Anda di halaman 1dari 2

PITIRIASIS ROSEA

Patofisiologi
Kriteria Diagnosa
Gejala konstitusi pada umumnya tidak terdapat. Pada sebagian kecil pasien dapat
terjadi gejala menyerupai flu termasuk malaise, nyeri kepala, nausea, hilang nafsu makan,
demam dan artralgia. Sebagian penderita mengeluh gatal ringan. Pitiriasis berarti skuama
halus. Penyakit dimulai dengan lesi pertama (herald patach), umumnya di badan, soliter,
berbentuk oval dan anular, diameternya kira-kira 3 cm. Ruam terdiri atas eritema dan skuama
halus di pinggir. Lamanya beberapa hari hingga beberapa minggu.
Lesi berikutnya timbul 4-10 hari setelah lesi pertama, memberi gambaran yang khas,
sama dengan lesi pertama hanya lebih kecil, susunannya sejajar dengan kosta, sehinga
menyerupai pohon cemara terbalik. Lesi tersebut timbul serentak atau dalam beberapa hari.
Tempat predileksi pada batang tubuh, lengan atas bagian proksimal dan tungkai atas,
sehingga menyerupai pakaian renang perempuan zaman dulu.
Kecuali bentuk yang lazim berupa eritroskuama, pitiraisis rosea juga dapat berbentuk
urtika, vesikel dan papul, yang lebih sering terdapat pada anak-anak.
Lesi oral jarang terjadi. Dapat terjadi enantema dengan macula dan plak hemoragik,
bula pada lidah dan pipi, atau lesi mirip ulkus aftosa. Lesi akan sembuh bersamaan dengan
penyembuhan lesi kulit.
Kriteria Diagnosis menurut Mahajan et, al:

Terapi
Pengobatan bersifat simtomatik, untuk gatalnya dapat diberikan sedativa, sedangkan
sebagai obat topikal dapat diberikan bedak asam salisilat yang dibubuhi mentol ½ - 1%.
Bila terdapat gejala menyerupai flu dan/atau kelainan kulit luas, dapat diberikan
asiklofir 5 x 800mg per hari selama 1 minggu. Pengobatan ini dapat mempercepat
penyembuhan.
Pada kelainan kulit luas dapat diberikan terapi sinar UVB. UVB dapat mempercepat
penyembuhan karena menghambat fungsi sel Langerhans sebagai penyaji antigen. Pemberian
harus hati-hati karena UVB meningkatkan resiko terjadi hiperpigmentasi pasca-inflamasi.

DAFTAR PUSTAKA

Menaidi, Bramono and Indriatmi. 2016. Pytiriasis Rosea. Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin
edisi ke7, Badan Penerbit FKUI: Jakarta, p.225
Mahjan, Relvan A, Relvan V, and Garg. 2016. Pityriasis Rosea: An Update on
Etiopathogenesis and Management of Dificult Aspects. Indian Journal of Dermatology 61(4),
Wolters Kluwer, p. 379

Anda mungkin juga menyukai