumah ibadat, air dan harta) tetapi juga berbicara tentang kesucian rohaniah dan
sifat-sifat orang-orang yang suci, yang diangkat derajatnya oleh Allah SWT.
Menurut Kiai Sahal Mahfuz6, fikih taharah ini sesungguhnya dapat
diperluas, yaitu dapat mencakup wajib bersih rumah, kamar mandi, tempat
sampah, wajib bersih tempat makan dan kandang hewan serta semua hal yang
membuat tempat tinggal bersih, asri, indah dan menyenangkan penghuninya.
Bahkan bahasan dapat sampai kepada kewajiban bersuci secara sosial.
Sebagaimana kata pepatah, an-nadzafatu minal-iman, maka lingkup kebersihan
termasuk pemeliharaan dan perawatan secara bersama misalnya tentang
kebersihan saluran air, kebersihan sungai, tempat ibadah (masjid, mushola),
tempat belajar (sekolah, majlis taklim), kebersihan lingkungan kerja, kebersihan
limbah industri, dll. Jika fasilitas umum menyenangkan maka masyarakat akan
bersemangat dalam meningkatkan kinerja sehari-hari. Oleh karena itu perlu
diciptakan dan dibina semangat program bersih lingkungan bersama.
Dalam firman Allah swt, Surah al-Furqan ayat 48 , membahas tentang
siklus air; manfaat Angin dan Awan :

َّ ‫َي َر ْح َمتِ ِه َوَأنزَ ْلنَا ِمنَ ال‬


‫س َما ِء َما ًء طَ ُهو ًرا‬ ْ ‫ش ًرا بَيْنَ يَد‬
ْ ُ‫اح ب‬ َ ‫َوه َُو الَّ ِذي َأ ْر‬
َ َ‫س َل ال ِّري‬

“Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat


sebelum kedatangan rahmat-nya (hujan), dan Kami turunkan dari langit air yang
amat bersih.”

Asbabun nuzul : -

6
Jamal Ma’mur Asmani, Fiqh Sosial Kiai Sahal Mahfuz: Antara Konsep dan Implementasi, (Surabaya:
Khalista, 2007), h. 117.
Allah menciptakan Angin, Awan dan Air dalam keadaan suci dan
bersih,namun menjadi kotor karena ulah manusia. Manusia tidak tau lebih dalam,
bahwasanya manfaat awan dan angin itu sebagai mata rantai siklus air yang
menjadi saka guru kehidupan dimuka bumi.
Dari banyak penelitian, fungsi “menghidupkan tanah yang mati” dari air
hujan memang terbukti dan masuk akal. Butiran hujan, disamping membawa
molekul air(H2O), juga membawa banyak materi penting bagi kehidupan semua
makhluq, karena ternyata butiran air hujan juga membawa mterial pupuk yang
lengkap. Material pupuk yang ada dalam butiran air hujan dimulai dari siklus air,
dimana angin dan awan memainkan peran yang sangat besar didalamnya, yaitu
ketika air laut menguap yang disebabkan panasnya matahari, maka uap air
tersebut tertiup angin dan membentuk gumpalan awan, uapan air laut tersebut
tidak hanya mengandung H2O saja, namun ada unsur bahan dasar pupuk (renik
sisa binatang laut, tumbuhan laut, plankton, dengan kandungan nitrogen, fosfor,
kalium dan mineral lainnya) yang dapat merevitalisasi daratan yang mati.7
Sesungguhnya apabila manusia menjaga kebersihan lingkungan dan
menjaga kebersihan air serta tidak mencemari kejernihan air maka spesies hewan
yang hidup di air tidak akan punah dan manusia sendiri tidak akan kesulitan
mencari air bersih untuk kehidupan sehari-hari, pengairan irigasi, minuman hewan
ternak, dll, karena air merupakan bagian terpenting didalam kehidupan makhluk
hidup. Akan tetapi sebaliknya, jika manusia tidak bisa merawat dan menjaga
kebersihan air dan lingkungan, maka yang akan terjadi yaitu sebuah kerusakan
dan pastinya akan mendatangkan musibah, seperti banjir bandang, tanah longsor,
kekeringan, dll.

7
Arie Budiman, et.al., Membaca Gerak Alam Semesta: Mengenali Jejak Sang Pencipta, Pusat
penelitian LIPI, Bogor, Cet.1, hlm.78
D. Kerusakan lingkungan hidup dan akibatnya
a) Kerusakan lingkungan hidup
Kerusakan lingkungan dunia saat ini sudah di ambang batas toleransi,
sehingga setiap saat kebijakan negara di dunia tertuju pada upaya mencegah
kerusakan lingkungan. Kerusakan terjadi hasil ulah manusia sendiri yang
disebabkan oaleh kerakusan dan ketamakan. Perilaku menyimpang,
ketidakteraturan, destruktif, dan hidup tidak peduli merupakan unsur-unsur
kerusakan.
Beberapa istilah yang digunakan al-Qur’an yang menunjukkan terhadap
kerusakan, bahkan bencana adalah rajfah (gempa-al-A'raf/7: 78), Saihah (suara
keras-Hud/11: 67), sa'iqah (sambaran petir-Fussilat/41: 17), zalzalah (goncangan
yang dahsyat-az-Zalzalah/99: 1), bumi terbalik beserta hujan batu pijar (Hud/11:
82), topan, hama wereng, kutu, katak dan darah (al-A'raf/7: 133), dan angin puting
beliung (al-Haqqah/69: 5-7). Diantara istiah dalam al-Qur’an yang terkait
langsung dengan kerusakan lingkungan adalah istilah fasad. Al-Qur'an menyebut
kerusakan dengan istilah al-Fasad dan disebut sebanyak 50 kali, yang berarti ‫خروج‬
‫دال‬55‫ئ عن اإلعت‬55‫( الش‬sesuatu yang keluar dari keseimbangan). Istilah fasad adalah
antonim dari sholah, yang secara umum keduanya terkait dengan sesuatu yang
manfaat dan tidak manfaat. Artinya, apa saja yang tidak bermanfaat baik secara
individu maupun sosial masuk kategori fasad, begitu juga sebaliknya, apapun
yang bermanfaat masuk dalam kategori sholah.8

Adapun istilah fasad didalam al-Qur’an yaitu :

1. Perilaku menyimpang dan tidak bermanfaat

ۡ ‫ض قَالُ ٓو ْا ِإنَّ َما نَ ۡحنُ ُم‬


َ‫صلِ ُحون‬ ِ ‫وَِإ َذا ِقي َل لَ ُهمۡ اَل ت ُۡف‬
ِ ‫سدُو ْا فِي ٱَأۡل ۡر‬

“Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu membuat


kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang
yang mengadakan perbaikan.”

Asbabun nuzul : -

8
Al-Baidawi, Amwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil, (t.tp: al-Maktabah asy-Syamilah, t.th), Jilid.1,
hlm.32
Yang dimaksud dengan fasad disini bukan berarti kerusakan suatu benda,
melainkan perilaku menyimpang, seperti menghasut, bermusuhan, berbuat
maksiat, dll. Firman Allah dilain surah :

  َ‫سنِين‬ ٌ ‫صال ِح َها َوا ْدعُوهُ َخ ْوفًا َوطَ َم ًعا ِإنَّ َر ْح َمةَ هَّللا ِ قَ ِر‬
ِ ‫يب ِمنَ ا ْل ُم ْح‬ ْ ‫ض بَ ْع َد ِإ‬
ِ ‫األر‬ ِ ‫ َوال تُ ْف‬ 
ْ ‫سدُوا فِي‬

“Dan janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi,


sesudah (Allah)  memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa
takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya
rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Q.S. al-A’raf
ayat 56)

Asbabun nuzul : -

Ayat ini menunjukkan larangan untuk berbuat kerusakan atau tidak


bermanfaat dalam bentuk apapun, baik menyangkut perilaku seperti merusak,
membunuh, mencemari sungai, dll maupun menyangkut akidah seperti
kemusyrikan, kekufuran, dan segala bentuk kemaksiatan. Artinya Allah telah
memperbaiki bumi ini dengan mengutus Rasul, menurunkan al-Qur’an, dan
penetapan syariat. Melihat hal ini, terjadinya kerusakan mental akan menjadi
sebab terjadinya kerusakan fisik.
2. Perilaku destruktif (merusak)

َ‫سدُوهَا َو َج َعلُ ٓو ۟ا َأ ِع َّزةَ َأ ْهلِ َهٓا َأ ِذلَّةً ۖ َو َك ٰ َذلِ َك يَ ْف َعلُون‬ ۟ ُ‫قَالَتْ ِإنَّ ٱ ْل ُملُو َك ِإ َذا د ََخل‬
َ ‫وا قَ ْريَةً َأ ْف‬

“Dia berkata: "Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri,


niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia
jadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat” (Q.S. an-Naml ayat
34)

Asbabun nuzul : -

Kata ifsad disini berarti merusak apa saja yang ada, baik benda ataupun
orang, baik dengan membakar, merobohkan, maupun menjadikan mereka tidak
berdaya dan kehilangan kemuliaan. 9

9
Ar-Razi, Mafatihul Ghaib, (t.tp: al-Maktabah asy-Syamilah, t.th), Jilid.12, hlm.31
3. Kerusakan lingkungan

۟ ُ‫ض ٱلَّ ِذى َع ِمل‬


َ‫وا لَ َعلَّ ُه ْم يَ ْر ِجعُون‬ ِ ‫سبَتْ َأ ْي ِدى ٱلنَّا‬
َ ‫س لِيُ ِذيقَ ُهم بَ ْع‬ َ َ‫ظَ َه َر ٱ ْلف‬
َ ‫سا ُد فِى ٱ ْلبَ ِّر َوٱ ْلبَ ْح ِر بِ َما َك‬

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena


perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan
sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang
benar).” (Q.S. ar-Rum ayat 41)

Asbabun nuzul : -

Terkait kerusakan didarat maupun dilaut , terdapat beberapa pendapat


ulama’ antara lain : banjir besar, musim paceklik, kekurangan air, kebakaran,
gagal panen, krisis ekonomi, kedzoliman, dll

b) Akibat rusaknya lingkungan hidup


1. Rajfah

ْ ‫فََأ َخ َذ ْت ُه ُم ال َّر ْجفَةُ فََأ‬


َ‫صبَ ُحوا فِي دَا ِر ِه ْم َجاثِ ِمين‬

“Karena itu mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat


yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka.” (Q.S. al-A’raf ayat 78)

Asbabun nuzul : -

Ayat ini berkenaan dengan kaum Nabi Shaleh (kaum Tsamud). Rajfah
adalah goncangan hebat ada juga yang mengartikan suara keras yang membuat
bumi bergoncang (gunung meletus yang menimbulkan gempa)

2. Sa’iqah

۟ ُ‫ان‬55‫ب ٱ ْل ُهو ِن بِ َما َك‬


‫وا‬ َ ٰ ‫وا ٱ ْل َع َم ٰى َعلَى ٱ ْل ُهد َٰى فََأ َخ َذ ْت ُه ْم‬
ِ ‫ص ِعقَةُ ٱ ْل َع َذا‬ ْ ‫َوَأ َّما ثَ ُمو ُد فَ َه َد ْي ٰنَ ُه ْم فَٱ‬
۟ ‫ست ََح ُّب‬

ِ ‫يَ ْك‬
َ‫سبُون‬

“Dan adapun kaum Tsamud, maka mereka telah Kami beri petunjuk
tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) daripada petunjuk, maka mereka
disambar petir azab yang menghinakan disebabkan apa yang telah mereka
kerjakan.” (Q.S. Fussilat ayat 17)

Asbabun nuzul : -

Saihah berarti suara keras. Menurut ahli bahasa kata sa’iqah memiliki
tiga makna, yaitu : kematian ((‫ الموت‬terdapat pada surah az-Zumar ayat 68, siksa
atau hukuman ( ‫ذاب‬TT‫ )الع‬terdapat pada surah an-Nisa ayat 153, dan api (‫ار‬TT‫)الن‬
terdapat pada surah ar-Ra’d ayat 13. Dari sini kata sa’iqah dimaknai sebagai petir
atau kilat yang mengeluarkan suara yang sangat dahsyat.

3. Saihah

َّ ‫َو اَ َخ َذ الَّ ِذ ۡینَ ظَلَ ُموا ال‬


ۡ َ ‫ص ۡی َحۃُ فَا‬
َ‫صبَ ُح ۡوا فِ ۡی ِدیَا ِر ِہمۡ ٰجثِ ِم ۡین‬

“Kemudian suara yang mengguntur menimpa orang-orang zalim itu,


sehingga mereka mati bergelimpangan di rumahnya.” (Q.S. Hud ayat 67)

Asbabun nuzul : -

Kata saihah pada mulanya berarti suara yang sangat keras (teriakan).
Sehingga kata saihah bisa diartikan dengan petir atau guntur vcyang sangat keras
dan dahsyat sampai memekakkan telinga, yang sekaligus dapat mematikan.

4. Zalzalah

ُ ‫ت اَأْل ْر‬
 ‫ض ِز ْلزَالَ َها‬ ِ َ‫إ َذا ُز ْل ِزل‬

“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat)” (Q.S.


zalzalah ayat 1)

Asbabun nuzul : -

Disini zilzal bisa diartikan sebagai gempa bumi.

5. Bumi terbalik

ٍ ِّ‫ َعلَ ْيهَا ِح َجا َرةً ِم ْن ِسج‬T‫فَلَ َّما َجا َء َأ ْم ُرنَا َج َع ْلنَا عَالِيَهَا َسافِلَهَا َوَأ ْمطَرْ نَا‬
‫يل َم ْنضُو ٍد‬
“Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Lut itu yang
di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari
tanah-tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi.” (Q.S. hud ayat 82)

Asbabun nuzul : -

Terkait bumi terbalik, para ulama berbeda pendapat, menurut at-Tabari


bumi kaum luth benar-benar dibalik, sementara menurut Abduh hampir mirip
seperti tsunami. Yang pasti peristiwa ini adalah sebuah bencana alam yang sangat
dahsyat.

6. Banjir dan hama

‫ت َۡکبَ ُر ۡوا َو‬5‫اس‬ ٍ ‫ ٰل‬5‫ص‬


ۡ َ‫ت ۟ ف‬ َّ ‫ط ۡوفَانَ َو ۡال َج َرا َد َو ۡالقُ َّم َل َو ال‬
ٍ ‫ضفَا ِد َع َو ال َّد َم ٰا ٰی‬
َّ َ‫ت ُّمف‬ ُّ ‫س ۡلنَا َعلَ ۡی ِہ ُم ال‬ َ ‫فَا َ ۡر‬
َ‫َکانُ ۡوا َق ۡو ًما ُّم ۡج ِر ِم ۡین‬

“Maka Kami kirimkan kepada mereka topan, belalang, kutu, katak dan
darah (air minum berubah menjadi darah) sebagai bukti-bukti yang jelas, tetapi
mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa” (Q.S.
al-A’raf ayat 133)

Asbabun nuzul : -

Yang dimaksud tuffan adalah hujan yang sangat lebat dan lama
sehingga merusak kebun, sawah dan ladang. Ada yg mengatrikan tuffan sebagai
banjir lumpur. Sementara jarad adalah semacam belalang yang menyerang sawah,
ladang, tanaman-tanaman, dll sehingga menjadikan petani gagal panen.

7. Angin puting beliung

‫ َّخ َرهَا َعلَ ْي ِه ْم‬5 ‫س‬َ )( ‫ ٍة‬5 َ‫ ٍر عَاتِي‬5 ‫ص‬ َ ‫ص ْر‬ َ ‫يح‬ٍ ‫اغيَ ِة () َوَأ َّما عَا ٌد فَُأ ْهلِ ُكوا بِ ِر‬
ِ َّ‫فََأ َّما ثَ ُمو ُد فَُأ ْهلِ ُكوا بِالط‬ 
‫ص ْرعَى َكَأنَّ ُه ْم َأع َْجا ُز نَ ْخ ٍل َخا ِويَ ٍة‬َ ‫سو ًما فَت ََرى ا ْلقَ ْو َم فِي َها‬ ُ ‫ال َوثَ َمانِيَةَ َأيَّ ٍام ُح‬
ٍ َ‫س ْب َع لَي‬
َ

“Adapun Kaum Samud, maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian


yang luar biasa. Adapun kaum 'Ad, maka mereka telah dibinasakan dengan
angin yang sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan angin itu
kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus; maka kamu
lihat kaum 'Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka
tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk).” (Q.S. al-Haqqah ayat
5-7)

Asbabun nuzul : -

Istilah-istilah diatas memang tidak dinyatakan secara eksplisit sebagai


bencana alam, akan tetapi sebagai adzab Allah yang bersifat total (azab isti’sal).
Namun jika istilah tersebut difahami dengan memosisikan diri kita berada
ditengah-tengah mereka maka adzab tersebut tidak lain adalah bencana alam
yang sangat dahsyat. Bahwa, bencana tersebut masuk dalam kategori adzab,
peringatan, atau cobaan. Hal itu terkait dengan perilaku dan keyakinan seseorang,
penyebutan apapun dari peristiwa alam itu tetap tidak bisa menafikan kenyataan
sosial yang terjadi saat itu, yakni bencana alam.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Lingkungan bisa disebut ekologi yang diartikan pula mengenai lingkungan
hidup. Istilah lingkungan hidup bisa berarti al-barru, yang secara dekat bersinonim
dengan al-birru. Al-Birru diistilahkan nilai kebaikan. Manusia bisa hidup dengan
baik, dan tanpa nilai manusia tidak bisa hidup dengan baik dan seimbang.
Urgensi dari lingkungan hidup yang di tawarkan Al-Qur’an adalah manusia di
muka bumi sebagai khalifah fil ardl sudah sepatunya menjaga agar tetap baik sebagai
ruang kehidupan dengan segala kondisi dan keadaan. Ruang kehidupan yang mana
memiliki dua garis besar sebagai tempat manusia yaitu ruang kehidupan dunia dan
ruang kehidupan ukhrawi.
Hubungan manusia dengan lingkungan adalah menjaga keutuhan dan tidak
merusak apapun yang ada di bumi Allah. Pertama adalah hubungan harmonis,
berdampingan dan saling membutuhkan sebagai satu keluarga besar dalam sebuah
bingkai keharmonisan suatu komunitas penduduk bumi.hubungan (ihsan) saling
menyayangi serta menghargai eksistensi dan nilai diri masing-masing sebagai sesama
makhluk Tuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Harun, Martin, OFM yang merupakan guru besar Ilmu Teologia pada Sekolah Tinggi Filsafat
(STF) Driyarkara, Jakarta dalam pengantar buku Mujiono Abdillah yang berjudul `Agama
Ramah Lingkungan Perspektif Al-Qur`an`, (Jakarta: Paramadina, 2001)
Hadar, Ivan A, “Pemanasan Global dan Kita”, Harian Kompas edisi Senin, 23 April, 2007
Odum, Eugene P, Basic Ecology, (USA: Sunder College Publising, 1983), 1-4.Lihat juga
Munajat Danusaputro, Hukum Lingkungan, jilid I,( Jakarta; BanaCipta, 1985)
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah, Vol.1 (Jakarta: Lentera,2007)
Shihab, M. Quraish, Membumikan al-Qur’an (bandung: Mizan, 1992)
Asmani, Jamal Ma’mur, Fiqh Sosial Kiai Sahal Mahfuz: Antara Konsep dan Implementasi,
(Surabaya: Khalista, 2007)
Budiman, Arie, et.al., Membaca Gerak Alam Semesta: Mengenali Jejak Sang Pencipta, Pusat
penelitian LIPI, Bogor, Cet.1
Al-Baidawi, Amwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil, (t.tp: al-Maktabah asy-Syamilah, t.th),
Jilid.1
Ar-Razi, Mafatihul Ghaib, (t.tp: al-Maktabah asy-Syamilah, t.th), Jilid.12

Anda mungkin juga menyukai