Anda di halaman 1dari 86

MODUL 3

KESEHATAN REPRODUKSI

Pendidikan Kepemimpinan Pemuda


dalam Rumah Tangga

PKPRT
PENINGKATAN
KESEHATAN REPRODUKSI
BAGI PEMUDA

Modul 3
i
KESEHATAN REPRODUKSI
Modul 3
ii
KESEHATAN REPRODUKSI
MODUL 3

PKPRT
PENINGKATAN KESEHATAN
REPRODUKSI BAGI PEMUDA

Modul 3
iii
KESEHATAN REPRODUKSI
MODUL 3
KESEHATAN REPRODUKSI

TIM PENYUSUN
Dr. HM Asrorun Ni’am Sholeh, M.A
Dr. Jaswadi
Erlinda, M. Pd
Reza Indragiri Amriel, M.Crim
Rita Pranawati, S.S., M.A
Dr. Muhammad Maksum, M.A
Khaeron Sirin, M.A
Rosdiana, M.A
Muhammad Ishar Helmi, S.H., M.H

DESAIN COVER
Moh Zakaria Ishaq

EDITOR
Ahmad Wari

Modul 3
iv
KESEHATAN REPRODUKSI
Modul 3
v
KESEHATAN REPRODUKSI
Modul 3
vi
KESEHATAN REPRODUKSI
Daftar ISI
Daftar Isi..................................................................... vii
Kata Pengantar........................................................ ix

A. Kesehatan Reproduksi..................................... 1
B. Kesehatan Reproduksi yang
Bertanggung Jawab........................................ 3
C. Seputar Tentang Pemuda............................... 4
D. Kesehatan Reproduksi Pemuda .................. 11
E. PUBERTAS (KEMATANGAN SEKSUAL).... 13
F. Perubahan Fisik .................................................. 15
G. Perubahan Psikologi (Jiwa)........................... 18
H. Sistem dan Fungsi Organ Reproduksi
Laki – Laki ............................................................ 26
I. Sistem dan Fungsi Organ Reproduksi
Perempuan 14
J. Hak dan Kesehatan Seksual............................ 38
K. Risiko Reproduksi.............................................. 40

Modul 3
vii
KESEHATAN REPRODUKSI
L. Pernikahan dan Penyaluran Hasrat
Seksual................................................................... 42
M. Konsepsi dan kehamilan ................................ 42
N. Baby Blues Syndrome...................................... 45
O. Perilaku Seksual Berisiko................................ 45

Tentang PENYUSUN ............................................. 63

Modul 3
viii
KESEHATAN REPRODUKSI
Kata Pengantar

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan


Semesta Alam yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penyusunan buku
Modul Kegiatan Peningkatan Kesehatan
Reproduksi Pemuda dapat diselesaikan.
Dalam konteks pembangunan manusia,
pembinaan ketahanan pemuda memiliki peran
yang sangat strategis. Pertama, karena pemuda
merupakan individu-individu calon penduduk
usia produktif yang pada saatnya kelak akan
menjadi subjek/pelaku/aktor pembangunan
sehingga harus disiapkan agar menjadi sumber
daya manusia yang berkualitas. Kedua, karena
pemuda merupakan individu-individu calon
pasangan yang akan membangun keluarga
dan calon orang tua bagi anak-anak yang
dilahirkannya sehingga perlu disiapkan agar
memiliki perencanaan dan kesiapan berkeluarga.
Kesiapan berkeluarga merupakan salah satu kunci

Modul 3
ix
KESEHATAN REPRODUKSI
terbangunnya ketahanan keluarga dan keluarga
yang berkualitas sehingga diharapkan mampu
melahirkan generasi yang juga berkualitas. 
Di era Revolusi Industri 4.0 saat ini, tantangan
pembinaan ketahanan pemuda sangat kompleks,
baik dari aspek pemudanya maupun orangtua/
keluarganya. Dari aspek pemudanya, di antaranya
pubertas/kematangan seksual yang semakin
dini (aspek internal) dan aksesibilitas terhadap
berbagai media serta pengaruh negatif sebaya
(aspek eksternal) menjadikan pemuda rentan
terhadap perilaku seksual berisiko. Pemuda
menjadi rentan mengalami pernikahan di usia
dini, kehamilan tidak diinginkan, dan terinfeksi
penyakit menular seksual hingga aborsi yang
tidak aman, Kepala BKKBN Dr. Hasto Wardoyo
menjelaskan organ reproduksi perempuan usia
dibawah 20 tahun masih belum matang, yang
sangat rentan terkena kanker mulut rahim 10-20
tahun yang akan datang apabila tersentuh oleh
alat kelamin laki-laki. Hasto juga berpesan untuk
para pemuda laki-laki dan perempuan, agar

Modul 3
x
KESEHATAN REPRODUKSI
menjauhkan diri pada hal-hal yang mendekati
perilaku seks pranikah.
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) Tahun 2017, terutama yang
terkait dengan kesehatan reproduksi generasi
muda menunjukkan perilaku pacaran menjadi
titik masuk pada praktik perilaku berisiko
yang menjadikan pemuda rentan mengalami
kehamilan di usia dini, kehamilan di luar nikah,
kehamilan tidak diinginkan, dan terinfeksi
penyakit menular seksual hingga aborsi yang
tidak aman. Survei tersebut menunjukkan
bahwa sebagian besar pemuda wanita (81%)
dan pemuda pria (84%) telah berpacaran.
Empat puluh lima persen pemuda wanita dan
44 persen pemuda pria mulai berpacaran pada
umur 15-17. Sebagian besar pemuda wanita
dan pemuda pria mengaku saat berpacaran
melakukan aktivitas berpegangan tangan (64%
wanita dan 75% pria), berpelukan (17% wanita
dan 33% pria), cium bibir (30% wanita dan 50%
pria) dan meraba/diraba (5% wanita dan 22%

Modul 3
xi
KESEHATAN REPRODUKSI
pria).
Meskipun 99 persen persen wanita dan 98
persen pria berpendapat keperawanan perlu
dipertahankan, namun terdapat 8% pria dan 2%
persen wanita yang melaporkan telah melakukan
hubungan seksual, dengan alasan antara lain:
47% saling mencintai, 30% penasaran/ingin
tahu, 16% terjadi begitu saja, masing-masing 3%
karena dipaksa dan terpengaruh teman. Di antara
wanita dan pria yang telah melakukan hubungan
seksual pra nikah, 59 persen wanita dan 74 persen
pria melaporkan mulai berhubungan seksual
pertama kali pada umur 15-19. Di antara wanita
dan pria, 12 persen kehamilan tidak diinginkan
dilaporkan oleh wanita dan 7 persen dilaporkan
oleh pria yang mempunyai pasangan dengan
kehamilan tidak diinginkan. Dua puluh tiga
persen wanita dan 19 persen pria mengetahui
seseorang teman yang mereka kenal yang
melakukan aborsi, satu persen di antara mereka
menemani/mempengaruhi teman/seseorang
untuk menggugurkan kandungannya.

Modul 3
xii
KESEHATAN REPRODUKSI
Selain itu, sejak 2016 lalu hingga 2030
mendatang, Indonesia telah memasuki era baru
yang dikenal dengan Sustainable Development
Goals (SDGs); sebuah program pembangunan
berkelanjutan dan meneruskan program/target
pada era sebelumnya, Millenium Development
Goals (MDGs). Di antara target yang belum
tercapai secara maksimal pada era MDGs
dan akan menjadi “PR” di era SDGs adalah
masalah kesehatan yang meliputi sebaran balita
kurang gizi, proporsi balita pendek, status gizi
anak, tingginya tingkat kematian ibu, dan lain
sebagainya. Maka dalam konteks kesehatan
reproduksi, harus ada upaya-upaya serius dalam
meningkatkan kesehatan reproduksi yang
komprehensif, masalah-masalah seperti rasio
kematian ibu, kematian anak, maupun penyakit
epidemi AIDS, dan lain sebagainya bisa terus
berkurang.
Berdasarkan hal di atas, maka upaya-upaya
dalam meningkatkan kesehatan reproduksi
bagi generasi muda menjadi sangat urgen.

Modul 3
xiii
KESEHATAN REPRODUKSI
Sebab itu, Deputi Bidang Pengembangan
Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga
RI menyelenggarakan kegiatan Peningkatan
Kesehatan Reproduksi Bagi Pemuda demi
peningkatan pengetahuan dan menambah
informasi kepada pemuda tentang pentingnya
kesehatan reproduksi bagi para pemuda
melalui buku modul “Kesehatan Reproduksi
Bagi Pemuda”. Modul ini terdiri dari 2 modul
yang menyajikan berbagai informasi tentang
kesehatan reproduksi yang penting untuk
diperhatikan oleh para pemuda, sehingga
pemuda lebih mampu untuk bersikap dan
berperilaku sehat dengan pola yang benar dan
tepat dalam menjaga kesehatan reproduksi.
Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih
dan penghargaan sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah berpartisipasi dalam
penyusunan buku ini. Semoga Allah SWT
memberikan pahala atas segala amal kebaikan
kita. Buku modul ini diharapkan mampu menjadi
sumber informasi lengkap bagi kita semua

Modul 3
xiv
KESEHATAN REPRODUKSI
untuk mendorong upaya peningkatan kesehatan
reproduksi pemuda, sehingga semakin banyak
pemuda yang mengerti arti penting kesehatan
reproduksi. Salam Pemuda !

Deputi Bidang
Pengembangan Pemuda

Dr. HM. Asrorun Ni’am Sholeh, M. A

Modul 3
xv
KESEHATAN REPRODUKSI
Modul 3
xvi
KESEHATAN REPRODUKSI
M AT E R I 3

PERLINDUNGAN ANAK
DAN PENGASUHAN
BERKUALITAS

A. Kesehatan Reproduksi
Definisi Kesehatan Reproduksi sesuai pasal
71 Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009
adalah keadaan sehat secara fisik, mental dan
sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari
penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan
sistem, fungsi dan proses repproduksi.
Pemahaman tentang Kesehatan Reproduksi
diperjelas dengan Hak yamg melekat pada
setiap orang untuk memperoleh pelayanan
kesehatan reproduksi yang aman, efektif dan
terjangkau. Pemerintah melakukan pemenuhan

Modul 3
1
KESEHATAN REPRODUKSI
hak kesehatan reproduksi melalui pelayanan
kesehatan yang aman, efektif, dan terjangkau
diwujudkan dengan berbagai upaya kesehatan,
yaitu reproduksi dengan bantuan, tindakan
aborsi berdasarkan indikasi kedaruratan medis
dan perkosaan sebagai pengecualian atas
larangan aborsi, upaya kesehatan ibu, dan
kehamilan diluar cara alamiah sesuai dalam Pasal
74 ayat (3), Pasal 75 ayat (4), Pasal 126 ayat (4),
dan Pasal 127 ayat (2) Undang-Undang Nomor
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Berdasarkan International Conference
Population and Development (ICPD) tahun 1994
di Kairo, ruang lingkup pelayanan kesehatan
Repoduksi terdiri dari kesehatan ibu dan
anak, keluarga berencana, pencegahan dan
penanganan infeksi menular seksual termasuk
HIV dan AIDS, kesehatan reproduksi remaja,
pencegahan dan penanganan komplikasi
aborsi, pencegahan dan penanganan infertilitas,
kesehatan reproduksi usia lanjut, deteksi dini
kanker saluran reproduksi serta kesehatan
reproduksi lainnya seperti kekerasan seksual,

Modul 3
2
KESEHATAN REPRODUKSI
sunat perempuan dan sebagainya.
Kesehatan ibu sebagai kesehatan maternal
merupakan bagian dari kesehatan reproduksi
perempuan yang mencakup kesehatan
reproduksi sejak remaja, saat sebelum hamil,
pada saat hamil, persalinan dan sesudah
melahirkan. Pentingnya pemahaman kesehatan
reptoduksi diharapkan dapat mengurangi angka
kematian Ibu melahirkan dan kesiapan pasangan
calon pengantin untuk mendapatkan keturunan
dan mempersiapkan anak pada pemenuhan
hak anak dalam rangka mencipatakan generasi
unggul.

B. Kesehatan Reproduksi yang


Bertanggung Jawab

Menjaga kesehatan reproduksi adalah hal


yang sangat penting, terutama pada remaja.
Sebab, masa remaja adalah waktu terbaik untuk
membangun kebiasaan baik menjaga kebersihan,
yang bisa menjadi aset dalam jangka panjang.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO), remaja adalah orang yang berusia

Modul 3
3
KESEHATAN REPRODUKSI
Modul 3
4
KESEHATAN REPRODUKSI
12 hingga 24 tahun. Masa remaja merupakan
peralihan dari kanak-kanak menjadi dewasa.
Artinya, proses pengenalan dan pengetahuan
kesehatan reproduksi sebenarnya sudah dimulai
pada masa ini. Secara sederhana, reproduksi
berasal dari kata “re” yang berarti kembali
dan “produksi” yang artinya membuat atau
menghasilkan.
Reroduksi bisa diartikan sebagai proses
kehidupan manusia dalam menghasilkan kembali
keturunan. Karena definisi yang terlalu umum
tersebut, seringnya reproduksi hanya dianggap
sebatas masalah seksual atau hubungan intim.
Alhasih, banyak orang tua yang merasa tidak
nyaman untuk membicarakan masalah tersebut
pada remaja. Padahal, kesehatan reproduksi,
terutama pada remaja merupakan kondisi
sehat yang meliputi sistem, fungsi, dan proses
reproduksi.
Kurangnya edukasi terhadap hal yang
berkaitan dengan reproduksi nyatanya bisa
memicu terjadinya hal-hal yang tak diinginkan.
Salah satu hal yang sering terjadi karena

Modul 3
5
KESEHATAN REPRODUKSI
kurangnya sosialiasi dan edukasi adalah penyakit
seksual menular, kehamilan di usia muda, hingga
aborsi yang berakibat pada hilangnya nyawa
remaja.
Nyatanya peran orangtua merupakan satu
hal yang penting dalam edukasi seksual pada
remaja. Apalagi saat ini masih belum banyak
orang yang peduli terhadap risiko-risiko yang bisa
menyerang remaja “salah pergaulan” tersebut.
Mulai dari ancaman HIV/AIDS, angka kematian
ibu yang meningkat karena melahirkan di usia
muda, hingga kematian remaja perempuan
karena nekat mengambil tindakan aborsi.
Pada dasarnya, remaja perlu memiliki
pengetahuan seputar kesehatan reproduksi.
Tak hanya untuk menjaga kesehatan dan fungsi
organ tersebut, informasi yang benar terhadap
pembahasan ini juga bisa menghindari remaja
melakukan hal-hal yang tidak diinginkan.
Memiliki pengetahuan yang tepat
terhadap proses reproduksi, serta cara menjaga
kesehatannya, diharapkan mampu membuat
remaja lebih bertanggung jawab. Terutama

Modul 3
6
KESEHATAN REPRODUKSI
mengenai proses reproduksi, dan dapat berpikir
ulang sebelum melakukan hal yang dapat
merugikan.
Pengetahuan seputar masalah reproduksi
tidak hanya wajib bagi remaja putri saja. Sebab,
anak laki-laki juga harus mengetahui serta
mengerti cara hidup dengan reproduksi yang
sehat. Pergaulan yang salah juga pada akhirnya
bisa memberi dampak merugikan pada remaja
laki-laki pula. Lantas pengetahuan dasar apa
saja yang perlu diketahui remaja?
• Pengenalan terhadap sistem, proses, serta
fungsi alat reproduksi. Usahakanlah untuk
menyampaikan informasi sesuai dengan usia
dan kesiapan anak. Tapi sebaiknya hindari
penggunaan istila-istilah tertentu yang malah
bisa mengaburkan makna dan membuat
anak tidak mengenal dengan pasti masalah
reproduksi.
• Risiko penyakit. Aspek ini juga sebaiknya
sudah mulai dikenalkan dan disampaikan
pada remaja yang sudah beranjak dewasa.
Dengan mengetahui risiko yang mungkin

Modul 3
7
KESEHATAN REPRODUKSI
Modul 3
8
KESEHATAN REPRODUKSI
terjadi, remaja tentu akan lebih berhati-hati
dan lebih menjaga kesehatan reproduksi.
• Kekerasan seksual dan cara meghindarinya.
Remaja perlu dikenalkan dengan hak-hak
reproduksi yang ia miliki. Selain itu, diperlukan
juga pengetahuan tentang kekerasana seksual
yang mungkin terjadi, apa saja jenisnya, dan
bagaimana cara mencegahnya terjadi.

C. Seputar Tentang Pemuda


Masa remaja (usia 12 – 21 tahun)
merupakan periode transisi yang mempunyai
keunikan dan penting dikarenakan pada
periode tersebut terjadi pematangan organ
reproduksi manusia. Masa remaja sering disebut
sebagai masa Pubertas. Keunikan masa remaja
karena terjadi peristiwa perubahan yaitu fisik,
psikis dan sosial. Remaja berada dalam situasi
yang rentan terhadap pengaruh nilai baru
terutama bagi mereka yang tidak mempunyai
pertahanan mental dan daya tangkal. Remaja
cenderung melakukan penyesuaian dengan
dunia globalisasi dan arus informasi yang bebas

Modul 3
9
KESEHATAN REPRODUKSI
sehingga berpotensi terjadinya perubahan
perilaku menyimpang karena terpapar pada nilai
nilai yang datang dari luar.
Permasalahan remaja (Pemuda) yang
menjadi perhatian kita bersama misalnya tentang
masalah seksualitas penyebab kehamilan di luar
nikah dan praktek aborsi. Perilaku tidak sehat
pada seksualitas rentan terinfeksi penyakit
menular seksual (IMS), HIV dan AIDS serta
penyalahgunaan Narkoba. Adanya motivasi dan
pengetahuan yang memadai untuk menjalani
masa remaja secara sehat, diharapkan remaja
mampu untuk memelihara kesehatan dirinya
sehingga mampu memasuki masa kehidupan
berkeluarga dengan reproduksi sehat.
Fase tumbuh kembang remaja ditandai
dengan terjadinya kematangan seksual yang
disebut Pubertas, oleh karena itu remaja
disiapkan pada kondisi penyesuaian untuk
dapat menerima perubahan yang terjadi pada
dirinya. Kematangan seksual / Pubertas dan
terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat
berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja.

Modul 3
10
KESEHATAN REPRODUKSI
Pubertas mempengaruhi hormomal, emosinal,
psikis sehingga mengakibatkan remaja mulai
tertarik terhadap anatomi fisiologi tubuhnya
dan ketertarikan kepada teman sebaya yang
berlawanan jenis.

D. Kesehatan Reproduksi Pemuda


Kesehatan Reproduksi Remaja akhir
(pemuda) adalah suatu kondisi sehat yang
menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi
yang dimiliki oleh remaja. Keadaan sehat secara
fisik, mental spiritual dan sosial secara utuh,
tidak semata-mata bebas dari penyakit atau
kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi
dan proses reproduksi.
Pelayanan Kesehatan reproduksi remaja
telah diatur dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2014
tentang Kespro. Pelayanan bertujuan untuk:
1. Mencegah dan melindungi remaja dari
perilaku seksual berisiko dan perilaku berisiko
lainnya yang dapat berpengaruh terhadap
Kesehatan Reproduksi; dan

Modul 3
11
KESEHATAN REPRODUKSI
2.
Mempersiapkan remaja untuk menjalani
kehidupan reproduksi yang sehat dan
bertanggung jawab.
3. Pemberian Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Remaja harus disesuaikan dengan masalah
dan tahapan tumbuh kembang remaja serta
memperhatikan keadilan dan kesetaraan
gender, mempertimbangkan moral, nilai
agama, perkembangan mental, dan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Dengan demikian, kesehatan reproduksi
pemuda dimaksudkan untuk menyiapkan para
pemuda siap lahir batin untuk menikah dan
bereproduksi secara sehat. Selain itu untuk
memastikan kesiapan pemuda untuk memahami
secara utuh dalam menjaga kesehatan reproduksi,
fungsi-fungsi reproduksi, mencegah terjadinya
seks bebas, perzinahan, hubungan seks di luar
nikah, perilaku seks berisiko seperti anal sex,
seks dengan sesama jenis dan penyimpangan
seksual lainnya.

Modul 3
12
KESEHATAN REPRODUKSI
E. Pubertas (Kematangan Seksual)
Setiap Remaja mengalami fase PUBERTAS
(Kematangan Organ Seksual) yang ditandai
dengan perubahan hormonal, fisik, psikologis
dan perilaku sosisl. Pubertas (kematangsn organ
seksual) terjadi akibat dari peningkatan sekresi
gonadotropin releasing hormone (GnRH) dari
hipotalamus dan diikuti oleh sekuen perubahan
sistem endokrin yang komplek serta timbulnya
sistem umpan balik negatif dan positif. Sekuen
ini akan diikuti oleh timbulnya tanda seks
sekunder, pacu tumbuh dan kesiapan untuk
bereproduksi. Pada masa Pubertas terjadi
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat
pesat dan bisa terlihat pada perubahan fisik
dan mental anak laki-laki dan perempuan.
Semua perubahan disebabkan karena adanya
perubahan hormonal. Pada saat terjadinya
kematangan organ seksual yang dipengaruhi
oleh hormon berakibat pada psikis seperti emosi
labil, mudah marah, tersinggung, suka melamun
namun seketika cepat berubah dengan perasaan
gembira, tertawa, atau menangis. Periode/masa

Modul 3
13
KESEHATAN REPRODUKSI
Modul 3
14
KESEHATAN REPRODUKSI
pubertas pada laki-laki dan perempuan tidak
sama. Perempuan mengalami masa pubertas
pada usia 8-13 tahun sedangkan laki-laki pada
usia 10-15 tahun. Ada yang lebih dulu mengalami
pubertas, ada yang lebih lambat. Pada masa
pubertas diharapkan reproduksi sehat karena
akan berkaitan secara langsung dengan sikap,
perilaku yang bertanggungjawab dari seseorang
dengan alat/ organ reproduksi dan fungsi
fungsinya serta pencegahan terhadap gangguan
gangguan yang mungkin timbul. Pemeliharaan
kesehatan reproduksi mutlak diperlukan dalam
rangka mengembangkan keturunan yang sehat
dan berkualitas dimasa dewasanya

F. Perubahan Fisik
a. Perubahan Fisik pada tubuh Anak Laki-laki
• Tubuh : Tinggi , berat badan bertambah,
bahu, dan dada lebar berotot
• Kulit : berminyak, berjerawat
• Rambutt : ketiak,alat kelamin, dada, wajah
dan kaki
• Dada : dada melebar, otot menguat

Modul 3
15
KESEHATAN REPRODUKSI
• Keringat : lebih banyak, berbau khas
• Suara : suara pecah, agak berat
• Alat kelamin : bertambah besar, berwarna
gelap dan memproduksi sperma
• Jika terjadi mimpi basah akan mampu
ejakulasi

b. Perubahan Fisik pada tubuh Anak Perempuan


• Tubuh : Tinggi , berat badan bertambah,
bahu, dan dada lebar berotot
• Kulit : berminyak, berjerawat
• Rambut : ketiak, alat kelamin
• Dada : dada mengembang dan pembesaran
pada puting susu.
• Keringat : lebih banyak, berbau khas
• Suara : suara pecah, agak berat
• Pinggul : melebar
• Alat kelamin : berwarna gelap dan membesar
• Terjadi masa haid / menstruasi

Perubahan fisik ini akan diikuti oleh

Modul 3
16
KESEHATAN REPRODUKSI
Modul 3
17
KESEHATAN REPRODUKSI
perubahan psikis dan juga memunculkan aturan
agama. Dalam konteks Islam, perubahan fisik
ini sebagai penanda orang yang sudah baligh.
Dengan demikian, ia sudah memikul tanggung
jawab dan kewajiban untuk menjalankan
kewajiban agama, seperti sholat, puasa dan
jenis ibadah lainnya. Mimpi basah bagi laki-laki
dan masa haid / menstruasi bagi perempuan
menjadi penanda fase anak-anak ke fase remaja,
sekaligus menandai adanya kewajiban agama.

G. Perubahan Psikologi (Jiwa)


Perubahan yang terjadi pada masa
Pubertas akan mengalami perubahan pada jiwa
(psikologi) akibat berkembangnya organ seksual
salahsatunya hormon. Hal – hal umum yang akan
dialami oleh Remaja yaitu:
• Mencari Jati Diri
Bertanya siapa saya (dirinya)
Mencari figur
• Emosi Labil
Mudah marah dan tersinggung serta mudah

Modul 3
18
KESEHATAN REPRODUKSI
Modul 3
19
KESEHATAN REPRODUKSI
berubah dari marah menjadi sedih dan
bahagia
Mencari perhatian lebih dan kasih sayang
• Mempunyai rasa suka dengan lawan jenis
Memperhatikan dan memikirkan lawan jenis
(melamun dan berkhayal)
• Mempunyai rasa ingin tahu pada banyak hal
Mencari tahu melalui orang terdekat, gawai
dll
Banyak bertanya
• Melepaskan ketergantungan pada orangtua
Ingin diakui sebagai orang yang bukan Anak –
Anak lagi (dewasa)
Rasa suka terhadap lawan jenis adalah suatu
hal yang wajar seiring perubahan psikologis.
Hanya saja, harus diarahkan secara baik sesuai
ketentuan agama, hokum dan norma sosial.

Modul 3
20
KESEHATAN REPRODUKSI
H. Sistem dan Fungsi Organ Reproduksi
Laki – Laki

Fungsi sistem reproduksi laki-laki?


Sistem reproduksi laki-laki secara
keseluruhan bergantung pada hormon yang
salah satu fungsinya yaitu merangsang atau
mengatur aktivitas sel-sel atau organ. Hormon-
hormon utama yang terlibat dalam fungsi sistem
reproduksi laki-laki adalah follicle-stimulating
hormone (FSH), luteinizing hormone (LH)
dan testosteron. FSH dan LH diproduksi oleh
kelenjar pituitari yang terletak di dasar otak.
FSH diperlukan untuk memproduksi sperma
(spermatogenesis), dan LH merangsang produksi
testosteron, yang diperlukan untuk melanjutkan
proses spermatogenesis. Testosteron juga
penting dalam pengembangan karakteristik pria,
termasuk massa kekuatan otot, distribusi lemak,
massa tulang dan dorongan / hasrat seksual.
Fungsi reproduksi pria dimulai saat masa puber.
Peran utama dari semua organ reproduksi
laki-laki adalah untuk bekerjasama memproduksi
dan mengeluarkan semen ke sistem reproduksi

Modul 3
21
KESEHATAN REPRODUKSI
wanita saat melakukan hubungan seksual.
Namun, fungsi tersebut tidak langsung berjalan
begitu saja. Saat bayi baru lahir, semua organ
reproduksi tersebut sudah terbentuk. Namun,
fungsi reproduksi baru akan berjalan saat
seorang laki-laki memasuki masa pubertas.
Saat dimulainya masa puber, kelenjar pituitari
akan mulai memproduksi hormon, setelah
itu menstimulasi testis untuk memproduksi
testosteron.
Produksi testosteron tersebutlah yang
menyebabkan berbagai perubahan fisik pada
laki-laki yang sedang puber, seperti:
• Skrotum dan testis membesar
• Penis, vesikula seminalis, kelenjar prostat juga
membesar
• Mulai tumbuh rambut di area genital dan
ketiak
• Suara semakin berat
• Tinggi badan bertambah
Organ dan Fungsi Reproduksi Laki - laki
1. Penis

Modul 3
22
KESEHATAN REPRODUKSI
Penis terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:
akar atau basis, batang dan kepala penis. Akar
atau basis menempel pada dinding perut bagian
bawah. Kepala penis ditutupi oleh lapisan kulit,
yang dihilangkan saat menjalani sunat. Pada
ujung kepala penis, terdapat lubang kecil yang
merupakan bukaan dari saluran kemih. Bagian ini
nantinya akan menjadi tempat keluar dari semen
dan urine. Pada penis juga terdapat ujung-ujung
saraf yang sensitif terhadap rangsangan.
2. Skrotum
Skrotum merupakan bagian yang terlihat
berbentuk seperti kantung. Letaknya berada
di belakang penis, dan merupakan tempat
dari testikel, yang biasa disebut dengan
testis. Pada skrotum juga terdapat banyak
saraf dan pembuluh darah. Skrotum berperan
untuk mengatur suhu testis agar testis dapat
memproduksi sperma dengan baik. Organ
tersebut harus memiliki suhu yang sedikit lebih
rendah, dibandingkan suhu tubuh.
3. Testis
Organ berbentuk oval dengan ukuran

Modul 3
23
KESEHATAN REPRODUKSI
sebesar biji zaitun ini terletak di dalam skrotum.
Pada umumnya, setiap pria masing-masing
memiliki dua testis. Testis berfungsi untuk
menghasilkan testosteron, yang merupakan
hormon seks pada pria. Selain itu, organ ini juga
berfungsi untuk memproduksi sperma.
4. Epididimis
Epididimis merupakan saluran panjang,
yang terletak di belakang testis. Fungsi organ
ini untuk membawa dan menyimpan sel sperma
yang telah diproduksi di testis dan berfungsi
untuk mematangkan sperma yang dibentuk
oleh testis. Setelah matang, sperma baru dapat
melakukan tugasnya dalam membuahi sel telur.
5. Organ saluran ejakulasi
• Vas deferens merupakan saluran panjang dan
tebal, mulai dari epididimis hingga ke rongga
panggul. Organ ini terletak di belakang
kandung kemih. Vas deferens berfungsi
mengangkut/mengantar sperma matang ke
uretra, sebagai persiapan ejakulasi.
• Vesikula seminalis merupakan organ

Modul 3
24
KESEHATAN REPRODUKSI
berbentuk kantung yang menempel pada vas
deferens, dekat dengan dasar dari kandung
kemih. Organ ini berguna dalam memproduksi
cairan, yang berguna sebagai pemberi energi
untuk sperma bergerak.
6. Saluran kemih
Organ ini disebut juga sebagai uretra yang
berfungsi untuk membawa urine dari kandung
kemih ke luar tubuh.
7. Kelenjar prostat
Terletak di bawah kandung kemih, di
depan rektum atau anus. Kelenjar ini berfungsi
menambahkan cairan yang membantu sperma,
saat terjadi ejakulasi, dan membantu menjaga
sperma tetap sehat.
8. Kelenjar bulbourethral bisa disebut juga
sebagai kelenjar cowper
Organ ini berfungsi untuk memproduksi
cairan yang melicinkan saluran kemih. Selain itu,
organ ini juga membantu menetralisir keasaman
di saluran kemih, yang terbentuk akibat sisa
urine.

Modul 3
25
KESEHATAN REPRODUKSI
I. Sistem dan Fungsi Organ Reproduksi
Perempuan
Organ Sistem Reproduksi Wanita ada dua yaitu
1. Organ reproduksi luar
2. Organ reproduksi dalam
Organ Reproduksi Bagian Luar Perempuan
sebagai berikut :
1. ALAT REPRODUKSI (GENETALIA) LUAR/
Organ kelamin luar (Eksternal)

Mons Pubis/ Mons Veneris


Bagian yang menonjol yang banyak berisi
jaringan lemak yang terletak di permukaan
anterior simpisis pubis. Setelah pubertas maka
kulit mons veneris ditutup oleh rambut-rambut.
Seiring peningkatan usia, jumlah jaringan lemak
ditubuh wanita akan berkurang dan rambut
pubis akan menipis.

Labia Mayora
Berupa dua buah lipatan jaringan lemak,
berbentuk lonjong dan menonjol yang berasal
dari mons veneris dan berjalan ke bawah dan

Modul 3
26
KESEHATAN REPRODUKSI
ke belakang yang mengelilingi labia minora.
Terdiri dari 2 permukaan, yaitu bagian luar yang
menyerupai kulit biasa dan ditumbuhi rambut,
dan bagian dalam menyerupai selaput lendir
dan mengandung banyak kelenjar sebacea.
Labia mayora kiri dan kanan bersatu di bagian
belakang dan batas depan dari perinium disebut
Commisura posterior/ frenulum.

Labia Minora
Merupakan dua buah lipatan jaringan yang
pipih dan berwarna kemerahan yang terlihat jika
labia mayora dibuka. Pertemuan lipatan labia
minora kiri dan kanan di bagian atas disebut –
preputium klitoris, dan di bagian bawah disebut
frenulum klitori. Pada bagian inferior kedua
lipatan labia minora memanjang mendekati garis
tengah dan menyatu dengan fuorchette.

Clitoris/ Klentit
Merupakan suatu tanggul berbentuk
silinder dan erektil yang terletak diujung
superior vulva. Mengandung banyak urat urat
saraf sensoris dan pembuluh pembuluh darah.

Modul 3
27
KESEHATAN REPRODUKSI
Jumlah pembuluh darah dan persyarafan
yang banyak membuat klitoris sangat sensitif
terhadap suhu, sentuhan dan sensasi tekanan.
Fungsi utama klitoris adalah menstimulasi dan
meningkatkan keregangan seksual. Ujung badan
klitoris dinamai Glans dan lebih sensitif dari
pada badannya. Panjang klitoris jarang melebihi
2 cm dan bagian yang terlihat adalah sekitar 6×6
mm atau kurang pada saat tidak terangsang dan
akan membesar jika secara seksual terangsang.
Klitoris analog dengan penutup penis pada
laki-laki. Kepala penis tertutup kulit yang
kemudian dihilangkan saat sunat. Klitoris juga
tertutup selaput (preputiva) yang kemudian
dihilangkan.

Vestibulum
Merupakan rongga yang sebelah lateral
dibatasi oleh kedua labia minora, anterior oleh
klitoris dan dorsal oleh fourchet. Vestibulum
merupakan muara-muara dari 6 buah lubang
yaitu vagina, urethra, 2 muara kelenjar bartolini
yang terdapat di samping dan agak ke belakang
dari introitus vagina dan 2 muara kelenjar skene

Modul 3
28
KESEHATAN REPRODUKSI
di samping dan agak ke dorsal urethra.

Kelenjar Bartholini dan Skene


Kelenjar yang penting di daerah vulva
karena dapat mengeluarkan lendir. Pengeluaran
lendir meningkat saat hubungan seks.

Ostium Uretra
Walaupun bukan merupakan sistem
reproduksi sejati, namun dimasukkan ke dalam
bagian ini karena letaknya menyatu dengan
vulva. Biasanya terletak sekitar 2,5 cm di bawah
klitoris.

Ostium Vagina
Liang vagina sangat bervariasi bentuk
dan ukurannya. Pada gadis, kebanyakan vagina
tertutup sama sekali oleh labia minora dan jika
dibuka, terlihat hampir seluruhnya tertutu oleh
hymen.

Hymen (Selaput dara)


Berupa lapisan yang tipis dan menutupi
sebagian besar introitus vagina. Biasanya himen

Modul 3
29
KESEHATAN REPRODUKSI
berlubang sebesar ujung jari berbentuk bulan
sabit atau sirkular sehingga darah menstruasi
dapat keluar. Namun kadang kala ada banyak
lubang kecil (kribriformis), bercelah (septata),
atau berumbai tidak beraturan (fimbriata).
Pada tipe himen fimbriata, pada gadis sulit
membedakannya dengan hymen yang sudah
mengalami penetrasi saat koitus.

Perineum
Perineum Adalah daerah muskular yang
dititupi kulit antara introitus vagina dan anus.

2. Organ reproduksi dalam (Internal)


Organ reproduksi dalam wanita terdiri
dari ovarium dan saluran reproduksi (saluran
kelamin).

Ovarium
Ovarium (indung telur) adalah sepasang
organ berbentuk seperti buah almond yang
berada disamping uterus didekat dinding
lateral pelvis dan berada pada lapisan posterior

Modul 3
30
KESEHATAN REPRODUKSI
ligamentum latum, postero-caudal tuba falopii.
Pembuluh darah ovarium terutama berasal
dari arteri ovarica yang merupakan cabang
aorta abdominalis dan selanjutnya dialirkan
keluar ovarium melalui vena ovarica. Ovarium
terbungkus oleh tunica albuginea yang mirip
dengan yang dijumpai pada testis. Bagian luar
ovarium disebut cortex yang memiliki gameet
dan dibagian dalam disebut medula yang
mengandung banyak pembuluh darah besar
serta syaraf.
Cortex ovarium relatif avaskular dan
dijumpai sejumlah folikel ovarium kecil. Masing-
masing folikel mengandung ovum immature
(oosit) yang terbungkus dengan satu atau
beberapa lapisan sel. Bila oosit hanya dilapisi
oleh satu lapisan sel, sel tersebut dinamakan sel
folikel, bila dilapisi oleh beberapa lapisan sel-
sel tersebut dinamakan sel granulosa. Dibagian
cortex terdapat sejumlah folikel dengan berbagai
derajat maturasi. Pada folikel primordial, oosit
dilapisi oleh satu lapisan sel pipih (sguamoues
epithelium). Folikel primer memiliki dua atau

Modul 3
31
KESEHATAN REPRODUKSI
lebih lapisan sel granulosa kubis yang mengitari
oosit. Folikel sekunder mengandung ruang-
ruang berisi cairan diantara sel granulosa.
Ruangan tersebut sering mengalami penyatuan
(coalesence) membuat cavum sentral yang
disebut sebagai antrum. Folikel d’graf atau
folilkel vesikuler yang matur memiliki antrum
yang sangat dominan dan folikel biasanya
menonjol keluar permukaan ovarium. Setiap
bulan, pada wanita dewasa, satu dari folikel
yang masak mengeluarkan oosit dari ovarium,
peristiwa ini disebut ovulasi.

Fungsi ovarium
Fungsi ovarium yakni menghasilkan
ovum (sel telur) serta hormon estrogen dan
progesteron.

Saluran reproduksi
Saluran reproduksi (saluran kelamin) terdiri
dari oviduk, uterus dan vagina.

Oviduk ( tuba falopi )


Oviduk (tuba falopii) atau saluran telur

Modul 3
32
KESEHATAN REPRODUKSI
berjumlah sepasang (di kanan dan kiri ovarium)
dengan panjang sekitar 10 cm. Bagian pangkal
oviduk berbentuk corong yang disebut
infundibulum. Pada infundibulum terdapat
jumbai-jumbai (fimbrae). Fimbrae berfungsi
menangkap ovum yang dilepaskan oleh ovarium.
Ovum yang ditangkap oleh infundibulum akan
masuk ke oviduk. Oviduk berfungsi untuk
menyalurkan ovum dari ovarium menuju uterus.

Uterus
Uterus (kantung peranakan) atau rahim
merupakan rongga pertemuan oviduk kanan dan
kiri yang berbentuk seperti buah pir dan bagian
bawahnya mengecil yang disebut serviks (leher
rahim). Serviks (leher rahim) terletak di puncak
vagina. Selama masa reproduktif, lapisan lendir
vagina memiliki permukaan yang berkerut-kerut.
Sebelum pubertas dan sesudah menopause,
lapisan lendir menjadi licin.

Rahim
Rahim merupakan suatu organ yang
berbentuk seperti buah pir dan terletak di

Modul 3
33
KESEHATAN REPRODUKSI
puncak vagina. Rahim terletak di belakang
kandung kemih dan di depan rektum, dan diikat
oleh 6 ligamen. Rahim terbagi menjadi 2 bagian,
yaitu serviks dan korpus (badan rahim). Serviks
merupakan uterus bagian bawah yang membuka
ke arah vagina. Korpus biasanya bengkok ke
arah depan. Selama masa reproduktif, panjang
korpus adalah 2 kali dari panjang serviks.
Korpus merupakan jaringan kaya otot yang bisa
melebar untuk menyimpan janin. Selama proses
persalinan, dinding ototnya mengkerut sehingga
bayi terdorong keluar melalui serviks dan vagina.
Sebuah saluran yang melalui serviks
memungkinkan sperma masuk ke dalam rahim
dan darah menstruasi keluar. Serviks biasanya
merupakan penghalang yang baik bagi bakteri,
kecuali selama masa menstruasi dan selama
masa ovulasi (pelepasan sel telur). Saluran di
dalam serviks adalah sempit, bahkan terlalu
sempit sehingga selama kehamilan janin
tidak dapat melewatinya. Tetapi pada proses
persalinan saluran ini akan meregang sehingga
bayi bisa melewatinya.. Saluran serviks dilapisi

Modul 3
34
KESEHATAN REPRODUKSI
oleh kelenjar penghasil lendir. Lendir ini tebal
dan tidak dapat ditembus oleh sperma kecuali
sesaat sebelum terjadinya ovulasi. Pada saat
ovulasi, konsistensi lendir berubah sehingga
sperma bisa menembusnya dan terjadilah
pembuahan (fertilisasi). Selain itu, pada saat
ovulasi, kelenjar penghasil lendir di serviks juga
mampu menyimpan sperma yang hidup selama
2-3 hari. Sperma ini kemudian dapat bergerak
ke atas melalui korpus dan masuk ke tuba falopii
untuk membuahi sel telur. Karena itu, hubungan
seksual yang dilakukan dalam waktu 1-2 hari
sebelum ovulasi bisa menyebabkan kehamilan.

Uterus
Uterus manusia berfungsi sebagai tempat
perkembangan zigot apabila terjadi fertilisasi.
Uterus terdiri dari dinding berupa lapisan
jaringan yang tersusun dari beberapa lapis
otot polos dan lapisan endometrium. Lapisan
endometrium (dinding rahim) tersusun dari
sel-sel epitel dan membatasi uterus. Lapisan
endometrium menghasilkan banyak lendir dan
pembuluh darah. Lapisan endometrium akan

Modul 3
35
KESEHATAN REPRODUKSI
menebal pada saat ovulasi (pelepasan ovum
dari ovarium) dan akan meluruh pada saat
menstruasi.

Vagina
Vagina merupakan saluran akhir dari
saluran reproduksi bagian dalam pada wanita.
Vagina bermuara pada vulva. Vagina memiliki
dinding yang berlipat-lipat dengan bagian
terluar berupa selaput berlendir, bagian tengah
berupa lapisan otot dan bagian terdalam
berupa jaringan ikat berserat. Selaput berlendir
(membran mukosa) menghasilkan lendir pada
saat terjadi rangsangan seksual. Lendir tersebut
dihasilkan oleh kelenjar Bartholin. Jaringan otot
dan jaringan ikat berserat bersifat elastis yang
berperan untuk melebarkan uterus saat janin
akan dilahirkan dan akan kembali ke kondisi
semula setelah janin dikeluarkan.

Modul 3
36
KESEHATAN REPRODUKSI
Modul 3
37
KESEHATAN REPRODUKSI
J. Hak dan Kesehatan Seksual
Kesehatan seksual menurut definisi WHO
adalah kombinasi dari bagian kegiatan seksual
yang bersifat fisik, emosional, intelektual, spiritual
dan sosial, sehingga seks adalah pengalaman
positif yang dapat meningkatkan kualitas hidup,
menjadikan lingkungan kita untuk kehidupan.
Setiap Anak mempunyai Hak terhadap
seksualnya yang bertujuan dalam mempersiapkan
membangun keluarga untuk melanjutkan
kehidupan dan mempunyai keturunan. Pada
saat yang sama, ia juga mempunyai tanggung
jawab untuk menahan diri dari tindakan yang
bertentangan dengan norma agama, hukum dan
kesusilaan yang bisa menjadi pemicu ancaman
kesehatan reproduksi serta merugikan individu
dan masyarakat.

Modul 3
38
KESEHATAN REPRODUKSI
Modul 3
39
KESEHATAN REPRODUKSI
K. Risiko Reproduksi
Risiko reproduksi adalah keadaan dimana
proses dan fungsi reproduksi terganggu akibat
perilaku reproduksi yang berisiko, yaitu:
• Hubungan seks dan penyaluran hasrat seksual
di luar nikah
• Pengobatan IMS tidak tuntas
• Pergaulan bebas, seks bebas dan pelampiasan
nafsu seksual tidak legal dan tidak aman
• Hubungan seks usia Anak
• Hubungan seks saat menstruasi
• Hubungan seks sebelum memasuki gerbang
pernikahan
• Tidak menjaga alat reproduksi dengan baik
seperti tidak mengganti pembalut saat
menstruasi
• Dorongan seksual berlebihan
• Hubungan seksual sesama jenis
• Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV&AIDS
• Masturbasi / onani / pornoaksi
• Kehamilan Tak Diinginkan (KTD) dan Aborsi

Modul 3
40
KESEHATAN REPRODUKSI
Bagaimana Melindungi Diri dari Perilaku Reproduksi Berisiko

Modul 3
41
KESEHATAN REPRODUKSI
• Kekerasan Seksual
• Merokok, NAPZA, minuman keras yang
membahayakan organ reproduksi

L. Pernikahan dan Penyaluran Hasrat Seksual


Satu-satunya jalan yang absah untuk
menyalurkan hasrat seksual adalah melalui
pernikahan. Untuk itu, jika kamu sudah merasa
mampu, baik fisik, mental, spiritual dan social
serta ingin menyalurkan hasrat seksual maka
harus lewat pintu pernikahan. Kalau belum
siap menikah, cari kegiatan-kegiatan positif
untuk mengalihkan nafsu seksual atau dengan
jalan puasa. Baca dan dalami Modul tentang
pernikahan.

M. Konsepsi dan Kehamilan


Konsepsi adalah peristiwa terjadinya
pembuahan (masuknya spermatozoa ke dalam
sel telur/ovum). Konsepsi terjadi di ampula
Tuba Falopii, hasil konsepsi disebut zigot yang
akan berjalan kearah uterus sambil membelah

Modul 3
42
KESEHATAN REPRODUKSI
yang membutuhkan waktu kurang lebih 5-7 hari
sampai tertanam di rahim (nidasi) dalam stadium
blastuta (64 sel), yang akan membentuk embrio
yang menjadi cikal bakal janin dan berkembang
di dalam rahim sampai akhirnya dilahirkan
sebagai bayi.
Kondisi yang menyebabkan kehamilan:
a.
Usia subur dimana seorang individu
secara seksual sudah matang, usia pria
sejak terjadinya mimpi basah hingga usia
tua. Sedang pada wanita sejak mendapat
menstruasi hingga menaupose atau peristiwa
berhentinya menstruasi yaitu pada usia 40
sampai 50 tahun.
b. Melakukan hubungan seksual antara laki-laki
dan perempuan
c. Masa subur perempuan, saat dimana sel telur
yang telah matang potensial untuk dibuahi
sperma. Terjadi pada hari ke 1 untuk periode
haid 28 hari bila lebih dari 28 hari perlu
perhitungan 2 minggu 1 hari sebelum masa
haid yang akan dating.

Modul 3
43
KESEHATAN REPRODUKSI
d. Pertemuan sperma dan ovum dalam tuba/
saluran telur merupakan awal dari peristiwa
kehamilan.
Untuk mengetahui seorang wanita
mengalami hamil dapat dilihat dari tanda tanda
secara fisik (berupa dugaan) dan dilakukan
pemeriksa (berupa kepastian). Dugaan hamil
ditunjukan dengan tidak datang haid, pusing
dan mual/muntah. Pada pagi hari, buah dada
membesar/mengeras, daerah puting agak gelap
dan perut mulai membesar.
Kepastian hamil saat pemeriksaan medis
ditunjukan dengan: ada detak jantung janin,
teraba bagian janin, dengan USG tampak janin
dan gerakannya.
Keadaan ideal untuk hamil menghasilkan
reproduksi yang sempurna adalah:
a. Kesiapan fisik, bila sudah menyelesaikan
pertumbuhan dan organ reproduksi sudah
matang.
b. Kesiapan sosial, bila secara sosial sudah siap,
pendidikan sudah tuntas, matang secara
sosial, siap memasuki jenjang kehidupan

Modul 3
44
KESEHATAN REPRODUKSI
selanjutnya
c. Kesiapan mental/emosional psikologi yang
stabil untuk menjadi orang tua dengan segala
tanggung jawabnya.
d.
Kesiapan sosial ekonomi, yaitu secara
berkesinambungan dapat membiayai
kehidupan anak yang lahir dan keluarga.

N. Baby Blues Syndrome


Baby blues syndrome adalah perasaan
yang sangat sedih di hari-hari setelah bayi lahir
dan itu sangat normal. Memiliki bayi adalah
perasaan yang indah, tetapi banyak Bunda tidak
merasakan hal ini pada saat awal kelahiran.
“Baby blues” juga dikenal sebagai postpartum
blues atau postpartum distress syndrome, ini
adalah perasaan emosional yang dirasakan
Bunda setelah melahirkan.
Jika Bunda baru saja melahirkan dan
merasa mudah menangis, mudah tersinggung,
dan sedikit tertekan, kemungkinan Bunda
mengalami sindrom “baby blues”.

Modul 3
45
KESEHATAN REPRODUKSI
Gejala Baby Blues Syndrome
Setelah Bunda mengetahui tentang apa itu
baby blues syndrome, selanjutnya yang perlu
Bunda ketahui ialah Gejala dari Baby blues
syndrome itu sendiri. 
1. Bunda akan menangis tanpa alasan yang
jelas,
2. Bunda merasa mudah kesal,
3. Cepat merasa lelah,
4. Hilangnya atau tidak memiliki rasa percaya
diri,
5. Bunda akan mudah tersinggung,
6. Bunda akan sulit untuk istirahat,
7. Dampaknya, Bunda akan enggan untuk
memperhatikan si Kecil.

Apa Penyebab Baby Blues Syndrome ?


Hal ini dikarenakan hormon. Tubuh Bunda
mengalami perubahan yang besar setelah
melahirkan. Karena kelahiran itu sendiri, yang
sangat melelahkan, dan kemudian susu (ASI)
akan keluar.

Modul 3
46
KESEHATAN REPRODUKSI
Hormon yang dibutuhkan untuk melahirkan
akan berkurang, dan hormon lainnya yang
diperlukan untuk memproduksi ASI akan
meningkat. Semua ini akan memberikan efek
yang besar dari segi emosional Bunda.
Ditambah dengan adanya tanggung jawab
baru untuk merawat bayi, merawat dan kesadaran
bahwa hal baru ini akan membawa perubahan
di hidup Bunda. Tidak heran beberapa wanita
sedikit kewalahan dengan perubahan ini.

Penyebab Utama Bunda Mengalami Baby Blues


Pasca melahirkan atau setelah melahirkan
sangatlah wajar bagi Bunda untuk mengalami
baby blues. Bunda tidak harus menjalani
perawatan untuk mendapatkan layanan
kesehatan dari rumah sakit setempat.
Beberapa metode sederhana dapat
diterapkan, seperti bertemu dengan komunitas
ibu - ibu baru dan sekedar sharing pengalaman
menjadi orang tua baru dapat membuat Bunda
merasa tenang.
Bunda yang telah menjadi Ibu baru harus

Modul 3
47
KESEHATAN REPRODUKSI
mengenal beberapa ciri-ciri baby blue supaya
dapat mengatasi beberapa permasalahan
depresi pasca melahirkan.
1. Sakit Pada Payudara dan Demam
Penyebab selanjutnya ialah ketika ASI
Bunda mulai bisa diproduksi. Payudara Bunda
akan cepat membesar dan Bengkak. Bayi baru
lahir akan menyusu sekali 2 jam. Bahkan lebih.
Kebanyakan bayi mudah lapar dan haus dan
menyusu lebih banyak. Jika Bunda memiliki bayi
yang sulit menyusu hingga timbul permasalahan
pada payudara menjadi bengkak dan ASI tidak
lancar. Tipsnya ialah segera pompa ASI Bunda
dan simpan di penyimpanan yang steril.
2. Kesulitan Bunda dalam Beradaptasi
Bunda susah menyesuaikan diri. Tanggung
jawab baru yang bertambah menjadi seorang ibu
membuat Ibu yang baru melahirkan kewalahan.
Tadinya mungkin Bunda hanya mengurus diri
sendiri, tiba - tiba sekarang harus mengurus si
Kecil, yang mulai memandikan bayi, buang air
kecil, mengganti popok, saat bayi haus, lapar,
hingga menidurkan bayi.

Modul 3
48
KESEHATAN REPRODUKSI
3. Hormon Bunda Menurun
Hormon dapat menjadi faktor penting
Bunda mengalami Baby blues pasca melahirkan.
Ketika Bunda hamil, hormon meningkat atau
naik. Akan tetapi setelah melahirkan, Bunda
kehilangan banyak hormon.
Hal tersebut mempengaruhi kondisi tubuh
Bunda sehingga mengalami sindrom baby blues
setelah melahirkan.
4. Perubahan Fisik Tubuh
Ketika hamil Bunda menjaga makanan
dengan sangat ketat. Tetapi ketika sudah
melahirkan tidak menjaga pola makan.
Perubahan fisik tersebut menjadikan salah satu
penyebab penting terjadinya baby blue setelah
melahirkan. Pola pikir seperti “makan apa aja
supaya ASI Bunda lancar” harus diubah. Cara
berpikir tersebut bisa membuat Bunda malah
bertambah gemuk dibanding hamil.
Belum lagi ditambah adanya masukan dan
omongan dari orang - orang seperti, “Setelah
melahirkan Bunda bertambah gemuk ya?”, dan

Modul 3
49
KESEHATAN REPRODUKSI
“Wow, Bunda sudah merasa senang ya, sampai
bertambah gemuk begini.” Kata dan kalimat
tersebut dapat membuat Bunda depresi hingga
tertekan.

Berapa lama perasaan ini akan berakhir?


Bunda biasanya mengalami sindrom “baby
blues” dalam 14 hari pertama setelah melahirkan,
dan saat terburuk adalah 3 atau 4 hari sesudah
kelahiran.

Cara Mengatasi Baby Blues Syndrome


Mengetahui perasaan ini akan muncul,
ini dapat membantu Bunda. Cobalah untuk
meluangkan waktu untuk beristirahat dan
bersantai - hal ini mungkin tidak mudah, tetapi
cobalah untuk tidur sebanyak mungkin, bahkan
tidur siang dapat membantu. Batasi jumlah
pengunjung yang akan datang menjenguk
Bunda, karena hal ini bisa melelahkan Bunda.

Apa yang harus dilakukan jika sindrom baby


blues ini tidak berhenti?

Modul 3
50
KESEHATAN REPRODUKSI
Jika Bunda masih merasa sedih setelah
2 minggu, lakukan konsultasi dengan dokter
karena Bunda kemungkinan mengalami depresi
postpartfum. Gejala dari depresi postpartfum
meliputi di bawah ini:
1. sulit tidur
2. cemas
3. panik
4. menangis secara tidak terkendali
5. kurangnya minat/perhatian pada bayi
Depresi Postpartum juga cukup umum, jadi
jangan takut untuk mencari bantuan.

Perbedaan Baby Blues Syndrome dan


Postpartum Depression
Antara  Baby blues syndrome  dengan
postpartum depression atau depresi pasca
melahirkan hanya terletak pada frekuensi dan
lamanya durasi. Jika Bunda telah mengetahui
tentang apa itu baby blues, penyebab dan
gejalanya, maka begitu pula dengan Postpartum
depression.

Modul 3
51
KESEHATAN REPRODUKSI
Perbedaannya ialah, jika Baby blues
merupakan sindrom yang lebih ringan dan
tergolong sangat normal terjadi. Bunda merasa
kaget, dan perasaan khawatir serta cemas
tentang merawat bayi baru lahir, apakah Bunda
bisa menjadi ibu yang bertanggung jawab.
Sementara  postpartum depression atau depresi
pasca melahirkan akan berlangsung lebih lama,
lebih kuat, dan lebih keras gejalanya. Bunda
akan merasakan rasa sedih yang berlebih, cemas
yang sangat dalam dari biasanya.
Demikianlah penjelasan singkat diatas
tentang apa itu baby blues syndrome, penyebab,
gejala, dan cara mengatasinya. Hal seperti itu
adalah normal bagi Bunda pasca melahirkan.
Yang perlu Bunda lakukan ialah, tetap stay
positive dan melakukan berbagai persiapan
yang matang sebelum melahirkan, baik itu fisik
maupun mental.

Modul 3
52
KESEHATAN REPRODUKSI
O. Perilaku seksual berisiko
Perilaku seksual berisiko merupakan
hubungan seks yang dilakukan dengan berganti-
ganti pasangan, diluar nikah yang berakibat
kehamilan yang tidak diinginkan (ktd), aborsi
dan terjangkitnya penyakit infeksi menular
seksual (IMS), HIV dan AIDS, Infertilitas dan
keganasan (kanker leher rahim).
Resiko Tinggi kanker leher rahim pada
perempuan:
• Hubungan seks pertama umur < 20 tahun
• Usia > 35 Tahun
• Jumlah pasangan seksual > 3 orang
• Jumlah anak > 2 orang
• Suami memiliki pasangan seksual lain
• Pernah menderita kondiloma akuminata, serta
kekebalan tubuh yang menurun
Deteksi keganasan organ reproduksi
dengan pap smear dapat mencegah potensi
kanker mulut Rahim sebesar 75 %.

Modul 3
53
KESEHATAN REPRODUKSI
Seks pranikah
Adalah hubungan seks yang dilakukan
remaja sebelum menikah. Hal ini dapat berakibat,
kehilangan keperawanan, keperjakaan, tertular
dan menularkan IMS ISR, kehamilan tidak
diinginkan (KTD). Hal ini akan merugikan dan
merusak masa depan, baik secara individu,
keluarga maupun secara sosial.
Hindari keadaan ini dengan:
1. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum
menikah.
2.
Memanfaatkan waktu luang dengan
melakukan kegiatan positif seperti olahraga,
seni, keagamaan.
3. Hindari perbualan yang akan menimbulkan
dorongan seksual, seperti meraba-raba tubuh
pasangannya dan menonton video porno.
4. Memperoleh informasi tentang manfaat dan
penggunaan alat kontrasepsi.
5.
Mendapatkan informasi tentang
kegagalan alat kontrasepsi dan cara-cara
penanggulangannya.

Modul 3
54
KESEHATAN REPRODUKSI
6.
Untuk pasangan yang sudah menikah,
seyogyanya memakai cara KB yang aman
secara kesehatan dan dibolehkan secara
agama, seperti pil, suntik dan IUD.

Penyimpangan Perilaku Seksual


• Homoseksual (Lesbian atau gay)
Perilaku seksual dimana seseorang tertarik
pada jenis kelamin yang sama, banyak teori
yang menerangkan penyebab homoseksual
adalah herediter/genetik, lingkungan atau
gangguan keseimbangan hormon. Adanya
pengalaman homoseksual yang menyenangkan
pada masa anak-anak, hubungan seksual
yang tidak memuaskan dengan lawan jenis
dapat mendorong sesorang mencari lawan
dari seks yang sama, pendidikan tentang seks
yang kurang, korban kekerasan homoseksual.
Keadaan tersebut di atas merupakan faktor
pencetus yang sebenarnya secara genetik
sudah membawa sifat homoseksual. Penderita
homoseksual adalah orang yang mengalami
gangguan dan harus disembuhkan, bukan

Modul 3
55
KESEHATAN REPRODUKSI
dibiarkan terus dalam penyimpangan.
• Pedophilia
Perilaku seksual menyimpang pada seorang
dewasa yang punya ketertarikan seks pada
anak-anak, pelaku biasanya laki-laki. Dampak
perilaku seksual menyimpang pada masyarakat
ini mempengaruhi sanksi sosial sampai kepada
tindak kriminal sesuai dengan hukum yang
berlaku.
• Kekerasan Seksual
Beberapa remajabaik laki – laki maupun
perempuan menghadapi ancaman kekerasan
seksual (heteroseksual atau homoseksual)
yang biasanya dilakukan oleh orang dewasa.
Undang – Undang PA No. 23 Tahun 2002,
menjelaskan perlindungan anak sejak usia dalam
kandungan sampai sebelum 8 tahun terhadap
kekerasan fisik maupun mental termasuk yang
berhubungan dengan perilaku seksual. Dalam
hal pemerkosaan remaja sebaiknya dipersiapkan
untuk tidak menyembunyikan peristiwa tersebut
agar dapat diambil tindakan terhadap pelaku
(hukuman Pidana) serta tindakan pencegahan

Modul 3
56
KESEHATAN REPRODUKSI
dan penanggulangan akibat pemerkosaan
tersebut termasuk pengobatan IMS, pemberian
kontrasepsi darurat untuk mencegah kehamilan.
Remaja juga perlu mengenali tanda – tanda
orang dewasa yang akan melakukan tindakan
kekerasan seksual tersebut.
• Aborsi dan Kehamilan yang tidak diinginkan
(KTD)
Kehamilan yang tidak diinginkan
merupakan satu kondisi di mana pasangan
tidak menghendaki adanya kelahiran akibat dari
kehamilan. Kehamilan itu bisa merupakan akibat
dari suatu perilaku seksual/hubungan seksual
baik yang disengaja maupun tidak. Banyak kasus
menunjukan bahwa tidak sedikit orang yang
tidak bertanggungjawab atas kondisi ini.
Banyak faktor/Alasan yang menyebabkan
KTD. Antara lain penundaan usia kawin,
ketidaktahuan tentang perilaku seksual
yang dapat menyebabkan kehamilan, tidak
mengenakan alat kontrasepsi, kegagalan alat
kontrasepsi, kehamilan yang diakibatkan oleh
pemerkosaan, kondisi kesehatan ibu yang tidak

Modul 3
57
KESEHATAN REPRODUKSI
mengijinkan kehamilan, persoalan ekonomi,
alasan karir atau masih sekolah, kehamilan
karena insect dan kondisi janin yang dianggap
cacat berat.
KTD dapat memicu terjadinya pengguguran
kandungan (Aborsi), karena sebagian besar
perempuan yang mengalami KTD, mengambil
keputusan atau jalan keluar dengan melakukan
aborsi, yang sebagian besar dilakukan dengan
cara tidak aman. Pengguguran kandungan secara
tidak aman mempunyai risiko yang sangat tinggi
karena dapat menyebabkan kerusakan rahim,
infeksi rahim, infertilitas, pendarahan, komplikasi
bahkan kematian. Terlebih lagi secara hukum
pengguguran kandungan dilarang keras (ilegal).
Pengecualian terhadap larangan melakukan
aborsi diberikan HANYA dalam 2 kondisi berikut:
a) Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi
sejak usia dini kehamilan, baik yang
mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang
menderita penyakit genetik berat dan/atau
cacat bawaan, maupun yang tidak dapat
diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut

Modul 3
58
KESEHATAN REPRODUKSI
hidup di luar kandungan; atau
b)
Kehamilan akibat perkosaan yang dapat
menyebabkan trauma psikologis bagi korban
perkosaan.
(lihat Pasal 75 ayat [2] UU Kesehatan)
Namun, tindakan aborsi yang diatur
dalam  Pasal 75 ayat (2) UU Kesehatan  itu
pun HANYA DAPAT dilakukan setelah melalui
konseling dan/atau penasehatan pra tindakan
dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan
yang dilakukan oleh konselor yang kompeten
dan berwenang (lihat  Pasal 75 ayat [3] UU
Kesehatan).
Selain itu, aborsi hanya dapat dilakukan:
a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu
dihitung dari hari pertama haid terakhir,
kecuali dalam hal kedaruratan medis;
b.
oleh tenaga kesehatan yang memiliki
keterampilan dan kewenangan yang memiliki
sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;
c.
dengan persetujuan ibu hamil yang
bersangkutan;

Modul 3
59
KESEHATAN REPRODUKSI
d. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan;
dan
e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi
syarat yang ditetapkan oleh Menteri.

(lihat Pasal 76 UU Kesehatan)
Jadi, praktik aborsi yang bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan
sebagaimana disebut di atas merupakan aborsi
ilegal. Sanksi pidana bagi pelaku aborsi ilegal
diatur dalam Pasal 194 UU Kesehatan  yang
berbunyi;
“setiap orang yang dengan sengaja
melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam  Pasal 75 ayat
(2) dipidana dengan pidana penjara paling lama
10 tahun dan denda paling banyak Rp1 miliar.»
Pasal 194 UU Kesehatan tersebut dapat
menjerat pihak dokter dan/atau tenaga
kesehatan yang dengan sengaja melakukan
aborsi ilegal, maupun pihak perempuan yang
dengan sengaja melakukannya.
Hal ini juga sejalan dengan Fatwa MUI No.

Modul 3
60
KESEHATAN REPRODUKSI
4 Tahun 2005 Tentang Aborsi yaitu :
1. Aborsi haram hukumnya sejak terjadinya
implantasi blastosis pada dinding rahim ibu
(nidasi).
2. Aborsi dibolehkan karena ada uzur, baik
bersifat darurat ataupun hajat.
a. Keadaan darurat yang berkaitan dengan
kehamilan yang membolehkan aborsi
adalah:
1) Perempuan hamil menderita sakit fisik
berat seperti kanker stadium lanjut, TBC
dengan caverna dan penyakit-penyakit
fisik berat lainnya yang harus ditetapkan
oleh tim dokter.
2)
Dalam keadaan di mana kehamilan
mengancam nyawa si ibu.
b.
Keadaan hajat yang berkaitan dengan
kehamilan yang dapat membolehkan
aborsi adalah:
1)
Janin yang dikandung dideteksi
menderita cacat genetik yang kalau lahir
kelak sulit disembuhkan.

Modul 3
61
KESEHATAN REPRODUKSI
2)
Kehamilan akibat perkosaan yang
ditetapkan oleh tim yang berwenang
yang di dalamnya terdapat antara lain
456 keluarga korban, dokter, dan ulama.
c. Kebolehan aborsi sebagaimana
dimaksud huruf b harus dilakukan
sebelum janin berusia 40 hari.
3. Aborsi yang dibolehkan karena uzur
sebagaimana dimaksud pada angka 2
hanya boleh dilaksanakan di fasilitas
kesehatan yang telah ditunjuk oleh
pemerintah.
4. Aborsi haram hukumnya dilakukan pada
kehamilan yang terjadi akibat zina.

Modul 3
62
KESEHATAN REPRODUKSI
Tentang
Penyusun

Dr. HM. Asrorun Ni’am Sholeh, MA


adalah Deputi Pengembangan Pemuda
Kemenpora RI sejak November 2017. Sebelumnya
Ni’am menjadi Ketua Komisi Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI) periode 2011-2017 Ia juga
menjabat sebagai Sekretaris Komisi Fatwa
Majelis Ulama Indonesia periode 2015-2020.
Aktivis muda NU ini dikenal sebagai Ulama dan
Akademisi. Ia tercatat sebagai Staf pengajar
Fakultas Syari’ah dan Hukum di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Ia juga
mendapat amanah sebagai Katib Syuriyah PBNU
masa khidmat 2015-2020

Dr. Jaswadi, M. Si
Kabid Organisasi Kemahasiswaan pada Asdep
Keorganisasian dan Pengawasan Kepramukaan
pada Deputi Pengembangan Pemuda

Modul 3
63
KESEHATAN REPRODUKSI
Kemenpora Jakarta. Di samping tugas di
Kemenpora beliau juga aktif dalam organisasi
kepemudaan sebagai Ketua Umum Forum
Doktor Muda Indonesia (FDMI), Pengurus pada
Koperasi Pariwisata RI (KOPARRI) bidang
Kepemudaan dan Pengurus Koperasi Nasional
RI ( KOPNAS RI). Menamatkan D3 Pada Jurusan
Ekonomi Perpajakan Unsyiah. Menyelesaikan S1
pada Fakultas Tarbiyah UIN Ar-Raniry Banda
Aceh dan S2 bidang Ilmu Kebijakan Publik di
Unpad Bandung dan S3 bidang Ilmu Administrasi
Publik di Unpad Bandung. Memiliki hobi olah
raga terutama badminton yang mempunyai
motto hidup “berpikir dan bekerja cerdas”

Reza Indragiri Amriel, M. Crim


Ketua Delegasi Indonesia pada Program
Pertukaran Pemuda Indonesia Australia (1995-
1996) ini ditunjuk oleh Kemenpora sebagai
Anggota Tim Asistensi pemilihan Kabupaten/
Kota Layak Pemuda 2019 serta assessor pada
sejumlah program internal dan eksternal

Modul 3
64
KESEHATAN REPRODUKSI
Kemenpora. Lebih nyaman mengidentifikasi
dirinya sebagai Pembelajar Psikologi Forensik,
Reza juga merupakan konsultan sejumlah
lembaga nasional dan internasional serta
menerima penghargaan dari Mahkamah Agung
Republik Indonesia terkait kontribusinya di
bidang perlindungan anak. Reza adalah Ketua
Bidang Pemantauan dan Kajian di Lembaga
Perlindungan Anak Indonesia, sekaligus Anggota
Dewan Pembina di Yayasan Lentera Anak. Pada
satu sisi, terlahir sebagai Gen X, Reza menyambut
fajar dengan rutin (baca: ikhlas!) menyiapkan
sarapan dan perlengkapan sekolah bagi anak-
anaknya, plus mencuci piring dan gelas kotor.
Pada sisi lain, ayah yang bangga dengan kelima
putra-putrinya ini justru mempunyai mindset
dan pola kerja ala Gen Z. Itu tercermin pada
rangkuman profesional dirinya: “I hate office
building. But smartphone is my headquarter.”
Sebut saja dia sebagai kaum milenial yang ingin
terus mencari ilmu sembari menyebut nama
Tuhannya.

Modul 3
65
KESEHATAN REPRODUKSI
Rita Pranawati, S.S., M.A
adalah wakil ketua KPAI dan Komisioner Bidang
Keluarga dan Pengasuhan Komisi Perlindungan
Anak Indonesia (KPAI) Periode 2014-2017 dan
periode 2017-2022. Rita menamatkan dua
masternya dari Interdisciplinary Islamic Studies
(IIS) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Sosiologi
Monash University Australia. Saat ini ia merupakan
dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Prof. Dr. Hamka (UHAMKA). Rita
juga aktif menjadi koordinator Divisi Perundang-
Undangan dan Sosialisasi Majelis Hukum dan HAM
Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah dan wakil ketua Majelis
Pelayanan Sosial Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Periode 2015-2020. Selain itu, Rita juga merupakan
peneliti pada Center for the Study of Religion and
Culture (CSRC), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ia menjadi peneliti, fasilitator, sekaligus menjadi
penulis untuk berbagai buku pada isu Islam, HAM,
demokrasi, perdamaian. Sejak belia ia malang
melintang sebagai aktivis maupun peneliti pada isu
perempuan dan anak. Ia dapat dihubungi melalui
pranawati_rita2000@yahoo.com

Modul 3
66
KESEHATAN REPRODUKSI
Khaeron Sirin, M. A
adalah dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi (Fidkom) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Pendidikan sarjana (S1) diselesaikan
di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta,
sementara gelar masternya diraih di dua
perguruan tinggi, yaitu Pascasarjana UIN Jakarta
konsentrasi Hukum Islam dan Universitas
Perpignan Via Domitia Perancis konsentrasi
Hukum Perbandingan. Selain mengajar, ia juga
aktif melakukan penelitian dan pengabdian
di masyarakat sebagai bagian dari tugas
Tridharma Perguruan Tinggi, baik dalam skala
nasional maupun internasional. Saat ini, ia juga
aktif menulis dan menyunting buku-buku sosial
keagamaan

Rosdiana, MA
Dosen dalam bidang hukum perkawinan
pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Di samping kesibukan
mengajar beliau juga sebagai peneliti.

Modul 3
67
KESEHATAN REPRODUKSI
Menamatkan S1 Pada Jurusan Peradilan Agama
Fakultas Syariah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
dan menyelesaikan S2 Program Studi Pengkajian
Islam Konsentrasi Syariah pada Sekolah
Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dan S3 Pada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Program Studi Pengkajian
Islam Konsentrasi Hukum Islam. Wanita yang
hobi membaca ini pernah menjabat sebagai
Sekretaris Program Studi Ahwal al-Shakhsiyah
tahun 2010-2014 dan Sekretaris Program Studi
Jinayah Siyasah tahun 2014-2015. Kandidat DR
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini juga pernah
menjadi Koordinator Gender pada Pusat Studi
Gender dan Anak (PSGA) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, serta aktif di beberapa organisasi
Asosiasi Dosen Indonesia (ADI) dan sebagai
Majelis Pengurus Nasional Himpunan Ilmuwan
dan Sarjana Syariah Indonesia (MPN HISSI) serta
sebagai Koordinator kualitas hidup perempuan
pada FORKOMNAS KPPPA (Forum Komunikasi
Nasional Kementerian Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak)

Modul 3
68
KESEHATAN REPRODUKSI
Muhammad Ishar Helmi, S.H., M.H
Menyelesaikan Sarjana Syariah di FSH UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, kemudian memperoleh
Sarjana Hukum di Kampus yang sama. Lulus
dari FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ia
menyelesaikan pendidikan Magister Hukum di
Universitas Pembangunan Nasional Veteran
Jakarta. Saat ini aktif sebagai Dosen Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, peneliti pada Pusat Studi Konstitusi dan
Legislasi Nasional (POSKOLEGNAS) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan sebagai Penyuluh
Antikorupsi Pratama KPK RI. Selain itu, ia
juga aktif sebagai editor di beberapa terbitan
berkala ilmiah yaitu: Jurnal Cita Hukum, Ahkam:
Jurnal Ilmu Syariah, dan Salam: Jurnal Sosial
dan Budaya Syar-i. Karya ilmiah yang pernah
diterbitkan di antaranya: “Penerapan Asas
Equality Before The Law dalam Sistem Peradilan
Militer” (Jurnal Cita Hukum Volume 1 No. 2
Desember 2013); “Pengadilan Khusus KDRT:
Implementasi Gagasan Sistem Peradilan Pidana
Terpadu Penangan Kasus Kekerasan Terhadap

Modul 3
69
KESEHATAN REPRODUKSI
Perempuan” (Jurnal Cita Hukum Volume 2 No.
2 Desember 2014); “Ta’dib dalam Kacamata
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
(PKDRT)” (Mizan: Jurnal Ilmu Syariah Vol 2 No.
2 Desember 2014); Buku: Mengenang 70 Tahun
Hakim Agung Indonesia “Benteng Keadilan, Cita,
Dedikasi dan Pengabdian”, Mahkamah Agung,
2015; Inkonstitusional Perppu Hukuman Kebiri
(Tangsel Pos 2016); Independensi Hakim Ad-
Hoc Pada Peradilan Hubungan Industrial (Jurnal
Hukum Peradilan No 2 2017); Buku: Gagasan
Pengadilan Khusus KDRT (Depublish, Yogyakarta
2017); Tindak Pidana Ujaran Kebencian Di Media
Sosial, (Salam: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i
Vol 4 No. 3 2017); Penyelesaian Satu Atap
Perkara Judicial Review Di Mahkamah Konstitusi,
(Salam: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i Vol 5
No. 3 2018); dan Perlindungan Hukum Terhadap
Anak Sebagai Kurir Narkotika, (Salam: Jurnal
Sosial dan Budaya Syar-i Vol 5 No. 3 2018).

Modul 3
70
KESEHATAN REPRODUKSI

Anda mungkin juga menyukai