“PERUBAHAN LINGKUNGAN”
A. Lingkungan Seimbang
Keseimbangan lingkungan adalah kemampuan lingkungan untuk mengatasi
tekanan dari alam maupun aktivitas manusia dalam menjaga kestabilan kehidupannya
(Irnaningtyas, 2016: 434). Lingkungan yang seimbang sangat penting bagi proses
kehidupan di bumi karena setiap komponen dapat berinteraksi dengan baik.
Lingkungan seimbang memiliki beberapa kriteria sebagai berikut (Irnaningtyas,
2016: 434):
1. Terdapat pola-pola interaksi (arus energi, rantai makanan/ jarring-jaring maknan,
piramida ekologi, daur biogeokimia, dan produktivias) yang berlangsung secara
proporsional.
2. Lingkungan homeostatis, yaitu mampu mempertahankan terhadap gangguan secara
alami maupun buatan.
3. Petumbuhan dan perkembangan organisme berlangsung secara alami sehingga tidak
ada organism yang mendominasi terhadap organism lainnya.
4. Memiliki daya dukung lingkungan,yaitu kemampuan lingkungan hidup untuk
mendukung peri kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Jaminan kelestarian dukungan lingkungan terhadap manusia merupakan kriteria
kualitas lingkungan yang sangat menentukan kesejahteraan manusia dari masa ke masa
(Wuryadi, 1984: 3). Hal ini berarti manusia merupakan salah satu faktor terjadinya
sebuah keseimbangan di dalam lingkungan.
Aktivitas manusia dan keseimbangan lingkungan merupakan 2 hal yang saling
berhubungan. Manusia memiliki kemampuan untuk mengelola sumber daya alam yang
ada di lingkungan. Eksploitasi sumber daya alam oleh manusia mengakibatkan terjadinya
gangguan struktur dasar lingkungan yang bersangkutan dengan daur-daur alami di
lingkungan (Wuryadi, 1984: 3-4).
B. Perubahan Lingkungan
Keseimbangan lingkungan dapat terganggu jika terjadi perubahan lingkungan
berupa pengurangan fungsi dan komponen atau hilangnya sebagian komponen yang
dapat menyebabkan putusnya mata rantai dalam ekosistem.
Keseimbangan lingkungan dapat berubah karena beberapa faktor. Faktor
penyebab perubahan lingkungan adalah (Irnaningtyas, 2016: 434):
1. Faktor alam misalnya gempa bumi, gunung meletus, gelombang tsunami, tanah
longsor,banjir, angin topan, dan kemarau panjang.
2. Faktor manusia misalnya pembakaan dan penebangan hutan, pembangunan industi
dan pemukiman, penambangan secar liar, sistem pertanian monokultur, dan
pencemaran lingkungan.
C. Jenis-jenis Pencemaran
Pencemaran dapat dibedakan menjadi 4 yaitu pencemaran tanah, pencemaran air,
pencemaran udara dan pencemaran suara.
1. Pencemaran Tanah
Pengertian
Pencemaran tanah adalah suatu kondisi masuknya satu atau banyak benda kimia,
fisik, atau biologis ke dalam tanah di mana benda-benda tersebut bisa merusak
struktur tanah dan membuat tanaman menjadi sulit untuk beradaptasi. Pencemaran
tanah adalah kerusakan (kehancuran) dari permukaan tanah bumi, sering langsung
atau tidak langsung sebagai akibat dari kegiatan manusia dalam penyalahgunaan
sumber daya lahan. Pencemaran tanah terjadi ketika limbah tidak dibuang dengan
benar atau dapat terjadi ketika manusia membuang bahan kimia kepada tanah
dalam bentuk pestisida, insektisida dan pupuk dalam kegiatan praktek pertanian.
Eksploitasi mineral (kegiatan pertambangan) juga telah memberikan kontribusi
terhadap kerusakan tanah.
Faktor-faktor penyebab pencemaran tanah adalah:
a. Limbah Padat – Limbah industri yang padat merupakan limbah buangan dari
hasil industri pabrik berupa padatan, bubur, atau lumpur yang berasal dari hasil
pengolahan pabrik tersebut. Misalnya saja limbah dari pabrik gula, kertas,
rayon, pulp, pengawet buah, ikan, daging, plywood dan lainnya.
b. Limbah Cair – Sedangkan limbah cair adalah hasil pembuangan dari industri
yang berbentuk cair. Contoh limbah cair ini adalah seperti sisa dari pengolahan
limbah industri kimia dan logam. Limbah dalam bentuk cair ini sangat
berbahaya terutama jika mengandung berbagai bahan kimia yang berpotensi
menganggu kesehatan manusia.
c. Limbah anorganik – Limbah anorganik ini merupakan jenis limbah yang tidak
mampu mengalami penguraian yang dilakukan oleh mikroorganisme lainnya
seperti jamur dan bakteri. Contoh dari limbah anorganik ini misalnya adalah
limbah kantong plastic, kaleng bekas, botol minuman, bekas botol air mineral
dan lainnya. limbah anorganik ini memerlukan tindakan pembuangan yang
harus diatur sedemikian rupa supaya tidak membuat kerugian pada tanah dan
juga makhluk hidup lainnya karena tanah menjadi tercemar oleh adanya limbah
ini.
d. Limbah organik – Untuk jenis limbah organik merupakan limbah yang lebih
ramah dibandingkan dengan limbah anorganik. Hal ini terjadi karena limbah
organic mampu diuraikan kembali oleh mikroorganisme di dalam tanah
sehingga tidak begitu berbahaya bagi tanah itu sendiri. Jenis limbah ini misalnya
saja tinja atau feses, oli, cat, sampah rumah tangga yang dari tumbuhan.
Meskipun limbah atau sampah organic ini tidak begitu berbahaya namun perlu
diingat bahwa jika terlalu banyak sampah organic di dalam tanah maka
penguraiannya pun akan semakin lama dan hal ini membuat pertumbuhan
berbagai tanaman di dalamnya menjadi lebih lambat dan hal ini tidak baik
begitu lingkungan.
e. Limbah industri – Limbah industri ini bisa berasal dari limbah indsutri kecil
dari perumahan atau limbah industri besar berskala pabrik. Limbah ini bisa juga
berasal dari dunia usaha hotel, rumah makan, pasar, perdagangan, tempat
wisata, instansi pemerintah dan swasta, dan lainnya. limbah yang dihasilkan
bisa berupa limbah padat maupun cair dan organic maupun anorganik.
f. Limbah pertanian – Limbah dari hasil pertanian ini juga mampu menyebabkan
pencemaran tanah. misalnya saja adalah dengan penggunaan pupuk atau
pestisida pada pertanian sehingga menyebabkan tanah menjadi tercemar. Jika
penggunaan pestisida dan pupuk ini sudah melebihi batas wajarnya maka akan
menyebabkan hal yang tidak diinginkan termasuk rusaknya hasil tanaman dan
juga hasil tanaman yang tidak optimal lagi.
Dampak pencemaran tanah, diantaranya adalah berikut ini:
1) Mengurangi kesuburan tanah
2) Membuat tumbuh- tumbuhan dan makhluk hidup lainnya mati
3) Menyebabkan pencemaran pada udara
4) Menimbulkan wabah penyakit
5) Merusak ekosistem
6) Merusak keindahan atau estetika
2. Pencemaran Air
Pengertian
Menurut Keputusan Menteri Negara I dan Lingkungan Hidup No. KEP
03/MENKLH/II/1991 pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan
manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya (PPRI, 2001).
Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas Berdasarkan PP
No. 82 Tahun 2001, yaitu:
a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air bakti air minum,
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan ,air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan
air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain
yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut.
d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
mengairi,pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut.
Limbah
Menurut Irnaningtyas (2016: 439) penyebab pencemaran air adalah limbah
yang berasal dari berbagai sumber, yaitu:
a. Limbah domestik: limbah yang berasal dari aktivitas rumah tangga, pusat
perdagangan, perkantoran,hotel, rumah sakit dan tempat umum lainnya.
Limbah domestik dapat berupa tinja, detergen, sambah organic
b. Limbah industri: limbah yang berasal dari aktivitas industri. Limbah industri
dapat berupa bahan-bahan sisa yang mengandung logam berat berbahaya dan
beracun seperti merkuri,timbal, tembaga, seng dan nikel.
c. Limbah pertanian: limbah yang berasal dari aktivitas pertanian. Limbah
pertanian dapat berupa pupuk kimia dan pestisida.
d. Limbah pertambangan: limbah yang berasal dari aktivitas pertambangan.
Limbah pertambangan dapat berupa merkuri yang merupakan limbah dari
pertambangan emas, tumpahan minyak dari pertambangan minyak lepas pantai.
Parameter
Irnaningtyas (2016: 438) untuk menentukan air sudah tercemar atau tidak
dilakukan pengujian terhadap tiga parameter yaitu:
a. Parameter fisik: meliputi kandungan partikel padat, zat pada terlarut,
kekeruhan, warna, bau, suhu dan pH air.
Air normal yang dapat dikonsumsi memiliki sifat tidak berbau, tidak
berwarna, dan tidak berasa.
PH untuk air normal adalah 6,5-7,5.
Kandungan partikel zat padat (Total Suspended Solid/ TSS) dapat berupa
komponen biotik seperti fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi, ataupun
komponen mati (abiotik) seperti detritus dan partikel-partikel anorganik.
Zat padat tersuspensi merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi
kimia yang heterogen, dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan
yang paling awal dan dapat menghalangi kemampuan produksi zat organik
di suatu perairan. Konsentrasi Total Suspended Solid merupakan salah satu
parameter perairan untuk indikator tingkat sedimentasi. Konsentrasi Total
Suspended Solid dapat digunakan untuk perkiraan laju sedimentasi yang
terjadi pada lokasi perairan.
b. Parameter kimia meliputi: Biochemical oxygen demand (BOD), Chemical
oxygen demand (COD), Dissolved oxygen (DO), dan kandungan zat kimia
sepeti amonia bebas,nitrogen bebas, nitrit,nitrat, sulfat, klorida, belerang dan
logam.
Dissolved oxygen (DO) atau oksigen terlarut adalah banyaknya oksigen
yang terkandung dalam air. Oksigen terlarut ini merupakan salah satu
parameter dalam menentukan kualitas air. Air yang memiliki DO tinggi
menunjukkan tingkat pencemaran yang rendah, dan sebaliknya air yang
memiliki DO rendah menunjukkan tingkat pencemaran yang tinggi.
Oksigen terlarut dibutuhkan oleh mikroorganisme air sebagai sumber
oksigen dalam proses pernafasan.
Dampak
Mengubah iklim bumi dengan lebih cepat
Membentuk iklim baru yang tidak terprediksi
Terjadinya cuaca ekstrim
Terjadinya badai besar yang intens
Banyak hujan diikuti oleh kekeringan dan kemarau panjang
Mengubah wilayah tempat hidup tumbuhan dan hewan
Hilangnya persediaan air global dalam bentuk gletser
4. Pencemaran Suara
D. Penanganan Limbah
1. Limbah pencemaran tanah
Cara penanganan pencemaran pada tanah:
a. Remidiasi – Remidiasi merupakan cara untuk membersihkan permukaan tanah
yang mengalami pencemaran tanah. Ada dua jenis dari remidiasi ini yaitu in situ
dan ex-situ. Pembersihan dengan cara in-situ dilakukan dengan membersihkan
lokasi secara langsung sedangkan untuk pembersihan ex-situ dilakukan dengan
cara penggalian pada tanah yang terkena cemaran dan memindahkannya ke tempat
lain yang lebih aman.
b. Bioremidiasi – Cara lain yang dilakukan untuk melakukan penanganan
pencemaran tanah adalah dengan bioremidiasi. Cara ini dilakukan dengan cara
memberikan mikroorganisme seperti jamur dan bakteri untuk mengurai zat kimia
yang ada di dalam tanah. Cara ini mungkin memang lebih lama namun cukup
efektif selama ini.
2. Limbah pencemaran air
Upaya pencegahan:
e. Menetralkan limbah industri dengan membuat instalasi pengolahan limbah
f. Membuat penampungan limbah rumah tangga yang berupa tangki resapan.
g. Memilih sampo, sabun mandi,atau detergen yang kandungan bahan aktifnya
mudah diuraikan.
h. Mengubah kebiasaan membuang sampah di sungai
i. memantau kualitas air sungai maupun membangun instalasi pengolahan air
limbah rumah tangga (IPAL).
Upaya penanganan:
Sistem penanganan limbah cair domestik dengan menggunakan cubluk, tangki
septik konvnsional, tangki septik biofilter dan instalasi pengolahan limbah cair
domestik (IPLCD).
Sistem penanganan limbah cair industri dilakukan dengan sistem penanganan
setempat dan tepusat
Penanganan sistem setempat: industry membuat instalasi pengolahan limbah
sendiri.
Penanganan sistem terpusat: sistem ini dikembangkan di daerah kawasan industri
yang menghasilkan berbagai jenis limbah berbeda. Apabila limbah dari berbagai
industri dicampur atau disatukan, akan menyulitkan poses pengolahan. Oleh
karena itu, masing-masing industry haus melakukan pengolahan terlebih dahulu
hingga efluen limbah memenuhi syarat tertentu sebelum masuk ke jaringan air
kotor dan IPAL.
3. Limbah pencemaran udara
Upaya penanganan limbah pencemaran udara antara lain adalah sebagai berikut
(Irnaningtyas, 2016: 450)
Filter udara
Filter udara dipasang pada cerobong untuk menyaring kotoran dan harus
dikontrol secara rutin.
Pengendap siklon (Cyclone Separator)
Pengendap debu atau abu yang terdapat dalam gas buangan atau udara di ruangan
pabrik yang berdebu ini memanfaatkan gaya sentrifugal udara/gas buangan yang
sengaja diembuskan melalui tepi dinding tabung siklon sehingga partikel yang
relatif berat akan jatuh ke bawah.
Filter basah (Scrubbers atau Wet Collector)
Prinsip kerja filter basah adalah membersihkan udara yang kotor dengan
menyemprotkan air yang akan membuat debu turun ke bawah saat mengalami
kontak dengan air.
Pengendap sistem gravitasi
Cara ini hanya bisa digunakan untuk membersihkan udara kotor dengan ukuran
partikel yang relatif besar (sekitar 50 mikron atau lebih). Prinsip kerjanya adalah
mengalirkan udara kotor ke dalam alat yang telah dibuat sedemikian rupa
sehingga ketika terjadi perubahan kecepatan secara tiba-tiba (speed drop),
partikel jatuh terkumpul ke bawah akibat gaya gravitasi.
Pengendap elektrostatis
Cara ini digunakan untuk membersihkan udara kotor dalam volume yang relatif
besar dan kotoran dalam udara berupa aerosol atau uap air.
Sumber : http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuAirLimbahDomestikDKI/LAMP2.pdf
https://environmentalchemistry.wordpress.com/2012/09/15/klasifikasi-mutu-air-
berdasarkan-pp-no-82-tahun-2001/.
Statistik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2014 hal 22-24
diunduh pada www.menlhk.go.id/downlot.php?file=STATISTIK_2014.pdf).
Irnaningtyas. (2016). BIOLOGI Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga.