Anda di halaman 1dari 4

Nama : Mery Andani

Nim : 105731115718

Kelas : AK 18 D

ASET TETAP DAN SUMBER DAYA ALAM

Properti, pabrik, dan peralatan (atau aset tetap) merupakan aset berwujudtak lancar yang
digunakan dalam proses manufaktur, penjualan, atau jasa untuk menghasilkan pendapatan dan
arus kas selama lebih dari satuperiode. Oleh karena itu, aset ini memiliki periode manfaat
yangdiharapkan (masa manfaat) yang meliputi lebih dari satu periode. Aset inidiperoleh untuk
digunakan dalam aktivitas operasi dan bukan untuk dijualpada aktivitas usaha biasa.Nilai atau
potensi jasa yang dimiliki akan berkurang karena digunakan, dan aset ini biasanya merupakan
aset operasi yang terbesar. Properti terkait dengan biaya real Pabrik mengacu pada bangunan dan
struktur operasi dan peralatan mengacupada mesin yang digunakan dalam operasi. Properti,
pabrik, dan peralatandisebut juga aset produktif, aset modal, dan aset tetap.

ASSET TAK BERWUJUD


a. Akuntansi asset tak berwujud

Aset tak berwujud adalah hak, hak istimewa dan keuntungan kompetitif yang timbul dari
pemilikan suatu Aset yang berumur panjang, yang tidak memiliki wujud fisik tertentu. Bukti
pemilikan Aset tak berujud bisa berupa kontrak, lisensi atau dokumen lain.

Aset tak berwujud mempunyai karakteristik penting, yaitu :

1. Kurang memiliki eksistensi fisik, tidak seperti Aset berwujud seperti property, pabrik, dan
peralatan, Aset tak berwujud memperoleh nilai dari hak dan keistimewaan atau privilege yang
diberikan pada perusahaan yang menggunakannya.

2. Bukan merupakan instrument keuangan, Aset seperti deposito bank, piutang usaha, dan investasi
jangka panjang dalam obligasi serta saham tidak memiliki substansi fisik, tetapi tidak
diklasifikasikan sebagai Aset tak berwujud. Aset ini merupakan instrument keuangan dan
menghasilkan nilainya dari hak untuk menerima kas atau ekuivalen kas di masa depan.

3. Bersifat jangka panjang dan menjadi subjek amortisasi, Aset tak berwujud menyediakan jasa
selama periode bertahun tahun. Investasi dalam Aset ini biasanya dibebankan pada periode masa
mendatang melalui beban amortisasi periodik.

b. Analisis Asset Tak Berwujud

Analisis sering kali mencurigai aset tak berwujud saat menganalisis laporan keuangan. Banyak
analisis yang mengasosiasikan aset tak berwujud dengan risiko.Aset tak berwujud sering kali
merupakan salah satu aset berharga yang dimiliki perusahaan, dan sering kali terjadi kesalahan
penilaian yang serius. Analisis goodwill memperlihatkan beberapa kasus yang menarik. Oleh
karena itu goodwill dicatat hanya pada saat akuisasi, sebagian besar goodwill mungkin terdapat
pada neraca.Aset Tak Berwujud dan Kontinjensi yang Tak Tercatat Goodwill yang diciptakan
secara internal.

c. Goodwill

Menurut pandangan umumnya goodwill adalah jenis aset non riil perusahaan. Yang mana
peranannya sangat penting bagi neraca keuangan usaha. Goodwill sendiri merupakan aset
perusahaan yang tidak berwujud. Sehingga kesulitan kalkulasinya ialah tidak bisa diukur secara
tepat dan rill.

Sekalipun demikian aset goodwill tetap bermanfaat bagi perusahaan. Tentunya manfaat yang
dimaksud juga tidak berwujud. Tidak sama dengan aset harta seperti perusahaan, mesin
operasional dan selainnya. Manfaat yang dimaksud salah satunya adalah nama besar perusahaan
semakin mentereng. Selain itu, penjualan produk juga lebih strategis dan menguntungkan.

Sedangkan pengertian goodwill secara khusus adalah aset di dalam neraca keuangan perusahaan
yang diklasifikasikan ke dalam aset tak berwujud. Yang mana aset ini akan muncul jika terjadi
akuisasi satu perusahaan terhadap perusahaan lain.

Manfaat Goodwill
1. Untuk Mendapatkan Penghasilan dari Penjualan Produk Milik Perusahaan

2. Untuk Mendapatkan Penghasilan dari Penyewaan

3. Untuk Mempercepat Layanan Pelanggan

4. Menurunkan Jumlah Tenaga Kerja Perusahaan

5. Mendapatkan Lisensi Perusahaan yang Baru

REVALUASI ASSET BERDASARKAN IFRS


Dukung Kebijakan Pemerintah terkait Revaluasi Dewan Standar Akuntansi Keuangan
(DSAK) Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah mengeluarkan PSAK 16: Aset Tetap sejak
proses konvergensi IFRS (International Financial Reporting Standars) tahap I pada 2012 lalu,
sebagai panduan bagi entitas yang ingin melakukan revaluasi aset di Indonesia. Namun ada
keengganan dari entitas untuk merevaluasi aset secara akuntansi karena khawatir harus
membayar mahal biaya penilai publik atau takut implikasi pajaknya. Pemerintah melalui
PMK 191/PMK.010/2015 tentang Penilaian Kembali Aktiva Tetap untuk Tujuan Perpajakan
bagi Permohonan yang Diajukan Pada Tahun 2015 dan Tahun 2016, memberikan keringanan
tarif pajak bagi perusahaan yang melakukan revaluasi aset pada tahun 2015 dan 2016. Khusus
untuk tahun 2015 dan 2016, wajib pajak (WP) dapat menikmati tarif khusus 3% jika WP telah
memperoleh penetapan penilaian kembali aktiva tetap dan melunasi pajaknya sampai 31
Desember 2015, 4% untuk pelunasan dari 1 Januari sampai 30 Juni 2016, dan 6% untuk
pelunasan hingga 31 Desember 2016.

Anda mungkin juga menyukai