Di Susun Oleh:
Maroghi Ahmad (2018080004)
Muhammad Luthfil Hakim (2018080029)
Muhammad Haqqul Wafiq (2018080031)
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak pertama al-Qur'an telah menyatakan bahwa bumi seisinya diciptakan
untuk manusia. Artinya, bumi merupakan lingkungan yang disediakan oleh Allah
untuk manusia. Di lingkungan inilah manusia hidup, baik sebagai tempat tinggal,
mengembangkan keturunan, bahkan bersenang-senang sampai batas waktu yang telah
ditentukan. Di sisi lain, bumi sebagai lingkungan hidup manusia juga merupakan satu
kesatuan dari jalinan alam raya yang jauh lebih besar, yang dinyatakan oleh al-Qur'an
tercipta atas asas keseimbangan. Oleh karena itu, posisi manusia menjadi cukup
penting dan strategis dalam rangka memelihara lingkungan hidupnya demi
kepentingan yang lebih besar, yaitu menjaga dan memelihara keseimbangan alam
raya tersebut.
Dalam kaitan ini, al-Qur’an menyatakan bahwa keberadaan manusia di bumi
adalah sebagai khalifah. Istilah khalifah yang makna hakikinya adalah “mengganti
orang lain dalam suatu pekerjaan”, yang dimaksudkan adalah bahwa manusia telah
dijadikan sebagai wakil Allah di muka bumi untuk mengatur, merawat, dan
memelihara bumi ini sebagaimana yang dikehendaki oleh-Nya. Tugas ini dibebankan
kepada manusia, karena manusialah satu-satunya makhluk Allah yang layak untuk
mengemban amanat ini.
Indonesia juga mendapat kehormatan mendapat `rekor Dunia`, sebagai
penghancur hutan tercepat di dunia. Sesuai data FAO (Food Agricultural
Organization), badan dunia yang menangani masalah pangan dan pertanian, laju
penghancuran hutan di Indonesia pada tahun 2000-2005 merupakan tercepat di dunia.
Setiap tahun rata-rata 1,871 juta hektar hutan hancur, atau dua persen dari luas hutan
yang tersisa 88,495 juta pada tahun 2005. Data ini akan dipergunakan oleh lembaga
otoritas global pemecah rekor Guinness World Record untuk mencatat Indonesia
sebagai negara penghancur hutan tercepat 2008, yang akan dikuncurkan September
2007. Negeri kita tengah mengalami bencana alam yang katastrofal bagi masa depan
seluruh Asia Tenggara, yakni penggundulan hutan tropis Kalimantan, Sumatra dan
lain pulau. Ini bukan permainan alam, tetapi ulah manusia yang haus akan lahan,
entah untuk mencari nafkah hidup yang sangat atau untuk mengeruk kekayaan
maksimal. Asapnya akan segera terbawa, tetapi akibatnya akan menjadi beban masa
depan.1
Kemudian isu yang tak kalah menariknya yaitu Global warming atau yang
sering kita sebut pemanasan global. Pemanasan global berdampak negatif nyata bagi
kehidupan ratusan juta warga dunia. Menurut laporan para pakar yang tergabung
dalam Intergovernmental Panel on Climate Change, salah satu dampaknya adalah
suhu pemukaan bumi sepanjang lima tahun mendatang meningkat plus dampak
lanjutan, antara lain kegagalan panen, kelangkaan air, tenggelamnya daerah pesisir,
banjir, dan kekeringan. bagi Indonesia, fakta kenaikan suhu di beberapa kota besar
harus dianggap bukti mulai berdampaknya perubahan iklim. Hal ini terbukti Indonesia
merupakan penghasil karbon dioksida ke tiga dunia.2
Melihat dari fakta-fakta yang ada, maka terbersit dalam pikiran untuk
bagaimana krisis lingkungan yang terjadi menjadi acuan untuk menilai serta
mengoreksi dari aspek al-Qur`an. Al-Qur`an telah menjelaskan bahwa kerusakan yang
ada di muka bumi itu adalah dari tangan-tangan manusia itu sendiri. Kemudian
bagaimana solusi dan langkah yang akan diperbuat untuk menjaga lingkungan yang
merupakan tempat hidup seluruh manusia dalam bumi ini. Untuk itu penulis hendak
menguraikan mengenai krisis lingkungan yang terjadi pada saat ini dan solusi al-
Qur`an untuk menangani atau paling tidak meminimalisir kerusakan yang ada
perspektif al-Qur`an. Bukankah manusia adalah khalifah di muka bumi ini?
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dinamakan pengertian lingkungan dan lingkungan hidup?
2. Bagaimana Urgensi lingkungan hidup?
3. Bagaimana kebersihan lingkungan hidup?
4. Bagaimana kerusakan lingkungan hidup? Dan apa akibatnya?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian lingkungan dan lingkungan hidup.
2. Untuk mengetahui Urgensi lingkungan hidup.
3. Untuk mengetahui kebersihan lingkungan hidup.
4. Untuk mengetahui kerusakan lingkungan hidup dan akibatnya.
BAB II
1
Sebagaimana dituturkan oleh Martin Harun, OFM yang merupakan guru besar Ilmu Teologia pada
Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara, Jakarta dalam pengantar buku Mujiono Abdillah yang berjudul
`Agama Ramah Lingkungan Perspektif Al-Qur`an`, (Jakarta: Paramadina, 2001), xi
2
Ivan A Hadar, “Pemanasan Global dan Kita”, Harian Kompas edisi Senin, 23 April, 2007, 6.
PEMBAHASAN
3
Eugene P Odum, Basic Ecology, (USA: Sunder College Publising, 1983), 1-4.Lihat juga Munajat
Danusaputro, Hukum Lingkungan, jilid I,( Jakarta; BanaCipta, 1985), 62.
Manusia sebagai pemelihara lingkungan hidup sejatinya bukan untuk
kepentingan manusia itu sendiri namun tak bisa dipungkiri bahwa manusia juga
ketergantungan pada makhluk lainya, manusia diamanahi untuk mengurus alam
ini karena manusia mempunyai kelebihan yaitu akal. Inilah letak jabatan manusia
sebagai khalifah, sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S al-Baqarah ayat 30:
ۖ ٓ
ِ ا َمن يُ ۡف55 ُل فِي َه5ض َخلِيفَ ٗة قَالُ ٓو ْا َأت َۡج َع
فِ ُك5ا َويَ ۡس55 ُد فِي َه5س ِ ل فِي ٱَأۡل ۡرٞ اعِ وَِإ ۡذ قَا َل َربُّ َك لِ ۡل َم ٰلَِئ َك ِة ِإنِّي َج
َِّس لَ ۖكَ قَا َل ِإنِّ ٓي َأ ۡعلَ ُم َما اَل ت َۡعلَ ُمون
ُ سبِّ ُح بِ َحمۡ ِد َك َونُقَد َ ُٱل ِّد َمٓا َء َونَ ۡحنُ ن
Asbabun nuzul : -
4
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol.1 (Jakarta: Lentera,2007), hlm.142
5
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an (bandung: Mizan, 1992), hlm.29
Disinilah perlunya keseimbangan, sebagaimana alam ini diciptakan dengan
seimbang, dan sudah merupakan tugas manusia untuk menciptakan keseimbangan
di alam ini. Dan jika manusia berbuat semena-mena dimuka bumi sehingga
menimbulkan kerusakan didalamnya maka itu berbuatan yang tercela.
Asbabun nuzul : ayat ini berkenaan dengan Ubay bin Khalaf yang mengingkari
hari Ba’ts (dibangkitkan dari kubur). Ayat ini merupakan teguran kepada oran-
orang yang tidak percaya kepada ketentuan Allah.
و5 ٖ ۚ س ٰ َم ٰ َو
َ 5ت َو ُه َ س ۡب َع َ َس َمٓا ِء ف
َ َّس َّو ٰى ُهن ٓ ٰ ٱست ََو
َّ ى ِإلَى ٱل ِ ق لَ ُكم َّما فِي ٱَأۡل ۡر
ۡ ض َج ِم ٗيعا ثُ َّم َ َُه َو ٱلَّ ِذي َخل
يمٞ ِبِ ُك ِّل ش َۡي ٍء َعل
“Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kalian
dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan
Dia Maha Mengetahui segala sesuatu” (Q.S. al-Baqarah ayat 29)
Asbabun nuzul : -
Ayat ini menjelaskan bahwa segala sesuatu yang ada didunia ini adalah
untuk kemaslahatan dan dalam rangka memenui hajat hidup manusia.
Asbabun nuzul : -
ۖ ا لَّ ُك ْم55ًت ِر ْزق َ ٰ 5َأ ْخ َر َج بِ ِهۦ ِمنَ ٱلثَّ َم5 َس َمٓا ِء َمٓا ًء ف
ِ ر5 َّ ض َوَأنزَ َل ِمنَ ٱل َ ت َوٱَأْل ْرِ س ٰ َم ٰ َو َ َٱهَّلل ُ ٱلَّ ِذى َخل
َّ ق ٱل
س َّخ َر لَ ُك ُم ٱَأْل ْن ٰ َه َر
َ ى فِى ٱ ْلبَ ْح ِر بَِأ ْم ِرِۦه ۖ َوَ س َّخ َر لَ ُك ُم ٱ ْلفُ ْلكَ لِت َْج ِر
َ َو
“Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air
hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai
buah-buahan menjadi rezeki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera
bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia
telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.” (Q.S. Ibrahim ayat 32)
Asbabun nuzul : -
Asbabun nuzul : -
6
Jamal Ma’mur Asmani, Fiqh Sosial Kiai Sahal Mahfuz: Antara Konsep dan Implementasi, (Surabaya:
Khalista, 2007), h. 117.
Allah menciptakan Angin, Awan dan Air dalam keadaan suci dan
bersih,namun menjadi kotor karena ulah manusia. Manusia tidak tau lebih dalam,
bahwasanya manfaat awan dan angin itu sebagai mata rantai siklus air yang
menjadi saka guru kehidupan dimuka bumi.
Dari banyak penelitian, fungsi “menghidupkan tanah yang mati” dari air
hujan memang terbukti dan masuk akal. Butiran hujan, disamping membawa
molekul air(H2O), juga membawa banyak materi penting bagi kehidupan semua
makhluq, karena ternyata butiran air hujan juga membawa mterial pupuk yang
lengkap. Material pupuk yang ada dalam butiran air hujan dimulai dari siklus air,
dimana angin dan awan memainkan peran yang sangat besar didalamnya, yaitu
ketika air laut menguap yang disebabkan panasnya matahari, maka uap air
tersebut tertiup angin dan membentuk gumpalan awan, uapan air laut tersebut
tidak hanya mengandung H2O saja, namun ada unsur bahan dasar pupuk (renik
sisa binatang laut, tumbuhan laut, plankton, dengan kandungan nitrogen, fosfor,
kalium dan mineral lainnya) yang dapat merevitalisasi daratan yang mati.7
Sesungguhnya apabila manusia menjaga kebersihan lingkungan dan
menjaga kebersihan air serta tidak mencemari kejernihan air maka spesies hewan
yang hidup di air tidak akan punah dan manusia sendiri tidak akan kesulitan
mencari air bersih untuk kehidupan sehari-hari, pengairan irigasi, minuman hewan
ternak, dll, karena air merupakan bagian terpenting didalam kehidupan makhluk
hidup. Akan tetapi sebaliknya, jika manusia tidak bisa merawat dan menjaga
kebersihan air dan lingkungan, maka yang akan terjadi yaitu sebuah kerusakan
dan pastinya akan mendatangkan musibah, seperti banjir bandang, tanah longsor,
kekeringan, dll.
7
Arie Budiman, et.al., Membaca Gerak Alam Semesta: Mengenali Jejak Sang Pencipta, Pusat
penelitian LIPI, Bogor, Cet.1, hlm.78
D. Kerusakan lingkungan hidup dan akibatnya
a) Kerusakan lingkungan hidup
Kerusakan lingkungan dunia saat ini sudah di ambang batas toleransi,
sehingga setiap saat kebijakan negara di dunia tertuju pada upaya mencegah
kerusakan lingkungan. Kerusakan terjadi hasil ulah manusia sendiri yang
disebabkan oaleh kerakusan dan ketamakan. Perilaku menyimpang,
ketidakteraturan, destruktif, dan hidup tidak peduli merupakan unsur-unsur
kerusakan.
Beberapa istilah yang digunakan al-Qur’an yang menunjukkan terhadap
kerusakan, bahkan bencana adalah rajfah (gempa-al-A'raf/7: 78), Saihah (suara
keras-Hud/11: 67), sa'iqah (sambaran petir-Fussilat/41: 17), zalzalah (goncangan
yang dahsyat-az-Zalzalah/99: 1), bumi terbalik beserta hujan batu pijar (Hud/11:
82), topan, hama wereng, kutu, katak dan darah (al-A'raf/7: 133), dan angin puting
beliung (al-Haqqah/69: 5-7). Diantara istiah dalam al-Qur’an yang terkait
langsung dengan kerusakan lingkungan adalah istilah fasad. Al-Qur'an menyebut
kerusakan dengan istilah al-Fasad dan disebut sebanyak 50 kali, yang berarti خروج
دال55ئ عن اإلعت55( الشsesuatu yang keluar dari keseimbangan). Istilah fasad adalah
antonim dari sholah, yang secara umum keduanya terkait dengan sesuatu yang
manfaat dan tidak manfaat. Artinya, apa saja yang tidak bermanfaat baik secara
individu maupun sosial masuk kategori fasad, begitu juga sebaliknya, apapun
yang bermanfaat masuk dalam kategori sholah.8
Asbabun nuzul : -
8
Al-Baidawi, Amwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil, (t.tp: al-Maktabah asy-Syamilah, t.th), Jilid.1,
hlm.32
Yang dimaksud dengan fasad disini bukan berarti kerusakan suatu benda,
melainkan perilaku menyimpang, seperti menghasut, bermusuhan, berbuat
maksiat, dll. Firman Allah dilain surah :
َسنِين ٌ صال ِح َها َوا ْدعُوهُ َخ ْوفًا َوطَ َم ًعا ِإنَّ َر ْح َمةَ هَّللا ِ قَ ِر
ِ يب ِمنَ ا ْل ُم ْح ْ ض بَ ْع َد ِإ
ِ األر ِ َوال تُ ْف
ْ سدُوا فِي
Asbabun nuzul : -
َسدُوهَا َو َج َعلُ ٓو ۟ا َأ ِع َّزةَ َأ ْهلِ َهٓا َأ ِذلَّةً ۖ َو َك ٰ َذلِ َك يَ ْف َعلُون ۟ ُقَالَتْ ِإنَّ ٱ ْل ُملُو َك ِإ َذا د ََخل
َ وا قَ ْريَةً َأ ْف
Asbabun nuzul : -
Kata ifsad disini berarti merusak apa saja yang ada, baik benda ataupun
orang, baik dengan membakar, merobohkan, maupun menjadikan mereka tidak
berdaya dan kehilangan kemuliaan. 9
9
Ar-Razi, Mafatihul Ghaib, (t.tp: al-Maktabah asy-Syamilah, t.th), Jilid.12, hlm.31
3. Kerusakan lingkungan
Asbabun nuzul : -
Asbabun nuzul : -
Ayat ini berkenaan dengan kaum Nabi Shaleh (kaum Tsamud). Rajfah
adalah goncangan hebat ada juga yang mengartikan suara keras yang membuat
bumi bergoncang (gunung meletus yang menimbulkan gempa)
2. Sa’iqah
ِ يَ ْك
َسبُون
“Dan adapun kaum Tsamud, maka mereka telah Kami beri petunjuk
tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) daripada petunjuk, maka mereka
disambar petir azab yang menghinakan disebabkan apa yang telah mereka
kerjakan.” (Q.S. Fussilat ayat 17)
Asbabun nuzul : -
Saihah berarti suara keras. Menurut ahli bahasa kata sa’iqah memiliki
tiga makna, yaitu : kematian (( الموتterdapat pada surah az-Zumar ayat 68, siksa
atau hukuman ( ذابTT )العterdapat pada surah an-Nisa ayat 153, dan api (ارTT)الن
terdapat pada surah ar-Ra’d ayat 13. Dari sini kata sa’iqah dimaknai sebagai petir
atau kilat yang mengeluarkan suara yang sangat dahsyat.
3. Saihah
Asbabun nuzul : -
Kata saihah pada mulanya berarti suara yang sangat keras (teriakan).
Sehingga kata saihah bisa diartikan dengan petir atau guntur vcyang sangat keras
dan dahsyat sampai memekakkan telinga, yang sekaligus dapat mematikan.
4. Zalzalah
ُ ت اَأْل ْر
ض ِز ْلزَالَ َها ِ َإ َذا ُز ْل ِزل
Asbabun nuzul : -
5. Bumi terbalik
ٍ ِّ َعلَ ْيهَا ِح َجا َرةً ِم ْن ِسجTفَلَ َّما َجا َء َأ ْم ُرنَا َج َع ْلنَا عَالِيَهَا َسافِلَهَا َوَأ ْمطَرْ نَا
يل َم ْنضُو ٍد
“Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Lut itu yang
di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari
tanah-tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi.” (Q.S. hud ayat 82)
Asbabun nuzul : -
“Maka Kami kirimkan kepada mereka topan, belalang, kutu, katak dan
darah (air minum berubah menjadi darah) sebagai bukti-bukti yang jelas, tetapi
mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa” (Q.S.
al-A’raf ayat 133)
Asbabun nuzul : -
Yang dimaksud tuffan adalah hujan yang sangat lebat dan lama
sehingga merusak kebun, sawah dan ladang. Ada yg mengatrikan tuffan sebagai
banjir lumpur. Sementara jarad adalah semacam belalang yang menyerang sawah,
ladang, tanaman-tanaman, dll sehingga menjadikan petani gagal panen.
َّخ َرهَا َعلَ ْي ِه ْم5 سَ )( ٍة5 َ ٍر عَاتِي5 ص َ ص ْر َ يحٍ اغيَ ِة () َوَأ َّما عَا ٌد فَُأ ْهلِ ُكوا بِ ِر
ِ َّفََأ َّما ثَ ُمو ُد فَُأ ْهلِ ُكوا بِالط
ص ْرعَى َكَأنَّ ُه ْم َأع َْجا ُز نَ ْخ ٍل َخا ِويَ ٍةَ سو ًما فَت ََرى ا ْلقَ ْو َم فِي َها ُ ال َوثَ َمانِيَةَ َأيَّ ٍام ُح
ٍ َس ْب َع لَي
َ
Asbabun nuzul : -
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lingkungan bisa disebut ekologi yang diartikan pula mengenai lingkungan
hidup. Istilah lingkungan hidup bisa berarti al-barru, yang secara dekat bersinonim
dengan al-birru. Al-Birru diistilahkan nilai kebaikan. Manusia bisa hidup dengan
baik, dan tanpa nilai manusia tidak bisa hidup dengan baik dan seimbang.
Urgensi dari lingkungan hidup yang di tawarkan Al-Qur’an adalah manusia di
muka bumi sebagai khalifah fil ardl sudah sepatunya menjaga agar tetap baik sebagai
ruang kehidupan dengan segala kondisi dan keadaan. Ruang kehidupan yang mana
memiliki dua garis besar sebagai tempat manusia yaitu ruang kehidupan dunia dan
ruang kehidupan ukhrawi.
Hubungan manusia dengan lingkungan adalah menjaga keutuhan dan tidak
merusak apapun yang ada di bumi Allah. Pertama adalah hubungan harmonis,
berdampingan dan saling membutuhkan sebagai satu keluarga besar dalam sebuah
bingkai keharmonisan suatu komunitas penduduk bumi.hubungan (ihsan) saling
menyayangi serta menghargai eksistensi dan nilai diri masing-masing sebagai sesama
makhluk Tuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Harun, Martin, OFM yang merupakan guru besar Ilmu Teologia pada Sekolah Tinggi Filsafat
(STF) Driyarkara, Jakarta dalam pengantar buku Mujiono Abdillah yang berjudul `Agama
Ramah Lingkungan Perspektif Al-Qur`an`, (Jakarta: Paramadina, 2001)
Hadar, Ivan A, “Pemanasan Global dan Kita”, Harian Kompas edisi Senin, 23 April, 2007
Odum, Eugene P, Basic Ecology, (USA: Sunder College Publising, 1983), 1-4.Lihat juga
Munajat Danusaputro, Hukum Lingkungan, jilid I,( Jakarta; BanaCipta, 1985)
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah, Vol.1 (Jakarta: Lentera,2007)
Shihab, M. Quraish, Membumikan al-Qur’an (bandung: Mizan, 1992)
Asmani, Jamal Ma’mur, Fiqh Sosial Kiai Sahal Mahfuz: Antara Konsep dan Implementasi,
(Surabaya: Khalista, 2007)
Budiman, Arie, et.al., Membaca Gerak Alam Semesta: Mengenali Jejak Sang Pencipta, Pusat
penelitian LIPI, Bogor, Cet.1
Al-Baidawi, Amwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil, (t.tp: al-Maktabah asy-Syamilah, t.th),
Jilid.1
Ar-Razi, Mafatihul Ghaib, (t.tp: al-Maktabah asy-Syamilah, t.th), Jilid.12