02 Desember 2021
KELOMPOK 3
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
Laporan Kelompok yang berjudul “Keselamatan Kerja dan Penanggulangan
Kebakaran” ini dengan baik dan lancar.
Laporan ini berisikan tentang hasil kerja dari kelompok 3 yang menjadi
bagian dalam peserta Hiperkes dan Keselamatan Kerja bagi paramedis di
Perusahaan yang bekerjasama dengan Balai K3 Daerah Istimewa Yogyakarta.
Hasil kerja dari kelompok 3 ini merupakan hasil kunjungan virtual online ke
perusahaan PT IDE STUDIO pada tanggal 02 Desember 2021 yang membahas
tentang beberapa hal penting terkait dengan keselamatan kerja dan
penanggulangan kebakaran seperti Identitas Perusahaan, Proses Produksi, Potensi
Bahaya Mekanik, Bahaya Listrik, Bahaya Bahan Kimia, Bahaya Kebakaran dan
bahan peledakan, APAR, APD, Unit Tanggap Darurat dan Organisasi K3 yang
termuat dalam P2K3.
Besar harapan kami, bahwa dengan laporan kelompok ini dapat menjadi
bahan pembelajaran dan pertimbangan dalam pemenuhan pengeluaran sertifikat
pelatihan ini. Selain itu, diharapkan laporan ini dapat memberikan informasi
mengenai kompetensi peserta yang telah lulus dan dapat dipertanggungjawabkan
dalam penguasaan materi, keterampilan serta ilmunya.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. DASAR HUKUM
C. PERMASALAHAN
D. TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui peran tenaga kesehatan
dalam mencegah dan menangani kecelakaan kerja guna meningkatkan
kesehatan dan keselamatan kerja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Teori Kebakaran
Kebakaran merupakan sebuah fenomena yang menyebabkan banyak kasus
kematian dan juga menyebabkan kerugian properti hingga milirian dolar
setiap tahunnya (Buchanan dan Abu, 2017: 2).
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI), kebakaran adalah suatu
fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperature kritis dan
bereaksi secara kimia dengan oksigen (sebagai contoh) yang menghasilkan
panas, nyala api, cahaya, asap uap air, karbon monoksida, karbon dioksida,
atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional Indonesia, 2000).
1. Sebab-sebab Kecelakaan
Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena
tindakan yang salah atau kondisi yang tidak aman. Kelalaian sebagai
sebab kecelakaan merupakan nilai tersendiri dari teknik keselamatan.
Ada pepatah yang mengungkapkan tindakan yang lalai seperti kegagalan
dalam melihat atau berjalan mencapai suatu yang jauh diatas sebuah
tangga. Hal tersebut menunjukkan cara yang lebih baik selamat untuk
menghilangkan kondisi kelalaian dan memperbaiki kesadaran mengenai
keselamatan setiap karyawan pabrik.
Diantara kondisi yang kurang aman salah satunya adalah
pencahayaan, ventilasi yang memasukkan debu dan gas, layout yang
berbahaya ditempatkan dekat dengan pekerja, pelindung mesin yang tak
sebanding, peralatan yang rusak, peralatan pelindung yang tak
mencukupi, seperti helm dan gudang yang kurang baik.
Diantara tindakan yang kurang aman salah satunya diklasifikasikan
seperti latihan sebagai kegagalan menggunakan peralatan keselamatan,
mengoperasikan pelindung mesin mengoperasikan tanpa izin atasan,
memakai kecepatan penuh, menambah daya dan lain-lain. Dari hasil
analisa kebanyakan kecelakaan biasanya terjadi karena mereka lalai
ataupun kondisi kerja yang kurang aman, tidak hanya satu saja.
Keselamatan dapat dilaksanakan sedini mungkin, tetapi untuk tingkat
efektivitas maksimum, pekerja harus dilatih, menggunakan peralatan
keselamatan.
a. Kapasitas Kerja
b. Beban Kerja
c. LingkunganKerja
Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat me
mpengaruhi kesehatan kerja dapat menimbulkan Kecelakaan Kerja
(Occupational Accident), Penyakit Akibat Kerja dan
Penyakit Akibat Hubungan Kerja (Occupational Disease &Work
Related Diseases).
4. TinjauanTentang Tenaga Kesehatan
Kesehatan merupakan hak dan kebutuhan dasar manusia. Dengan
demikian Pemerintah mempunyai kewajiban untuk mengadakan dan
mengatur upaya pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau rakyatnya.
Masyarakat, dari semua lapisan, memiliki hak dan kesempatan yang
sama untuk mendapat pelayanan kesehatan.
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau
ketermpilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan,
baik berupa pendidikan gelar-D3, S1, S2 dan S3-; pendidikan non gelar;
sampai dengan pelatihan khusus kejuruan khusus seperti Juru Imunisasi,
Malaria, dsb., dan keahlian. Hal inilah yang membedakan jenis tenaga ini
dengan tenaga lainnya. Hanya mereka yang mempunyai pendidikan atau
keahlian khusus-lah yang boleh melakukan pekerjaan tertentu yang
berhubungan dengan jiwa dan fisik manusia, serta lingkungannya.
Tenaga kesehatan berperan sebagai perencana, penggerak dan
sekaligus pelaksana pembangunan kesehatan sehingga tanpa tersedianya
tenaga dalam jumlah dan jenis yang sesuai, maka pembangunan
kesehatan tidak akan dapat berjalan secara optimal. Kebijakan tentang
pendayagunaan tenaga kesehatan sangat dipengaruhi oleh kebijakan
kebijakan sector lain, seperti: kebijakan sector pendidikan, kebijakan
sector ketenagakerjaan, sector keuangan dan peraturan kepegawaian.
Kebijakan sector kesehatan yang berpengaruh terhadap pendaya gunaan
tenaga kesehatan antara lain: kebijakan tentang arah dan strategi
pembangunan kesehatan, kebijakan tentang pelayanan kesehatan,
kebijakan tentang pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan, dan
kebijakan tentang pembiayaan kesehatan. Selain dari pada itu, beberapa
factor makro yang berpengaruh terhadap pendayagunaan tenaga
kesehatan, yaitu: desentralisasi, globalisasi, menguatnya komersialisasi
pelayanan kesehatan, teknologi kesehatan dan informasi. Oleh karena itu,
kebijakan pendaya gunaan tenaga kesehatan harus memperhatikan semua
faktor di atas.
1. BAHAYA MEKANIK
K3 mekanik adalah serangkaian kegiatan pengawasan dan semua
tindakan yang dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan atas
pemenuhan pelaksanaan peraturan perundang-undangan terhadap
obyek pengawasan K3 mekanik ditempat kerja.
Tempat tersebut dapat berada di atas atau dibawah suatu level dasar
atau pekerja untuk naik maupun turun mendapatkan jalan masuk ke
(access to) atau jalan keluar dari (egress from) suatu tempat ketika
bekerja, dengan tidak menggunakan tangga jalan (staircase) yang ada
pada bangunan permanen.
Mungkin sebagian dari anda sudah pernah memiliki pengalaman
bekerja di ketinggian, atau sebagain lain belum sama sekali. Memiliki
pengalaman atau tidak, tentunya kita harus kembali mengetahui terkait
potensi bahaya bekerja di ketinggian untuk menjadi bekal
kewaspadaan kita ketika kita bekerja di ketinggian.
Terjatuh terjadi ketika pekerja kehilangan keseimbangannya. Terjatuh
dibagi menjadi 2: jatuh di Level yang sama atau jatuh di level yang di
bawahnya. Seperti:
Jatuh di di permukaan (contoh terpeleset)
Jatuh terbentur satu Objek
Jatuh dari kendaraan/perlengkapan
Jatuh dari tangga
Jatuh dari level yang tidak sama
Jatuh dari objek yang terbuka/terjerumus
2. BAHAYA LISTRIK
Listrik merupakan suatu muatan yang terdiri dari suatu muatan positif
dan muatan negative dimana suatu benda dapat dikatakan energy
listrik apabila suatu benda itu memiliki perbadaan jumlah muatan.
Sedangkan muatan yang dapat dipindah adalah muatan negative dari
sebuah benda, berpindahnya muatan negative ini disebabkan oleh
beberapa macam gaya atau energy, misalnya energy gerak, energy
panas.
a) Tegangan listrik
Tegangan listrik adalah perbedaan potensial listrik antara dua titik
dalam rangkaian listrik, dan dinyatakan dalam satuan volt.
b) Arus listrik
Arus listrik adalah banyaknya muuatan listrik yang disebabkan
dari pergerakan electron-elektron, mengalir dalam sirkuit tiap
satuan waktu.
c) Hambatan listrik
Hambatan listrik adalah perbandingan antara tegangan listrik dari
suatu komponen elektronika dengan arus listrik yang
melewatinya.
d) Gaya gerak listrik (GGL)
Gaya gerak listrik adalah besarnyya energy listrik yang berubah
menjadi energy bukan listrik atau sebaliknya.
e) Muatan listrik
Muatan listrik adalah muatan dasar yang dimiliki suatu benda,
yang membuatnya mengalami gaya pada benda lain yang
berdekatan dan juga memiliki muatan lisrik.
f) Kapasitansi
Kapasitansi adalah ukuuran muatan liistrik yang disimpan untuk
sebuah potensial listrik yang telah ditentukan.
g) Induktansi
Induktansi adalah sifat dari rangkaian elektronika yang
menyebabkan timbulnya potensial listrik secara proporsional
terhadap arus yang menggalir pada rangkaian tersebut.
h) Kuat medan listrik
Kuat medan listrik adalah ruangan disekitar benda bermuatan
listrik dimana benda-benda muatan listrik lainnya dalam ruang ini
akan merasakan atau mengalami gaya listrik arah medan listrik.
i) Fluks magnet
Fluks magnet adalah ukuran total medan magnetic yang
menembus bidang.
Proses ini kita temui pada generator pembangkit listrik PLN. Contoh
model yang paling sederhana adalah dynamo. Tetapi proses ini
dibalik. Coba kamu hubungkan dynamo itu pada lampu kecil, lalu
putar dynamo itu secara cepat, maka lampu itu akn nyala. Begitulah
terbentuknya listrik yang kita pakai saat ini. Alat itu terdapat jjuga
pada lampu sederhana model dulu. Dynamo akan diletakkan pada ban
depan dan ssat ban berputar lampu akan nyala.
Begitulah prosesnya, sebenarnya tidak rumit. Kita bisa menikamti
listrik selama generatornya ada pada PLN tetap berputar. Cara
memutarnya itulah menjadi permasalahan. Kenanyakan PLN
menggunakan mesin berbahan bakar fosil. Sebenarnya lebih ramah
jika kita menggunakan arus air, tenaga matahari, dan angin.
3. BAHAYA KIMIA
B. APAR
1. Definisi APAR ( Alat Pemadam Api Ringan)
APAR adalah alat pemadam api berbentuk tabung berisi bahan kimia
yang ringan di jinjing atau mudah di bawa dan mudah di operasikan
oleh satu orang ber ukuran 0,5 – 16 kg. APAR merupakan alat
pemadam api yang pemakaiannya di lakukan secara manual dan di
arahkan dengan cara menyapu dari titik terluar menuju titik terdalam
dimana api berada.
2. Fungsi/Kegunaan
Untuk mencegah dan memadamkan kebakaran kecil
4. Klasifikasi Kebakaran
Kelas A : Terjadi pada padat kecuali logam (kayu, kertas, karet, dan
kain)
Kelas B : Terjadi pada benda cair dan gas (bensin, solar, minyak
tanah, LPG)
Kelas C : Terjadi pada peralatan listrik yang berteggangan
Kelas D : Terjadi pada logam (magnesium, zurkumium, titanium)
7. Kegagalan APAR
• Media tidak sesuai
• Ukuran tidak sesuai
• Macet/ tidak berfungsi
• Salah penempatan
• Petugas
C. APD
1. Pengertian Alat Pelindung Diri
Alat Pelindung Diri adalah alat-alat yang mampu memberikan
perlindungan terhadap bahaya-bahaya kecelakaan (Suma’mur, 1991).
Atau bisa juga disebut alat kelengkapan yang wajib digunakan saat
bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan
pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya.
d) Kegunaan
Alat Pelindung Kepala
Alat Pelindung Kepala Topi Pelindung/ Pengaman (Safety
Helmet): Melindungi kepala dari benda keras, pukulan dan
benturan, terjatuh dan terkena arus listrik.
Tutup Kepala: Melindungi kepala dari kebakaran, korosif,
uap-uap, panas/dingin.
Hats/ cap: Melindungi kepala dari kotoran debu atau
tangkapan mesin-mesin berputar.
Topi pengaman: untuk penggunaan yang bersifat umum dan
pengaman dari tegangan listrik yang terbatas. Tahan terhadap
tegangan listrik. Biasanya digunakan oleh pemadam
kebakaran.
Alat Pelindung Muka Dan Mata
Melindungi muka dan mata dari:
Lemparan benda-benda kecil.
Lemparan benda-benda panas
Pengaruh cahaya
Alat Pelindung Telinga
Sumbat Telinga (Ear plugs) yang baik adalah menahan
frekuensi Daya atenuasi (daya lindung): 25-30 dB, sedangkan
frekuensi untuk bicara biasanya (komunikasi) tak terganggu.
Tutup Telinga (Ear muff ) frekuensi 2800–4000 Hz sampai
42 dB (35–45 dB) Untuk frekuensi biasa 25-30 dB. Untuk
keadaan khusus dapat dikombinasikan antara tutup telinga
dan sumbat telinga sehingga dapat atenuasi yang lebih tinggi;
tapi tak lebih dari 50 dB,karena hantaran suara melalui tulang
masih ada.
Alat Pelindung Pernafasan. Memberikan perlindungan
terhadap sumber-sumber bahaya seperti: Kekurangan
oksigen. Pencemaran oleh partikel (debu, kabut, asap dan uap
logam). Pencemaran oleh gas atau uap
Alat Pelindung Tangan
Sarung Tangan (Gloves). Jenis pekerjaan yang membutuhkan
sarung tangan: Pengelasan/ pemotongan (bahan kulit).
Bekerja dengan bahan kimia (bahan karet). Beberapa
pekerjaan mekanikal di workshop dimana ada potensi cedera
bila tidak menggunakan sarung tangan (seperti benda yang
masih panas, benda yang sisinya tajam dlsb.).
Alat Pelindung Kaki; Untuk mencegah tusukan. Untuk
mencegah tergelincir. Tahan terhadap bahaya listrik
Alat Pelindung Badan; Pakaian Pelindung: digunakan untuk
melindungi tubuh dari benda berbahaya, misal api, asap,
bakteri, zat-zat kimia, dsb. Safety Belt; Berguna untuk
melindungi tubuh dari kemungkinan terjatuh, biasanya
digunakan pada pekerjaan konstruksi dan memanjat serta
tempat tertutup atau boiler.
Alat pelindung diri untuk tugas khusus: Apron untuk bekerja
dengan bahan kimia ataupun pekerjaan pengelasan. Full body
harness untuk bekerja di ketinggian melebihi 1,24 meter.
Tutup telinga (ear plugs) untuk bekerja di tempat dengan
kebisingan melebihi 85 dB. Sepatu boot karet (rubber boot)
untuk semua pekerjaan di kebun yang dimulai dari survey
lahan, pembibitan, penanaman hingga panen.
D. ORGANISASIAN K3
1. P2K3
Syarat Pembentukan P2K3
Pemnaker No. PER-04/MEN/1987 tentang P2K3 serta Tata Cara
Penunjukan Ahli Keselematan Kerja Pasal 2, mensyaratkan
bahwa setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu pengusaha atau
pengurus WAJIB membentuk P2K3.
Kriteria tempat kerja dimaksud ialah:
Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus memperkerjakan
100 orang atau lebih
Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus memperkejakan
kurang dari 100 orang, akan tetapi menggunakan bahan, proses
dan inhalasi yang mempunyai risiko yang besar akan terjadinya
peledakan, kebakaran, keracunan dan penyinaran radioaktif.
Anggota P2K3
Berdasarkan Pasal 3, Permenaker No.PER-04/MEN/1987 tentang
P2K3 serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselematan Kerja
dinyatakan bahwa:
Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusahaan dan pekerja
yang susunannya terdiri dari ketua, sekretaris dan Anggota.
Sekertaris P2K3 ialah ahli Keselamatan Kerja dari Perusahaan
yang bersangkutan.
Ketua P2K3, diupayakan dijabat oleh Pimpinan perusahaan atau
salah satu pengurus perusahaan
Sekretaris
Membuat undangan rapat dan membuat notulen rapat
• Memberikan bantuan atau saran-saran yang diperlukan oleh
seksi seksi untuk kelancaran program-program K3
• Membuat Laporan ke Departemen-Departemen perusahaan
tentang adanya potensi bahaya ditempat kerja, dll.
Anggota
• Melaksanakan program-program yang telah ditetapkan sesuai
dengan bidang tugas masing –masing
• Melaporkan kepada ketua atas setiap kegiatan yang telah
dilaksanakan.
Pertemuan P2K3
Secara Efektif P2K3 dapat mengadakan pertemuan atau sidang
rutin sekurang-kurangnya adalah 3 bulan sekali. P2K3 mungkin
dapat memutuskan untuk mengadakan pertemuan lebih sering,
dan di sebagian besar tempat kerja, P2K3 mengadakan pertemuan
setiap bulan agar mereka lebih mampu menangani isu-isu K3 di
tempat kerja, menyusun rencana, menerapkan dan memantau
program-programnya secara efektif. Suatu hal yang sangat
penting adalah bagaimana selalu menjaga antusias dan komitmen
seluruh pengurus dan anggota P2K3.
4. APAR adalah Alat Pemadam Api Ringan, yaitu alat pemadam api
berkapasitas kecil yang mudah dibawa dan dapat digunakan oleh
satu orang untuk memadamkan api pada awal terjadi kebakaran.
A. IDENTITAS PERUSAHAAN
1. Nama Perusahaan : PT IDE STUDIO
2. Jenis Perusahaan : Furniture
3. Alamat : Jl. Parangtritis Km.8, Sewon, Bantul, DI
Yogyakarta
4. Jumlah Tenaga Kerja : 210 Orang
5. Tanggal Kunjungan : 02 Desember 2021
B. PROSES PRODUKSI
1. Bahan Produksi :
Bahan Baku : Kayu Jati (Sudah di oven)
Bahan Tambahan : Asesoris mebel, Lem, Tiner, Sekrup, Cat (toning), dsb
2. BAHAYA LISTRIK
6. Organisasi P2K3
APD : masker, kacamata, earmuff, sepatu, kaos tangan, apron
7. ORGANISASI K3
A. KESIMPULAN
1. Terdapat bahaya bahan kimia (Thinner, Lem, Plitur) dan debu yang
terhirup, meningkatkan resiko penyakit akibat kerja pada saluran
pernafasan akibat debu dan pendengaran
2. Terdapat APAR yang diletakkan pada penempatan yang salah dan
penyimpanan tidak sesuai menurut permenaker RI no. 4/MEN/1980.
3. Terdapat potensi bahaya benda dapat melukai dan memperangkap pekerja
dengan sumber potensi bahaya mesin-mesin produksi. Jenis potensi
bahaya yang dapat terjadi dalam bentuk tersayat, terpotong dan tertusuk
karena sebagian besar pekerja belum menggunakan sarung tangan saat
melakukan aktivitas kerja.
4. Terdapat potensi bahaya benda dapat membentur kepala dengan sumber
potensi bahaya berupa susunan kayu yang menumpuk tinggi serta
tumpukan di penyimpanan Gudang. Jenis potensi bahaya yang dapat
terjadi dalam bentuk terbentur dibagian kepala karena Sebagian besar
pekerja belum menggunakan pelindung kepala berupa helmet. Pekerja
hanya menggunakan topi biasa.
5. Terdapat potensi bahaya jatuh baik dari ketinggian yang sama mapun
berbeda. Sumber potensi bahaya disini berupa bahan dan mesin produksi
yang tidak rapi.
6. Belum adanya regu penolong dalam perusahaan
7. Compressor belum diperiksa pengujian tiap tahun
8. Perusahaan belum ada sarana akses dan jalur evakuasi
B. SARAN
1. Melakukan pengawasan dan audit terdahap kepatuhan para pekerja untuk
menggunakan masker sesuai SOP
2. Memberikan ceramah tentang penempatan APAR yang benar dan
membuat standar operasional prosedur terkait penyimpanan dan
pengunaan APAR yang tepat menurut permenaker RI no. 4/MEN/1980
3. Seluruh pekerja menggunakan sarung tangan saat mengoperasionalkan
alat-alat kerja
4. Seluruh pekerja menggunakan alat pelindung kepala guna mengatasi
masalah risiko terbentur
5. Seluruh pekerja wajib menerapkan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat,
Rajin) untuk mencegah bahaya tersandung/ terpleset (jatuh dari ketinggian
yang sama)
6. Diharapkan perusahan dapat membuat tanggap darurat dengan baik (jalur
evakuasi di harus ada, harus ada regu ponolonng untuk antisipasi kejadin
yang lebih buruk)
7. Harus selalu rutin dalam melakukan pemeriksaan alat compressor
8. Sistem proteksi kebakaran pasif harus terintegrasi dengan sarana
penyelamatan pada bangunan seperti sarana akses dan jalur evakuasi. Hal
ini untuk mendukung proses evakuasi agar kerugian jiwa dan materi akibat
kebakaran dapat dihindari.
DAFTAR PUSTAKA
http://k3indonesia.co.id/2021/04/20/dasar-hukum-k3-indonesia/
http://scholar.unand.ac.id/44335/2/BAB%20I%20PENDAHULUAN.pdf
https://eprints.uns.ac.id/34769/1/R0014050_pendahuluan.pdf