BAB LL Tinjauan Pustaka
BAB LL Tinjauan Pustaka
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori
1. Hipertensi
a. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara
abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang
disebabkan satu atau beberapa faktor risiko yang tidak berjalan sebagaimana
tekanan darah yang berbeda. Pada laporan JPC-V, tekanan darah pada orang dewasa
Tabel 1
Klasifikasi Derajat Hipertensi Berdasarkan JPC-V AS
Tekanan Darah
No Kriteria
Sistolik Diastolik
4
1 2 3
1. Normal <130 <85
Perbatasan (high normal) 130-139 85-89
2. 90-99
Derajat 1 : ringan 140-159
Derajat 2 : sedang 160-179 100-109
8
1 2 3 4
c. Etiologi Hipertensi
terjadi sebagai respons peningkatan curah jantung atau peningkatan tekanan perifer
(Aspiani, 2015). Akan tetapi, ada beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya
hipertensi:
2) Obesitas: terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang megakibatkan tekanan
darah meningkat.
4) Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah.
Gejala umum yang ditimbulkan akibat menderita hipertensi tidak sama pada
setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa gejala (Aspiani, 2015). Secara umum
1) Sakit kepala
9
4) Berdebar atau detak jantung terasa cepat
5) Telinga berdenging
e. Patofisiologi
dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jarak saraf
simpatis yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui sistem saraf
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat memengaruhi respons
sensitif terhadap neropinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
Pada saat bersamaan ketika system saraf simpatis merangsang pembuluh darah
diubah menjadi angiotensin II, vasokonstriktor kuat, yang pada akhirnya merangsang
10
sekresialdosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini menyebabkan retensi natrium
dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler (Aspiani,
f. Komplikasi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi jika tidak diobati dan di tanggulangi maka
dalam jangka waktu yang panjang dapat menyebabkan kerusakan arteri didalam
tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut (Aspiani, 2015).
1) Stroke
Stroke dapat terjadi akibat hemoragi akibat tekanan darah tinggi di otak, atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh, selain daerah otak yang tekanan tinggi.
Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang memperdarahi otak
mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran darah ke otak yang diperdarahi
2) Infark miokard
dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang
menghambat aliran darah melewati pembuluh darah. Pada hipertensi kronis dan
dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga,
11
ventrikel sehingga disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan risiko pembentukan
bekuan.
3) Gagal ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah ke nefron akan
terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya
membrane glomerulus, protein akan keluar melalui urine sehingga tekanan osmotic
koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema, yang sering dijumpai pada
hipertensi kronis.
4) Ensefalopati
(hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang sangat tinggi pada
keruang interstisial di seluruh susunan saraf pusat. Neuron disekitarnya kolaps dan
5) Kejang
Kejang dapat terjadi pada wanita pre-eklampsia. Bayi yang lahir mungkin
memiliki berat lahir kecil akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat, kemudian dapat
mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu mengalami kejang selama atau sebelum
proses persalinan.
12
g. Penatalaksanaan
dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan yang bertujuan mencapai dan
a) Pengaturan diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan gaya hidup sehat dan/atau dengan
obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan dapat memperbaiki keadaan
Diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada klien hipertensi.
natrium yang dianjurkan 50-mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi mekanismenya belum
13
b) Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas, pada sebagian orang dengan cara menurunkan berat badan
mengurangi tekanan darah kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung dan
dengan kejadian hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan
adalah hal yang sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah. Penurunan berat
obat-obatan perlu menjadi perhatian khususnya karena obat penurun berat badan yang
darah, memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan terjadinya eksaserbasi
aritmia.
c) Olahraga
katakolamin plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu
efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah
14
2) Penatalaksanaan factor risiko hipertensi dengan cara medis
dengan obat lain (Muttaqin, 2014). Klasifikasi obat hipertensi dibagi menjadi lima
a) Diuretik (Hidroklorotiazid)
ringan atau penderita yang baru. Banyak obat hipertensi dapat menyebabkan retensi
cairan. Oleh karena itu, sering kali diuretic diberi bersamaan hipertensi.
Penghambat adrenergik beta sering kali disebut penghambat beta (beta blocker),
digunakan sebagai obat hipertensi tahap I atau dikombinasikan dengan diuretic dalam
tolazim. Terutama digunakan untuk krisis hipertensi dan hipertensi berat yang
15
disebabkan oleh tumor medulla adrenal (feokromositoma). Prazosin, terazosin, dan
natrium dan air dengan edema, dan sering kali diberikan diuretic untuk menurunkan
obat tunggal diklasifikasikan sebagai terapi tahap II, tetapi jika ditambah diuretic
menjadi berkurang. Hal ini menyebabkan baik curah jantung maupun tahanan
vaskuler perifer menurun. Reserpin dan guanetidin (dua obat yang paling kuat),
efek samping yang sering terjadi. Klien harus dinasehati untuk bangkit perlahan-lahan
dari posisi berbaring atau dari posisi duduk. Obat-obat dalam kelompok ini dapat
menyebabkan retensi natrium dan air. Obat-obat ini dikelompokkan sebagai obat-obat
tahap IV dan dapat digunakan sendiri atau bersama-sama dengan diuretic untuk
16
c) Vasodilator arteriola langsung
Vasilidator yang bekerja langsung adalah obat tahap III yang bekerja dengan
dan natrium serta air tertahan, sehingga terjadi edema perifer. Diuretic dapat
edema. Reflek staki kardia disebabkan oleh vasodilatasi dan menurunnya tekanan
darah.
untuk menurunkan denyut jantung, hal ini untuk melawan reflek takikardia. Dua dari
vasodilator yang bekerja langsung adalah hidralazin dan minoksidil. Obat ini
digunakan untuk pengobatan hipertensi yang sedang dan berat. Nitropusid dan
diazoksid diresepkan untuk hipertensi akut yang darurat. Kedua obat terakhir ini
Nitropusid bekerja pada pembuluh darah arteri dan vena. Sedangkan diazoksid
d) Antagonis angiotensin
Obat dalam golongan ini menghambat enzim pengubah angiotensin (ACE) yang
dengan air. Katopril, enalapril, dan lisinopril adalah ketiga antagonis angiotensin.
Obat-obat ini digunakan pada klien yang mempunyai kadar rennin serum yang tinggi.
17
e) Penghambat saluran kalsium
Penghambat saluran kalsium menurunkan kontraksi otot polos jantung atau arteri
Sebagian penghambat saluran kalsium bersifat lebih spesifik untuk saluran lambat
kalsium otot jantung; sebagian yang lebih spesifik untuk saluran kalsium otot polos
TPR.
2. Lansia
a. Definisi Lansia
Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan lanjut usia (lansia) adalah
Batasan lansia menurut WHO ada empat yaitu usia pertengahan (middle age)
kelompok usia 45 sampai dengan 59 tahun, lansia (elderly) usia antara 60 sampai
dengan 74 tahun, lansia tua (old) usia antara 75 sampai dengan 90 tahun, dan usia
sangat tua (very old) usia diatas 90 tahun (Notoatmodjo, 2010). Menurut (Badan
Statistik Pusat, 2017) lansia di Indonesia dibagi menjadi tiga kelompok umur 60-69
tahun (lansia muda), kelompok umur 70-79 tahun (lansia madya) dan kelompok usia
18
c. Klasifikasi Lansia
3) Lansia risiko tinggi adalah seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seseorang
4) Lansia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau
5) Lansia tidak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga
19
B. Konsep Dasar Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
pemahaman baru yang berkaitan dengan proses pembelajaran. (Budiman & Agus,
2012)
2. Defisit Pengetahuan
berkaitan dengan topik atau hal tertentu. Batasan karakteristik defisit pengetahuan
gangguan fungsi kognitif, gangguan memori, kurang informasi, kurang minat untuk
belajar, kurang sumber pengetahuan, dan salah pengertian terhadap orang lain.
(Herdman, 2015)
antara lain:
20
a. Pendidikan
yang berlangsung seumur hidup baik formal maupun informal atau didalam dan
diluar sekolah. Pendidikan adalah suatu proses pengubah sikap dan perilaku
luas. Namun, perlu ditekankan seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti
tentang inovasi baru. Adanya informasi baru atau terkini mengenai suatu hal
Kebiasaan yang dilakukan masyarakat tanpa melalui penalaran baik atau buruk,
status ekonomi juga dapat menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan
dimiliki.
21
d. Lingkungan
Segala sesuatu yang berada disekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis
dalam individu di suatu lingkungan tersebut karena adanya interaksi timbal balik
e. Pengalaman
f. Umur
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang, semakin
bertambah usia maka akan berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga
lanjut usia yang mengalami gangguan fungsi kognitif sehingga pola pikir berkurang.
4. Pengukuran Pengetahuan
teori Lawrence Green bahwa perilaku seseorang atau masyarakat terhadap kesehatan
dengan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi yang menanyakan tentang isi
materi yang akan diukur dengan objek studi kasus. Kategori pengetahuan baik (76-
22
C. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Hipertensi Dengan Defisit Pengetahuan
1. Pengkajian
Tujuan pengkajian adalah mengumpulkan data objektif dan subjektif dari klien.
Menurut (Wijaya, 2013), yang harus dikaji pada klien hipertensi yaitu:
a. Data biografi
Nama, alamat, umur, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit , nama penanggung
b. Riwayat kesehatan:
1) Keluhan utama
sudah lama dialami oleh klien dan biasanya dilakukan pengkajian tentang riwayat
Riwayat kesehatan keluarga adalah mengkaji riwayat keluarga apakah ada yang
23
dan lingkungan. Pada lansia dengan defisit pengetahuan, sub katagori penyuluhan dan
pembelajaran perawat harus mengkaji data, tanda, dan gejala mayor serta minor yang
2016, yaitu:
2. Diagnosis Keperawatan
dibagi menjadi dua yaitu proses interpretasi dan proses menjamin keakuratan
beberapa syarat, yaitu dapat membedakan antara sesuatu yang actual, risiko dan
potensial. Metode penulisan diagnosis aktual terdiri dari masalah, penyebab, dan
24
Diagnosis keperawatan studi kasus yang penulis tulis menurut (SDKI DPP PPNI,
3. Intervensi Keperawatan
keperawatan segala bentuk terapi yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada
(SLKI DPP PPNI, 2018) dan intervensi berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI) menurut (SIKI DPP PPNI, 2018) dengan defisit pengetahuan seperti
25
Tabel 2
Tujuan Berdasarkan SLKI dan Intervensi Berdasarkan SIKI Pada Lansia
Hipertensi Dalam Pemenuhan Kebutuhan Defisit Pengetahuan
26
menurun. untuk bertanya.
meningkatkan perilaku
27
4. Implementasi Keperawatan
intervensi yang disusun pada tahap perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap
Tekanan darah tinggi pada lansia hipertensi dapat dikontrol dengan mengonsumsi
obat tradisional. Obat tradisional tersebut antara lain jus mentimun dengan bahan dua
buah mentimun, gula (secukupnya), satu buah jeruk lemon (peras airnya), es serut
(secukupnya jika perlu), setengah gelas air minum. Cara membuatnya bersihkan buah
tambahkan setengah gelas air putih dan blender buah mentimun hingga hancur,
tambahkan gula, air jeruk lemon dan sedikit es serut (jika perlu), lalu blender lagi
hingga mentimun halus, saring jus mentimun ke dalam gelas dan tambahkan es serut
ke dalam gelas (jika perlu), jus buah mentimun telah siap untuk disajikan dan menjadi
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dibagi menjadi dua yaitu Evaluasi Formatif dan Evaluasi Sumatif.
kondisi dengan menilai hasil yang diharapkan telah tercapai. (Deswani, 2011)
28
Evaluasi yang diharapkan dapat dicapai pada klien dengan defisit pengetahuan
adalah:
29