Anda di halaman 1dari 16

KONSEP PROFESIONALISME GURU

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Etika dan Profesi
Guru
Dosen Pengampu : Dr. Rohidin, M.M.Pd.

Oleh :
Fatimah Azzahra
Gina nur apriliani
Nuryanah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU KEISLAMAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-IHYA KUNINGAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Konsep
Profesionalisme Guru ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dosen
pada Mata Kuliah Etika Profesi Keguruan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Konsep Profesionalisme Guru bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Rohidin, M.M.Pd.
selaku Dosen Mata Kuliah Etika Profesi Keguruan yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini.
Penulis tetap menyadari bahwa kemampuan penulis jauh dari kesempurnaan,
dan sudah pasti masih banyak kekurangannya. Sehingga kritik dan saran yang
sifatnya membangun yang sangat penulis harapkan

Kuningan, 9 Oktober 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................... 1

Daftar Isi................................................................................................ 2

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang..................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ............................................................... 4
C. Tujuan................................................................................... 4

Bab II Pembahasan

A. Pengertian Profesionalisme guru.......................................... 5


B. Konsep Profesionalisme....................................................... 8
C. Peran Guru Sebagai Sebuah Profesi..................................... 12
Bab III Penutup

A. Kesimpulan........................................................................... 14
B. Kritik Dan Saran................................................................... 14

Daftar Pustaka....................................................................................... 15

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata profesi berasal dari bahasa Yunani “pbropbaino” yang berarti
menyatakan secara public dan dalam bahasa Latin disebut “professio” yang
digunakan untuk menunjukkan pernyataan public yang dibuat oleh seorang
yang bermaksud menduduki suatu jabatan public.19 Para politikus Romawi
harus melakukan “professio” didepan public yang dimaksudkan untuk
menetapkan bahwa kandidat bersangkutan memenuhi persyaratan yang
diperlukan untuk menduduki jabatan public.

Profesi mengajar menurut Chandler adalah suatu jabatan yang


mempunyai kekhususan bahwa profesi itu memerlukan kelengkapan
mengajar atau keterampilan atau kedua-duanya yang menggambarkan
bahwa seseorang itu dalam melaksanakan tugasnya.20

Kehadiran UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,


setidaknya memberikan arti yang sangat besar bagi peningkatan kualitas
guru. Tuntutan kepada guru tidak saja karena harus memenuhi berbagai
persyaratan agar mereka mendapatkan sertifikasi sebagai guru professional,
tapi lebih jauh dari itu agar terjadi perubahan bagi guru terutama
kesadarannya untuk meningkatkan kualitasnya. Hal ini mengingat bahwa
tantangan dunia kependidikan ke depan akan semakin besar seiring dengan
perkembangan zaman yang ditandai dengan sangat majunya teknologi dan
informasi.21

Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang


pekerjaan yang ingin atau ditekuni oleh seseorang. Profesi juga diartikan
sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan
pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan
akademis yang intensif.

3
Jadi, profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut
keahlian tertentu. Artinya suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut profesi
tidak dapat dipegang oleh sembaran orang, teteapi memerlukan persiapan
melalui pendidikan dan pelatihan secara khusus.

Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh


seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian, kemahiran, atau kecapakan yang memenuhi standar mutu atau
norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi yang dijelaskan dalam
UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan profesionalisme guru
2. Apa saja karakteristik profesionalisme guru
3. Apa saja konsep yang berkenaan dengan profesionalisme

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa maksud dari profesionalisme guru
2. Untuk mengetahui konsep yang berkenaan dengan profesionalisme guru

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Profesionalime Guru


Istilah profesionalisme guru tentu bukan sesuatu yang asing dalam
dunia pendidikan. Secara sederhana, profesional berasal dari kata profesi
yang berarti jabatan. Orang yang profesional adalah orang yang mampu
melaksanakan tugas jabatannya secara mumpuni, baik secara konseptual
maupun aplikatif. Guru yang profesional adalah guru yang memiliki
kemampuan mumpuni dalam melaksanakan tugas jabatan guru.
Bila ditinjau secara lebih dalam, terdapat beberapa karakteristik
profesionalisme guru. Rebore (1991) mengemukakan enam karakteristik
profesionalisme guru, yaitu: (1) pemahaman dan penerimaan dalam
melaksanakan tugas, (2) kemauan melakukan kerja sama secara efektif
dengan siswa, guru, orang tua siswa, dan masyarakat, (3) kemampuan
mengembangkan visi dan pertumbuhan jabatan secara terus menerus, (4)
mengutamakan pelayanan dalam tugas, (5) mengarahkan, menekan dan
menumbuhkan pola perilaku siswa, serta (6) melaksanakan kode etik
jabatan.
Sementara itu, Glickman (1981) memberikan ciri profesionalisme
guru dari dua sisi, yaitu kemampuan berpikir abstrak (abstraction) dan
komitmen (commitment). Guru yang profesional memiliki tingkat berpikir
abstrak yang tinggi, yaitu mampu merumuskan konsep, menangkap,
mengidentifikasi, dan memecahkan berbagai macam persoalan yang
dihadapi dalam tugas, dan juga memiliki komitmen yang tinggi dalam
melaksanakan tugas. Komitmen adalah kemauan kuat untuk melaksanakan
tugas yang didasari dengan rasa penuh tanggung jawab.
Lebih lanjut, Welker (1992) mengemukakan bahwa profesionalisme
guru dapat dicapai bila guru ahli (expert) dalam melakasnakan tugas, dan
selalu mengembangkan diri (growth). Glatthorm (1990) mengemukakan
bahwa dalam melihat profesionalisme guru, disamping kemampuan dalam

5
melaksanakan tugas, juga perlu mempertimbangkan aspek komitmen dan
tanggung jawab (responsibility), serta kemandirian (autonomy)..
Membicarakan tentang profesionalisme guru, tentu tidak bisa
dilepaskan dari kegiatan pengembangan profesi guru itu sendiri. Secara
garis besarnya, kegiatan pengembangan profesi guru dapat dibagi ke dalam
tiga bagian, yaitu: (1) pengembangan intensif (intensive development), (2)
pengembangan kooperatif (cooperative development), dan (3)
pengembangan mandiri (self directed development) (Glatthorm, 1991).
Pengembangan intensif (intensive development) adalah bentuk
pengembangan yang dilakukan pimpinan terhadap guru yang dilakukan
secara intensif berdasarkan kebutuhan guru. Model ini biasanya dilakukan
melalui langkah-langkah yang sistematis, mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, sampai dengan evaluasi dan pertemuan balikan atau refleksi.
Teknik pengembangan yang digunakan antara lain melalui pelatihan,
penataran, kursus, loka karya, dan sejenisnya.
Pengembangan kooperatif (cooperative development) adalah suatu
bentuk pengembangan guru yang dilakukan melalui kerja sama dengan
teman sejawat dalam suatu tim yang bekerja sama secara sistematis.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan profesional guru
melalui pemberian masukan, saran, nasehat, atau bantuan teman sejawat.
Teknik pengembangan yang digunakan bisa melalui pertemuan KKG atau 
MGMP/MGBK. Teknik ini disebut juga dengan istilah peer supervision atau
collaborative supervision.
Pengembangan mandiri (self directed development) adalah bentuk
pengembangan yang dilakukan melalui pengembangan diri sendiri. Bentuk
ini memberikan otonomi secara luas kepada guru. Guru berusaha untuk
merencanakan kegiatan, melaksanakan kegiatan, dan menganalisis balikan
untuk pengembangan diri sendiri. Teknik yang digunakan bisa melalui
evaluasi diri (self evaluation) atau penelitian tindakan (action research).
Terdapat sejumlah konsep yang berkenaan dengan profesionalisme,
yaitu profesi, profesionalitas, dan profesionalisasi. Berikut ini akan
diuraikan mengenai:

6
1. Profesi
Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian
dari para anggotanya. Artinya, suatu jabatan tidak bisa dilakukan oleh
sembarang orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus
untuk melakukan pekerjaaan itu. Keahlian diperoleh melalui apa yang
disebut profesionalisasi, yang dilakukan baik sebelum seorang menjalani
profesi itu (pre-servis training) maupun setelah atau edang menjalani
suatu profesi (in-service training). Buchori menyatakan bahwa konsep
profesi mengandung dua dimensi, yaitu dimensi sifat kegiatan dan
dimensi tingkat kemahiran dalam melaksanakan kegiatan.
a. Dimensi Sifat Kegiatan
Kita bedakan kegiatan untuk mencari nafkah dengan kegiatan untuk
kesenangan. Kegiatan untuk mencari nafkah disebut dengan
pekerjaan (occupation), sedangkan kegiatan untuk kesenangan
disebut dengan hobi atau kegemaran.
b. Dimensi Tingkat Kemahiran dalam Melaksanakan Kegiatan
Dapat dibedakan ke dalam tiga jenis kegiatan, yaitu, kegiatan yang
dilaksanakan dengan tingkat kemahiran yang sangat tinggi, kegiatan
yang dilaksanakn dengan tingkat kemahiran sedang, kegiatan yang
dilakukan tanpa kemahiran sama sekali.
2. Profesionalitas
Profesionalitas berasal dari kata profesi diambil dari bahsa Latin
“profess, professus, profesio”, yang bahasa sederhananya berarti
“declare publicly” atau pengakuan atau pernyataan di muka umum.
Namun penggunaannya dikaitkan dengan janji reigius atau sumpah
(suatu pengakuan atau penataan yang dilakukan di hadapan orang
banyak dan melibatkan Tuhan sebagai saksi). Profesionalitas mengacu
pada sikap para anggota profesi terhadap profesinya serta derajat
pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki dalam rangka melakukan
pekerjaanya. Dengan demikian, professional menunjuk pada, pertama,
orang yang menyandang suatu profesi, misalnya saya seorang
professional, kedua, penampilan seseorang dalam melakuka

7
pekerjaanya sesuai dengan profesinya. Dalam pengertian kedua ini,
istilah professional dikontradisikan dengan nonprofessional.
3. Profesionalisasi
Profesionalisasi menunjuk pada proses peningkatan kualifikasi
maupun kemampuan para anggota profesi dalam mencapai kriteria yang
standar dalam penampilannya sebagai anggota suatu profesi.
Profesionalisasi pada dasarnya merupakan serangkaian proses
pengembangan professional (professional development), baik dilakukan
melalui pendidikan atau latihan pra-jabatan maupun dalam jabatan.
Oleh karena itu, profesionalisasi merupakan proses yang lifelong dan
never ending, secepat seseorang telah menyatakan dirinya sebagai
warga suatu profesi.
4. Profesionalisme
Profesionalisme merujuk pada kotmitmen anggota-anggota suatu
profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalannya dan terus
menerus mengembangkan strategi yang digunakannya dalam
melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.
Menurut Kunandar menyatakan bahwa profesionalisme
merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan
kewenangan yang berkaitan dengan mata pencaharian seseorang.

B. Konsep Profesionalisme Guru


Konsep Profesionalisme merupakan paham yang mengajarkan bahwa
setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang profesional. Orang yang
profesional itu sendiri adalah orang yang memiliki profesi. Muchtar Luthfi
(1984: 44) menyebutkan bahwa seseorang disebut memiliki profesi bila ia
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Profesi harus mengandung keahlian, artinya suatu profesi itu mesti
ditandai oleh suatu keahlian yang khusus untuk profesi itu. Keahlian itu
diperoleh dengan cara mempelajari secara khusus karena profesi
bukanlah sebuah warisan.

8
2. Profesi dipilih karena panggilan hidup dan dijalani sepenuh waktu.
Profesi juga dipilih karena dirasakan sebagai kewajiban sepenuh waktu,
maksudnya bukan bersifat part time.
3. Profesi memiliki teori-teori yang baku secara universal. Artinya, profesi
itu dijalani menurut aturan yang jelas, dikenal umum, teori terbuka dan
secara universal pegangannya itu diakui.
4. Profesi adalah untuk masyarakat, bukan untuk diri sendiri.
5. Profesi harus dilengkapi dengan kecakapan diagnostik dan kompetensi
aplikatif. Kecakapan dan kompetensi itu diperlukan untuk meyakinkan
peran profesi itu terhadap kliennya.
6. Pemegang profesi memiliki otonomi dalam melakukan tugas
profesinya. Otonomi ini hanya dapat diuji atau dinilai oleh rekan-
rekannya seprofesi
7. Profesi mempunyai kode etik yang disebut dengan kode etik profesi.
8. Profesi harus mempunyai klien yang jelas, yaitu orang yang
membutuhkan layanan.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka tidak semua pekerjaan dapat
dikatakan sebagai sebuah profesi. Pekerjaan dapat dikatakan sebagai sebuah
profesi jika memenuhi 10 kriteria profesi.
1. Profesi harus memiliki suatu keahlian yang khusus, keahlian tidak
dimiliki oleh profesi lain dan harus diperoleh dengan cara mempelajari
secara khusus.
2. Profesi harus diambil sebagai pemenuhan panggilan hidup. Oleh karena
itu profesi dikerjakan sepenuh waktu. 3
3. Profesi memiliki teori-teori yang baku secara universal. Artinya profesi
itu dijalani menurut teoriteorinya. Teori harus baku maksudnya teori itu
bukan teori sementara. Jika teorinya tidak baku maka kita dapat
mengatakan bahwa "profesi" itu belum memenuhi syarat untuk disebut
profesi.
4. Profesi adalah untuk masyarakat, bukan untuk diri sendiri. Maksudnya
ialah profesi itu merupakan alat dalam mengabdikan diri kepada

9
masyarakat, bukan untuk kepentingan diri sendiri seperti untuk
mengumpulkan uang atau mengejar kedudukan.
5. Profesi harus dilengkapi dengan kecakapan diagnostik dan kompetensi
aplikatif. Kecakapan diagnostik sudah jelas kelihatan pada profesi
kedokteran. Akan tetapi kadang kala ada profesi yang kurang jelas
kecakapan diagnostiknya. Hal ini tentu disebabkan oleh belum
berkembangnya teori dalam profesi itu. Kompetensi aplikatif adalah
kewenangan menggunakan teori-teori yang ada di dalam keahliannya.
Penggunaan itu harus didahului oleh diagnosis. Jadi, kecakapan
diagnostik memang tidak dapat dipisahkan dari kewenangan aplikatif,
seseorang yang tidak mampu mendiagnosis tentu tidak berwenang
melakukan apa-apa terhadap kliennya.
6. Pemegang Profesi memiliki otonomi dalam melakukan profesinya.
Otonomi ini hanya dapat dan boleh diuji oleh rekan-rekan seprofesinya,
tidak boleh semua orang berbicara dalam semua bidang. Maksudnya
bukan tidak boleh berbicara sama sekali, akan tetapi yang tidak dapat
dibicarakan oleh semua orang adalah teori-teorinya.
7. Profesi hendaknya mempunyai kode etik. Gunanya adalah untuk
dijadikan pedoman dalam melakukan tugas profesi. Kode etik ini tidak
akan bermanfaat bila tidak diakui oleh pemegang profesi dan juga oleh
masyarakat. Kode artinya aturan, etis artinya kesopanan. Akan tetapi
dalam penerapannya kode etik tidak hanya berfungsi sebagai aturan
kesopanan. Pelanggaran kode etik dapat dituntut ke pengadilan.
8. Profesi harus mempunyai klien yang jelas. Klien di sini maksudnya
adalah pemakai jasa profesi. Pemakai jasa profesi kedokteran adalah
orang sakit atau orang yang tidak ingin sakit. Klien guru adalah siswa.
9. Profesi memerlukan organisasi profesi. Gunanya adalah untuk
keperluan meningkatkan mutu profesi itu sendiri. Organisasi ini perlu
menjalin kerja sama, umpamanya dalam bentuk pertemuan profesi
secara periodik, menerbitkan media komunikasi seperti jurnal, majalah,
buletin, dan sebagainya. Melalui media itu teori-teori baru
dikomunikasikan kepada rekan seprofesi. Banyak hal yang dapat dan

10
sebaiknya dilakukan oleh organisasi tersebut untuk kepentingan profesi
mereka.
10. Mengenali hubungan profesinya dengan bidang-bidang lain.
Sebenarnya tidak ada aspek kehidupan yang hanya ditangani oleh satu
profesi. Profesi pengobatan bersangkutan erat dengan masalah-masalah
kemasyarakatan, ekonomi, agama, bahkan dengan politik. Oleh karena
itu, dokter harus mengetahui kaitan profesinya dengan profesi lain
tersebut. Kecenderungan spesialisasi hendaknya dibatasi pada
pendalaman untuk meningkatkan teori-teori dalam profesinya. Hal ini
tidak diartikan "hanya berkewajiban mengetahui teori-teori dalam
profesinya". Spesialisasi yang tidak mengenal apa-apa yang ada di
lingkungannya bukanlah profesi karena spesialisasi seperti itu tidak
akan mampu melayani kliennya. Kliennya adalah objek yang tidak
terlepas dari lingkungannya (Ahmad Tafsir, 1992: 108-112). Suatu
pandangan yang lebih praktis menyatakan bahwa seorang yang
profesional dalam suatu profesi tertentu menghasilkan pemikiran-
pemikiran tertentu dan karya yang kuat didasarkan pada suatu sistem
pengetahuan yang telah dibakukan oleh dunia ilmu pengetahuan, atau
masyarakat ilmiah dalam bidang studi tertentu (Gema Pendidikan:
1993: 1). Mengacu pada kriteria dan persyaratan-persyaratan di atas,
guru juga dapat dikatakan sebagai sebuah profesi.
Namun demikian keberadaan profesi guru dibandingkan dengan profesi
lainnya sungguh memprihatinkan, khususnya jika dilihat sisi penghargaan
yang diterima guru dalam bentuk materi. Memang hal ini cukup ironis,
karena di satu sisi profesi guru dianggap sebagai profesi yang sarat dengan
unsur pengabdian belaka, sehingga dipandang kurang layak untuk menuntut
penghargaan-penghargaan yang lain. Namun di sisi lain, guru juga seorang
manusia yang memiliki kebutuhan, keluarga, dan tanggung jawab yang lain.
Mereka juga membutuhkan biaya untuk dapat hidup dengan "wajar" di
tengahtengah lingkungan masyarakatnya. Untuk itu sudah selayaknya bila
kesejahteraan guru juga perlu mendapatkan perhatian agar mereka mampu
bekerja secara profesional sebagaimana yang dituntut oleh sebuah profesi.

11
C. Peran Guru Sebagai Sebuah Profesi
Guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang
memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh
sembarang orang diluar bidang pendidikan. Walaupun pada kenyataannya
masih terdapat guru yang tidak memiliki latar belakang pendidikan bidang
keguruan (Susanto 2020:17) Berdasarkan UU RI No.14 tahun 2005 tentang
guru dan dosen pasal 1 guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dosen adalah pendidik
profesional dan ilmuan dengan tugas utama mentransformasikan,
mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Menurut Noor Jamaluddin (1978: 1) guru adalah pendidik, yaitu orang
dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada
anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninnya agar mencapai
kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan tugasnnya
sebagai makhluk Allah khalifah dimuka bumi, sebagai makhluk sosial dan
individu yang sanggup berdiri sendiri. Sedangkan Rickey (1987)
sebagaimana dikutif Soetjipto dan Kosasi (2009: 17) mengemukakan ciri-ciri
guru sebagai profesi, yaitu
1. Adannya komitmen dari para guru bahwa jabatan itu mengharuskan
pengikutnya. Menjunjung tinggi martabat kemanusiaan lebih dari pada
mencari keuntungan diri sendiri.
2. Suatu profesi mensyaratkan orangnya mengikuti persiapan profesional
dalam jangka waktu tertentu.
3. Harus selalu menambah pengetahuan agar terus menerus berkembang
dalam jabatannya.
4. Memiliki kode etik jabatan.
5. Memiliki kemampuan intelektual menjawab masalah-masalah yang
dihadapi.

12
6. Selalu ingin beelajar terus-menerus mengenai bidang keahlian yang
ditekuni.
7. Menjadi anggota dari suatu organisasi profesi.
8. Jabatan itu dipandang sebagai suatu karir hidup.
Seorang guru berkaitan dengan aktivitas profesinya diharuskan
mengetahui dan dapat menerapkan beberapa prinsip mengajar agar ia dapat
melaksanakan tugasnnya secara profesional. ( Susanto 2020: 16/17)

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang
pekerjaan yang ingin atau ditekuni oleh seseorang. Profesi juga diartikan
sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan
dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang
intensif. Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kemampuan
mumpuni dalam melaksanakan tugas jabatan guru. sejumlah konsep yang
berkenaan dengan profesionalisme yaitu profesi, profesionalitas, dan
profesionalisasi.

B. Saran
Kami menyedari bahwasannya dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan. Maka dari itu saran dan masukkan dari Bapak Dosen
Pengampu dan rekan-rekan sangat bermanfaat bagi kami dalam menyusun
makalah kedepannya. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

14
DAFTAR PUSTAKA

Muhson,Ali. Menibgkatkan Profesionalisme Guru,2(1). 90-93.


Najmi,Aulia. Konsep Profesionalisme Guu,1(2). 2-3
Skripsi Konsep Profesionalisme Guru

15

Anda mungkin juga menyukai