Anda di halaman 1dari 24

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok bahasan : 1. Penyuluhan Makanan Gizi Seimbang


Hari/ tanggal : Rabu, 15 desember 2021
Pukul : wita
Sasaran : Masyarakat Desa Talulobutu Selatan
Tempat : Lapangan Kantor Desa

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
serta kualitas kehidupan dan usia harapan hidup, meningkatkan kesejahteraan keluarga dan
masyarakat, serta untuk mempertinggi kesadaran masyarakat atas pentingnya hidup sehat.
Peningkatan kemakmuran ternyata diikuti oleh perubahan gaya hidup. Pola makanan, terutama di
kota-kota besar bergeser dari pola makanan tradisional yang banyak mengkonsumsi karbohidrat,
sayuran dan serat ke pola makanan masyarakat barat yang komposisinya banyak mengandung
lemak, protein, gula dan garam tetapi kurang serat.
Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa merupakan masalah penting,
karena selain mempunyai risiko mengalami berbagai penyakit, juga dapat mempengaruhi
produktivitas kerjanya. Karena itu pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan oleh setiap
orang secara berkesinambungan.
Gizi seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis
dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip
keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan mempertahankan berat badan
normal untuk mencegah masalah gizi (Kemenkes RI, 2014: 3)

Data Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa prevalensi balita underweight (kurus),


stunting, dan overweight mengalami penurunan prevalensi dibandingkan data Riskesdas 2013.
Meski demikian, Riskesdas 2018 juga mencatat bahwa ada peningkatan defisiensi zat gizi mikro
yang muncul dalam manifestasi anemia pada ibu hamil dan adanya kenaikan prevalensi
overweight dan obesitas pada kelompok di atas 18 tahun. Angka prevalensi kegemukan atau
obesitas penduduk usia dewasa di Indonesia lebih tinggi dibandingkan angka terjadinya
kekurangan gizi, terutama di kota-kota besar dan pada tahun-tahun terakhir ini juga diikuti terjadi
di pedesaan. Hasil menunjukkan bahwa di dua belas kota di Indonesia yang menderita
kegemukan sebanyak 22,5%, yang 54,2% diantaranya menderita kegemukan tingkat berat
(obesitas). Bila dilihat dari kelompok umur, 41-55 tahun ternyata prevalensi gemuknya lebih
tinggi yaitu 33,7%, yang 59,0% diantaranya termasuk obesitas.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 60 menit diharapkan masyarakat dapat
mengetahui tentang materi makanan gizi seimban.

2. Tujuan khusus
setelah diberikan penyuluhan kesehatan, diharapkan masyarakat mampu :
1) Mengetahui pengertian gadjed, merokok, minuman, keras, dan narkoba
2) Mengetahui penyebab bahaya gadjed, merokok, minuman, keras, dan narkoba
3) Mengetahui tanda dan gejala ketergantungan gadjed, merokok, minuman, keras, dan
narkoba
4) Mengetahui pencegahan ketergantungan gadjed, merokok, minuman, keras, dan
narkoba
C. Pelaksanaan kegiatan
1. Topik : Makanan Gizi Seimbang
2. Sasaran/target: Masyarakat Desa Talulobutu Selatan
3. Metode: ceramah
4. Media dan alat: leaflet, power point
5. Waktu dan tempat: 15 desember 2021, 08.00 wita
D. Kegiatan penyuluhan

No Waktu Kegiatanpenyuluhan Kegiatanpeserta


1 5 menit Pembukaan
 Memberi salam  Menjawab salam
 Perkenalan  Mendengarkan dan memperhatikan
 Menjelaskan materi yang disampaikan
Tujuan penyuluhan
 Menyebutkan materi/ pokok
bahasan yang akan
disampaikan
2 30 menit Pelaksanaan: Menyimak dan memperhatikan
1. Menjelaskan materi
penyuluhan secara
berurutan dan tratur.
Materi :
1) Mengetahui pengertian Gizi
Seimbang
2) Mengetahui Peran Dasar
Pedoman Umum Gizi
Seimbang
3) Mengetahui Angka
Kecukupan Gizi Seimbang

3 10 menit Evaluasi :
Meminta masyarakat  Masyarakat bertanya mengenai
menjelaskan/menyebutkan masalah yang belum dipahami
kembali tentang :  Menjawab pertanyaan
1) Menyebutkan pengertian
Gizi Seimbang
2) Menyebutkan Peran Dasar
Pedoman Umum Gizi
Seimbang
3) Menyebutkan Angka
Kecukupan Gizi Seimbang
4 5 menit Penutup :
Mengakhiri pertemuan dengan Menjawab salam
mengucapkan terimakasih dan
mengucapkan salam

E. Setting Tempat
A
D
B
E

C X X X C

X X X C
C
C C C

Ket:
A: pemateri
B :observer
C: fasilitator
D: ci akademik
E: ci klinik

F. Pengorganisasian
1. Sri Fatrawaty Inombi : pemateri
2. Fadjria Sy. Ney: moderator
3. Wahyuni S. Adam: fasilitator dan Observer
LAMPIRAN MATERI MAKANAN GIZI SEIMBANG

A. Definisi Gizi Seimbang

Gizi seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam
jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip
keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan mempertahankan berat
badan normal untuk mencegah masalah gizi (Kemenkes RI, 2014: 3)
Menu seimbang yaitu menu yang terdiri dari beranekaragam makanan dengan jumlah
dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan
dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan.
Peranan berbagai kelompok bahan makanan tergambar dalam piramida gizi seimbang yang
berbentuk kerucut. Populer dengan istilah “Tri Guna Makanan” (Adriani 2018).
a. Pertama, sumber zat tenaga yaitu padi-padian dan umbi-umbian serta tepung-tepungan
yang digambarkan di dasar kerucut.
b. Kedua, sumber zat pengatur yaitu sayuran dan buah-buah digambarkan bagian tengah
kerucut.
c. Ketiga, sumber zat pembangun, yaitu kacang-kacangan, makanan hewani dan hasil
olahan, digambarkan bagian atas kerucut.

Sejarah gizi seimbang bermula pada tahun 1992 saat diselenggarakan konggres gizi
internasional di Roma. Konggres tersebut membahas pentingnya gizi seimbang untuk
menghasilkan kualitas SDM yang handal. Hasilnya adalah rekomendasi untuk semua negara
menyusun PUGS (Pedoman Umum Gizi Seimbang).

Sebenarnya di Indonesia, pada tahun 1950 pernah diperkenalkan pedoman 4 sehat 5


sempurna, yang kemudian setelah adanya konggres gizi internasional di Roma
dikembangkan PUGS pada tahun 1995. Slogan 4 sehat 5 sempurna merupakan bentuk
implementasi PUGS dan terdapat 13 pesan dalam PUGS.

B. Peran Dasar Pedoman Umum Gizi Seimbang

Prinsip Gizi Seimbang terdiri dari 4 (empat) Pilar yang pada dasarnya
merupakan rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang keluar
dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur. Empat Pilar tersebut
adalah:
1. Mengonsumsi makanan beragam. Tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung
semua jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk menjamin pertumbuhan dan
mempertahankan kesehatannya, kecuali Air Susu Ibu (ASI) untuk bayi baru
lahir sampai berusia 6 bulan. Contoh: nasi merupakan sumber utama kalori, tetapi miskin
vitamin dan mineral; sayuran dan buah-buahan pada umumnya
kaya akan vitamin, mineral dan serat, tetapi miskin kalori dan protein; ikan
merupakan sumber utama protein tetapi sedikit kalori. Khusus untuk bayi
berusia 0-6 bulan, ASI merupakan makanan tunggal yang sempurna. Hal ini
disebabkan karena ASI dapat mencukupi kebutuhan untuk tumbuh dan
berkembang dengan optimal, serta sesuai dengan kondisi fisiologis
pencernaan dan fungsi lainnya dalam tubuh.
2. Membiasakan perilaku hidup bersih Perilaku hidup bersih sangat terkait dengan prinsip
Gizi Seimbang : Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi status gizi seseorang secara langsung, terutama anak-anak.
Seseorang yang menderita penyakit infeksi akan mengalami penurunan nafsu
makan sehingga jumlah dan jenis zat gizi yang masuk ke tubuh berkurang.
Sebaliknya pada keadaan infeksi, tubuh membutuhkan zat gizi yang lebih
banyak untuk memenuhi peningkatan metabolisme pada orang yang menderita
infeksi terutama apabila disertai panas. Pada orang yang menderita penyakit
diare, berarti mengalami kehilangan zat gizi dan cairan secara langsung akan
memperburuk kondisinya. Demikian pula sebaliknya, seseorang yang
menderita kurang gizi akan mempunyai risiko terkena penyakit infeksi karena
pada keadaan kurang gizi daya tahan tubuh seseorang menurun, sehingga
kuman penyakit lebih mudah masuk dan berkembang. Kedua hal tersebut
menunjukkan bahwa hubungan kurang gizi dan penyakit infeksi adalah
hubungan timbal balik.
Dengan membiasakan perilaku hidup bersih akan menghindarkan
seseorang dari keterpaparan terhadap sumber infeksi. Contoh: 1) selalu
mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir sebelum makan,
sebelum memberikan ASI, sebelum menyiapkan makanan dan minuman, dan
setelah buang air besar dan kecil, akan menghindarkan terkontaminasinya
tangan dan makanan dari kuman penyakit antara lain kuman penyakit typus
dan disentri; 2) menutup makanan yang disajikan akan menghindarkan
makanan dihinggapi lalat dan binatang lainnya serta debu yang membawa
berbagai kuman penyakit; 3) selalu menutup mulut dan hidung bila bersin, agar
tidak menyebarkan kuman penyakit; dan 4) selalu menggunakan alas kaki agar
terhindar dari penyakit kecacingan.
3. Melakukan aktivitas fisik. Aktivitas fisik yang meliputi segala macam kegiatan tubuh
termasuk olahraga merupakan salahsatu upaya untuk menyeimbangkan antara
pengeluaran dan pemasukan zat gizi utamanyasumber energi dalam tubuh. Aktivitas fisik
memerlukan energi. Selain itu, aktivitas fisik juga memperlancar sistem metabolisme di
dalam tubuh termasuk metabolisme zat gizi. Oleh karenanya, aktivitas fisik berperan
dalam menyeimbangkan zat gizi yang keluar dari dan yang masuk ke dalam tubuh.
4. Mempertahankan dan memantau Berat Badan (BB) normal Bagi orang dewasa salah satu
indikator yang menunjukkan bahwa telah terjadi keseimbangan zat gizi di dalam tubuh
adalah tercapainya Berat Badan yang normal, yaitu Berat Badan yang sesuai untuk
Tinggi Badannya. Indikator tersebut dikenal dengan Indeks Masa Tubuh (IMT). Oleh
karena itu, pemantauan BB normal merupakan hal yang harus menjadi bagian dari ‘Pola
Hidup’ dengan ‘Gizi Seimbang’, sehingga dapat mencegah penyimpangan BB dari BB
normal, dan apabila terjadi penyimpangan dapat segera dilakukan langkah-langkah
pencegahan dan penanganannya. Bagi bayi dan balita indikator yang digunakan adalah
perkembangan berat badan sesuai dengan pertambahan umur. Pemantauannya dilakukan
dengan menggunakan KMS. Yang dimaksud dengan Berat Badan Normal adalah :
a. untuk orang dewasa jika IMT 18,5 – 25,0;
b. bagi anak Balita dengan menggunakan KMS dan berada di dalam pita hijau(lihat
lampiran 6.A dan 6.B)
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) memuat 13 dasar yang dapat digunakan
masyarakat luas sebagai pedoman praktis untuk mengatur makanan sehari-hari yang
seimbang dan aman guna mencapai dan mempertahankan status gizi dan kesehatan yang
optimal (Almatsier 2017). Ketiga belas pesan dasar tersebut adalah sebagai berikut :

1. Makanlah
Aneka
Ragam
Makanan
Tidak
ada satu jenis pun bahan makanan yang mengandung semua zatgizi yang diperlukan
untuk pertumbuhan danpemeliharaan tubuh serta untuk perkembangan otak dan
produktivitas kerja, kecuali Air Susu Ibu (ASI) yang diciptakan sebagai makanan
sempurnah bagi bayi sehat umur 0-6 bulan. Sesudah umur 6 bulan seseorang harus
mengkonsumsi beranekaragam makanan yang zat-zat gizinya saling melengkapi.
Kekurangan zat gizi tertentu dalam suatu jenis bahan makanan dapat dilengkapi
oleh zat gizi yang sama yang terdapat dalam bahan makanan lain. Oleh sebab itu
makanan yang beranekaragam akan menjamin terpenuhinya kebutuhan zat energi/tenaga,
zat pembangun, dan zat pengatur seseorang.

2. Makanlah Makan yang Memenuhi Kecukupan Energi

Menu sehari-hari hendaknya cukup mengandung energi agar seseorang dapat


melakukan kegiatan sehari-hari, seperti bekerja, belajar, berolahraga, dan berinteraksi.
Kebutuhan energy dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi bahan makanan sumber
karbohidrat, protein, dan lemak. Cukup tidaknya konsumsi energi sehari-hari seseorang
dapat dikdetahui dari normal tidaknya berat badan. Bagi anak-anak dibawah 5 tahun
(balita), anak sekolah, remaja, ibu hamil, berat badan normal dapat diketahui dari kartu
menuju sehat (KMS) sedangkan bagi orang dewasa dan usia lanjut dengan menghitung
Indeks Massa Tubuh (IM,T)
Rumus IMT sebagai berikut :
IMT =
Batas ambang IMT adalah sebagai berikut :
  Kurus : tingkat ringan IMT 17-18,4
tingkat berat IMT < 17,0
Normal : IMT 18,5-25
Gemuk : tingkat ringan IMT >25,0-27,0
tiikat berat IMT >27,0
Konsumsi energi melebihi kebutuhan secara berlanjut menyebabkan kegemukan.
Kegemukan merupakan faktor resiko berbagai penyakit degeneratif ,seperti penyakit
tekanan darah tinggi, jantung koroner, dan diabetes melitus. Sebaliknya, konsumsi energi
kurang dari kebutuhan secara lanjut menyebabkan berat badan kurang atau kurus yang
dapat menyebabkan rendahnya produktivitas kerja, menurunnya kemampuan belajar dan
prestasi olah raga, serta berkurangnya kekebalan tubuh terhadap penyakit infeksi.
3. Makanlah Makanan Sumber Karbohidrat Setengah dari Kebutuhan Sehari
Ada dua kelompok karbohidrat sederhana, yaitu karbohidrat kompleks dan
karbohidrat sederhana. Bahan makanan sumber karbohidrat kompleks adalah padi-padian
(beras, jagung, dan gandum), umbi-umbian (ubi, singkong, dan talas), dan sagu. Sumber
karbohidrat sederhana adalah berbagai jenis gula, seperti gula pasir, gula enau, gula
kelapa, dan gula palma.
Sumber karbohidrat kompleks juga mengandung zat gizi selain karbohidrat dalam
jumlah berbeda-beda, seperti protein, lemak, mineral dan vitamin. Sumber karbohidrat
kompleks juga mengandung serat yang diperlukan untuk melancarkan pergerakan usus
dan buang air besar. Sedangkan sumber karbohidrat sederhana hanya mengandung
karbohidrat, sehingga dinamakan juga sumber energi “kosong”.
4. Batasilah Konsumsi Lemak dan Minyak sampai Seperempat dari Kebutuhan
Energi Sehari
Lemak dan minyak dalam makanan berguna untuk menghasilkan energi dalam
tubuh, membantu penyerapan dan pengangkutan vitamin-vitamin A,D,E,dan K ,serta
menambah lezatnya makanan.
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2004 menganjurkan konsumsi lemak dan
minyak berasal dari minyak nabati, seperti minyak kelapa, kelapa sawit, kacang kedelai,
kacang tanah dan jagung karena banyak mengandung asam lemak tidak jenuh jamak dan
trigliserida rantai menengah (medium chain triglyceride) yang berpengaruh baik terhadap
kesehatan. Proposrsi asam lemak jenuh dan asam lemak trans sebaiknya masing-masing
maksimal 88% dan 1% dari kebutuhan energi total. Di antara lauk hewani, ikan paling
sedikit mengandung lemak. Lemak ikan terutama mengandung asam lemak tidak jenuh
ganda.
Mengonsumsi lemak secara berlebihan bisa menyebabkan kegemukan dan
penyempitan pembuluh darah yang dapat menyebabkan penyakit degenerative, seperti
tekanan darah tinggi, penyakit jantung koroner dan stroke, serta diabetes mellitus.
5. Gunakan Garam Beryodium
Menggunakan garam beryodium dalam memasak dapat mencegah timbulnya
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). Gangguan ini banyak terjadi pada
daerah-daerah yang jauh dari laut dan pegunungan,karena tanahnya kurang mengandung
yodium yang bersumber dari laut.
Yodium merupakan bagian dari hormon toksin yang antara lain berperang
mengontrol percepatan pelepasan energi dari zat gizi yang menghasilkan energi,
pemebentukan sel darah merah,serta fungsi otot dan syaraf.menghambat kecerdasan otak
anak serta pertumbuhan pada anak-anak menyebabkan kekerdilan ( kretinisme ) dan
dungu. Disamping itu terjadi bengkak pada kelenjar tiroid, berat badan kurang dan mudah
lelah. Umumnya akibat kekurangan yodium dinamakan “Gondok” dan karena terdapat
secara meluas di suatu daerah, dinamakan “Gondok Endemik”.
Mengkonsumsi garam secara berlebihan juga dapat menyebabkan tekanan darah
tinggi yang menimbulkan sakit jantung dan stroke. Dianjurkan mengkonsumsi garam
tidak lebih dari 6 gram atau kurang lebih 1,5 sendok teh sehari.
6. Makanlah Makanan Sumber Besi
Kekurangan besi dapat menimbulkan Anemia Gizi Besi. Besi diperlukan untuk
pembentukan hemoglobin yang merupakan bagian dari sel darah merah. Hemoglobin
membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa
karbondioksida dari seluruh sel ke paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Di samping
itu besi berperan dalam metabolisme energi. Besi juga merupakan bagian dari sel-sel otak
yang berperan dalam transmisi saraf.
Anemia Gizi Besi dapat menyebabkan rendahnya kemampuan belajar dan
produktivitas kerja, serta menurunnya antibodi sehingga mudah terserang penyakit
infeksi. Sumber besi adalah hati, daging, ikan, kacang-kacangan, dan syuran daun hijau.
7. Berikan ASI Kepada Bayi Sampai Berumur 6 Bulan
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik untuk bayi. ASI mengandung
semua zat gizi dalam jumlah yang sesuai untuk proses tumbuh kembang bayi. Pemberian
ASI memungkinkan hubungan kejiwaan yang erat antara ibu dan bayi. Disamping itu
ASI mengandung zat-zat anti kekebalan. ASI yang keluar pada hari pertama disebut
“kolostrum”. Kolostrum lebih kental dan kekuning-kuningan yang mengandung zat anti
kekebalan dan vitamin A yang tinggi. ASI hendaknya merupakan makanan satu-satunya
untuk bayi hingga umur 6 bulan (ASI eksklusif).
8. Biasakan Makan Pagi
Manfaat makan pagi adalah untuk memelihara ketahanan fisik, mempertahankan
daya tahan tubuh, meningkatkan produktifitas kerja dan meningkatkan konsentrasi
belajar. Kebiasaan makan pagi, membantu memenuhi kecukupan gizi sehari-hari.
Sedangkan resiko tidak membiasakan makan pagi adalah gangguan kesehatan yang
berupa menurunnya kadar gula darah. Susnan makanan pagi merupakan menu seimbang,
yang terdiri atas sumber energi, zat pembangun, dan zat pengatur

9. Minumlah Air Bersih yang Aman dan Cukup Jumlahnya

Air berfungsi sebgai zat pembangun dan zat pengatur, antara lain sebagai pelarut
dan alat angkut zat-zat gizi, katalisator sebagai reaksi biologis dalam sel, fasilitator
pertumbuhan, pengatur suhu, pelumas sendi-sendi tubuh, dan sebagai peredam benturan.
Rata-rata seseorang membutuhkan 8 gelas atau 2 liter air sehari. Kehilangan air terlalu
banyak dapat menyebabkan dehidrasi atau kekeringan. Hal ini merupakan resiko untuk
menderita penyakit ginjal.

10. Lakukan Kegiatan Fisik dan Olahraga secara Teratur

Kegiatan fisik dan olahraga yang tidak seimbang dengan energi yang dikonsumsi
dapat menyebabkan kegemukan atau berat badan berlebih, atau berat badan kurang atau
kurusan. Biasakanlah melakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur dan sesuai
dengan kebutuhan.

11. Hindarilah Minum Minuman Beralkohol

Mengkonsumsi minuman beralkohol dapat menyebabkan ketagihan, mabuk, dan


tidak mampu mengendalikan diri. Alkohol mengandung energi, tetapi tidak mengandung
zat-zat gizi yang lain. sebanyak 20% alkohol yang diminum dalam keadaan perut kosong
dapat mencapai sel otak dalam waktu satu menit, yang menyebabkan eouforia pada
seseorang setelah minum alkohol pada keadaan perut kosong.

Kemampuan alkohol melarutkan lipid ayang terdapat dalam membran sel


memungkinkan dengan cepat masuk kedalam sel-sel tubuh dan menghancurkan sel
tersebut. Alkohol dapat merusak organ-organ penting seperti hati dan otak, Alkohol
dianggap racun atau toksin bagi tubuh.

12. Makanlah Makanan yang Aman Bagi Kesehatan

Makanan yang aman bagi kesehatan adalah makanan yang tidak tercemar, tidak
mengandung mikroba dan bahan kimia berbahaya, serta diolah dengan cara yang benar
sehingga keadaan fisik dan gizinya tidak rusak. Agar makanan aman dikonsumsi,
makanan harus diperlakukan secara benar, sejak bahan makanan ditanam tau diternakkan,
disimpan, ditransportasikan, dipasarkan, diolah, hingga siap santap. Dalam pengelolahan,
hendaknya tidak diguanakan bahan tambahan yang berbahaya bagi kesehatan atau
bersifat racun, seperti boraks dan formalin yang sering digunakan sebagai bahan
pengawet, serta rhodamin B dan methanil yellow sebagai bahan pewarna merah dan
kuning. Makanan yang tidak aman dapat menimbulkan keracunan yang bias berakhir
dengan kematian.
13. Bacalah Label pada Makanan yang Dikemas
Peraturan perundang-undangan mnetapkan bahwa semua makanan yang dikemas
harus memiliki label yang memuat keterangan tentang isi, jenis dan jumlah bahan yang
digunakan, tanggal kadaluarsa, komposisi zat gizi yang dinyatakan dalam jumlah dan
sebagai persen Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan ( AKG ) untuk tiap takaran saji,
serta keterangan penting lainnya seperti kehalalan produk. Dengan demikian konsumen
dapat mengetahui kandungan gizi dan kelayakan makanan kemasan tersebut.
14. Isi Piringku Sekali Makan (Contoh: makan siang ±700 kalori)
 Makanan Pokok - Nasi dan penukarnya150 gr Nasi     = 3 centang nasi        = 3 buah
sedang kentang (300 gr)        = 1 1/2 gelas mie kering (75gr)
 Lauk Pauka. Lauk Hewani, 75 gr Ikan Kembung     = 2 potong sedang ayam tanpa
kulit (80gr)  = 1 butir telur ayam ukuran besar (55 gr)  = 2 potong daging sapi sedang
(70 gr)
Lauk Nabati, 100 gr Tahu = 2 potong sedang tempe (50 gr)
 Sayuran = 150 gr = 1 mangkok sedang
 Buah150 gr pepaya  = 2
potong sedang  = 2 buah jeruk sedang (110gr) 
= 1 buah kecil pisang ambon (50 gr)

C. Angka Kecukupan Gizi

1. Pengertian Angka Kecukupan Gizi

Angka kecukupan gizi yang dianjurkan (AKG) atau Recommended Dietary


Allowances (RDA) adalah taraf konsumsi zat-zat gizi esensial, yang berdasarkan
pengetahuan ilmiah dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan hampir semua orang sehat.
Angka kecukupan gizi berbeda dengan angka kebutuhan gizi (dietary requirements).
Angka kebutuhan gizi adalah banyaknya zat-zat gizi minimal yang dibutuhkan seseorang
untuk mempertahankan status gizi adekuat (Proverawati 2017).
Angka kecukupan gizi (AKG) merupakan nilai yang menunjukkan jumlah zat gizi
yang diperlukan untuk hidup sehat setiap hari bagi hampir semua penduduk menurut
kelompok umur, jenis kelamin, dan kondisi fisiologis, seperti kehamilan dan menyusui.
2. Angka Kebutuhan Gizi yang Dianjurkan
AKG yang dianjurkan didasarkan pada patokan berat badan untuk masing-masing
kelompok umur, gender, dan aktivitas fisik. Dalam penggunaannya, bila kelompok
penduduk yang dihadapi mempunyai rata-rata berat badan yang berbeda dengan patokan
yang digunakan, maka perlu dilakukan penyesuaian. Bila berat badan kelompok
penduduk tersebut dinilai terlalu kurus, AKG dihitung berdasarkan berat badan idealnya.
Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan tidak digunakan untuk perorangan.
Angka kecukupan gizi yang dianjurkan digunakan untuk maksud-maksud sebagai
berikut:
a. Merencanakan dan menyediakan suplai pangan untuk penduduk atau kelompok
penduduk. Untuk itu perlu diketahui pola pangan dan distribusi penduduk. Karena
AKG yang dianjurkan adalah angka kecukupan pada tingkat faali, maka dalam
merancang produksi pangan perlu diperhitungkan kehilangan pangan yang terjadi
pada tiap tahap perlakuan pascapanen
b. Menginterpretasikan data konsumsi makanan perorangan ataupun kelompok. Dalam
hal ini perlu diperhatikan bahwa dalam penetapan AKG digunakan patokan berat
badan tertentu, misalnya pria dewasa 62 kg dan wanita dewasa 54 kg. Bila hasil
survei menunjukan bahwa rata-rata berat badan menyimpang dari patokan berat
badan yang digunakan, perlu dilakukan penyesuaian terhadap angka kecukupan.
Demikian pula penyelesaian angka kecukupan perlu dilakukan bila nilai asam amino
dan nilai kecernaan hidangan berbeda dengan nilai yang digunakan dalam penetapan
AKG yang dianjurkan. Penyesuaian perlu juga dilakukan dalam hal kecukupan energi
dan vitamin yang berkaitan dengan penggunaan energi kelompok sebenarnya.
c. Perencanaan pemberian makanan di industri, seperti rumah sakit, sekolah,
industri/perkantoran, asrama, panti asuhan, panti jompo dan lembaga
kemasyarakatan. Juga dalam hal ini perlu diperhatikan berat badan rata-rata, aktivitas
yang dilakukan dan untuk rumah sakit kecukupan gizi untuk penyembuhan. Institusi
yang tidak menyediakan makanan lengkap sehari perlu memperhatikan proporsi AKG
yang perlu dipenuhi melalui penyediaan makanan.
d. Menetapkan standar bantuan pangan, misalnya untuk keadaan darurat: membantu
para transmigrasi dan penduduk yang terkena bencana alam serta memberi makanan
tambahan untuk balita, anak sekolah, dan ibu hamil. Pertimbangan yang dikemukakan
pada butir 2 perlu diperhatikan.
e. Menilai kecukupan persediaan pangan nasional
f. Merencanakan program penyuluhan gizi.
g. Mengembangkan produk pangan baru di industri.
h. Menetapkan pedoman untuk keperluan labeling gizi pangan. Biasanya dicantumkan
proporsi AKG yang dapat dipenuhi oleh satu porsi pangan tersebut.
Standar konsumsi gizi dapat dilihat dari komponen berikut :
a. EAR (Estimated Average Requirement)
Rata-rata kecukupan zat gizi yang diperoleh dari rata-rata kebutuhan gizi berdasarkan
hasil penelitian terhadap sejumlah orang sehat. Rata-rata kecukupan zat gizi ini bila
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari mencukupi kecukupan 50% populasi sehat.
b. RDA (Recommended Dietary Allowance)
Angka kecukupan gizi yang bila diterapkan dalam kehidupan sehari-hari akan
memenuhi kebutuhan gizi 97.5% populasi sehat. RDA= EAR+2SD.
c. AI (Adequate Intake)
Angka yang menggambarkan kecukupan gizi berdasarkan asupan gizi orang sehat.
Digunakan bila belum cukup kajian kebutuhan atau kecukupan zat gizi tertentu pada
populasi tertentu.
d. UL (Tolerable Upper Intake Level)
Angka tertinggi dari suatu anjuran kecukupan gizi yang bila dikonsumsi dalam
jumlah tersebut setiap hari tidsk menimbulkan efek yang membahayakan kesehatan.
3. Menentukan Kebutuhan Faali
Sedapat mungkin, AKG ditetapkan dengan terlebih dahulu menerapkan
kebutuhan faali rat-rata tubuh terhadap zat gizi yang sudah diserap/distribusi. Nilai ini
kemudian disesuaikan dengan faktor kehilangan karena penyerapan tidak sempurna dan
untuk menampung variasi kebutuhan antar individu dan ketersediaan faali zat gizi antar
sumber bahan pangan. Dengan demikian, dalam AKG sudah dimasukkan faktor
keamanan untuk zat gizi, yang berkaitan dengan pengetahuan tentang zat gizi
bersangkutan, ketersediaan faalinya, dan variasi antar penduduk.
Kebutahan bayi dan anak merupakan kebutuhan zat gizi yang memungkinkan
pertumbuhan dan perkembangan yang memuaskan, sedangkan untuk orang dewasa
merupakan jumlah yang dibutuhkan untuk memelihara berat badan normal dan mencegah
deplesi zat gizi dari tubuh yang diperkirakan melalui penelitian keseimbangan, serta
pemeliharaan konsentrasi normal zat gizi didalam darah dan jaringan tubuh. Untuk zat-
zat gizi tertentu, kebutuhan mungkin pula didasarkan atas jumlah yang diperlukan baik
untuk mencegah ketidakmampuan tubuh melakukan suatu fungsi khusus, maupun untuk
mencegah timbulnya tanda-tanda defisiensi khusus, yaitu jumlah yang mingkin sanagat
berbeda dengan kebutuhan guna mempertahankan simpanan tubuh. Dengan demikian,
penetapan kebutuhan untuk setiap zat gizi berbeda sesuai kriteria yang dipilih.
Langkah pertama dalam menyusun kecukupan gizi adalah menetapkan kebutuhan
faali rata-rata penduduk yang sehat dan mewakili tiap golongan umur dan gender
menurut kriteria yang telah diterapkan. Untuk itu, perlu diketahui perbedaan-perbedaan
didalam tiap golongan yang memungkinkan perkiraan jumlah yang perlu ditambahkan
pada kebutuhan rata-rata untuk memenuhi kebutuhan sesungguhnya semua orang sehat.
Eksperimen demikian pada manusia sangat mahal dan perlu waktu serta sering tidak
dapat dilakukan karena alasan estis. Oleh sebab itu, pemikiran kebutuhan dan variasinya
sering dilakukan atas dasar informasi yang terbatas.
Bila kebutuhan penduduk mengikuti distribusi normal, penambahan dua standar
baru (SB) terhadap kebutuhan rata-rataakan memenuhi kebutuhan sebagai besar (97,5%)
populasi. Dengan kemungkinan ada pengecualian tentang kebutuhan protein, hanya
sedikit bukti yang menunjukkan bahwa kebutuhan zat-zat gizi berdistribusi normal. Oleh
karena itu, tiap zat gizi diperlukan tersendiri guna memperhitungkan perubahan didalam
suatu populasi.
Kecukupan untuk energi ditetapkan dengan cara berbeda dari pada kecukupan
untuk zat-zat gizi lain. AKG untuk energi mencerminkan rata-rata kebutuhan tiap
kelompok penduduk. Kebutuhan energi berbeda tiap perorangan. Tambahan kecukupan
untuk memenuhi variasi ini kurang tepat, karena untuk jangka waktu lama kelebihan ini
akan menimbulkan obesitas pada seseorang yang mempunyai kebutuhan rata-rata.
Angka kecukupan untuk protein dan zat-zat lain dinyatakan sebagai taraf suapan
terjamin (safe level of intake), yaitu rata-rata kebutuhan +2,5 standar baku yang
memenuhi atau melebihi kebutuhan hampir semua individu (97,5%) dalam kelompok
bersangkutan. Perkiraan demikian, memperhitungkan perbedaan kebutuhan individu
didalam kelompok. Bila semua orang mengonsumsi protein atau zat-zat gizi lain pada
nilai yang sama atau sedikit lebih besardari konsumsi yang dianggap aman, sedikit
kemungkinan bahwa seseorang mengkonsumsi jumlah yang tidak cukup. Jumlah yang
sedikit lebih banyak ini tidak akan menimbulkan akibat merugikan.
4. Cara Memenuhi AKG
Karena masih kurangnya pengetahuan, AKG belum dapat ditetapkan untuk semua
zat gizi yang sudah diketahui. Akan tetapi AKG untuk zat-zat gizi yang sudah ditetapkan
dapat dijadikan pedoman, sehingga menu dapat bervariasi memenuhi AKG untuk zat-zat
gizi tersebut diharapkan cukup pula dalam zat-zat gizi lainnya. Oleh sebab itu, dianjurkan
agar menu sehari-hari terdiri atas bahan pangan bervariasi yang diperoleh dari berbagai
golongan bahan pangan (bukan dari suplementasi atau fortifikasi), dan supaya
diperhitungkan pula kemungkinan kehilangan zat-zat gizi selama pengolahan makanan.
Di Indonesia pola menu seimbang tergambar dalam menu 4 Sehat 5 Sempurna dan
Pedomam Umum Gizi Seimbang (PUGS). Dalam menyusun menu, selain AKG perlu
pula pertimbangan aspek akseptabilitas makanan yang disajikan, karean sealain sebagai
sumber zat-zat gizi, makanan juga mempunyai nilai sosial dan emosional (Amelia, 2016).
5. Dasar Perhitungan AKG di Indonesia
Dasar perhitungan AKG di Indonesia dilakukan dengan cara:
a. Menetapkan berat badan patokan untuk berbagai golongan penduduk
Data diperoleh dari hasil pengumpulan data oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan
Gizi, Departemen Kesehatan. Sifatnya masih terbatas pada beberapa kelompok
dengan keadaan gizi optimal dan aktivitas sedang. Pada tabel berikut menunjukkan
berat badan patokan untuk Indonesia dibandingkan dengan yang dianjurkan WHO
dan yang digunakan Amerika Serikat (AS).
Tabel 1.1 Berat badan patokan di Indonesia, anjuran WHO dan di Amerika (AS)
Golongan umur Indonesia WHO AS
0-6 bulan 5,5 - 6
7-12 bulan 8,0 - 9
1-3 tahun 12,0 16 13
4-6 tahun 18,0 - 20
7-9 tahun 24,0 25 28
Pria
10-12 tahun 30 35 45
13-15 tahun 45 48 66
16-19 tahun 56 64 72
20-49 tahun 62 65 79
>50 tahun 62 65 77
Wanita
10-12 tahun 35 37 46
13-15 tahun 46 48 55
16-19 tahun 50 55 63
20-49 tahun 54 55 65
>50 tahun 54 55 65

b. Menggunakan rujukan WHO, FAO dan Amerika Serikat


AKG disusun berdasarkan rujukan dari WHO, FAO, dan AKG Amerika Serikat
yang disesuaikan dengan ukuran tubuh orang indonesia. AKG beberapa zat gizi
mikro diambil langsung dari AKG Amerika Serikat karena pengaruh keragaman
berat badan tidak bermakna.
AKG yang ditetapkan pada Widyakarya Pangan dan Gizi Nasional tahun 1998
meliputu zat-zat gizi sebagai berikit; energi (kkal), protein (g), vitamin A (RE),
vitamin D (mg), vitamin E (µg), vitamin K (mg), tiamin (mg), riboflavin (mg), niasin
(mg), vitamin B12 (µg), piridoksin (mg), vitamin C (mg), kalsium (mg), fosfor (mg),
besi (mg), seng (µg), iodium (mg), dan selenim (µg).
AKG disusun berdasarkan kelompok umur, gender, dan tambahan untuk ibu
hamil dan ibu menyusui. Daftar AKG lengkap dapat dilihat pada tabel 1.2 (lampiran).
Untuk melihat angka kecukupan energi, protein, lemak, karbohidrat, serat, dan air
yang di anjurkan untuk orang Indonesia dalam sehari dapat dilihat pada tabel 1.3
(lampiran).
6. Cara Mengukur Angka Kecukupan Gizi
Angka kecukupan gizi (AKG) setiap individu akan berbeda sesuai dengan kondisi
masing-masing. Untuk mengukur AKG bagi orang dewasa secara cepat, kebutuhan
kalori/energi (Supariasa 2019), dapat menggunakan rumus sebagai berikut
Angka Kecukupan Gizi (AKG)
Jenis kelamin
Ringan Sedang Berat
Laki-laki 1,56 × BMR 1,76 × BMR 2,10 × BMR
Perempuan 1,55 × BMR 1,70 × BMR 2,00 × BMR

Prinsip untuk menentukan angka kecukupan energi didasarkan pada pengeluaran


energi dimana komponen Basal Metabolic Rate merupakan komponen utama. Nilai BMR
ditentukan oleh berat dan susunan tubuh serta umur dan jenis kelamin. Secara sederhana nilai
BMR dapat ditaksir dengan menggunakan rumus regresi linier sebagai berikut.  
Rumus untuk menaksirkan nilai BMR
Kelompok umur (tahun) BMR (kkal/hari)
Laki-laki Perempuan
0-3 60,9 BB+54 61,0 B +51
3-10 22,7 BB+495 22,5 B +499
10-18 17,5 BB+651 12,2 B +746
18-30 15,3 BB+679 14,7 B+496
30-60 11,6 BB+879 8,7 B+829
>60 13,5 BB+487 10,5 B+596

Keterangan :
BB = berat badan (dapat digunakan actual weight atau BB ideal/normal tergantung
tujuan) Dengan komposisi makanan sehari 60% dari sumber karbohidrat, 20% dari
protein dan 20% dari lemak. Kecukupan protein yang dianjurkan adalah 0,8
gram/kgBB/hari. Konsumsi protein yang berlebih dapat membebani fungsi ginjal. Pada
kondisi tertentu, seperti gizi buruk atau masa penyembuhan konsumsi protein dapat
ditingkatkan antara 1,2 – 1,8 gram/kgBB/hari.
Dianjurkan memenuhi kebutuhan protein dari protein nabati dan hewani dengan
perbandingan 3:1. Widya Karya Pangan dan Gizi VI tahun 1998, menetapkan AKG bagi
orang dewasa secara nasional berdasarkan kebutuhan energi/kalori dari protein, sebagai
berikut:
Indikator tingkat Konsumsi tingkat Persediaan
Energi 2.150 K Kalori 2.500 K Kalori
Protein 46,2 gram 55 ram

9 gram protein ikan, 6 gram protein hewani lain dan 40 gram protein nabati AKG diatas
bila kita jabarkan menurut takaran konsumsi makanan sehari pada orang dewasa umur
20-59 tahun, yaitu: nasi/pengganti 4-5 piring, lauk hewani 3-4 potong, lauk nabati 2-4
potong, sayuran 1½-2 mangkok dan buah-buahan 2-3 potong. Dengan catatan dalam
keadaan berat badan ideal.
Berikut adalah prinsip menyusun menu seimbang :
a. Bahan makanan mempunyai tiga fungsi bagi seseorang, yaitu fungsi biologi,
psikologi dan sosial.
b. Makanan dapat dikelompokkan menjadi lima golongan, yaitu makanan pokok, lauk
pauk, sayur-sayuran, buah dan susu.
c. Pemilihan bahan makanan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : keadaan
psikologis, pendidikan, pendapatan, sosial budaya dan geografi.
d. Dalam memilih bahan makanan perlu memperhatikan jenis dan tanda kerusakan
bahan makanan serta ciri-ciri bahan makanan yang baik.
e. Pengertian menu seimbang adalah susunan hidangan berbagai macam makanan yang
mengandung energi dan zat gizi secara cukup, baik jenis maupun jumlahnya.
f. Manfaat yang diperoleh dari menyusun menu seimbang adalah kebutuhan zat gizi
dapat terpenuhi, dapat memilih bahan makanan yang baik, dan sesuai keadaan sosial,
ekonomi dan budaya, mengurangi kehilangan zat gizi selama penyiapan makanan,
serta mengurangi kebosanan akan menu makanan.
g. Dalam merencanakan menu seimbang perlu memperhatikan berbagai faktor, yaitu:
kecukupan zat gizi, pemilihan bahan makanan yang baik dan sesuai, serta
menyelenggarakan makanan.
h. Proses yang harus dilakukan dalam menyusun menu adalah menentukan kecukupan
gizi, menentukan hidangan, penentuan pemilihan bahan makanan, serta pengolahan
bahan makanan.
Beras telah menjadi makanan pokok masyarakat Indonesia. Namun selain beras
ada juga sejumlah bahan pangan lokal lainnya yang memiliki potensi menggantikan
beras. Sejumlah masyarakat barangkali sudah tidak lagi asing dengan bahan pangan
tersebut dan di sejumlah daerah bahkan sudah menjadi makanan pokok ketimbang beras.
Seperti dilansir dari berbagai sumber, berikut sejumlah bahan pangan yang ada di
Indonesia yang dapat digunakan sebagai pengganti beras:
1. Ubi jalar, Sweet Potato atau Keledek
Ubi jalar atau dikenal juga ketela rambat merupakan salah satu sumber karbohidrat
yang dapat dikonsumsi sebagai pengganti nasi. Selain karbohidrat, ubi jalar juga
mengandung protein dan juga serat. Serta sejumlah nutrisi lain seperti vitamin A,
vitamin C, kalsium dan zat besi.
Bahan makanan yang berasal dari umbi-umbian keluarga Ipomoea ini memiliki
beragam warna seperti putih, ungu, kuning muda dan oranye. Ubi jalar dapat diolah
menjadi tepung maupun makanan secara langsung, masyarakat biasanya merebus atau
menggoreng bahan pangan pengganti nasi ini untuk sarapan. Ubi jalar juga dapat
diolah menjadi kolak maupun kue tradisional.
Selain umbinya, pucuk tanaman Ipomoea batatas ini juga dapat dimanfaatkan sebagai
sayuran. Beberapa penelitian yang dimuat di salah satu majalah pertanian
menyebutkan bahwa rebusan daun ubi jalar dapat meningkatkan trombosit dalam
darah, sehingga dapat digunakan untuk mengobati penyakit demam berdarah.
2. Singkong atau ubi kayu
Sumber pangan lokal lainnya selain ubi jalar yaitu singkong atau ubi kayu yang juga
masih tergolong bahan makanan pengganti beras jenis umbi-umbian seperti ubi jalar.
Singkong memiliki kandungan karbohidrat yang melimpah sehingga dapat dijadikan
sebagai bahan makanan yang mengenyangkan.
Masyarakat umumnya mengolah singkong sebagai penganan untuk menemani
aktivitas minum kopi atau teh di pagi hari. Singkong dapat diolah menjadi berbagai
bentuk kudapan, banyak kue tradisional yang menggunakan bahan utama dari
singkong seperti klepon dan onde-onde. Selain diolah menjadi makanan tradisional,
singkong juga dapat dikonsumsi dengan cara direbus, digoreng atau dibakar. Bahkan
singkong juga dapat dijadikan nasi alias nasi singkong.
Sentra singkong di Indonesia cukup banyak, di antaranya Lampung, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Tengah, Sumatra Utara, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur.
Produksi singkong Indonesia per tahunnya mencapai 28 juta ton.
3. Talas, taro, atau keladi
Selain ubi jalar dan singkong, umbi-umbian lain yang dapat digunakan sebagai bahan
makanan pengganti nasi atau beras adalah talas. Dalam umbi talas mengandung
banyak sekali serat dengan kandungan pati hingga 77.9 persen. Kerabat jauh porang
ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan pengganti beras berkat kandungan
karbohidrat yang tinggi dan mudah dicerna.
Selain karbohidrat, talas juga mengandung protein, vitamin C, kalsium, fosfor dan
juga zat besi. Umbi talas sendiri dapat diolah dengan cara direbus, dikukus atau
digoreng, namun juga dapat dijadikan sebagai bahan membuat penganan seperti
kripik dan kolak. Bahkan talas juga dapat dijadikan sebagai bahan untuk membuat es
krim dan minuman.
Selain umbinya, batang daun talas yang masih muda juga dapat dimanfaatkan sebagai
bahan sayur. Beberapa jenis talas tertentu tidak menyebabkan gatal dan batang
daunnya dapat dikonsumsi. Namun jika ingin mengonsumsi batang daun talas untuk
sayuran, sebaiknya ketahui cara menghilangkan penyebab gatalnya.
4. Sagu
Di beberapa wilayah di Indonesia, sagu telah menjadi makanan pendamping nasi,
artinya masyarakat di daerah tersebut tidak sepenuhnya mengonsumsi nasi tetapi
diselingi dengan sagu. Sagu banyak ditemui di daerah timur Indonesia, namun di
Indonesia bagian barat pun sagu cukup populer. Di Kepulauan Meranti, Riau,
misalnya, daerah tersebut terkenal dengan mi sagunya.
Sagu telah menjadi makanan pokok di daerah Maluku dan Papua.bahkan makanan
pengganti beras ini dipanen dari sari pati batang pohon sagu atau rumbia yang
dijadikan tepung. Tepung inilah yang kemudian diolah menjadi berbagai macam jenis
makanan seperti papeda yang terkenal di Indonesia timur.
Selain papeda, sagu juga dapat diolah sebagai nasi tiwul untuk sarapan, cara
membuatnya juga tidak susah. Basahi tepung sagu dengan sedikit air dan kukus,
nikmati selagi hangat dengan sambal atau gula.
5. Jagung
Jagung bisa dijadikan sebagai bahan makanan pengganti beras, di beberapa daerah
bahkan jagung dijadikan sebagai nasi dan disebut juga sebagai nasi jagung.
Kandungan karbohidrat dalam jagung yang melimpah menjadikannya dianggap
sebagai salah satu bahan pangan penting di dunia selain gandum dan padi.
Tanaman asal Amerika Tengah ini dapat diolah menjadi berbagai makanan. Di
Indonesia, selain dijadikan nasi, jagung juga diolah menjadi berbagai macam
makanan seperti gerontol. Gerontol sering dijumpai di daerah Jawa dengan cara biji
jagung direbus hingga kulit arinya mengelupas, kemudian dinikmati bersama parutan
kelapa yang dicampur dengan gula.
DAFTAR PUSTAKA

Adriani, M. (2018). Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Almatsier, 2017. “Prinsip Dasar Ilmu Gizi”. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Amelia, 2016. . Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : PT.Gramedia Putaka
Utama, 159-195
Kemenkes RI, dirjen bina gizi. Pedoman gizi seimbang. Kemenkes RI.2014
Proverawati, Atikah dan Erna Kusuma Wati. 2017. ”Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi
Kesehatan”. Yogyakarta : Nuha Medika.
Riskesdas. Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI 2013.
Riset Kesehatan Daerah. Jakarta: Riskesdas: 2013.
Supariasa, I.D.N, Bakri, B, Fajar, I. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Jakarta. 2019
World Health Organization (Who). (2015). Who Methods And Data Sources Global Burden
Of Diasese Estimates 2000-2015

Anda mungkin juga menyukai