Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK


DENGAN NEUROBLASTOMA
Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak II
Dosen Pengampu : Kustiningsih, M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 3 :

1. Suqra Ni’matul Maghfirah 1810201207


2. Amalia Wardani 1810201209
3. Hernawati Muis 1810201212
4. Wahyu Wijanarko 1810201228
5. Amalia Salsabila 1810201224
6. Hendra Dinata 1810201233

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala atas segala nikmat, karunia,
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Asuhan
Keperawatan anak dengan Neuroblastoma”. Makalah keperawatan ini disusun
dalam rangka pemenuhan tugas mata kuliah Keperawatan anak II.

Sehubungan dengan tersusunnya makalah keperawatan ini, kami dapatkan


bantuan dari bebagai pihak, baik berupa motivasi maupun material, oleh karena
itu kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah keperawatan ini dapat
menambah pengetahuan bagi pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini agar kedepannya dapat lebih baik.

Dalam penyusunan makalah keperawatan ini, kami menyadari bahwa


banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan
demi menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat,
khusunya bagi kami pembaca dan semua pihak.

Yogyakarta, 15 Mei 2019

Penulis

ii
DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN SAMPUL..................................................................................... i
KATA PENGANTAR .....................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULAN
A.. Latar Belakang......................................................................................1
B...Rumusan Masalah ................................................................................2
C...Tujuan .................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Defenisi ................................................................................................3
B. Etiologi ................................................................................................3
C. Patofisiologi ........................................................................................4
D. Klasifikasi ...........................................................................................5
E. Manifestasi Klinik ...............................................................................6
F. Pemeriksaan Penunjang........................................................................7
G. Penatalaksanaan ..................................................................................8
H. Komplikasi ..........................................................................................11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkaijan ...........................................................................................12
B. Diagnosa Keperawatan .......................................................................13
C. Intervensi .............................................................................................15
D. Implementasi .......................................................................................23
E. Evaluasi ...............................................................................................23
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................24
B. Saran ...................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker merupakan salah satu jenis penyakit yang menyebabkan
kematian. Kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga
menyerang anak-anak. Menurut Union for International Cancer Control
(UICC) (2012) jumlah penderita kanker anak setiap tahunnya sekitar 176.000
dan sebagian besar berasal dari negara dengan penghasilan rendah dan
menengah.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 yang
dikeluarkan Kementerian Kesehatan jumlah kasus kanker di Indonesia
berjumlah 1,4% per mil, jumlah kanker tertinggi di Provinsi DI Yogyakarta
sekitar 4,1% kasus, diikuti Jawa Tengah 2,1% kasus, Bali 2%, Bengkulu dan
DKI Jakarta masing-masingnya 1,9% per mil (Departemen Kesehatan, 2015).
Kasus kanker pada anak usia dibawah satu tahun berjumlah 0,3 kasus per
1000 penduduk, usia satu sampai empat tahun sejumlah 0,1 kasus per 1000
penduduk, usia lima sampai empat belas tahun berjumlah 0,1 kasus per 1000
penduduk, dan usia lima belas tahun sampai usia delapan belas tahun
berjumlah 0,3 kasus per 1000 penduduk (Departemen Kesehatan, 2015).
Secara umum kanker yang menyerang anak-anak meliputi kanker darah
(leukemia), kanker retina mata (retinoblastoma), kanker otak, kanker kelenjar
getah bening (limfoma), kanker saraf (neuroblastoma), kanker ginjal (tumor
Wilms), kanker otot lurik (rabdomiosarkoma), dan kanker tulang
(osteosarkoma) (Yogasmara, 2010).
Neuroblastoma memiliki gambaran klinis dan perjalanan penyakit yang
beragam tergantung pada usia, lokasi tumor primer, dan penyebaran tumor.
Outcome pada bayi pada umumnya baik, tumor akan mengalami regresi
spontan. Sebaliknya, pada anak yang lebih besar memiliki respons yang tidak
bisa diduga (perburukan atau kambuh setelah remisi). Sebagian besar anak
berusia lebih dari satu tahun dengan neuroblastoma stadium lanjut dan
meninggal karena perburukan perjalanan penyakitnya meskipun telah
mendapat berbagai terapi intensif. Jumlah pasien neuroblastoma diperkirakan

1
8%-10% dari semua tumor padat pada anak. Usia, stadium penyakit, dan
berbagai defek molekular pada sel tumor merupakan faktor prognostik penting
dan digunakan dalam menentukan rencana terapi. Kemajuan di bidang genetik
molekular, megaterapi dengan sel induk, dan target therapy telah
meningkatkan angka kesintasan penyakit neuroblastoma di negara maju. Data
mengenai outcome neuroblastoma anak di negara berkembang belum banyak
dilaporkan, padahal jumlah pasien yang cukup besar.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana defenisi neuroblastoma pada anak?
2. Bagaimana etiologi neuroblastoma pada anak?
3. Bagaimana patofisiologi neuroblastoma pada anak?
4. Apa saja klasifikasi neuroblastoma pada anak ?
5. Apa saja manifestasi klinik neuroblastoma pada anak?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang neuroblastoma pada anak?
7. Bagaimana penatalaksanaan neuroblastoma pada anak?
8. Apa saja komplikasi yang muncul pada anak dengan neuroblastoma ?
9. Bagiamana asuhan keperawatan pada anak dengan neuroblastoma?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi neuroblastoma pada anak.
2. Untuk mengetahui etiologi neuroblastoma pada anak.
3. Untuk mengetahui patofisiologi neuroblastoma pada anak.
4. Untuk mengetahui saja klasifikasi neuroblastoma pada anak.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinik neuroblastoma pada anak.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang neuroblastoma pada anak.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan neuroblastoma pada anak.
8. Untuk mengetahui komplikasi yang muncul pada anak dengan
neuroblastoma.
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan neuroblastoma`

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Neuroblastoma merupakan neoplasma dari sel embrional neural dan salah
satu tumor padat tersering pada anak. Paling sering neuroblastoma berasal
dari kelenjar supra renal, tetapi dapat juga dijumpai di sepanjang jalur syaraf
simpatis (Mulatsih & Diba 2009). Neuroblastoma adalah tumor neuroblastik
dari sel neural crest primordial yang terdapat disepanjang sistem saraf
simpatis. (Cristol, 2015). Neuroblastoma adalah kanker padat ekstrakranial
yang paling umum pada anak-anak (Armideo, et al. 2017)
B. Etiologi
Kebanyakan etiologi dari neuroblastoma adalah tidak diketahui. Hal ini
dianggap sebagai kegagalan neuroblasts untuk dewasa. Penyakit ini sporadis,
mungkin hasil dari perubahan gen yang tidak diketahui.
Faktor resiko yang berpengaruh terhadap kemunculan dari neuroblastoma
adalah sebagai berikut:
1. Rehediter
Sekitar 1% sampai 2% dari semua kasus neuroblastoma, anak mungkin
telah mewarisi peningkatan risiko terjadinya neuroblastoma. Namun
mayoritas dari neuroblastoma tampaknya tidak diwariskan. Anak-anak
dengan riwayat keluarga neuroblastoma (mereka yang memiliki
kecenderungan diwariskan kanker ini) biasanya dari keluarga dengan
riwayat satu atau lebih anggota keluarga yang menderita neuroblastoma.
Ada laporan yang menyebutkan bahwa timbulnya neuroblastoma infantile
(pada anak-anak) berkaitan dengan orang tua atau selama hamil terpapar
obat-obatan atau zat kimia tertentu seperti hidantoin, etanol, dll (Cristol,
2015).
2. Kelainan genetik
Kemungkinan ini diperkuat dengan ditemukannya sel-sel tumor pada jenis
genetik tertentu. Kanker Neuroblastoma dimulai ketika dengan mutasi
genetik pada jenis sel normal yang terus tumbuh. Sel kanker tersebut pada
akhirnya terus tumbuh dan membentuk tumor. Neuroblastoma bisa terjadi

3
saat neuroblast pada janin yang normal gagal membentuk saraf dewasa
atau yang disebut juga dengan sel medula adrenal. Kebanyakan dari
neuroblasts matang di kala kelahiran dan sejumlah kecil dari mereka tidak
ditemukan pada bayi yang baru lahir. Dari beberapa kasus, Neuroblastoma
tersebut tumbuh lalu menghilang namun  ada pula yang menjadi
Neuroblastoma atau tumor ganas. Bagi anak-anak yang memiliki riwayat
Neuroblastoma pada salah satu anggota keluarganya, ada kemungkinan dia
akan menderita penyakit yang sama.
C. Patofisiologi
 Neuroblastoma adalah tumor ekstrakranial yang sering ditemukan pada
bayi yang berasal dari neuroblast yaitu sel pluripoten saraf dan bermigrasi
sepanjang perkembangan saraf membentuk pleksus simpatikus, membentuk
sel ganglion dan ke kelenjar adrenal membentuk medula. Pola distribusi sel
ini berkaitan dengan presentasi dari tumor primernya (Lacanayo, 2015 dalam
Priyadi, 2015). Tumor dapat berkembang di rongga abdomen (60% adrenal
dan 2% paraspinal ganglia) atau tempat yang lain (1% toraks, 5% pelvis, 3%
leher dan 12% tempat yang lain). Pada bayi sering ditemukan di thoraks dan
servikal, sedangkan pada anak yang lebih tua lebih sering di rongga abdomen
(Lacanayo, 2015 dalam Priyadi, 2015).
 Neuroblastoma timbul dari primordial sel neural, yang bermigrasi
selama embryogenesis untuk membentuk medula adrenal dan ganglia
simpatis. Hal ini menyebabkan neuroblastoma terjadi di medula adrenal atau
di sepanjang ganglia simpatis, terutama di retroperitoneum dan mediastinum
posterior.
Glandula adrenal berkembang dari dua sel yang asalnya berbeda. Kortek
adrenal dibentuk dari sel yang berasal dari mesoderm sedangkan medula
adrenal berkembang dari sel neural crest. Sel neural crest dibentuk dari
migrasi ventrolateral dari sel neuro-ectodermal yang berasal dari tabung saraf
sekitar minggu ke 3 perkembangan. Sel neural crest ini dibagi menjadi 2
kelompok sel yang membentuk ganglia sensoris dari kranial dan saraf tulang
belakang serta migrasi ke berbagai posisi lain dalam tubuh untuk
menimbulkan melanosit dan ganglia simpatik. Kortek adrenal dibentuk

4
pertama, biasanya selama minggu ke 6 perkembangan. Minggu ke 7 sel
neural crest dari ganglia simpatik bermigrasi membentuk massa pada sisi
medial dari perkembangan kortek. Selama Gambaran tempat munculnya
neuroblastoma yaitu sepanjang gangia simpatis dan glandula adrenal
(PubMed, 2015 dalam Priyadi, 2015) beberapa bulan berikutnya sampai
kelahiran janin, korteks akan tumbuh dan berdiferensiasi mengelilingi sekitar
massa sel puncak saraf. Ketika mereka dikelilingi, sel-sel diferensiasi ke
dalam sel-sel sekretori dari medula adrenal. Pada sekitar usia 1 tahun akhir
dari pembentukan glandula adrenal menunjukkan 3 lapisan korteks adrenal
mengelilingi sel matur dari medulla adrenal.
Pada awalnya sel saraf dan sel medulla dari bagian adrenal dibentuk dari
neuroblas pada fetus. Neuroblastoma terbentuk ketika neuroblas fetus gagal
untuk menjadi sel saraf matur atau sel adrenal dan malah semakin tumbuh
dan berkembang. Neuroblas tidak secara langsung matur secara lengkap saat
bayi lahir, berdasarkan studi diketahui bahwa terdapat kumpulan kecil dari
neuroblas pada daerah kelenjar adrenal pada bayi < 3 tahun.
Sebagian besar sel ini akan membentuk sel saraf atau malah akan
mengalami apoptosis dan tidak membentuk neuroblastoma. Sel neuroblas
yang tersisa dapat tumbuh menjadi sel kanker.Kegagalan neuroblas untuk
matur dan berhenti untuk tumbuh disebabkan abnormalitas DNA, yang dapat
memicu onkogen dan menekan tumor suppressor (Cristol, 2015).
D. Klasifikasi
1. Stadium 1: Tumor terlokalisasi dengan eksisi luas lengkap, dengan atau
tanpa adanya penyakit residual secara mikroskopis; tiadak ada pembesaran
kelenjar getah kontralateral terhadap tumor secara mikroskopis (mungkin
didapatkan pembesaran kelenjar getah bening yang melekat pada tumor
primer dan diambil secara bersama)
2. Stadium 2A: Tumor terlokalisasi dengan eksisi luas tidak lengkap; tidak
ada pembesaran kelenjar getah bening yang ipsilateral dan tidak melekat
pada tumor secara mikroskopis
3. Stadium 2B: Tumor terlokalisasi dengan eksisi luas lengkap atau tidak
lengkap, didapatkan pembesaran kelenjar getah bening ipsilateral dan tidak

5
kmelekat pada tumor. Pembesaran kelenjar getah bening kontralateral
harus tidak didapatkan secara mikroskopis
4. Stadium 3: Tumor unilateral yang tidak dapat dioperasi dan terjadi
inflitrasi melewati garis tengah, dengan atau tanpa pembesaran kelenjar
getah bening regional atau tumor terlokalisasi unilateral dengan
pembesaran kelenjar getah bening kontralateral regional; atau tumor garis
tengah dengan ekstensi bilateral dengan infiltrasi yang tidak dapat
dioperasi atau dengan pembesaran kelenjar getah bening.
5. Stadium 4: Setiap tumor primer dengan penyebaran jauh ke kelenjar getah
bening, tulang, sumsum tulang, hati, kulit dan / atau organ lain (kecuali
sebagaimana didefinisikan dalam Stadium 4S)
6. Stadium 4S: Tumor primer terlokalisasi (sebagaimana didefinisikan dalam
Stadium 1, 2A, 2B) dengan penyebaran terbatas pada kulit, hati, dan / atau
sumsum tulang (terbatas pada usia bayi <1 tahun) (Chaturvedi, et al.
2018).
E. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala neuroblastoma dapat sangat bervariasi. Hal ini
bergantung pada besarnya ukuran tumor, dimana lokasi tumor berada,
seberapa jauh tumor telah menyebar, dan jika primer:
Lokasi tumor tersebut mensekresikan hormon. Tanda dan gejala yang
disebabkan tumor
1. Tumor pada abdomen atau pelvis
Salah satu tanda yang paling banyak terjadi pada tumor yang berada di
abdomen adalah adanya pembengkakan atau pembesaran bagian abdomen.
Anak-anak tertentu akan mengalami penurunan nafsu makan, rasa penuh
di perut, maupun nyeri perut. Namun, sering kali tidak ditemukan adanya
nyeri tekan. Adanya tumor pada abdomen ini dapat menyebabkan
terganggunya aliran balik vena maupun limfonodi. Hal ini akan
menyebabkan munculnya oedem pada ekstremitas bawah dan pada anak
laki-laki oedem pada scrotum. Selanjutnya penekanan tumor abdomen
pada vesika urinaria dapat menimbulkan gangguan berkemih dan
gangguan pada peristaltik usus.

6
2. Tumor pada thoraks dan leher
Lokasi tumor pada thoraks atau leher terlihat sebagai suatu benda yang
keras dan tidak nyeri saat ditekan. Tumor yang berada pada bagian thoraks
dapat menekan vena cava superior yang menyebabkan adanya
pembengkakan pada bagian wajah, leher, lengan, dan thoraks bagian atas
dan hal ini disertai dengan kemerahan pada kulit wajah. Hal ini juga dapat
menyebabkan nyeri kepala, pusing, dan perubahan kesadaran. Tumor juga
dapat menekan tenggorokan dan esophagus. Hal ini akan menyebabkan
batuk, kesulitan bernapas, dan kesulitan menelan.
Tanda gelaja yang disebabkan karena penyebaran tumor pada bagian tubuh
lainnya. Tanda yang dapat ditemukan adalah:
1. Pada saat diagnosis neuroblastoma ditegakkan biasanya tumor sudah
menyebar kira-kira pada 2 hingga 3 limfonodi. Hal ini ditandai dengan
adanya pembengkaran limfonodi yang teraba sebagai masa dibawa kulit.
Biasanya hal ini ditemukan pada leher, dada, di lipat lengan, dan lipat
paha.
2. Neuroblastoma yang menyebar pada tulang pada menimbulkan rasa nyeri
pada tulang hingga anak sering kali tidak dapat berjalan. Selain itu apabila
tumor menyebar pada vertebra dan menekan spinal cord akan
menimbulkan kelemahan otot, rasa baal, hingga paralisis.
3. Tumor yang menyerang sumsum tulang (bone marrow) dapat
menyebabkan penderita mengalami penurunan jumlah baik eritrosit,
leukosit, maupun trombosit. Hal ini akan menimbulkan gejala klinis
seperti kelemahan, perdarahan, dan infeksi.
4. Tumor yang menyebar ke hepar. Tumor akan menyebabkan hepar menjadi
sangat membesar dan teraba sebagai suatu massa pada abdomen dextra.
Terkadang tumor ini cukup besar sehingga mendesak pulmo dan
menyebabkan kesulitan bernapas pada penderita.
5. Tumor yang menyebar pada kulit akan ditandai dengan adanya masa
berwarna biru ungu yang akan tampak seperti buah blueberry.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah

7
Pada pemeriksaan darah dapat ditemukan adanya penurunan jumlah sel-sel
darah.
Pemeriksaan ini dapat dilengkapi dengan pemeriksaan apusan darah tepi.
2. Pemeriksaan radiologi:
a. Rontgen: Pemeriksaan ini dapat melihat perkiraan lokasi tumor dan
juga melihat adanya penyebaran tumor pada tulang. Namun
pemeriksaan ini tidak dapat menentukan secara detail letak tumor dan
penyebarannya secara pasti. Hal ini selanjutnya akan di konfirmasi
dengan pemeriksaan lainnya.
b. Ultrasound  (USG): Pemeriksaan ini biasa dikerjakan pertama kali
karena cepat dan mudah terutama untuk melihat posisi tumor pada
abdomen.
c. Computed Tomography: Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat
letak tumor pada abdomen, thoraks, dan pelvis.
d. Magnetic Resonance Imajing  (MRI): Pemeriksaan ini akan
memberikan informasi mengenai detail jaringan lunak pada tubuh.
Pemeriksaan MRI ini terutama dilakukan apabila terdapat kecurigaan
adanya tumor pada spinal cord  dan otak.
3. Biopsy: pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat adanya sel-sel ganas dan
juga menentukan seberapa cepat pertumbuhan tumor dan dapat menjadi
penentu dalam staging dari neuroblastoma
a. Incisional (open or surgical) biopsy
b. Needle (closed) biopsy (Anonim, 2017)
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan neuroblastoma pada anak tidak hanya berdasarkan dari
stadium tetapi juga berdasar pembagian risiko sesuai klinis dan variabel
biologi. Faktor biologi yang berpengaruh saat ini adalah status N-myc, ploidy
(untuk infants), klasifikasi histopatologi.
1. Kelompok usia rendah
a. Stadium 1 ( localized resectable neuroblastoma)
b. Stadium 2 < 1 tahun
c. Stadium 4S

8
Kemoterapi adjuvant biasanya tidak diperlukan untuk kelompok pasien ini
kecuali pada kasus penyakit stadium 4S yang mengancam kehidupan
Pengobatan :
a. Semua Pasien INSS Stadium 1:
Pembedahan tumor primer dengan observasi kekambuhan penyakit. 
Event free survival (EFS) 3 tahun sebanyak 94%, overall survival
(OS) 99%.
b. Semua pasien dengan INSS stadium 2A, stadium 2B tanpa amplifikasi
MYCN:
1) Pembedahan tumor primer tanpa kerusakan organ vital. Observasi
setelah pembedahan hanya didapatkan pasien dengan > 50%
reseksi tumor primer.
2) Untuk pasien < 50%: kemoterapi 4 siklus dengan dosis sedang
menggunakan carboplantin, etoposide, cyclophosphamide, dan
doxorubicin
c. Pasien dengan INSS penyakit stadium 4S:
1) Mayoritas pasien dengan INSS stadium 4S masuk kelompok risiko
rendah dengan EFS 86% dan OS 92%. Mayoritas tumor 4S akan
regresi spontan, meskipun pasien kurang dari 2 bulan mempunyai
insidensi tinggi gagal nafas dan disfungsi hati oleh karena infiltrasi
diffuse tumor ke hati.
2) Tidak ada komplikasi yang mengancam jiwa, tidak ada indikasi
pengobatan.
3) Reseksi bedah dari tumor primer biasanya tidak diperlukan,
meskipun biopsi lokasi primer atau lokasi metastasis dibutuhkan
untuk kepastian karakteristik biologik.
4) Kemoterapi dimanfaatkan pada pasien dengan komplikasi yang
mengancam kehidupan seperti gangguan pernafasan dan disfungsi
hati berat.Penelitian menunjukkan bahwa secara singkat
ciclophosphamide oral dosis rendah (5mg/kg/hari selama 5 hari
setiap 2-3 minggu) atau sampai 4 siklus untik kemoterapi risiko
sedang sering menginduksi remisi. Kemoterapi harus dihentikan

9
jika didapatkan hasil remisi sebelum mencapai 4 siklus kemoterapi.
Radioterapi dosis rendah dapat juga dimanfaatkan. Pasien stadium
4 S dengan biologik tidak baik jarang menjadi calon untuk
perawatan yang lebih intensif.
2. Kelompok resiko sedang
a. Stadium penyakit 3/4/4S , umur < 1 tahun dan gambaran histologi baik
b. Stadium 3, lebih dari 1 tahun dengan non-N-myc dan gambaran
histologi baik.
Empat agen kemoterapi (Cyclophosphamide, doxorubicin, Carboplatin,
Etoposide) diberikan 4 atau 8 siklus berdasarkan gambaran histologi.
Pembedahan dilakukan setelah kemoterapi. Jika penyakit timbul kembali,
radioterapi dapat dipertimbangkan.
Pengobatan :
Pembedahan diindikasikan seperti yang dijelaskan dibawah modalitas
pengobatan umum sebelumnya. Berdasarkan tahap klinis INSS, umur, dan
biologis meliputi N-myc, histopatologi, dan ploidi, telah mengembangkan
rejimen kemoterapi yang dirancang untuk memelihara atau meningkatkan
kelangsungan hidup untuk meminimalkan morbiditas akut dan jangka
panjang. Rejimen ini menggunakan empat agen yang paling aktif dalam
neuroblastoma (carboplatin, etoposid, siklofosfamid, dan doxorubicin).
Pasien dengan neuroblastoma berisiko sedang dan biologi yang
menguntungkan mendapatkan satu saja dari empat siklus kemoterapi, dan
pasien dengan biologi tidak menguntungkan mendapatkan dua program
(delapan siklus). Masing-masing siklus diberikan setiap 3 minggu.
3. Kelompok resiko tinggi
a. Penyakit stadium 2A/2B, umur > 1 tahun dan mempunyai amplifikasi
N-myc, gambaran histologi tidak baik.
b. Stadium 3/4/4S ,umur < 1 tahun dan amplifikasi N-myc
c. Stadium 3 pada anak > 1 tahun dengan amplifikasi N-myc atau  non N-
myc amplified  dan gambaran histologi yang tidak baik.
d. Stadium 4 pada anak > 1 tahun

10
Induksi kemoterapi multiagen untuk remisi tumor, dan meningkatkan
kemungkinan reseksi. Jika respon buruk, kemoterapi lini kedua
digunakan.
Pengobatan :
Pembedahan diindikasikan dilakukan dibawah modalitas pengobatan,
dengan probabilitas ketahanan hidup jangka panjang kelompok pasien
kurang dari 15%. Secara keseluruh angka ketahanan hidup ditingkatkan
menjadi 43-50% dengan penatalaksanaan yang komprehensif:
a. Induksi kemoterapi
Neuroblastoma sensitif terhadap kemoterapi, tujuan induksi terapi
adalah untuk mereduksi secara maksimal pada tumor primer dan lokasi
metastasis. Durasi induksi terapi pada masing- masing protokol kira-
kira 4-5 bulan.
b. Terapi konsolidasi dosis tinggi dengan stem sel autolog
Fase terapi berikutnya adalah konsolidasi. Tujuannya untuk
menghilangkan setiap tumor yang tersiasa dengan agen sitotoksik
myeloablative dan penyelamatan sel induk. 3 tahun survival rate pada
pasien yang diberikan rejimen myeloablative diikuti oleh penyelamatan
stem sel jauh lebih unggul (38-50%) dengan kemoterapi saja (15%).
Hal ini terutama berlaku untuk pasien berisiko sangat tinggi seperti usia
lebih dari 1 tahun dan amplifikasi N-myc penyakit metastasis.
c. Terapi untuk penyakit residual minimal:
1) Radiasi untuk lokasi tumor
2) Agen nonsitotoksik
H. Komplikasi
Komplikasi dari neuroblastoma yaitu adanya metastase tumor yang relatif
dini ke berbagai organ secara limfogen melalui kelenjar limfe maupun secara
hematogen ke sum-sum tulang, hati, otak, paru, dan lain-lain. Metastasis
tulang umumnya ke tulang cranial atau tulang panjang ekstremitas. Hal ini
sering menimbulkan nyeri ekstremitas, artralgia, pincang pada anak.
Metastase ke sum-sum tulang menyebabkan anemia, hemoragi, dan
trombositopenia (Willie, 2008 dalam Priyadi, 2015).

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a Data demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama,
umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis
kelamin, status perkawinan, dan penanggung biaya.
b Keluhan utama
Pasien yang datang ke Rumah Sakit biasanya mengeluh dengan
adanya gejala-gejala awal yang terjadi seperti perut membesar, perut
terasa penuh, dan nyeri perut. Bisa juga pasien datang ke Rumah Sakit
karena tumor yang sudah menyebar di beberapa bagian tubuh seperti
jika tumor sudah menyebar pada tulang. Pasien akan mengalami nyeri
tulang. Jika tumor telah menyebar ke bagian sumsum tulang akan
terjadi anemia dan memar. Jika telah menyebar di bagian kulit akan
terjadi benjolan pada kulit. Yang lebih parahnya jika tumor telah
menyebar ke daerah paru-paru akan terjadi gangguan pernapasan.
c Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah dirawat di Rumah Sakit selama beberapa hari
karena terjadi pendarahan dan wajah tampak pucat. Pendarahan yang
ditandai dengan terjadinya patachiae.
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke Rumah Sakit dengan mengeluh demam tinggi
dengan didukung wajah yang pucat. Keluarnya banyak keringat juga
dialami oleh pasien. Pasien sel alu mengeluh nyeri yang ditandai
dengan anak selalu rewel. Namun keluarga pasien dan pasien tidak
tahu apa yang terjadi dalam tubuhnya, seberapa parah tumor itu telah
menyebar.
3. Pemeriksaan fisik
Catat perkembangan leher dan wajah, memar diatas mata, atau
edema disekitar mata (metastasisi tulang tengkorak). Inspeksi kulit

12
terhadap palor atau memar (metastasis sumsum tulang) dan dokumentasi
bentuk atau kesulitan bernapas. Auskultasi paru untuk memeriksa mengi.
Palpasi adanya limfadenopati, khususnya servikal. Palpasi abdomen, catat
masa yang kukuh dan tidak lunak. Palpasi dn catat hepatomegali atau
spkenomegali jika ada (Kyle T & Carman S. 2014).
Pemeriksaan fisik berdasarkan Review of System :
a. B1 (Breath) : Sesak napas.
b. B2 (Blood) : Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah
meningkat, perdarahan di bawah kulit, pucat.
c. B3 (Brain) : nyeri
d. B4 (Bladder) : retensi urin
e. B5 (Bowel) : pembesaran perut, mual
f. B6 (Bone) : Rasa tidak enak badan (malaise), pembengkakan
ada kaki, pergelangan kaki atau skrotum, lelah. Terjadinya ptachiae.
4. Pemeriksaan laboratorium dan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik dapat menunjukan hal
berikut ini :
a. CT scan atau MRI untuk menetukan lokasi tumor dan metastasis
b. Radiografi dada, pemindaian tulang, dan suvei skeletal untuk
mengidentifikasi metastasis
c. Aspirasi dan biopsi sumsum tulang untuk menentukan metastasis
kesumsum tulang.
d. Pengumpulan urine 24 jam untuk mengetahui asam homovailat
(homovanillic acid, HVA) dan asam vanililmandelat
(vanillymandelic acid, VMA); kadar akan meningkat (Kyle T &
Carman S. 2014).
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada anak dengan neuroblastoma
menurut Suriadi & Yuliani R (2010) adalah sebagai berikut :
1. Risiko injury berhubungan dengan proses mengganasnya tumor,
proliferasi sel, dan dampak pengobatan
2. Risiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh

13
3. Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
4. Ketidakefektifan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian kemoterapi,
atau radioterapi
6. Nyeri berhubungan dengan dilakukannya pereriksaan diagnostik, efek
fisiologi dan neplasma

14
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Keperawatan Intervensi Keperawatan Rasional
No
Keperawatan

1 Risiko injury NOC : Risk Kontrol NIC:Environment 1. Perasaan nyaman yang


berhubungan dengan Management dirasakan
proses Outcome Dipertahanka Ditingkatkan (Manajemen lingkungan) 2. Kebutuhan keamanan
n 1. Sediakan
mengganasnya pasien terpenuhi
Mengidentifikasi lingkungan yang aman
tumor, proliferasi untuk pasien 3. Terbebas dari bahaya
faktor risiko
sel, dan dampak Menggunakan 2. Identifikasi 4. Pemberian pengaman
pengobatan cara/metode untuk kebutuhan keamanan tempat tidur
mencegah pasien, sesuai dengan 5. Memperoleh keyamanan
injury/cedera kondisi fisik dan fungsi dan kebersihan terjamin
Mengenali factor kognitif pasien dan 6. Penerangan cukup
risiko dari riwayat penyakit
7. Mendapat dukungan
lingkungan/perilak terdahulu pasien
3. Menghindarkan dari keluarga
u personal
lingkungan yang 8. Keluarga mengetahui
Memodifikasi gaya
hidup berbahaya (misalnya kondisi yang dialami
untukmencegah memindahkan pasien
injury perabotan)
menggunakan 4. Memasang side rail
fasilitas kesehatan tempat tidur
yang ada 5. Menyediakan
Mengenali tempat tidur yang
perubahan status nyaman dan bersih
kesehatan 6. Memberikan
penerangan yang cukup
7. Menganjurkan

15
Skala Penilaian NOC : keluarga untuk
menemani pasien.
1. Tidak pernah menunjukan 8. Berikan penjelasan
2. Jarang menunjukan pada pasien dan keluarga
3. Kadang-kadang menunjukan atau pengunjung adanya
4. Sedang menunjukan perubahan status kesehatan
5. Secara konsisten menunjukan dan penyebab penyakit.
2 Risiko infeksi NOC: Keparahan Infeksi NIC: Kontrol Infeksi
berhubungan dengan Outcome Dipertahankan Ditingkatkan 1. Pantau hasil 1. Mengetahui infeksi
menurunnya sistem Demam laboratorium (hitung yang terjadi di dalam
pertahanan tubuh Malaise darah lengkap, hitung tubuh
Peningkatan granulosit, absolute,
2. Memutus rantai infeksi
leukosit hitung jenis, protein
serum, albumin) 3. Antibiotik mematikan
Menggigil
2. Ajarkan kepada kuman penyebab
pengunjung untuk infeksi
Skala Penilaian NOC : mencuci tangan 4. Mengurangi paparan
sewaktu masuk dan kuman
1 = Berat meninggalkan ruang 5. Mengurangi paparan
2 = Cukup berat pasien
kuman
3 = Sedang 3. Berikan terapi
antibiotic, (kecuali 6. Mengurangi kuman
4 = Ringan
ambroxol) masuk melalui saluran
5 = Tidak Ada
4. Pertahankan tehnik IV
isolasi, bila diperlukan
5. Batasi jumlah
pengunjung, bila
diperlukan.
6. Pastikan
penanganan aseptic dari

16
semua saluran IV.
3 Risiko kurangnya NOC : Fluid Balance Fluid Management 1. Kebutuhan intake dan
volume cairan Aktivitas output terpenuhi
Outcome Dipertahanka Ditingkatkan
berhubungan dengan 2. Mengetahui status
n 1. Pertahan intake dan
mual dan muntah Keseimbangan hidrasi pasien
output yang akurat
intake dan output 3. Mengetahui keadaan
2. Monitor status hidrasi
dalam 24 jam umum pasien
(kelembaban membran
4. Dukungan keluarga
Tidak terlihat mata mucosa, nadi adekuat,
membantu pemenuhan
cekung tekanan darah)
nutrisi pasien
Kelembaban kulit 3. Monitor vital sign
5. Pemenuhan cairan tubuh
dalam batas normal 4. Dorong keluarga untuk
yang hilang
Membran mukosa membantu pasien
lembab makan
Berat badan stabil 5. Kolaborasi Pemberian
cairan IV

Skala Penilaian NOC :


1. Luar biasa kompromi
2. Kompromi sekali
3. Kompromi baik
4. Kompromi sedang
5. Tidak ada kompromi
4 Ketidakefektifan NOC: Status Nutrisi: Asupan Makanan dan Cairan NIC: Manajemen Nutrisi
nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh Outcome Dipertahanka Ditingkatkan 1. Identifikasi adanya 1. Mengurangi terjadinya
n alergi atau intoleransi alergi pada klien
berhubungan dengan
Asupan makanan makanan
secara oral 2. Anjurkan kepada 2. Menambah napsu makan

17
faktor biologis Asupan cairan keluarga untuk klien
secara oral membawa makanan
Asupan cairan favorit pasien 3. Mencukupi kebutuhan
secara iv sementara pasien di makan klien dengan
Asupan nutrisi rumah sakit atau adekuat
parental fasilitas perawatan,
yang sesuai 4. Mengurangi kuman yang
3. Atur diet yang masuk bersama dengan
Skala Penilaian NOC : diperlukan
makanan
4. Ciptakan lingkungan
1 = Tidak adekuat
optimal pada saat 5. Indikator penegakan
2 = Sedikit adekuat mengkonsumsi
3 = Cukup adekuat diagnosa
makanan (misal
4 = Sebagian besar adekuat bersih, santai, bebas
6. Menentukan kebutuhan
5 = Sepenuhnya adekuat dari bau menyengat)
5. Monitor makanan klien
kecenderungan
NOC: Status Nutrisi: Asupan Nutrisi
terjadinya penaikan
atau penurunan berat
badan
Outcome Dipertahanka Ditingkatkan
6. Anjurkan pasien atau
n
keluarga untuk
Asupan kalori memonitor kalori dan
Asupan protein intake makanan
Asupan lemak
Asupan karbohidrat
Asupan serat
Asupan vitamin
Asupan mineral
Asupan zat besi
Asupan kalsium

18
Asupan natrium

Skala Penilaian NOC :


1 = Tidak adekuat
2 = Sedikit adekuat
3 = Cukup adekuat
4 = Sebagian besar adekuat
5 = Sepenuhnya adekuat

5 Kerusakan integritas NOC : Kontrol risiko (risk control) NIC : Penjagaan 1. Tidak terdapat
kulit berhubungan terhadap kulit (skin keruakan pada kulit
dengan pemberian Outcome Dipertahanka Ditingkatkan 2. Mengetahui kondisi
n surveillance)
kemoterapi, atau kulit pasien
radioterapi Kontrol perubahan 3. Menegtahui
1. Monitor area kulit
status kesehatan perubahan warna
yang terlihat
Gunakan support pada kulit
kemerahan dan adanya
system pribadi 4. Suhu dalam batas
kerusakan.
untuk mengontrol normal
2. Monitor kulit yang
risiko 5. Melonggarkan
sering mendapat
Mengenal pakain untuk
tekanan dan gesekan.
perubahan status melonggarkan jalan
3. Monitor warna kulit.
kesehatan nafas
4. Monitor suhu kulit.
Monitor factor 5. Periksa pakaian, jika
risiko yang berasal pakaian terlihat terlalu
dari lingkungan ketat.

19
Skala Penilaian NOC :
6. Tidak pernah menunjukan
7. Jarang menunjukan
8. Kadang-kadang menunjukan
9. Sedang menunjukan
10. Secara konsisten menunjukan
6 Nyeri berhubungan NOC: Kontrol Nyeri NIC : Manajemen Nyeri 1. Pengakajian nyeri secara
dengan dilakukannya 1. Lakukan pengkajian komprehensif dapat
pereriksaan Outcome Dipertahankan Ditingkatkan nyeri secara mengetahui nyeri yang
diagnostik, efek Mengenali kapan komprehensif meliputi dirasakan klien
nyeri terjadi lokasi, karakteristik,
fisiologi dan 2. Tanda nonverbal dapat
Menggambarkan awitan dan durasi,
neplasma faktor penyebab frekuensi, kualitas, memperkuat nyeri yang
Menggunakan intensitas atau dilaporkan klien
tindakan keparahan nyeri dan 3. Informasi akan
pencegahan nyeri factor presipitasinya menambah pengetahuan
Menggunakan 2. Observasi isyarat klien mengenai apa yang
tindakan nyeri nonverbal sedang klien rasakan
tanpa analgesik ketidaknyamanan,
4. Distraksi dapat
Melaporkan nyeri khususnya pada mereka
yang tidak mampu mengalihkan rasa nyeri
yang terkontrol
Melaporkan gejala berkomunikasi efektif yang disakan oleh klien
yang tidak 3. Berikan informasi 5. Analgetik merupakan
terkontrol pada tentang nyeri, seperti obat yang digunakan
profesional penyebab nyeri, berapa untuk mengurangi rasa
kesehatan lama akan nyeri
berlangsung.
4. Ajarkan penggunaan
Skala Penilaian NOC : teknik nonfarmakologi

20
1 = Tidak pernah menunjukkan (relaksasi, distraksi,
2 = Jarang menunjukkan terapi)
3 = Kadang-kadang menunjukkan 5. Berikan analgetik
4 = Menunjukkan
5 = Secara konsisten menunjukkan

NOC: Tingkat Nyeri

Outcome Dipertahankan Ditingkatkan


Nyeri yang
dilaporkan
Panjangnya
episode nyeri
Ekspresi nyeri
wajah
Agitasi
Tidak bisa
beristirahat
Mengerang dan
menangis

Skala Penilaian NOC :


1 = Berat
2 = Cukup berat
3 = Sedang
4 = Ringan
5 = Tidak Ada

21
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap aplikasi dari perawat tentang rencana
asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu
klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Asmadi, 2008). Tindakan
perawatan mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi. Tindakan
mandiri adalah aktivitas perawat yang didasarkan pada kesimpulan atau
keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau perintah dari petugas
kesehatan lain. Sedangkan tindakan kolaborasi adalah tindakan yang
didasarkan hasil keputusan bersama, seperti dokter dan petugas kesehatan lain
(Tarwanto dan Wartonah, 2015).

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian terakhir proses keperawatan didasarkan pada
tujuan keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan
keperawatan didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria hasil yang telah
ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada individu (Nursalam, 2008).
Menurut Tarwanto dan Wartonah (2015), evaluasi pada dasarnya adalah
membandingkan status keadaan kesehatan pasien dengan tujuan atau kriteria
yang sudah ditetapkan.

22
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Neuroblastoma adalah salah satu tumor yang lebih umum dialami oleh
anak-anak. Anak-anak sering memiliki tumor ini sejak lahir tapi sayangnya
sering terlambat didiagnosis. Dari banyaknya penyakit tumor padat yang
terjadi pada anak, 10 persen di antaranya adalah neuroblastoma.
Neuroblastoma adalah kanker pada sistem saraf yang sering ditemukan
pada masa kanak-kanak. Neuroblastoma bisa tumbuh di berbagai bagian
tubuh. Kanker ini berasal dari jaringan yang membentuk sistem saraf simpatis
(bagian dari sistem saraf yang mengatur fungsi tubuh involunter/diluar
kehendak, dengan cara meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah,
mengkerutkan pembuluh darah dan merangsang hormon tertentu).
Neuroblastoma paling sering berasal dari jaringan kelenjar adrenal di perut.
Kanker ini biasanya segera menyebar ke kelenjar getah bening, hati, tulang
dan sumsum tulang. Sekitar 75% kasus ditemukan pada anak yang berumur
kurang dari 5 tahun. Neuroblastoma terjadi pada 1 diantara 100,000 orang dan
agak lebih sering menyerang anak laki-laki. Serta pengobatan utamanya
adalah dengan pembedahan. Pembedahan berdasarkan stadium yang dialami
klien.
B. Saran
1. Hendaknya mewaspadai terhadap gejala-gejala neuroblastoma agar
penanganannya tidak terlambat.
2. Diharapkan perawat dapat menerapkan pengetahuan yang dimiliki tentang
penyakit neuroblastoma ini untuk diterapkan di tempat kerja dan juga
diharapkan Sebagai perawat hendaknya mampu memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan pada penderita
Neuroblastoma.

23
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2017. Laporan Pendahuluan Neuroblastoma. Banjarmasin.


Armideo, E. Callahan, C. Madonia, L. Immunotherapy for High-Risk
Neuroblastoma: Management of Side Effects and Complications. Article
From The Children’s Hospital of Philadelphia, Pennsylvania.
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC.
Chaturvedi, A. Katzman, P,.J. Franco, A. 2018. Neonatal neuroblastoma 4s with
diffuse liver metastases (Pepper syndrome) without an adrenal/extraadrenal
primary identified on imaging. Journal of Radiology Case Reports.
Department of Imaging Sciences, University of Rochester Medical Center,
NY, USA.
Cristol, H. 2015. New Hope for Kids with Neuroblastoma.Article American
Cancer Society.
Departemen Kesehatan. (2015). (Online), http://www.depkes.go.id/ diakses
tanggal 11 November 2015
Kyle T & Carman S. 2014. Buku Ajar Keperawatan Pediatri Ed. 2. Vol 4.
Jakarta : EGC.
Mulatsih, S. Diba, S,.V. 2019. Neuroblastoma pada Anak Usia 7 Tahun Laporan
Kasus. Jurnal Ilmu Kesehatan Anak,. RSUP Dr. Sardjito/ FK UGM,
Yogyakarta.
Nursalam. 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktik.
Jakarta: Salemba Medika
Priyadi, H. 2015. Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pasien Dengan
Neuroblastoma Di Ruang 7B RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang. Laporan
Pendahuluan. Stikes Maharani Malang Program Studi Profesi Ners.
Suriadi & Yuliani R. 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak Jilid 2. Jakarta :
Sagung Seto.
Tarwanto., Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medik
Yogasmara, Erryga., & Lestari, Puji. (2010). Buku Pintar Keluarga Sehat :
Panduan Praktis Hidup Sehat Bagi Seluruh Anggota Keluarga. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama
24

Anda mungkin juga menyukai