Anda di halaman 1dari 18

A.

Tinjauan Umum Tentang Partus Lama

1. Pengertian Partus Lama

Persalinan umumnya pada primigaravida (kehamilan pertama)

berlangsung dalam waktu 18-20 jam pada multi 12- 24 jam. Persalinan

yang lebih dari 24 jam disebut partus lama. Partus lama selalu member

resiko/penyulit baik bagi ibu atau janin yang sedang dikandungnya.

Kontraksi rahim selama dari 24 jam tersebut telah dapat mengganggu

aliran darah menuju janin, sehingga janin dalam rahim, dalam kondisi

berbahaya (Manuaba, 2009:).

Partus lama adalah persalinan lebih dari 8 jam, atau persalinan

yang berlangsung 12 jam atau lebih, (Hanifa, 2000).

2. Etiologi

Sebab – sebab terjadinya partus lama

a. Kelainan Tenaga/Power (Kelainan His)

His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan

kerintangan dalam jalan lahir sehingga tidak mampu menyebabkan

penipisan dan pembukaan serviks.

Jenis-jenis kelainan his:

1) Inersia uteri

Inersia uteri adalah his yang sifatnya lemah lebih singkat dan

lebih jarang dibandingkan denaga his yang normal. Inersia

uteri dibedakan atas inersia uteri primer dan


inersia uteri sekunder, Inersia uteri primer adalah kelainan his

yang timbul sejak permulaan persalinan, sedangkan inersia

uteri sekunder adalah kelainan his tang timbul sejak adanya his

yang kuat teratur dan dalam waktu yang lama (Rukiyah, 2010).

2) Inkoordinasi kontrakasi uterus

Keadaan dimana tonus otot uterus meningkat, juga diluar his

dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak

ada singkronisasi kontrakasi bagian- bagiannya. Tidak

koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah

menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan

(Saifuddin,2010). Ibu berumur

≤ dari 20 tahun dan ≥35 tahun dianggap beresiko terhadap

kelainan his. Usia ≤ 20 tahun respon hormonal tubuh belum

berfungsi maksimal oleh karena fungsi sistem reproduksi yang

belum siap menerima kehamilan. Penelitian oleh Pawzner

menyimpulkan bahwa induksi persalinan meningkat pada kasus

multipara ≤ 20 tahun oleh karena uterus kurang siap untuk

persalinan karena serviks belum matang. Usia ≥ 35 tahun dapat

menyebabkan kelainan his oleh karena adanya kemunduran

fungsi dan efisiensi kontraksi spontan miomametrium oleh

karena menuanya jaringan


reproduksi sehingga menyebabkan terjadinya persalinan lama

(Cunningham, 2012).Kelainan his dipengaruhi oleh paritas ibu.

Paritas adalah jumlah kelahiran seluruhnya bayi yang hidup

(Widyatamana, 2011).

b. Kelainan Janin (Passenger)

Persalinan dapat mengalami gangguan karena malpresentase dan

malposisi serta kelainan dalam bentuk janin.

1) Malpresentase dan Malposisi

Malpresentase adalah bagian terendah janin yang berada

disegmen bawa rahim, bukan belakang kepala. Malposisi

adalah penunjuk (ubun-ubun kecil) tidak berada dianterior

sehingga bagian janin ataupun diameter kepala yang melalui

rongga panggul menjadi lebih besar. Keadaan ini dipengaruhi

beberapa faktor diantaranya paritas ibu, plasenta previa,

prematuritas polihidramnion serta riwayat presentase bokong

sebelumnya (Saifuddin, 2010).

Malpresentae dan malposisi dapat mengakibatkan

kegagalan kemajuan persalinan , persalinan macet dan

disfungsi nuterus hipotonik (Hanifa,2010).


2) Makrosemia

Makrosemia atau janin besar adalah bila berat badan

melebihi 400 gram. Makrosemia dapat disebabkan oleh

berbagai faktor diantaranya adalah herediter, riwayat penyakit

diabetes mellitus, pola hidup yang berpengaruh terhadap

kenaikan berat badan yang berlebihan (Chunningham,2012).

Pada panggul normal, janin dengan berat 2.500-

4.000 gram umunya tidak menimbulkan kesukaran persalinan.

Bayi yang besar dapat member tanda atau peringatan terhadap

kemungkinan terjadinya persalinan lama akibat sulitnya

pelahiran bahu (Mochtar,2011).

3) Hidrosefalus

HIdrosefalus adalah penimbunan cairan serebrospinalis

dalam ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar dan terjadi

pelebaran sutura serta ubun- ubun. Cairan yang tertimbun

dalam ventrikel biasanya berkisar antara 500-1.500 ml, akan

tetapi kadang-kadang akan mencapai 5 liter. Karena kepala

janin terlalu besar dan tidak dapat berakomodasi dibagian

bawah uterus, maka sering ditemukan dalam keadaan

sungsang. Bagaimanapun letaknya, hidrosefalus akan


menyebabkan disproporsi sefalopelvic dengan segala akibatnya

(Cuningham,2012).

c. Kelainan Jalan Lahir (Passage)

Kelainan ukuran atau bentuk jalan lahir biasa menghalangi

kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan misalnya

kelainan panggul ibu.

1) Kelainan Panggul

CPD atau Cefalopelvic Disproportion adalah

ketidaksesuaian ukuran panggul dan ukuran janin, yakni ukuran

pelvic tertentu tidak cukup besar untuk mengakomodasi

keluarnya janin melalui pelvic sampai terjadi kelahran

pervaginan. Keadaan ini dapat mengakibatkan kegagalan

kemajuan persalinan, persalinan macet, dan disfungsi uterus

hipotonik yang dapat memicu persalinan lama.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya CPD

a) Kesempitan pada pintu atas panggul

Pintu atas panggul dianggap sempit apa bila conjungtiva

vera kurang dari 10 cm atau diameter transversa kurang

dari 12 cm. pada panggul sempit kepala memiliki

kemungkinan lebih besar tertahan pada pintu atas panggul.


b) kesempitan pintu panggul tengah

Ukuran terpenting pada pintu tengah panggul adalah

distansia interspinarum, kurang dari 12 cm. Sehingga perlu

diwaspadai kemungkinan kesukaran pada persalinan jika

diameter sagitalis posterior pendek pula.

c) Kesempitan pintu bawah panggul

Bila diameter transversa dan diameter sagitalis posterior

kurang dari 15 cm, maka sudut arkus pubis juga mengecil

(≤80) sehingga timbul kemacetan pada kelahiran janin

ukuran biasa.

Bentuk dan ukuran panggul dipengaruhi oleh:

1) Faktor perkambangan herediter atau congenital.

2) Faktor nutrisi: malnutrisi dapat menyebabkan

panggul sempit.

3) Faktoe seksual: androgen yang berlebihan

menyebabkan bentuk panggu android.

4) Trauma, penyakit atau tumor pada panggul atau

tulang belakang (Chuningham,2012).

2) Prolaps funikuli

Prolapas funikuli adalah suatu keadaan dimana tali pusat

berada disamping atau melawati bagian terendah janin didalam

jalan lahir setelah ketuban pecah. Pada


presentase kepala prolaps funikuli sangat berbahaya bagi janin,

karena setiap saat tali pusat dapat dijepit diantara bagian

terendah janin dengan jalan lahir sehingga mengakibatkan

gangguan oksigenasi janin.

Prolaps funikali menyebabkan gangguan adaptasi bawah

janin terhadap panggul, sehingga pintu atas panggu tidak

tertutup oleh bagian bawah janin tersebut (Chuningham, 2012).

3) Obstruksi jalan lahir

Obstruksi jalan lahir oleh karena adanya kista, tumor dan

edema pada jalan lahir sehingga mempengaruhi kemajuan

persalinan yang memicu terjadinya persalinan lama

(Chunningham, 2012).

d. Faktor Penolong

Penolong persalinan mempunyai peran yang sangat penting

dalam proses persalinan selain faktor ibu dan janin, penolong

persalinan bertindak dalam memantau proses terjadinya kontraksi

uterus dan memimpin mengejan hingga bayi dilahirkan. Seorang

penolong pesalinan harus dapat memberikan dorongan pada ibu

yang sedang dalam persalinan dan mengetahui kapan harus

memulai persalinan, selanjutnya melakukan perawatan pada ibu

dan bayi. Pimpinan yang salah dapat menyebabkan persalinan

tidak
berjalan dengan lancar, berlangsung lama dan muncul berbagai

komplikasi (Chunningham, 2012).

e. Faktor Psikis

Suatu proses persalinan merupakan pengalaman fisik

sekaligus emosional yang luar biasa bagi seorang wanita. Aspek

psikologis tidak dapat dipisahkan dari aspek fisik satu sama lain.

Bagi wanita kebanyakan proses persalinan membuat takut dan

cemas, sehingga menghambat suatu proses persalinan. Gangguan

kecemasan ibu akan memberi stimulus syaraf dalam menghasilkan

hormone pemicu stress yaitu hormone adrenalin nyang dapat

berpengaruh pada proses persalinan akibat terhambatnya produksi

oksitosin yang member pengaruh terhadap kontraksi uterus

(Chunningham,2012).

Kunjungan antenatal sangat penting dilakukan oleh ibu

hamil untuk mendapatkan pelayanan sehubungan dengan

kehamilanya, meliputi pemeriksaan persalinan, dukungan

psikologis serta penyuluhan kesehatan sehingga terbina hubungan

saling percaya. Tingkat kepercayaan ibu terhadap bidan dan

keluarga juga sangat mempengaruhi kelancaran proses persalinan

(Sulistyawati, 2009).
f. Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini adalah suatu keadaan dimana pecahnya

ketuban sebelum persalinan atau sebelum kehamilan memasuki

aterm (37 minggu). Hal tersebut disebabkan oleh melemahnya

selaput ketuban yang ada hubungannya dengan istensi uterus

berlebihan, kontraksi rahim dan gerakan janin.Bila ketuban telah

pecah dan belum ada tanda-tanda inpartu resiko terjadinya infeksi

lebih tinggi dan dapat mempengruhi keadaan dalam vagina yang

bias menyebabkan terjadinya partus lama (Saifuddin, 2010).

3. Klasifikasi

Distosia/partus lama dapat dibagi berdasarkan pola

persalinanya, menjadi tiga kelompok yaitu:

a) Fase laten memanjang

Friedman dan Sachtleben mendefinisikan fase laten

memanjang apabila lama fase ini lebih dari 20 jam pada nulipara

dan 14 jam pada ibu multipara. Keadaan yang mempengaruhi

durasi fase laten antara lain keadaa serviks yang memburuk

(misalnya tebal, tidak mengalami pendataran atau membuka) dan

persalinan palsu. Diagnosis dapat pula ditentukan dengan menilai

pembukaan serviks tidak melewati 4 cm sesudah 8 jam inpartu

dengan his yang teratur (Saifuddin,2010).


b) Fase aktif memanjang

Friedman membagi masalah fase aktif menjadi gangguan

protraction (berkepanjangan dan berlarut-larut) dan arrest

(macet/tidak maju). Protraksi didefenisikan sebagai kecepatan

pembukaan dan penurunan yang lambat yaitu untuk nulipara

adalah kecepatan pembukaan kurang dari 1,2 cm/jam atau

penurunan kurang dari 1cm/jam. Arrest didefinisakan sebagai

berhentinya pembukaan atau penurunan ditandai dengan tidak ada

perubahan serviks dalam 2 jam (arrest of dilactation) dan

kemacetan penurunan (arrest of descent) sebagai tidak adanya

penurunan janin dalam 1 jam (Saifuddin,2010).

Fase aktif memanjang dapat didiagnosis dengan melihat

tanda dan gejala yaitu pembukaan serviks melewati kanan garis

waspada prograf. Hal ini dapat dipertimbangkan dengan adanya

inersia uteri jika frekuensi his kurang dari 3his/10 menit dan

lamanya kurang dari 40 detik(syaifuddin, 2010).

c) kala II memanjang

Tahap ini berawal pada saat pembukaan serviks telah

lengkap dan berakhir dengan keluarnya janin. Kala II persalinan

pada nulipara dibatasi 2 jam sedangkan untuk multipara 1 jam.

Pada ibu dengan paritas tinggi, komtinuitas


otot vagina dan perineum sudah meregang, atau sudah tiga kali

usaha mengejan setelah pembukaan lengkap mungkin cukup untuk

mengeluarkan janin (Saifuddin, 2010).

4. Tanda Dan Gejala Partus Lama

a) Pada ibu

Ibu tampak gelisah, letih, suhu badan meningkat,

berkeringat nadi cepat, pernapasan cepat .

b) Pada janin

DJJ (denyut jantung janin) cepat/tidak teratur air ketuban

terdapat mekonium kental kehijau-hijauan dan berbau, kaput

suksadenaum yang besar, moulage kepala yang hebat, kematian

janin dalam kandungan, kematian janin intra partal (KJIP)

(Mochtar 2011,).

5. Penanganan Partus lama

Penatalaksanaan penderita dengan partus lama

a) Suntikan cortone acetate: 100-200 mg intramuscular.

b) Penesilin prolactin: 1 juta IU intramuscular.

c) streptomisine: 1 gr intaramuscular.

d) infuse cairan: larutan garam fisiologis, larutan glukose 5-10% pada

janin pertama 1 liter/jam.

e) istirahat 1 jam untuk observasi, keculi bila keadaan untuk

segara bertindak.
f) Dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forceps

manual aktif pada letak sungsang, embriotomi bila janin

meninggal, secsio ceasarea (Mochtar, 2011).

B. Faktor Penyebab Partus Lama

1. Inersia uteri

a. Pengertian Inersia Uteri

Inersia uteri adalah his yang sifatnya lemah, lebih singkat

dan lebih jarang dibandingkan dengan his yang normal (Mochtar,

2011). Inersia uteri dapat dibagi menjadi menjadi 2 yaitu:

1) Inersia uteri primer yaitu kelamahan his yang timbul sejak dari

permulaan-permulaan persalinan.

2) Inersia uteri sekunder yaitu kelemahan his yang timbul setelah

adanya his yang kuat dan teratur dalam waktu yang lama

(Mochtar,2011).

b. Penyebab Inersia Uteri

Salah satu penyebab inersia uteri yaitu apabila bagian bawah janin

tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah uterus seperti

misalnya pada kelainan letak janin atau pada disproporsi sevalo

pelvic peregangan rahim yang berlebihan pada kehamilan ganda

maupun hidromion juga dapat merupakan penyebab dari inersia

uteri yang murni. Kelainan his ditemukan juga pada

primigravida, khususnya
pada primigravida tua. Pada multipara lebih banyak ditemukan

kelainan yang bersifat inersia uteri (Nugroho, 2012).

c. Penanganan

Penanganan atau pelaksanaan inersia uteri adalah:

1) Periksa jeadaa serviks, presentase dan posisi janin, turunya

bagian terbawah janin dan keadaan janin.

2) Bila kepala sudah masuk PAP, anjurkan pasien untuk jalan-

jalan.

3) Buat rencana untuk menentukan sikap dan rencana yang akan

dikerjakan misalnya pada letak kepala: Melahirkan bayi terlalu

cepat atau melakukan secsio caesarea yang semestinya tidak

dilakukan tanpa adanya indikasi yang tepat. Sebaliknya

diagnosa negate palsu meningkatkan resiko infeksi yang akan

mengancam kehidupan ibu dan janin (Nugroho,2012).

2. KPD (Ketuban Pecah Dini).

a. Pengertian KPD

Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban yang

pecah sebelum waktunya/sebelum inpartu, yaitu bila pembukaan

pada primi kurang 3 cm dan pada multi kurang 5 cm bila periode

laten terlalu panjang pada ketuban pecah


maka terjadi infeksi yang dapat meningkatkan kematian ibu dan

janin serta menyebabkan partus lama (Nugroho,2012).

b. Penyebab KPD

1) Infeksi.

2) Servik yang inkompesensia.

3) Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat.

4) Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual.

5) Kelainan letak misalnya sungsang (Nugroho,2012).

c. Penanganan KPD

1) Konservatif

a) Rawat dirumah sakit

b) Beri antibiotika: bila ketuban pecah < 6jam berupa :

ampisilin 4 x 500 mg atau gentamycin 1 x 80 mg.

c) Umur kehamilan < 32-34 minggu : dirawat selama air

ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar

lagi.

d) Bila usia kehamilan < 32-34 minggu masih keluar air

ketuban maka usia kehamilan 35 minggu dipertimbangkan

untuk terminasi kehamilan.

e) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda

infeksi intrauterine).

f) pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid selama

untuk memacu kematangan paru-paru janin.


2) Aktif

a) Kehamilan > 35 minggu: induksi oksitosin bila gagal

dilakukan secsio caesarea.

b) Pada keadaan CPD letak lintang dilakukan secsio

caesarea.

c) Bila ada tanda=tanda infeksi: beri antibiotika dosis tinggi

dan persalinan diakhiri (Nugroho,2012).

3. Primipara Tua

Primipara tua adalah usia lebih dari 35 tahun/lebih pada kehamilan

pertama. Persalinan primigravida tua adalah proses persalinan yang

pertama kali dialami oleh wanita yang berusia lebih dari 35 tahun

sehingga jaringan alat-alat kandungan tidak berfungsi lagi dengan baik

(Kelemahan his). Ibu yang berusia diatas 35 tahun atau lebih dimana

pada usia tersebut terjadi perubahan kandungan dan jalan lahir tidak

lentur lagi.

a. Bahaya atau resiko yang akan terjadi pada kehamilan usia diatas 35

tahun pada kehamilan pertama yakni tekanan darah tinggi, ketuban

pecah dini, infertilitas yang lampau sering dan waktu yang tersedia

untuk keehamilan yang selanjutnya, cenderung untuk melahirkan

secara secsio caesarea, persalinan yang lebih sulit dan lama.


b. Penanganan yang dapat dilakukan pada primigravida tua, yaitu

perawatan kehamilan yang teratur dan pada persalinan

membutuhakan tinadakan operasi.

Menurut wiknjosastro salah satu penyebab kelainan his yang dapat

menyebabkan partus lama terutama ditemukan pada primigravida

khususnya primigravida tua. Sedangkan pada multipara ibu banyak

ditemukan kelainan yang disebabkan inersia uteri. Pada ibu dengan

usia diatas 35 tahun diketahui kerja organ-organ reproduksinya

sudah mulai lemah dan tenaga ibu sudah mulai berkurang. Hal ini

akan membuat ibu kesulitan mengejan yang pada akhirnya apabila

ibu terus menerus kehilangan tenaga karena mengejan maka akan

terjadi partus lama (Hannifa, 2010).

4. Cephalo Pelvic Disproportion (CPD).

Cephalo pelvic disproportion (CPD) keadaan dimana ketidaksesuaian

ukuran kepala janin dengan panggul ibu sehingga persalinan tidak

dapat berlangsung secara spontan (Hannifa,2010).

Faktor yang mempengaruhi terjadinya CPD

a) Kesempitan pada pintu atas panggul.

b) Kesempitan pada pintu panggul tengah.

c) Kesempitan pada pintu panggul bawah.

d) Faktor perkembangan: hereditel atau congenital.


e) Faktor nutrisi: malnutrisi menyebabkan panggul sempit.

f) Faktor seksual: androgen yang menyebabkan panggul

android.

g) Trauma, penyakit atau kelainan pada tulang panggul atau tulang

belakang (Cunningham, 2012).

5. Letak Sungsang

a. Pengertian Letak Sungsang

Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai

bagian terenadah (presentase bokong). presentase bokong dibagi

menjadi 4 bagian yaitu:

1) Letak bokong murni (frank breech) yaitu bokong yang

menjadi bagian depan, kedua tungkai lurus keatas.

2) Letak bokong kaki (complete breech) yaitu disamping bokong

teraba kaki, biasa disebut sebagai letak bokong kaki sempurna

jika disamping bokong teraba kedua kaki dan tiadak sempurna

jika disamping bokong teraba satu kaki.

3) letak lurus.

4) letak kaki (complete breech presentation) yaitu presentase kaki

(Rukiyah,2010).

b. Penyebab Letak Sungsang Penyebab

letak sungsang antara lain:


Prematuritas karena bentuk rahim kurang lonjong, atau air ketuban

masih banyak dan kepala relative besar, hidramnion karena anak

mudah bergerak, plasenta previa karena menghalangi turunya kepala

kedalam pintu natas panggul, bentuk rahim yang abnormal, kelainan

bentuk kepala seperti anensefalus dan hidrosefalus (Rukiyah,

2010).

c. Penanganan letak sungsang

Ada 2 fase menolong persalinan letak sungsang yakni:

1) fase menunggu yaitu sebelum bokong lahir jangan lakukan

klisteller karena akan terjadi nuchal arm (letak sungsang).

2) kemudian fase untuk bertindak cepat yaitu dilakukan setelah

badan janin sudah lahir sampai pusat diperlukan waktu 8 menit

dan untuk mempercepat lahirnya kepala janin dapat dilakukan

manual ald (Rukiyah, 2010).

DAFTAR PUSTAKA
http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/123/1/KTI%20NINGSIH%20ADE%20PUTRI.pdf

Anda mungkin juga menyukai