Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PROSES PEMBUATAN KEBIJAKAN PUBLIK


Dosen Pembimbing : KASMIAH ALI, S.Sos., M.Si

NAMA : A. UMMIYAH ANRIAH

NIM: 20171008

SEMESTER: VI A

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI NEGARA ( STIA )

AL-GAZALI BARRU

2020
PENDAHULUAN
Studi kebijakan publik berusaha untuk meninjau berbagai teori dan proses yang
terjadi dalam kebijakan publik. Dapat dikatakan bahwa kebijakan publik tidak lepas dari
proses pembentukan kebijakan itu sendiri. Dengan demikian, salah satu tujuan studi
kebijakan publik adalah untuk menganalisis bagaimana tahapan demi tahapan proses
pembentukan kebijakan publik tersebut sehingga terwujudlah suatu kebijakan publik tertentu.

Tahapan demi tahapan terangkum sebagai suatu proses siklus pembuatan kebijakan
publik. Setiap tahapan dalam proses pembentukan kebijakan publik mengandung berbagai
langkah dan metode yang lebih rinci lagi. Tahapan yang terdapat dalam pembuatan suatu
kebijakan publik memiliki berbagai manfaat serta konsekuensi dari adanya proses tersebut,
khususnya bagi para aktor pembuat kebijakan publik.

Makalah ini mencoba menguraikan berbagai tahapan yang terjadi dalam proses siklus
perumusan kebijakan publik. Tujuannya adalah untuk memahami berbagai tahapan
pembuatan kebijakan publik sehingga mempermudah untuk menganalisis masalah-masalah
yang kompleks sehingga dapat dirumuskan ke dalam suatu kebijakan publik tertentu.
Proses Pembuatan Kebijakan Publik

Proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang kompleks karena


melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Oleh karena itu beberapa ahli
politik yang menaruh minat untuk mengkaji kebijakan publik membagi proses-proses
penyusunan kebijakan publik kedalam beberapa tahap. Tujuan pembagian seperti ini adalah
untuk memudahkan kita dalam mengkaji kebijakan publik.

Perumusan (Formulasi) kebijakan publik merupakan salah satu tahap dari rangkaian
proses pembuatan dan pelaksanaan suatu kebijakan publik. Para ahli mengemukakan
pandangan tentang definisi fomulasi kebijakan publik sebagai berikut:

Menurut Dunn (2000:132), perumusan kebijakan (policy formulation) adalah


pengembangan dan sintesis terhadap alternatif-alternatif pemecahan masalah.

Winarno (2002:29) menyatakan bahwa masing-masing alternatif bersaing untuk di


pilih sebagai kebijakan dalam rangka untuk memecahkan masalah.

Tjokroamidjojo dalam Islamy (2000:24) menyebutkan perumusan kebijakan sebagai


alternatif yang terus menerus dilakukan dan tidak pernah selesai, dalam memahami proses
perumusan kebijakan kita perlu memahami aktor-aktor yang terlibat dalam proses perumusan
kebijakan.

Berdasarkan pengertian pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa formulasi


kebijakan merupakan cara untuk memecahkan suatu masalah yang di bentuk oleh para aktor
pembuat kebijakan dalam menyelesaikan masalah yang ada dan dari sekian banyak alternatif
pemecahan yang ada maka dipilih alternatif kebijakan yang terbaik.

1. Penyusunan Agenda (Agenda Setting)

Penyusunan agenda (Agenda Setting) adalah sebuah fase dan proses yang sangat
strategis dalam realitas kebijakan publik. Sebelum kebijakan ditetapkan dan dilaksanakan,
pembuat kebijakan perlu menyusun agenda dengan memasukkan dan memilih masalah-
masalah mana saja yang akan dijadikan prioritas untuk dibahas. Masalah-masalah yang
terkait dengan kebijakan akan dikumpulkan sebanyak mungkin untuk diseleksi. Dalam proses
inilah memiliki ruang untuk memaknai apa yang disebut sebagai masalah publik dan prioritas
dalam agenda publik dipertarungkan. Jika sebuah isu berhasil mendapatkan status sebagai
masalah publik, dan mendapatkan prioritas dalam agenda publik, maka isu tersebut berhak
mendapatkan alokasi sumber daya publik yang lebih daripada isu lain. Dalam agenda setting
juga sangat penting untuk menentukan suatu isu publik yang akan diangkat dalam suatu
agenda pemerintah. Issue kebijakan (policy issues) sering disebut juga sebagai masalah
kebijakan (policy problem). Policy issues biasanya muncul karena telah terjadi silang
pendapat di antara para aktor mengenai arah tindakan yang telah atau akan ditempuh, atau
pertentangan pandangan mengenai karakter permasalahan tersebut.
Menurut William Dunn (1990), isu kebijakan merupakan produk atau fungsi dari
adanya perdebatan baik tentang rumusan, rincian, penjelasan maupun penilaian atas suatu
masalah tertentu. Namun tidak semua isu bisa masuk menjadi suatu agenda kebijakan. Ada
beberapa Kriteria isu yang bisa dijadikan agenda kebijakan publik  diantaranya: telah
mencapai titik kritis tertentu yang apabila diabaikan menjadi ancaman yang serius, telah
mencapai tingkat partikularitas tertentu yang berdampak dramatis, menyangkut emosi
tertentu dari sudut kepentingan orang banyak, mendapat dukungan media massa, menjangkau
dampak yang amat luas, mempermasalahkan kekuasaan dan keabsahan dalam masyarakat
serta menyangkut suatu persoalan yang fasionable (sulit dijelaskan, tetapi mudah dirasakan
kehadirannya)
Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik.
Sebelumnya masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk dalam agenda
kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk ke agenda kebijakan para perumus
kabijakan. Pada tahap ini mungkin suatu masalah tidak disentuh sama sekali, sementara
masalah yang lain ditetapkan menjadi fokus pembahasan, atau ada pula masalah karena
alasan- alasan tertentu ditunda untuk waktu yang lama.

Penyusunan agenda kebijakan seharusnya dilakukan berdasarkan tingkat urgensi dan


esensi kebijakan, juga keterlibatan stakeholder. Sebuah kebijakan tidak boleh mengaburkan
tingkat urgensi, esensi, dan keterlibatan stakeholder. 

2.Formulasi Kebijakan (Policy Formulating)
Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para
pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan
masalah yang terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau
pilihan kebijakan (policy alternatives/policy options) yang ada. Sama halnya dengan
perjuangan suatu masalah untuk masuk dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan
kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk d9u6xvvg nkapat dipilih sebagai
kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah.

3. Adopsi/Legitimasi Kebijakan (Policy Adoption)
Tujuan legitimasi adalah untuk memberikan otorisasi pada proses dasar pemerintahan.
Jika tindakan legitimasi dalam suatu masyarakat diatur oleh kedaulatan rakyat, warga negara
akan mengikuti arahan pemerintah. Namun warga negara harus percaya bahwa tindakan
pemerintah yang sah. Dukungan untuk rezim cenderung berdifusi - cadangan dari sikap baik
dan niat baik terhadap tindakan pemerintah yang membantu anggota mentolerir pemerintahan
disonansi. Legitimasi dapat dikelola melalui manipulasi simbol-simbol tertentu. Di mana
melalui proses ini orang belajar untuk mendukung pemerintah.
Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus
kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan
dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau putusan peradilan.

4. Implementasi Kebijakan (Policy Implementation)
Pada tahap inilah alternatif pemecahan yang telah disepakati tersebut kemudian
dilaksanakan. Pada tahap ini, suatu kebijakan seringkali menemukan berbagai kendala.
Rumusan-rumusan yang telah ditetapkan secara terencana dapat saja berbeda di lapangan.
Hal ini disebabkan berbagai faktor yang sering mempengaruhi pelaksanaan kebijakan.
Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit jika program
tersebut tidak diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan administrasi maupun
agen-agen pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh
unit-unit administrasikan yang memobilisasikan sumber daya finansial dan manusia.

Pada tahap implementasi ini berbagai kepentingan akan saling bersaing. Beberapa
implementasi kebijakan mendapat dukungan para pelaksana (implementors), namun beberapa
yang lain munkin akan ditentang oleh para pelaksana.

Kebijakan yang telah melewati tahap-tahap pemilihan masalah tidak serta merta
berhasil dalam implementasi. Dalam rangka mengupayakan keberhasilan dalam implementasi
kebijakan, maka kendala-kendala yang dapat menjadi penghambat harus dapat diatasi sedini
mungkin.
5. Penilaian/ Evaluasi Kebijakan (Policy Evaluation)
Secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut
estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak.
Dalam hal ini , evaluasi dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi
kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan dilakukan dalam seluruh
proses kebijakan. Dengan demikian, evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap perumusan
masalh-masalah kebijakan, program-program yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah
kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak kebijakan.

Proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang kompleks karena


melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Oleh karena itu beberapa ahli
politik yang menaruh minat untuk mengkaji kebijakan publik membagi proses-proses
penyusunan kebijakan publik kedalam beberapa tahap. Tujuan pembagian seperti ini adalah
untuk memudahkan kita dalam mengkaji kebijakan publik.
Kesimpulan

Dalam pembuatan kebijakan publik harus memiliki


tahapan di antaranya :

1.

2.

3.

4.

5.

Saran
Daftar Pustaka

Copyright 2015 Retorics.Tahap-Tahap Kebijakan Publik (Public


Policy) / Retorics.Web Site
(https://retorics.blogspot.com).Tanggal Akses (11 Juni 2020)

Anonymous 2016.PROSES TERJADINYA KEBIJAKAN PUBLIK –


KUMPULAN MAKALAH PKN.Web Site
(kummakpknistirahma.blogspot.com).Tanggal Akses (12 Juni
2020)

PKL Online 2019.Bagaimanakah proses atau tahapan dalam


kebijakan publik.Web Site
(https://www.dictio.id/t/bagaimanakah-proses-atau-tahapan-
dalam-kebijakan-publik/8465).Tanggal Akses (12 Juni 2020)

Anda mungkin juga menyukai