A. DEFINISI
1
11. Pelayanan intra anestesia adalah pelayanan anestesia yang dilakukanselama
tindakan anestesia meliputi pemantauan fungsi vital pasiensecara kontinu.
12. Perawatan pasca anestesi:dilakukan kepada semua pasien yang menjalani anestesi
umum/regional, atau perawatan anestesi terpantau (monitored anesthesia care).
13. Pelayanan kritis adalah pelayanan yang diperuntukkan bagi pasien sakit kritis di
lingkungan RS
14. Pelayanan tindakan resusitasi adalah pelayanan resusitasi pada pasien yang berisiko
mengalami henti jantung meliputi bantuan hidup dasar, lanjut dan jangka panjang
dilingkungan RS..
15. Pelayanan anestesia regional adalah tindakan pemberian anestesi untuk memblok
saraf regional sehingga tercapai anestesia di lokasi operasi sesuai dengan yang
diharapkan.
16. Pelayanan anestesia/analgesia di luar kamar operasi adalah tindakan pemberian
anestetik/analgesik di luar kamar operasi.
17. Pelayanan penatalaksanaan nyeri adalah pelayanan penanggulangan nyeri, terutama
nyeri akut, kronik dan kanker dengan prosedur intervensi (interventional pain
management).
18. Pengelolaan akhir kehidupan adalah pelayanan tindakan penghentian atau penundaan
bantuan hidup
B. RUANG LINGKUP
Pelayanan anestesiologi dan terapi intensif meliputi tindakan untuk mengatasi pasien
gawat, penatalaksanaan nyeri, penilaian pra anestesi, intra anestesi dan pasca anestesi
serta pelayanan lain sesuai bidang anestesiologi dan terapi intensif.
2
b. Pelayanan Resusitasi
Pelayanan Kegawatan Resusitasi melingkupi penanganan kegawatan di ruang
resusitasi untuk stabilisasi pasien yang mengalami gangguan fungsi vital
(Airway, breathing, circulation dan Dissability) yang bertujuan agar pasien
segera stabil dan dilakukan terapi definitif dari penyakit yang
diderita melalui proses diagnosis lebih lanjut
c. Pelayanan Pada Pasien Emergency
Pelayanan pada trauma maupun non trauma yang mengalami kegawatan di IGD
sehingga membutuhkan tindakan anestesi dan reanimasi. Penanganan pasien ini
bersifat life support dengan kolaborasi dengan sejawat spesialis terkait.
2. Penatalaksanaan Nyeri
Pelayanan untuk penatalaksanaan nyeri meliputi penanganan terhadap perasaan
sensorik yang tidak nyaman dan pengalaman emosional yang terkait dengan
kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang digambarkan dalam hal
kerusakan tersebut
Jenis nyeri yang dapat ditemukan selama masa perioperatif meliputi nyeri akut, nyeri
kronis, nyeri neuropatik dan nyeri fisiologis.
3
a) Lokasi nyeri
b) Intensitas nyeri
c) Onset, Durasi nyeri
d) Kualitas nyeri (seperti ditusuk atau diiris)
e) Diskripsi nyeri (kata-kata pasien dalam menjelaskan nyeri)
f) Faktor yang meningkatkan atau mengurangi nyeri
g) Efek nyeri terhadap pasien
h) Metode pilihan pasien dalam mengatasi nyeri (bila pasien
mengerti dan tahu)
Sangat penting untuk mengetahui nyeri pasca operasi yang tidak
dikeluhkan sama sekali pada saat diam, namun mengeluhkan nyeri
sedang sampai berat hanya saat
digerakkan.
6) Penilaian rutin dan sistematis serta komunikasi yang efektif antara tenaga
kesehatan dan pasien sangat penting untuk memastikan nyeri berat yang
timbul mendadak atau nyeri hebat yang persisten untuk segera diketahui
oleh karena kemungkinan keluhan tersebut
berkaitan erat dengan kegawatan medis.
7) Nyeri pasca operasi merupakan keluhan subyektif sehingga patient
self report of pain merupakan “gold standar” dari penilaian nyeri.
8) Tenaga kesehatan harus memotivasi pasien untuk melaporkan dan
mendiskripsikan nyeri yang dideritanya. Mendengarkan dan percaya
terhadap keluhan pasien merupakan hal yang sangat penting dalam
melakukan assesment nyeri pasca operasi.
3. Pelayanan Perioperatif
- Pelayanan perioperatif merupaka pelayanan anestesi yang merujuk pada semua
perjalanan prosedur tindakan anestesi dan termasuk
4
sebelum(pre-), selama (intra-) dan sesudah (pasca-) operasi dan anestesi yang
dilakukan pada ranah emergency maupun elektif
- Masa perioperaitf adalah dimulai saat pasien datang ke rumah sakit, kemudian
direncanakan atau dilakukan tindakan prosedur pembedahan atau diagnostik
sampai pada saat pasien pulang dari rumah sakit
- Instansi dan unit yang terlibat dan terkait dengan pelayanan ini meliputi :
instalasi rawat jalan (IRJ), instalasi rawat inap (IRNA), instalasi Gawat darurat
(IGD), instalasi rawat intensif dan reanimasi (ICU dan RR)
,Instalasi bedah sentral,.Instalasi laboratoruim dan isntalasi radiologi .
1) Kunjungan preoperatif
a) Kunjungan preoperatif juga bertujuan untuk menggali informasi terkait
dengan kondisi pasien, riwayat penyakit sebelumnya dan
permasalahan lainnya terkait dengan tindakan yang akan dijalani.
b) Penilaian klinis yang baik dan lengkap sebelum pasien menjalani
rawat inap itu harus dilakukan secara teliti dan
sistematis.
c) Komunikasi antara anggota tim, seperti dokter bedah, anestesi,
perawat dan tenaga kesehatan lain yang terlibat, sangat diperlukan
untuk mengetahui kebutuhan khusus atau spesifik
5
pasien dalam menjalani suatu tindakan pembedahan, dan persiapan
perioperatif memberikan jaminan bahwa hal tersebut
telah siap saat sebelum tindakan pembedahan.
d) Kunjungan preopratif meliputi penerimaan atau evaluasi pasien di
pasien rawat jalan, rawat darurat (untuk pembedahan emergensi)i,
ICU, dan pasien yang akan menjalani tindakan
diagnostik.
e) Pasien dapat dikonsulkan ke bagian lain (penyakit dalam, jantung,
dll) untuk memperoleh gambaran kondisi pasien secara
lebih spesifik bila ditemukan kondisi klinis yang mendukung.
f) Konsultasi ke bagian lain dijadikan bahan pertimbangan dan
diskusi dalam melakukan pelayanan anestesi berikutnya.
g) Konsultasi ke bagian lain bukan untuk meminta kesimpulan /
keputusan apakah pasien ini boleh dianestesi atau tidak.
h) Penetuan status fisik pasien berdasarkan kriteria yang
dikeluarkan ASA (American Society of Anesthesiologist).
ASA 1 ; tanpa ada penyakit sistemik
ASA 2 ; kelainan sistemik ringan sampai sedang. Misalnya
apendisitis akut tanpa komplikasi
ASA 3 ; kelainan sistemik berat, ketergantungan pada obat-
obat, aktivitas terbatas. Misal ileus
ASA 4; kelainan sistemik berat yang mengancam nyawa,
sangat tergantung dengan obat-obat, aktivitas sangat
terbatas.
ASA 5; dioperasi ataupun tidak, dalam 24 jam akan mati juga.
Tanda-tandanya : nadi tidak teraba, pasien ruptur aneurisma aorta.
ASA 6; untuk pasien yang akan menjalani donor organ Pasien usia
> 60 tahun, pasien obesitas tergolong kategori ASA 2.
2) Informed Consent
a) Informed consent adalah suatu proses yang menunjukkan komunikasi
yang efektif antara dokter dengan pasien, dan bertemunya pemikiran
tentang apa yang akan dan apa yang tidak akan dilakukan terhadap
pasien.
b) Informed consent dilihat dari aspek hukum bukanlah sebagai
perjanjian antara dua pihak, melainkan lebih ke arah
persetujuan sepihak atas layanan yang ditawarkan pihak lain.
c) Definisi operasionalnya adalah suatu pernyataan sepihak dari orang
yang berhak (yaitu pasien, keluarga atau walinya) yang isinya berupa
izin atau persetujuan kepada dokter untuk melakukan tindakan medik
sesudah orang yang berhak tersebut diberi informasi secukupnya.
6
d) Informed consent harus diberikan oleh tenaga medis yang
kompeten.
e) Informed consent yang disampaikan harus berdasarkan
pemahaman yang adekuat sehingga pasien dapat mencapai
pemahaman yang adekuat (understanding).
f) Informed cosent ini juga harus memenuhi unsur voluntariness
(kesukarelaan, kebebasan) dan authorization (persetujuan).
g) Informed consent dinyatakan secara tertulis
h) Informed constent dapat diberikan kepada pasien, suami/istri, anak,
orang tua, saudara kandung, dst
7
➢ Informed consent (Surat izin operasi dan anestesi).
➢ Pemeriksaan fisik ulang
➢ Pelepasan kosmetik, gigi palsu, lensa kontak dan asesori
lainnya.
➢ Premedikasi secara intramuskular ½ - 1 jam menjelang
operasi atau secara intravena jika diberikan beberapa menit
sebelum operasi.
Pada operasi darurat dimana pasien tidak puasa atau belum
cukup, maka dilakukan pemasangan NGT untuk dekompresi
lambung.
e) Premedikasi
Premedikasi adalah pemberian obat 1-2 jam sebelum tindakan
induksi anestesi
Tujuan premedikasi adalah meredakan kecemasan dan ketakutan,
memperlancar induksi anestesia, mengurangi sekresi kelenjar
ludah dan bronkus, meminimalkan jumlah obat anestetik (obat
anestetik adalah obat yang berefek menghilangkan sensasi --
seperti rasa raba -- dan kesadaran), mengurangi mual muntah
pasca-bedah, menciptakan amnesia, mengurangi isi cairan
lambung, mengurangi refleks yang membahayakan.
Kebutuhan premedikasi bagi masing-masing pasien dapat
berbeda.
Pemberian obat sedatif atau penenang memberikan penurunan
aktivitas mental dan berkurangnya reaksi terhadap rangsang
sehingga memerlukan observasi ketat terhadap fungsi vital.
➢ Pemberian obat premedikasi bisa diberikan secara oral
(mulut), rectal maupun intravena (melalui vena).
➢ Pemberian premedikasi mempertimbangkan kondisi klinis
pasien seperti usia, suhu tubuh, emosi, nyeri dan jenis
penyakit yang sedang dialami pasien.
Obat-obat yang sering digunakan dalam premedikasi
adalah obat antikolinergik, obat sedatif (penenang) dan obat
analgetik narkotik (penghilang nyeri).
f) Persiapan alat dan obat-obatan meliputi persiapan obat-obat anestesia,
obat pendukung anestesia dan obat resusiatasi.
8
mesin anestesi
set intubasi termasuk bag and mask (ambubag)
alat-alat penunjang :
➢ alat pengisap (suction)
➢ sandaran infus
➢ sandaran tangan
➢ bantal
➢ tali pengikat tangan
➢ anesthesia pin screen / boug
➢ dll
h) Persiapan Obat-obatan meliputi :
i) Obat-obatan meliputi :
obat anestesi :
➢ obat premedikasi
➢ obat induksi
➢ obat anestesi volatil / abar
obat resusitasi
obat penunjang anestesi :
➢ pelumpuh otot
➢ anti dot dan reversal
➢ hemostatika
➢ obat lain sesuai dengan jenis operasi.
9
4) Pelayanan ini mencangkup beberapa hal umum yang perlu diperhatikan
seperti re-evaluasi terhadap kondisi dan persiapan pre operasi, tindakan
anastesi (meliputi prosedur induksi, rumatan dan
pengakhiran anestesi), posisi operasi dan pencegahan hipotermi.
5) Re-evaluasi kondisi dan persiapan pre operasi
10
1) Pelayanan pasca operasi meliputi pelayanan anestesi setelah dilakukan
operasi dalam ranah emergency maupun elektif dengan mengedepankan
prinsip patient safety.
2) Tujuan pelayanan pasca operasi adalah agar pasien terbebas dari efek obat
anestesi, stabilisasi hingga fungsi-fungsi metabolisme
tubuh kembali normal hingga penanganan nyeri pasca operasi.
3) Jenis peralatan yang ada diantaranya adalah alat bantu pernafasan : oksigen,
laringoskop, set trakheostomi, peralatan bronkhial, kateter
nasal, ventilator mekanik dan peralatan suction.
4) Ruang pulih sadar harus terdapat alat yang digunakan untuk memantau
status hemodinamika dan alat-alat untuk mengatasi permasalahan
hemodinamika, seperti : apparatus tekanan darah, peralatan parenteral,
plasma ekspander, set intravena, set pembuka
jahitan, defibrilator, kateter vena, torniquet.
5) Kriteria penilaian yang digunakan untuk menentukan kesiapan pasien
untuk dikeluarkan dari PACU adalah :
Komponen Nilai
Pernapasan
Dapat menarik napas dalam dan batuk 2
Dyspnea/penapasandangkal 1
Apnea 0
Saturasi O2
Dapat mempertahankan SpO2> 92% dengan oksigen 2
ruangan
Membutuhkan tambahan O2 untuk mempertahankan saturasi> 1
90%
Saturasi O2<90% walaupun telah mendapat suplemen 0
oksigen
Tingkat kesadaran
Sadar baik 2
Berespon dengan panggilan 1
Tidak ada respon 0
11
Sirkulasi
Tekanan darah ± 20 mmHg dari pre – op 2
Tekanan darah ± 20 – 50 mmHg dari pre – op 1
Tekanan darah ± 50 mmHg dari pre – op 0
Aktivitas
Dapat mengerakan ke-empat anggota gerak sendiri atau 2
dengan perintah
Dapat menggerakan ke – dua anggota gerak 1
Tidak dapat menggerakan seluruh anggota gerak 0
Bila nilai total ≥ 9 pasien dapat di pindahkan
12
intubasi, penggunaan bantuan ventilasi mekanik maupun tindakan lainnya.
2) Pelayanan ini juga meliputi pelayanan gawat darurat dan bantuan
pemeriksaan diagnostik.
13
3) Keputusan untuk penghentian atau penundaan bantuan hidup dilakukan
minimal 3 orang dokter yaitu dokter spesialis anestesiologi, dan/atau dokter
lain yang memiliki kompetensi, atau ditunjuk oleh komite medis rumah
sakit.
2. Penatalaksanaan Nyeri
a. Pelayanan Nyeri Akut Pasca Operasi
1) Pelayanan nyeri akut adalah pelayanan penangulangan nyeri (rasa tidak
nyaman yang berlangsung dalam periode tertentu). Pada nyeri akut, rasa
nyeri timbul secara tiba-tiba yang terjadi akibat pembedahan, trauma,
persalinan dan umumnya dapat diobati.
2) Penanggulangan efektif nyeri akut pasca operasi dilakukan berdasarkan
pedoman/panduan/standar prosedur operasional
15
penanggulangan nyeri akut yang disusun mengacu pada standar pelayanan
kedokteran dirumah sakit RS
16
Membuat struktur organisasi
Memastikan rencana penanganan nyeri berjalan atau memodifikasinya jika ada indikasi
T
Apakah intervensi adekuat dan mengurangi rasa nyeri?
Y
T
Ganti obat, interval, dosis, cara pemberian atau kom
binasi
Berikan adjuvan atau atasi efek sampinEgvaluasi
ula
Apakah penanganan n
T
17
3. Pelayanan Perioperatif
a. Pelayanan Pra Operatif
1) Konsultasi dan pemeriksaan oleh dokter spesialis anestesiologi harus
dilakukan sebelum tindakan anestesia untuk memastikan bahwa pasien
berada dalam kondisi yang layak untuk prosedur anestesi.
2) Dokter spesialis anestesiologi dan tim dokter yang kompeten bertanggung
jawab untuk menilai dan menentukan status medis pasien pra-anestesia
berdasarkanprosedur sebagai berikut :
a) Anamnesis dan pemeriksaan pasien.
b) Meminta dan/atau mempelajari hasil-hasil pemeriksaan dan konsultasi
yang diperlukan untuk melakukan anestesia.
c) Mendiskusikan dan menjelaskan tindakan anestesia yang akan
dilakukan dan memastikan bahwa pasien telah mengerti dan
menandatangani persetujuan tindakan. (informed consent )
d) Mempersiapkan dan memastikan kelengkapan alat anestesia dan obat-
obat yang akan dipergunakan.
e) Pemeriksaan penunjang pra-anestesia dilakukan sesuai Standar
Profesi dan Standar Prosedur Operasional.
f) Tersedianya oksigen dan gas medik yang memenuhi syarat dan aman.
3) Pelayanan pra-anestesia ini dilakukan pada semua pasien yang akan
menjalankan tindakan anestesia.
4) Pada keadaan yang tidak biasa, misalnya gawat darurat yang ekstrim,
langkah-langkah pelayanan pra anestesia sebagaimana diuraikan di panduan
ini, dapat diabaikan dan alasannya harus di dokumentasikan di dalam rekam
medis pasien.
5) Tata cara kunjungan pra operasi :
a) Mempelajari status rekam medis penderita
b) Memperkenalkan diri pada penderita dan keluarga penderita
c) Melakukan anamnesa penderita (riwayat penyakit dahulu,
penyakit sekarang, operasi sebelumnya, terapi medikamentosa saat
ini)
d) Melakukan pemeriksaan fisik secara teliti dan bila perlu
ditambah pemeriksaan penunjang yang mendukung
e) melakukan assesment PS ASA penderita
f) Penjelasana dan Inform consent pasien dan keluarga pasien
(pembiusan, prosedur pembiusan, resiko, komplikasi, alternatif
tindakan)
g) Menulis pesanan pre op di status rekam medis
h) Mengoperkan pesanan pre op pada perawat yang bertugas
i) Dokter Anestesiologi yang bertanggung jawab membuat
rencana kerja
18
6) informed consent diberikan oleh Dokter Anestesiologi dan Reanimasi dan
tim dokter yang akan melakukan tindakan medis dan disaksikan oleh satu
orang tenaga medis yang lain sebagai saksi
7) Tata cara urutan melakukan informed consent
a) Dijelaskan mengenai tindakan yang akan dilakukan kepada pasien
oleh dokter yang akan mengoperasi atau yang akan mengerjakan
kepada pasien dan keluarganya
b) Pada saat memberikan penjelasan harus ada saksi dari keluarga/pasien
dan dari petugas atau pihak rumah sakit
c) Harus ada formulir khusus dari rumah sakit tentang Informed Consent
yang disediakan oleh Sub Bag.Perlengkapan
d) Setiap pasien harus selalu memiliki lembar Informed Consent yang
sudah terisi lengkap diserta dengan tandatangan dokter serta
tandatangan pasien & keluarganya sebagai tandatangan persetujuan
e) Petugas harus memberikan penjelasan dengan sopan, senyum serta
manusiawi terhadap penderita
f) Bahasa yang digunakan harus dimengerti oleh pasien dan keluarga
g) Kelengkapan formulir Informed Concent harus sudah dibuat sebelum
pasien dikirim ke kamar operasi, bisa di ruangan rawat inap.
h) Kemudian diberikan premedikasi lebih awal oleh petugas yang
berkompeten (bagian Anesthesi), 1 (satu) jam sebelum pembedahan
8) Persiapan pasien pre operasi di ruang perawatan meliputi
a) Puasa, memasang NGT.
b) Pengosongan kandung kemih.
c) Informed consent (Surat izinoperasi dan anestesi).
d) Pemeriksaan fisik ulang
e) Pembersihan daerah yang akan dioperasi, bila dimungkinkan
dicukur atau mandi dan keramas
f) Pelepasan kosmetik, gigi palsu, lensa kontak dan asesori lainnya.
19
d) Baringkan pasien pada posisi yang dirasa nyaman oleh pasien
e) Pasang monitoring yang ada, tensi, suhu, dan EKG
f) Pasang infus. (lihat panduan pasang infus)
g) Siapkan obat premedikasi dan berikan(lihat panduan
menyiapkan obat dan cara pemberian obat)
h) Pantau ketat fungsi vital
i) Semua dicatat di rekam medik
20
8) Tindakan tertentu tersebut selanjutnya akan diatur dalam protap- protap
khusus yang terperinci
9) Perawat Ruang Pulih Sadar melakukan pencatatan di buku register Ruang
Pulih Sadar
10) Pasien berada di Ruang Pulih Sadar dilakukan perawatan pasca anestesi dan
pembedahan sampai memenuhi persyaratan tertentu untuk dapat
dipindahkan ke-ruangan
11) Tim pengelola anestesi bertanggung jawab atas pengeluaran pasien dari
ruang pulih
21
Nama : RM : No. Reg :
L/P
Umur : Thn Nomor Pav/Kls/Kmr :
Urut OK :
Dokter Bedah : Dokter Anastesi :
Tgl Operasi : ………………………………………… Lokasi Operasi :
……………………………………………..
Renc Jam Operasi : ………………………………………… Asisten :
………………………………………………
Jam Operasi : ……………….. s/d ………………. Instrumentator :
………………………………………………
Diagnosa : ………………………………………... Sirkulasi :
………………………………………………
Sebelum Induksi Anastesi ………..
SING IN PEMBEDAHAN *** *** SEBELUM
22
1. Komunikasi secara Verbal dengan pasien :
Identitas Lokasi pembedahan Informed Consent
2. Pemberian tanda daerah operasi :
Tidak Ya, menggunakan ………..
3. Visite pra bedah anastesi :
Tidak Ya, Dr. Anastesi ……….
4. Keadaan umum pasien :
- Kesadaran pasien
CM Samnolen Apatis Sopor
Koma
- Cek vital sing terakhir dari ruangan :
TD : ………mmHg Nadi : ……… x/mnt RR..............x/mnt
Suhu.............⁰c
5. Persiapan pasien dari ruangan :
- Pelepasan aksesoris & Protase : Tidak Ya, jenis : …….
- Cukur : Tidak Ya
- Hukna/Giserin : Tidak Ya, pukul : …….
Wib
- Puasa : Tidak Ya, pukul : …….
Wib
- Infus: : Tidak Ya, jenis : …….
- Folly Center : Tidak Ya
6. Konfirmasi bersama staf anastesi mengenal resiko :
Kehilangan darah Kesulitan jalan nafas Alergi
Lain-lain …………..
7. Resiko kehilanagn darah ≥ 500 cc (anak-anak 7 cc/kg) :
Tidak Ya Rencana pemberian tranfusi jenis
……………………………….cc
8. Apakah pasien ada riwayat :
- Alergi : Tidak Ya, jenis :
…….
- Gangguan pernapasan : Tidak Ya, jenis : …….
- Lain-lain : Tidak Ya, jenis : …….
9. Konfirmasi pemberian antibiotik 60 menit sebelum operasi :
Tidak Ya, Jenis / Jam ........................................../
…………………………..Wib
10. Cek ulang administratif yang disetarakan dengan teliti dan benar : Tidak
Ya
11.Lain-lain
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
Yang melakukan
checklist
(………………………………….……………………..)
Sebelum Insisi
(TIME OUT) SAAT PEMBEDAHAN
Konfirmasi terakhir secara verbal kepada pasien mengenai identitas dan lokasi pembedahan :
Tidak Ya
Tim operasi memperkenalkan diri :
Operator Dokter Anastesi Asisten Instrumentator Sirkuler
23
3. Konfirmasi tim operasi mengenai :
Pasien Benar Lokasi Benar Prosedur Benar
4. Memasang vital sign : Tidak Ya
5. Memasang torniquet : Tidak Ya, letaknya…………….
6. Memasang patient plate : Tidak Ya
7. Pencucian daerah/lokasi operasi : Tidak Ya,
Menggunakan cairan ……..
8. Klasifikasi Luka : Bersih Bersih Terkontaminasi
Kotor
9. Antisipasi kejadian kritis :
a. Riview Ahli Bedah b. Riview Anastesi c. Riview Perawat
Kemungkinan KTD Kemungkinan Hilang Darah Sterilitas
Alat
Durasi Operasi Monitor Haemodinamik Kelengkapan
Alat
Kelengkapan Alat/Implan Kondisi Khusus Pada Pasien
Posis Pasien …… Jenis Anastesi (GA, Spinal, Epidural, Lokas, Tanpa
Bius)
………………………………………….
10. Konfirmasi pemberian antibiotik selama operasi :
Tidak Ya, jenis
……………………………………………………….. jam....................WIB
11. Rontgen yang diperlukan untuk operasi sudah terpasang dengan benar :
Tidak Ya
12. Lain-lain : …………………………………….
Yang melakukan cheklist
…………………………………….
…………………………………….
……………………………………. ( ………………………………….. )
Sebelum pasien meninggalkan kamar operasi …………
(SIGN OUT) SESUDAH PEMBEDAHAN
1. Jenis/prosedur operasi yang telah dlakukan :
Amputasi Pasang Implant, Jenis : …………………………………………………..
Jumlah : …………………..
Laparatomi Angkat Implan, Jenis :
……………………………………………………. Jumlah : ………………....
Exterpasi Pasang Drain, Jenis : ………………………………………………………
Panjang.....................cm
Excisi Pasang Tampoon, Jenis : ………………………………………………..
Panjang...................cm
Incisi Lain-lain :
……………………………………………………………………………………………………………
2. Kelengkapan instrumen dan alat kesehatan (jarum, kasa) yang digunakan :
Jenis/Instrume Jumlah Keterangan
n Pre Op Post Op Sisa
Jarum
Kasa
M. Gaas
Dapper/kacan
g
24
Pasien Benar Dokter Benar Laporan Benar
Pembawa
Penerima/Tanggal……………………..…Jam...................WIB
(……………………………………….)
(………………………………………)
Self-Assessment Checklist:
Penjadwalan:
1. Apakah fasilitas Anda telah memiliki kebijakan atau prosedur untuk verifikasi deskripsi prosedur
(termasuk sisi yang akan dioperasi), setelah ada permintaan untuk menjadwalkan operasi?
Ya Tidak
2. Apakah fasilitas Anda menggunakan formulir terstandardisasi ketika menjadwalkan suatu kasus
operasi?
Ya Tidak
Jika iya, apakah formulir tersebut mencakup verifikasi deskripsi prosedur dan sisi yang akan dioperasi / situs
(jika memungkinkan)?
Ya Tidak
Consent:
3. Apakah kebijakan fasilitas Anda atau prosedur Anda mengharuskan dokter bedah untuk
mendapatkan consent untuk operasi dari pasien atau wali yang sah sebelum atau pada saat
penjadwalan operasi?
Ya Tidak
4. Apakah kebijakan atau prosedur Anda mengharuskan consent operasi tersebut mencakup:
Nama pasien yang benar
Deskripsi yang benar tentang prosedur
Sisi atau situs yang sesuai (jika memungkinkan)
Verifikasi Preoperatif:
5. Apakah kebijakan fasilitas Anda atau prosedur Anda mengharuskan bahwa pasien dijelaskan
sebagai bagian dari persiapan preoperatif mereka, bahwa semua tenaga kesehatan memverifikasi
informasi berikut ini:
Nama
Prosedur
Sisi atau situs (jika memungkinkan)
6. Apakah kebijakan fasilitas Anda atau prosedur Anda mengharuskan bahwa verifikasi dan
rekonsiliasi penjadwalan, consent, dan riwayat penyakit, serta pemeriksaan fisik dilakukan pada
waktu-waktu di bawah ini?
Saat operasi dijadwalkan
Saat pemeriksaan pre-admission
Sebelum pasien tiba di area preoperatif
25
Sebelum kamar operasi disiapkan untuk prosedur ini
Sebelum pasien meninggalkan area preoperatif atau memasuki kamar operasi
7. Apakah kebijakan fasilitas Anda atau prosedur Anda mengharuskan penggunaan checklist
terstandardisasi sebelum hari operasi untuk dokumentasi verifikasi preoperasi dan rekonsiliasi?
Ya Tidak
Jika iya, apakah checklist terstandardisasi tersebut meliputi verifikasi menggunakan item di bawah
ini:
Jadwal
Consent
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
8. Apakah kebijakan fasilitas Anda atau prosedur Anda mengharuskan bahwa verifikasi dan
rekonsiliasi pada hari operasi meliputi hal di bawah ini:
Jadwal
Consent
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
Laporan patologi, radiologi (jika memungkinkan)
Pasien atau wali yang sah mengerti prosedur tersebut
9. Apakah kebijakan fasilitas Anda atau prosedur Anda mengharuskan bahwa verifikasi dan
rekonsiliasi dilakukan secara terpisah oleh sekurang-kurangnya dua tenaga kesehatan?
Ya Tidak
10. Apakah kebijakan fasilitas Anda atau prosedur Anda menentukan tenaga kesehatan yang
bertanggung jawab melakukan verifikasi dan rekonsiliasi?
Ya Tidak
11. Apakah kebijakan fasilitas Anda atau prosedur Anda menentukan tenaga kesehatan yang
mana (dari di bawah ini) yang bertugas memberikan verifikasi dan rekonsiliasi:
Perawat preoperatif
Tenaga anestesi
Dokter bedah (operator)
Circulating nurse
12. Apakah kebijakan fasilitas Anda atau prosedur Anda mengharuskan bila ada ketidaksesuaian
(diskrepansi) pada catatan preoperasi, catatan tersebut harus direview sebelum pasien memasuki
kamar operasi?
Ya Tidak
Bila iya, apakah review tersebut mencakup:
Jadwal
Consent
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
Laporan patologi, laporan radiologi (jika memungkinkan)
Catatan kantor
26
13. Apakah kebijakan fasilitas Anda atau prosedur Anda mengharuskan bahwa dokter bedah adalah
yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan ketidaksesuaian pada review verifikasi catatan
preoperatif?
Ya Tidak
Penandaan:
14. Apakah kebijakan fasilitas Anda atau prosedur Anda mengharuskan:
Situs atau bagian tubuh yang akan dioperasi ditandai setelah rekonsiliasi semua catatan yang
relevan
Situs atau bagian tubuh yang akan dioperasi ditandai setelah pasien atau walinya yang
sah mengerti penjelasan mengenai prosedur yang akan dilakukan
Situs atau bagian tubuh yang akan dioperasi ditandai oleh dokter bedah
Situs atau bagian tubuh yang akan dioperasi ditandai oleh perawat preoperatif
15. Bila kebijakan fasilitas Anda atau prosedur Anda mengharuskan dokter bedah memverifikasi
ketepatan penandaan, apakah dokter bedah tersebut diharuskan memverifikasi dengan:
Pasien yang sadar atau walinya mengerti tentang prosedurnya
Consent
Jadwal
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
Laporan patologi, radiologi (jika memungkinkan)
16. Apakah kebijakan fasilitas Anda atau prosedur Anda mengharuskan bahwa penandaan dilakukan
sebelum penggunaan anestesi lokal maupun regional?
Ya
Tidak
17. Apakah kebijakan fasilitas Anda atau prosedur Anda mengharuskan tenaga kesehatan yang
bertanggung jawab melakukan penandaan telah menerima instruksi tentang bagaimana melakukan
penandaan tersebut?
Ya
Tidak
Bila iya, apakah kebijakan fasilitas Anda atau prosedur Anda mengharuskan instruksi tersebut
meliputi:
Penandaan hanya di situs tersebut
Penandaan tidak boleh ambigu
Penandaan menggunakan marker yang cukup permanen
Penandaan harus terlihat setiap saat, termasuk:
✓ Setelah memposisikan pasien di meja operasi
✓ Setelah prepping situs operasi
✓ Setelah draping pasien
✓ Selama final time out
18. Apakah fasilitas Anda memiliki kebijakan atau prosedur pada keadaan di mana pasien menolak
penandaan dilakukan?
Ya Tidak
27
Time Out:
19. Apakah kebijakan fasilitas Anda atau prosedur Anda mengharuskan dokter anestesi ikut serta
dalam time out, bersama perawat, sebelum memberikan anestesi regional maupun lokal kepada
pasien?
Ya Tidak
Jika iya, apakah kebijakan fasilitas Anda atau prosedur Anda mengharuskan dokter anestesi mencek
penandaan tersebut sebagai bagian verifikasi formal time out?
Ya Tidak
20. Apakah kebijakan fasilitas Anda atau prosedur Anda mengharuskan dokter bedah memimpin
briefing preoperatif sebelum melakukan penanganan pasien di kamar operasi?
Ya Tidak
Jika iya, apakah kebijakan fasilitas Anda atau prosedur Anda mengharuskan bahwa
briefing preoperatif meliputi identifikasi:
Prosedur
Situs
Sisi
Implan, device, atau alat-alat khusus
21. Apakah kebijakan fasilitas Anda atau prosedur Anda mengharuskan dilakukannya verifikasi
final time out yang melibatkan seluruh anggota tim bedah, setelah prepping dan draping sebelum
memulai prosedur?
Ya Tidak
Jika iya, apakah kebijakan fasilitas Anda atau prosedur Anda mengharuskan dokter bedah
memastikan bahwa setiap anggota tim bedah angkat bicara bila pengertian mereka tentang situasinya
berbeda dari apa yang dinyatakan saat time out?
Ya Tidak
Jika iya, apakah kebijakan fasilitas Anda atau prosedur Anda mengharuskan bahwa verifikasi final
time out mencakup prosedur sekunder dan situs (lokasi) nya, ketika lebih dari satu prosedur
dilakukan di situs tersebut atau dilakukan prosedur di beberapa situs?
Ya Tidak
22. Apakah kebijakan fasilitas Anda atau prosedur Anda menentukan siapa yang bertanggung
jawab untuk memimpin verifikasi final time out?
Ya Tidak
Jika iya, siapa yang ditunjuk?
Circulating nurse
Tenaga anestesi
Dokter bedah
Lainnya (sebutkan)
23. Jika orang yang ditunjuk bukan dokter bedah, apakah kebijakan fasilitas Anda atau
prosedur Anda mengharuskan hal-hal di bawah ini selama verifikasi final time out:
Dokter bedah memiliki kesempatan untuk consent
28
Dokter bedah menyatakan nama pasien yang benar, prosedur, situs, dan sisi yang sesuai
Ketepatan pernyataan dokter bedah diverifikasi oleh konfirmasi orang lain yang ditunjuk
menggunakan informasi dari jadwal, consent, riwayat, pemeriksaan fisik, dan penandaan
24. Apakah kebijakan fasilitas Anda atau prosedur Anda mengharuskan bahwa selama time out,
semua aktivitas dihentikan, kecuali bantuan pernapasan?
Ya Tidak
25. Apakah kebijakan fasilitas Anda atau prosedur Anda mengharuskan bahwa bila pasien direposisi
di kamar operasi, lokasi dari situs operasi dicek kembali oleh setiap anggota tim bedah?
Ya Tidak
26. Apakah kebijakan fasilitas Anda atau prosedur Anda mencatat bila pasien memiliki lebih dari
satu prosedur yang akan dilakukan?
Ya Tidak
Bila iya, apakah kebijakan fasilitas Anda atau prosedur Anda mengharuskan:
Verifikasi terpisah dilakukan untuk prosedur yang berbeda
Penandaaan dilakukan untuk masing-masing prosedur yang berbeda
Time out yang berbeda dilakukan untuk prosedur yang berbeda
27. Ketika operasi akan dilakukan pada level vertebra tertentu atau iga, apakah kebijakan fasilitas
Anda atau prosedur Anda mengharuskan:
Vertebra target atau iga ditandai oleh marker radioopak oleh dokter bedah
Vertebra atau iga tersebut diverifikasi oleh fluoroskopi atau X-ray
Vertebra atau iga tersebut diverifikasi oleh ahli radiologi sebelum strukturnya ditindak
Pengambilan Spesimen:
28. Apakah kebijakan fasilitas Anda atau prosedur Anda mengharuskan identifikasi spesimen
diverifikasi?
Ya Tidak
Bila iya, apakah kebijakan fasilitas Anda atau prosedur Anda mengharuskan verifikasi tersebut
mencakup:
Dokter bedah
Teknisi bedah
Perawat bedah
Bila iya, apakah kebijakan fasilitas Anda atau prosedur Anda mengharuskan bahwa verifikasi
tersebut mencakup:
Nama pasien
Tipe jaringan
Lokasi spesifik dari spesimen, termasuk sisi (jika memungkinkan)
29
Ya Tidak
1) Pelayanan anestesi pada tindakan di luar kamar operasi dapat berupa pasien
kondisi kritis yang diperlukan pada pasien dengan kegagalan organ yang
terjadi akibat komplikasi akut penyakitnya atau akibat sekuele dari regimen
terapi yang diberikan.
2) Pelayanan anestesi pada tindakan di luar kamar operasi dilakukan oleh
dokter spesialis anestesiologi atau dokter lain yang memiliki kompetensi.
3) Seorang dokter spesialis anestesiologi atau dokter lain yang memiliki
kompetensi harus senantiasa siap untuk mengatasi setiap perubahan yang
timbul akibat tindakan pembiusan maupun akibat penyakit yang diderita atau
pasien dengan komorbiditi perlu koordinasi yang baik dalam
penanganannya. Seorang dokter anestesiologi atau dokter lain yang memiliki
kompetensi diperlukan untuk menjadi koordinator yang bertanggung jawab
secara keseluruhan mengenai semua aspek penanganan pasien, komunikasi
dengan pasien, keluarga dan dokter lain
30
4) Pada keadaan tertentu ketika segala upaya maksimal telah dilakukan tetapi
prognosis pasien sangat buruk, maka dokter spesialis anestesiologi atau
dokter lain yang memiliki kompetensi harus melakukan pembicaraan kasus
dengan dokter lain yang terkait untuk membuat keputusan penghentian
upaya terapi dengan mempertimbangkan manfaat bagi pasien, faktor
emosional keluarga pasien dan menjelaskannya kepada keluarga pasien
tentang sikap dan pilihan yang diambil.
5) Semua kegiatan dan tindakan harus dicatat dalam rekam medis.
6) Dokter spesialis anestesiologi atau dokter lain yang memiliki kompetensi
berperan dalam masalah etika untuk melakukan komunikasi dengan pasien
dan keluarganya dalam pertimbangan dan pengambilan keputusan tentang
pengobatan dan hak pasien untuk menentukan nasibnya terutama pada
kondisi akhir kehidupan.
31
3) Tidak dilakukan tindakan-tindakan luar biasa, pada pasien-pasien yang jika
diterapi hanya memperlambat waktu kematian dan bukan memperpanjang
kehidupan. Untuk pasien ini dapat dilakukan penghentian atau penundaan
bantuan hidup. Pasien yang masih sadar tapi tanpa harapan, hanya
dilakukan tindakan terapeutik/paliatif agar pasien merasa nyaman dan
bebas nyeri.
4) Semua bantuan hidup dihentikan pada pasien dengan kerusakan fungsi
batang otak yang ireversibel. Setelah kriteria Mati Batang Otak (MBO)
yang ada terpenuhi, pasien ditentukan meninggal dan disertifikasi MBO
serta semua terapi dihentikan.
5) Keputusan penentuan MBO dilakukan oleh 3 (tiga) dokter yaitu dokter
spesialis anestesiologi atau dokter lain yang memiliki kompetensi, dokter
spesialis saraf dan 1 (satu) dokter lain yang ditunjuk oleh komite medis
rumah sakit.
32
C. DOKUMENTASI
b. Evaluasi Pra-Anestesi
Ditujukan untuk mencari masalah yang ada pada pasien, serta menyusun
rencana anestesi yang sesuai dengan keadaan pasien.
Evaluasi meliputi:
1) Anamnesa dasar, meliputi riwayat anestesi dan komplikasinya, riwayat
alergi, dan obat obatan yang sedang dikonsumsi. Pengisian sesuai dengan
hasil anamnesa yang dilakukan pemeriksa terhadap pasien dan atau
keluarga pasien pada saar kunjungan pra anestesi.
(Gambar 2)
2) Vital Sign, meliputi berat badan, tinggi badan, tekanan darah, nadi,
frekuensi pernapasan, suhu tubuh, saturasi perifer, dan skor nyeri.
Pengisian sesuai dengan hasil pemeriksaan saat kunjungan pra anestesi.
(gambar 2)
33
Gambar 2. Kolom Anamnesa dan Vital Sign
3) Evaluasi akan tingkat
d. Evaluasi Pra-Induksi
Evaluasi Pra-Induksi, merupakan re-evaluasi pra-anestesi sesaat sebelum
melakukan induksi. Meliputi tanda vital (tekanan darah, nadi, frekuensi napas,
saturasi oksigen perifer dan suhu tubuh), kecukupan puasa, masalah saat
induksi, perubahan rencana anestesi, dan pemberian premedikasi yang telah
direncanakan. (Gambar 9)
1) Tanda vital diisi sesuai dengan hasil pemeriksaan yang didapatkan, bila
mana didapatkan kelainan maka dicantumkan dalam status, dan bila
mana kondisi tersebut tidak memungkinkan
36
untuk intuk induksi, maka disebutkan/ditulis pada “Sebutkan jika
ada.....................”
2) Kecukupan puasa diisi sesuai hasil interogasi terhadap
pasien/keluarga pasien.
3) Jika terdapat masalah pada saat induksi (berdasarkan hasil pemeriksaan),
beri tanda “check”, dan tuliskan pada baris yang
telah tersedia.
4) Jika terdapat perubahan teknik anestesi yang akan digunakan dan tidak
sesuai rencana, tuliskan pada baris yang tersedia “Perubahan rencana
Anestesi……….” dan lakukan informed
consent kembali kepada pasien dan keluarganya.
5) Pemberian premedikasi diisi oleh pihak yang memberikan premedikasi
dengan menuliskan nama agen yang diberikan, waktu, serta membubuhkan
tanda tangan dan nama terang.
Daftar Tilik Keselamatan Pasien, diisi dengan memberikan tanda “check” pada
kotak yang telah disediakan, jika point tersebut ada/sudah dikerjakan
f. Induksi
Kolom Induksi, meliputi teknik induksi, teknik intubasi, evaluasi jalan
napas, posisi pasien, dan ketersediaan IV line, NGT, tampon, CVC, maupun
arterial line. (Gambar 11)
1) Teknik induksi diisi sesuai dengan teknik yang digunakan. Titrasi
obat induksi, tahapan induksinya,
2) Evaluasi jalan napas, meliputi penilaian derajat dari laringoskopi, dan ETT
maupun LMA yang digunakan.Diisi sesuai dengan hasil pengamatan
pemeriksa, jika melakukan intubasi ataupun
pemasangan LMA.
3) Pengisian posisi pasien, IV line, NGT, tampon, CVC, maupun arterial line sesuai dengan yang
terpasang pada pasien.
37
Gambar 11. Kolom InduksiMonitoring Intra-Anestesi
38
Gambar 14. Kolom Intra Anestesi
9) Pada operasi yang berhubungan dengan Persalinan, maka bayi yang lahir
dicatat jam berapa, Apgar Score yang dinilai, Berat badan dan Tinggi
Badan setelah ditimbang dan diukur. (Gambar 15)
39
(tanda yang digunakan sama dengan tanda pada tabel monitoring
intra anestesi) sesuai dengan kondisi pasien.
2) Keterangan lain selama pulih sadar dapat dituliskan pada baris keterangan
Skor nyeri, bromage dan aldrette diisikan sesuai dengan hasil
pemeriksaan dengan tidak lupa mencantumkan waktu evaluasi.
Pesanan/tindakan di ruang pulih sadar diisi langsung setiap setelah
memberikan pesanan/melakukan tindakan dengan mencantumkan waktu,
pesanan/tindakan, dan tanda tangan pada kolom yang sesuai.
3) Ketika pasien akan dipindahkan dari ruang pulih sadar, cantumkan tempat
yang dituju, waktu, nama supervisor yang mengetahui, dan bubuhkan
tanda tangan supervisor yang menyetujui pemindahan pasien dari ruang
pulih sadar. (gambar 20)
40
2. Informed Consent
Pemberian inform consent didokumentasikan pada dokumen rekam medis
persetujuan tindakan pembiusan.
41
42
REFERENSI
1. Standards and Practice Parameters. Standards for basic anesthetic monitoring. Disetujui
oleh ASA House of Delegates; 2010.
2. Surgical Anesthesia. Guidelines for patient care in anesthesiology. Disetujui oleh ASA
House of Delegates; 2011.
3. Standars and Practice Parameters. Basic standards for anesthesia care. Disetujui oleh
ASA House of Delegates; 2010.
4. Standars and Practice Parameters. Standards for postanesthesia care. Disetujui oleh ASA
House of Delegates; 2009.
5. Hewer CL. The stages and signs of general anesthesia. BMJ. 2009; 2 : 274-6.
43