Anda di halaman 1dari 5

SEJARAH INDONESIA

KELAS XI SEMESTER 1

Oleh;Marselia Yunita Nahak, S.Pd

KEMAHARAJAAN VOC
a. Lahirnya VOC

Sudah diketahui bahwa tujuan dari pedagang Eropa datang ke dunia timur salah satunya
adalah untuk mendapatkan keuntungan dan kekayaan. Tujuan mereka dapat dikatakan berhasil
setelah mereka sampai di Kepulauan Nusantara dan menemukan rempah-rempah. Hal itu
memicu persaingan antar pedagang dari benua Eropa. Oleh karena itu untuk memperkuat posisi
mereka di dunia timur adalah dengan membentuk kongsi dagang. Sebagai contoh pada tahun
1600 Inggris membentuk kongsi dagang yang diberi nama East India Company (EIC) yang
berpusat di Kalkuta, India.
Persaingan yang ketat juga terjadi di antar perusahaan dagang orang-orang Belanda.
Masing-masing ingin memenangkan kelompoknyaagar mendapatkan keuntungan yang lebih
besar. Hal ini berdamapak pada kerugian yang akan timbul pada Kerajaan Belanda apabila
mereka tetap bersaing. Oleh karena itu pemerintah Belanda pada tahun 1598 menyarankan agar
para pedagang bekerja sama membentuk sebuah kongsi dagang yang lebih besar. Hingga pada 20
Maret 1602 terbentuklah VOC ( Vereenigde Oost Indische Compagnie ). VOC didirikan di
Amsterdam dengan tujuan pembentukan sebagai berikut :
a. Menghindari persaingan yang tidak sehat antar pedagang sebangsa
b. Meperkuat kedudukan Belanda dalam mengahadapi persaingan dengan Negara lain.
VOC dipimpin oleh sebuah dewan yang beranggotakan 17 orang. Dalam menjalankan tugas,
VOC ini memiliki beberapa hak dan wewenang, antara lain :
1. Melakukan monopoli perdagangan di wilayah Tanjung Harapan sampai Selat Magelhaens,
termasuk Kepulauan Nusantara.
2. Membentuk angkatan perang sendiri.
3. Melakukan peperangan.
4. Mengadakan perjanjian dengan raja-raja setempat.
5. Mencetak dan mengeluarkan mata uang sendiri.
6. Mengangkat pegawai sendiri.
7. Memerintah di negeri jajahan.
Sebagai sebuah kongsi dagang, dengan kewenangan dan hak-hak di atas menunjukkan
VOC memiliki hak-hak yang istimewadan kewenangan yang sangat luas. VOC sebagai kongsi
dagang bagaikan Negara dalam Negara. VOC cenderung ekspansif karena memiliki untuk
membentuk angkatan perang sendiri dan melakukan peperangan.
Pada awal pertumbuhannya sampai tahun 1610 Dewan Tujuh Belas secara langsung
harus menjalankan tugas-tugas dan menyelesaikan berbagai urusan VOC, termasuk urusan
ekspansi untuk perluasan wilayah monopoli. Karena harus mengurusi wilayah di Kepulauan
Nusantara, VOC membentuk jabatan baru yakni gubernur jendral. Hal ini dilakukan karena
adanya persaingan yang ketat antar bangsa, sedangkan dewan tujuh belas sibuk mengurus hal-hal
lain sehingga kerjanya kurang efektif. Dan yang terpilih adalah Pieter Both.
Untuk mendapatkan monopoli perdagangan di Hindia Timur, pertama ia mendirikan pos
dagang di Banten pada tahun 1610. Pada tahun tersebut Pieter Both berhasil memasuki Jayakarta
dan meninggalkan Banten. Kemudian pada tahun 1611 ia berhasil membeli sebidang tanah
dengan ukuran 50x50 vadem. Tanah tersebut menjadi cikal bakal kekuasaan VOC di Jawa.
b. Kebijakan dan kekejaman VOC
J.P. Coen adalah gubernur jendral yang sangat bernafsu untuk memaksakan monopoli. Ia
juga dikenal sebagai peletak dasar penjajahan VOC di Indonesia. Disertai sikap yang congkak
dan kejam , J.P. Coen berusaha meingkatkan eksploitasi kekayaan bumi Nusantara. Cara-cara
VOC untuk meningkatkaan eksploitasi alam antara lain :
1. Merebut pasaran produksi pertanian, biasanya dengan memaksakan monopoli, seperti
monopoli rempah-rempah di Maluku.
2. Tidak ikut aktif secara langsung dalam produksi hasil pertanian. Cara memproduksi
dibiarkan berda ditangan kaum pribumi, sedangkan VOC tinggal mengambil hasilnya dengan
cara dipaksa.
3. VOC sementara hanya menduduki tempat yang strategis.
4. VOC melakukan campur tangan terhadap kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara.
5. Lembaga-lembaga pemerintahan tetap dipertahankan dengan harapan dapat dipengaruhi.
Setelah berhasil membangun Batavia dan meletakkan dasar-dasar penjajahan di Nusantara,
J.P.Coen kembali ke Belanda. Hingga pada tahun 1627 ia kembali lagi ke Nusantara dan
diangkat lagi menjadi gubernur jendral.
VOC semakin serakah untuk menguasai nusantrayang kaya rempah-rempah. Tindakan intervensi
politik dilakukan di kerajaan-kerajaan. Politik devide et imepera juga dilaksankan.
Adapun kebijakan-kebijakan yang ditetapkan antara lain :
1. Sistem tanam paksa
2. Kerja paksa rodi

d. Berbagai Reaksi Rakyat terhadap Keserakahan dan Kezaliman VOC


1). Mataram Melawan VOC
Sultan Agung bercita-cita mengusir orang-orang Belanda dari pulau Jawa. Pada tahun 1628
menyerang VOC di Batavia dipimpin Tumenggung Bahureksa. Gagal. Menyusul pasukan
Tumenggung Suro Agul-agul. Kyai Dipati mandurareja dan Kyai Dipati Upasanta, menyerang
benteng Holandia tetapi gagal.
Pada tahun 1629 pasukan Mataram kembali menyerang Batavia. Serangan gagal kembali.
Namun pada serangan kedua ini Gubernur Jenderal J.P. Coen meninggal.
Alasan-alasan Mataram menyerang di Batavia diantaranya:
• Belanda dianggap merintangi cita-cita Sultan Agung
• Belanda merintangi hubungan dagang Mataram dengan Malaka
• Belanda berbuat kasar dalam berdagang
2). Kerajaan Makasar menghadapi VOC
Ibukota Makasar Sombapou merupakan bandar yang sangat strategis. VOC ingin menguasainya.
Usaha yang dilakukannya antara lain mengajukan permintaan kepada Sultan Makasar agar:
• Makasar menutup bandarnya bagi kapal-kapal asing kecuali VOC
• Makasar memberi hak monopoli kepada VOC
• Melarang kapal-kapal dagang Makasar membeli rempah-rempah di Maluku
Permintaan tersebut ditolak Sultan, akhirnya perselisihan tidak bisa dihindarkan. Sebagai raja,
Sultan Hasannudin dengan gagah berani melawan VOC. Ia mendapat julukan “Ayam Jantan dari
Timur”. Tahun 1667 VOC berhasil menghasut raja Bone Aru Palaka untuk melawan Makasar.
Pertempuran hebat terjadi Juli 1667. Pasukan Makasar harus menghadapi persekutuan VOC dan
Aru Palaka.
Tahun 1667 bulan November Sultan Hasannudin terpaksa harus menandatangani perjanjian
Bongaya. Isinya:
• Makasar harus mengakui monopoli VOC
• Wilayah Makasar diperkecil hingga tinggal Gowa
• Makasar harus membayar seluruh biaya perang
3). Perlawanan Banten terhadap VOC
Perlawanan rakyat Banten terhadap VOC mulai berlangsung sejak VOC merebut Jayakarta
(1629). Perlawanan ditingkatkan pada masa pemerintahan Sultan Agung Tirtayasa, sejak 1651.
Melihat perkembangan Banten VOC tidak senang, maka VOC dengan bantuan putra raja (Sultan
Haji) berhasil mengadu domba
Akhirnya Sultan berserta Pangeran Purbaya terdesak dan melarikan diri. Tetapi Sultan dapat
ditangkap tahun 1683, sedang Pangeran Purbaya menyingkir ke Periangan.
Perlawanan rakyat Banten dilanjutkan oleh Ratu Bagus Buang dan Kyai Tapa. Perlawanan
rakyat Banten terhadap VOC membawa akibat:
• Banten dikuasai VOC
• VOC berhak campur tangan penuh dalam pemerintahan
• Hak kuasa Banten atas Cirebon harus dilepaskan
• Biaya perang harus ditanggung Banten
4). Perlawanan Trunojoyo terhadap VOC
Trunojoyo adalah putra bupati Madura. Tahun 1674 ia mengankat senjata melakukan perlawanan
karena Sultan Amangkurat I memerintah secara sewenang-wenang dan bekerjasama dengan
VOC. Trunojoyo dibantu Karaeng Galesung, Monte Marano, Macan Wulung, dan lain-lain.
Pengganti Angkurat I yaitu Amangkurat II meminta bantuan VOC. Di bawah pimpinan kapten
Jonker, tahun 1679 Trunojoyo tertangkap dan dibunuh Amangkurat II
5). Perlawanan Untung Suropati
Untung Suropati mantan serdadu VOC tidak tega melihat bangsanya diperlakukan sewenang-
wenang oleh serdadu VOC. Ia mengangkat senjata. Perlawanannya berlangsung antara tahun
1658-1706. Ia bekerjasama dengan Sunan Amangkurat III (Sunan Mas).

d. VOC mengalami kebangkrutan


Pada abad ke 17 sampai abad ke 18 VOC mengalami puncak kejayaan, namun pada
tahun 1749 terjadi perubahan yang mendasar dalam lembaga kepengurusan VOC. Hal ini
dikarenkan perlamen Belanda mengeluarkan UU yang menetapkan bahwa Raja Willem sebagai
penguasa tertinggi VOC. Raja juga menjadi panglima tertinggi VOC. Dengan demikian VOC
berada di bawah kekuasaan raja. Pengurus VOC mulai akrab dengan pemrintah Belanda, dan
para pemegang saham akhirnya terabaikan. Pengurus tidak berpikir untuk memajukan usaha
namun hanya memperkaya diri. VOC sebagai kongsi dagang keuntungannya semakin merosot.
VOC juga tercatat tidak mampu membayar deviden. Kas VOC juga meroso tajam karena
serangkaian perang yang telah dilakukan VOC dan beban hutangpun tidak terelakkan.
Selain hal-hal tersebut, para pejabat VOC semakin banyak yang melakukan korupsi.
Beban hutang VOC pun semakin berat, hingga akhirnya VOC sendiri bangkrut. VOC dinyatakan
dibubarkan pada tanggal 31 Desember 1799.
PENGAYAAN

Kebijakan dan kekejaman VOC


J.P. Coen adalah gubernur jendral yang sangat bernafsu untuk memaksakan monopoli. Ia juga
dikenal sebagai peletak dasar penjajahan VOC di Indonesia. Disertai sikap yang congkak dan kejam , J.P.
Coen berusaha meingkatkan eksploitasi kekayaan bumi Nusantara. Cara-cara VOC untuk meningkatkaan
eksploitasi alam antara lain :
1. Merebut pasaran produksi pertanian, biasanya dengan memaksakan monopoli, seperti monopoli
rempah-rempah di Maluku.
2. Tidak ikut aktif secara langsung dalam produksi hasil pertanian. Cara memproduksi dibiarkan berda
ditangan kaum pribumi, sedangkan VOC tinggal mengambil hasilnya dengan cara dipaksa.
3. VOC sementara hanya menduduki tempat yang strategis.
4. VOC melakukan campur tangan terhadap kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara.
5. Lembaga-lembaga pemerintahan tetap dipertahankan dengan harapan dapat dipengaruhi.
Setelah berhasil membangun Batavia dan meletakkan dasar-dasar penjajahan di Nusantara, J.P.Coen
kembali ke Belanda. Hingga pada tahun 1627 ia kembali lagi ke Nusantara dan diangkat lagi menjadi
gubernur jendral.
VOC semakin serakah untuk menguasai nusantrayang kaya rempah-rempah. Tindakan intervensi politik
dilakukan di kerajaan-kerajaan. Politik devide et imepera juga dilaksankan.
Adapun kebijakan-kebijakan yang ditetapkan antara lain :
1. Sistem tanam paksa
2. Kerja paksa rodi
REMEDIAL

VOC mengalami kebangkrutan


Pada abad ke 17 sampai abad ke 18 VOC mengalami puncak kejayaan, namun pada tahun 1749 terjadi
perubahan yang mendasar dalam lembaga kepengurusan VOC. Hal ini dikarenkan perlamen Belanda mengeluarkan
UU yang menetapkan bahwa Raja Willem sebagai penguasa tertinggi VOC. Raja juga menjadi panglima tertinggi
VOC. Dengan demikian VOC berada di bawah kekuasaan raja. Pengurus VOC mulai akrab dengan pemrintah
Belanda, dan para pemegang saham akhirnya terabaikan. Pengurus tidak berpikir untuk memajukan usaha namun
hanya memperkaya diri. VOC sebagai kongsi dagang keuntungannya semakin merosot. VOC juga tercatat tidak
mampu membayar deviden. Kas VOC juga meroso tajam karena serangkaian perang yang telah dilakukan VOC dan
beban hutangpun tidak terelakkan.
Selain hal-hal tersebut, para pejabat VOC semakin banyak yang melakukan korupsi. Beban hutang VOC pun
semakin berat, hingga akhirnya VOC sendiri bangkrut. VOC dinyatakan dibubarkan pada tanggal 31 Desember
1799.

Sumber Pembelajaran :
Hapsari, Ratna, dkk. 2015. Sejarah Indonesia kelas XI. Jakarta: Erlangga
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Sejarah Indonesia kelas XI. Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Herimanto dan Eko Targiyatmi. 2014. Pembelajaran Sejarah Interaktif untuk kelas XI SMA
dan MA kelompok wajib ilmu-ilmu sosial. Solo: Platinum.

Anda mungkin juga menyukai