Anda di halaman 1dari 16

MACAM-MACAM STRATEGI PEMBELAJARAN

1. Strategi Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada
proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan
maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajran yang
berorientasi kepada guru, dikatakan demikian sebab dalam strategi ini guru memegang peranan
yang sangat penting atau dominan.
Dalam sistem ini guru menyajikan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi,
sistematik, dan lengkap sehingga anak didik tinggal menyimak dan mencernanya saja secara
tertib dan teratur.
Metode pembelajaran yang tepat menggambarkan strategi ini, diantaranya :
a. Metode ceramah
Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran kepada
sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif
besar. Jadi ini sesuai dengan pengertian dan maksud dari Strategi Ekspositori tersebut, dimana
strategi ini merupakan strategi ceramah atau satu arah.
b. Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan atau
mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari,
baik sebenarnya ataupun tiruan dengan lisan. Jadi guru memperagakan apa yang sedang
dipelajari kepada siswanya.
c. Metode sosiodrama
Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasi tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah
sosial. Jadi dalam pembelajaran guru memberikan penjelasan dengan mendramatisasikan tingkah
laku untuk memberikan contoh kepada siswa.

2. Strategi Inquiry
Strategi Pembelajaran Inquiry (SPI) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri
jawabannya dari suatu masalah yang ditanyakan.
Ada beberapa hal yang menjadi utama strategi pembelajaran inquiry:
a)     Menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan,
artinya strategi inquiry menempatkan siswa sebagai objek belajar.
b)     Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk atau konsep yang sudah jadi, akan
tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.
c)     Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu.
d)     Jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa rata-rata memilki kemauan dan
kemampuan berpikir, atrategi ini akan kurang berhasil diterapkan kepada siswa yang kurang
memiliki kemampuan untuk berpikir.
e)     Jika jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru.
f)      Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada
siswa gurunya tentang materi pembelajaran.

3. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial


Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya
dengan penuh percaya diri.
Strategi ini menggunakan beberapa metode pembelajaran yang relevan, diantaranya :
a. Metode eksperimen
Siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang
dipelajari. Siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran atau mencoba mencari
suatu hukum atau dalil dan menarik kesimpulan atau proses yang dialaminya itu.
b.  Metode tugas atau resitasi
Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan
tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Siswa diberi tugas guna menggali
kemampuan dan pemahaman siswa akan tugas yang diberikan.
c. Metode latihan
Metode latihan maerupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-
kebiasaan tertentu. Siswa diajarkan untuk melatih kemampuan yang dia miliki dan lebih
mengasah kemampuan yang dimiliki tersebut.
d.  Metode karya wisata
Teknik karya wisata adalah teknik mengajar yang dilaksanakan dengan mengajar siswa kesuatu
tempat atau objek tertentu diluar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu. Siswa
diajak untuk mendapatkan pembelajaran dari tempat atau objek yang dikunjungi.
4. Contextual Teaching Learning
Contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari.
Karakteristik pembelajaran kontekstual:
1)     Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik
2)     Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang
bermakna (meaningful learning).
3)     Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada
siswa (learning by doing).
4)     Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mngoreksi antar
teman (learning in a group).
5)     Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerja sama,
dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam (learning to know each
other deeply).
6)     Pemebelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama
(learning to ask, to inquiry, to work together).
7)     Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning ask an enjoy
activity).
Metode pembelajaran yang tepat menggambarkan strategi ini, diantaranya :
a.  Metode demonstrasi
Guru memperagakan materi apa sedang dipelajari kepada siswa dengan menyangkutkan kegiatan
sehari-hari, sehingga siswa lebih memahami.
b. Metode sosiodrama
Dalam pembelajaran guru memberikan penjelasan dengan mendramatisasikan tingkah laku yang
berhubungan dengan masalah sosial disekitar siswa untuk memberikan contoh kepada siswa,
sehingga siswa lebih paham.

5. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah


Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran
yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.
Metode pembelajaran yang tepat menggambarkan strategi ini, diantaranya :
a. Metode problem solving
Metode problem solving bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu
metode berfikir sebab dalam metode problem solving dapat menggunakan metode-metode
lainnya yang dimulai dari mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
b. Metode diskusi
Disini siswa dituntut untuk dapat menemukan pemecahan masalah dari masalah yang dihadapi
dengan cara berdiskusi.

6. Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir


Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir merupakan strategi pembelajaran
yang menekankan kepada kemampuan berpikir siswa. Dalam pembelajaran ini materi pelajaran
tidak disajikan begitu saja kepada siswa, akan tetapi siswa dibimbing untuk proses menemukan
sendiri konsep yang harus dikuasai melalui proses dialogis yang terus menerus dengan
memanfaatkan pengalaman siswa.
Model strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah model
pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaahan
fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajarkan

7. Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)


Strategi pembelajaran kontekstual/Contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata
siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Strategi ini menggunakan beberapa metode pembelajaran yang relevan, diantaranya :
a. Metode diskusi
Disini siswa dituntut untuk dapat menemukan pemecahan masalah dari masalah yang dihadapi
dengan cara berdiskusi.
b. Metode tanya jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus
dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Disini guru
memberikan waktu untuk siswa bertanya kepada gurunya tentang materi pembelajaran.
c. Metode eksperimen
Metode ini dalam strategi pembelajaran merangsang siswa untuk melakukan suatu aktivitas aktif
yang berdasarkan pengalaman yang ia alami.
8. Strategi Pembelajaran Kooperatif/ Kelompok
Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh
siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan.Strategi pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang
mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda
(heterogen), sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh
penghargaan (reward), jika kelompok tersebut menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.
Strategi ini menggunakan beberapa metode pembelajaran yang relevan, diantaranya :
a. Metode diskusi
Disini siswa dituntut untuk dapat menemukan pemecahan masalah dari masalah yang dihadapi
dengan cara berdiskusi.
b. Metode karya wisata
Siswa membentuk suatu kelompok guna untuk mendapatkan pembelajaran dari tempat atau
objek yang dikunjungi.
c. Metode eksperimen
Dengan berkelompok siswa melakukan eksperimen atau percobaan tentang suatu hal guna
melatih kemampuan dan pemahaman mereka.
d. Metode tugas atau resitasi
Siswa disuruh membuat suatu kelompok belajar, kemudian mereka diberi tugas guna menggali
kemampuan, kekompakan, dan pemahaman siswa akan tugas yang diberikan.

9. Strategi Pembelajaran Afektif


Strategi pembelajaran afektif memang berbeda dengan strategi pembelajaran kognitif dan
keterampilan. Afektif berhubungan dengan nilai (value) yang sulit diukur karena menyangkut
kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam diri siswa. Dalam batas tertentu, afeksi dapat
muncul dalam kejadian behavioral. Akan tetapi, penilaiannya untuk sampai pada kesimpulan
yang bisa dipertanggungjawabkan membutuhkan ketelitian dan observasi yang terus menerus,
dan hal ini tidaklah mudah untuk dilakukan.
Strategi ini menggunakan beberapa metode pembelajaran yang relevan, diantaranya :
a.  Metode tugas atau resitasi
Siswa diberi tugas guna menggali kemampuan dan pemahaman siswa akan tugas yang diberikan.
b. Metode latihan
Siswa diajarkan untuk melatih kemampuan yang dia miliki dan lebih mengasah kemampuan
yang dimiliki tersebut.

10. Model pembelajaran konstruktivisme


Konstruktivisme merupakan salah satu perkembangan model pembelajaran mutakhir
yang mengedepankan aktivitas peserta didik dalam setiap interaksi edukatif untuk dapat
melakukan eksplorasi dan menemukan pengetahuannya sendiri. Konstruktivisme menganggap
bahwa semua peserta didik memiliki gagasan atau pengetahuan tentang lingkungan dan peristiwa
(gejala) yang terjadi di lingkungan sekitarnya, meskipun gagasan atau pengetahuan ini seringkali
naif atau juga miskonsepsi.

11. Model Contextual Teaching and Learning (CTL)


CTL adalah merupakan model pembelajaran yang mengaitkan antara materi
pembelajaran dengan situasi dunia nyata yang berkembang dan terjadi di lingkungan sekitar
peserta didik sehingga 31 dia mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar
dengan kehidupan sehari-hari mereka. Pembelajaran kontekstual ini menekankan pada daya pikir
yang tinggi, transfer ilmu pengetahuan, mengumpulkan dan menganalisis data, memecahkan
problema-problema tertentu baik secara individu maupun kelompok.

12. Model Pembelajaran Tematik


Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran
untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik .
Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek
kurikulum dan aspek pembelajaran. Strategi pembelajaran tematik lebih mengutamakan
pengalaman belajar peserta didik, yakni melalui belajar yang menyenangkan tanpa tekanan dan
ketakutan, tetapi tetap bermakna bagi peserta didik.
Dalam menanamkan konsep atau pengetahuan dan keterampilan, peserta didik tidak
harus diberi latihan hafalan berulang-ulang (drill), tetapi ia belajar melalui pengalaman langsung
dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah dipahami. Pembelajaran tematik ini
dikenal juga dengan pembelajaran terpadu, yang pembelajarannya dilaksanakan sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan kejiwaan peserta didik. Pembelajaran terpadu merupakan suatu
aplikasi salah satu strategi pembelajaran berdasarkan pendekatan kurikulum terpadu yang
bertujuan untuk menciptakan proses pembelajaran secara relevan dan bermakna bagi peserta
didik.
13. Model pembelajaran perolehan konsep (Consept attainment model)
Pendekatan pembelajaran perolehan konsep adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
bertujuan untuk membantu peserta didik memahami suatu konsep tertentu. Pendekatan
pembelajaran ini dapat diterapkan untuk semua umur, dari anak-anak sampai orang dewasa.
Pendekatan ini lebih tepat digunakan ketika penekanan pembelajaran lebih dititikberatkan
pada mengenalkan konsep baru, melatih kemampuan berpikir induktif dan melatih berpikir
analisis. Model pembelajaran ini sangat sesuai digunakan untuk pembelajaran yang menekankan
pada perolehan suatu konsep baru atau untuk mengajar cara berpikir induktif kepada peserta
didik.

14. Model pembelajaran berpikir induktif


Model pembelajaran berpikir induktif merupakan karya besar Hilda Taba. Suatu strategi
mengajar yang dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mengolah
informasi. Model pembelajaran ini ditujukan untuk membangun mental kognitif. Karenanya
sangat sesuai untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Namun demikian, strategi ini sangat
membutuhkan banyak informasi yang harus digali oleh peserta didik

15. Model Pembelajaran Pelatihan Kesadaran (Awarenes Training)


Model pembelajaran pelatihan kesadaran merupakan suatu model pembelajaran yang
ditujukan untuk meningkatkan kesadaran manusia. Model ini dikembangkan oleh Milliam
Schutz. Ia menekankan pentingnya pelatihan interpersonal sebagai sarana peningkatan kesadaran
pribadi (pemahaman diri individu). Model pembelajaran ini terdiri atas dua tahapan. Pertama,
penyampaian dan penyelesaian tugas. Kedua, diskusi atau analisis tahap pertama. Jadi, intinya
peserta didik diminta melakukan sesuatu, setelah itu mendiskusikannya (refleksi bersama) atas
apa yang telah terjadi.

16. Model Pembelajaran Pertemuan Kelas


Model ini diciptakan berdasarkan terapi realitas yang dipelipori oleh William Glasser.
Terapi realitas merupakan landasan teori kepribadian yang digunakan untuk terapi tradisional
dan dapat diaplikasikan untuk pengajaran.

17. Strategi pembelajaran ekspositori atau SPE


Sistem pembelajaran jenis ekspositori merupakan strategi pembelajaran dengan cara
menekankan pada proses penyampaian ilmu atau materi yang dilakukan secara verbal oleh
seorang guru kepada siswa yang memiliki maksud supaya siswa bisa menguasai materi secara
optimal.
Guru memiliki peran yang sangat penting dan dominan dalam menyampaikan materi
kepada siswa. Sehingga jenis pembelajaran ekspositori ini termasuk sebagai strategi
pembelajaran yang berorientasi kepada guru. Untuk menggunakan strategi pembelajaran jenis
ini, maka pendidik harus menyajikan dalam bentuk secara sistematik, rapi dan selengkap
mungkin.

18.  Strategi pembelajaran berbasis masalah atau SPBM


Pembelajaran SPBN merupakan strategi pembelajaran yang berisi rangkaian aktivitas
pembelajaran yang telah menekankan pada proses penyelesaian masalah yang telah dihadapi
secara ilmiah. SPBM bersandar pada psikologi kognitif yang bisa terangkat dari asumsi bahwa
belajar merupakan proses perubahan pada tingkah laku melalui pengalaman.
Sedangkan belajar tidak hanya sekedar menghafal fakta atau ilmu saja. Akan tetapi
belajar juga menjadi suatu proses interaksi yang dilakukan secara sadar antara lingkungan
dengan individu. Melalui strategi pembelajaran ini, maka secara perlahan siswa akan mulai
berkembang lebih baik lagi. Hal ini membuktikan bahwa perkembangan siswa terjadi melalui
aspek efektif dan juga psikomotor.

19. Peningkatan kemampuan berpikir atau SPPKB


Strategi pembelajaran jenis ini dilakukan dengan menekankan pada kemampuan berpikir
yang dimiliki setiap siswa. Materi yang diberikan tidak disajikan begitu saja, namun siswa akan
dibimbing untuk mencapai proses supaya bisa menemukan sendiri konsep yang seharusnya
dikuasai dengan melalui proses dialogis secara terus menerus dan memanfaatkan pengalaman
yang dimiliki siswa.
Untuk strategi pembelajaran ini memang mengedepankan pola berpikir, sehingga
pembelajaran ini lebih bertumpu pada pengembangan kemampuan siswa dalam berpikir melalui
fakta maupun pengalaman yang dijadikan sebagai bahan dalam memecahkan suatu masalah. Hal
ini harus diajarkan pendidik kepada para siswa melalui makalah strategi pembelajaran.
20. Strategi pembelajaran kooperatif atau SPK
Metode pembelajaran ini yaitu serangkaian kegiatan belajar yang dilakukan siswa dalam
kelompok tertentu agar bisa mencapai tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan. strategi
pembelajaran kooperatif menggunakan sistem pengelompokan maupun tim kecil antara 4 hingga
6 orang yang yang sama-sama memiliki latar belakang dalam kemampuan akademik, ras maupun
jenis kelamin.
Sedangkan untuk sistem penilaiannya juga dilakukan terhadap kelompok. Sehingga
masing-masing kelompok memiliki penghargaan atau reward apabila kelompok tersebut
memiliki atau menunjukkan prestasi sesuai yang telah di persyaratan. Dengan adanya reward
atau penghargaan maka dapat menambah motivasi para siswa untuk lebih giat dalam belajar.
Seperti strategi pembelajaran ekspositori.

21. TAI (Team Assisted Individualization atau Team Accelerated Instruction)


Tipe model pembelajaran kooperatif yang satu ini sebenarnya adalah penggabungan dari
pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual. Pada model pembelajaran kooperatif
tipe TAI, siswa mengikuti tingkatan yang bersifat individual berdasarkan tes penempatan, dan
kemudian dapat maju ke tahapan selanjutnya berdasarkan tingkat kecepatannya belajar. Jadi,
setiap anggota kelompok sebenarnya belajar unit-unit materi pelajaran yang berbeda. Rekan
sekelompok akan memeriksa hasil pekerjaan rekan sekelompok lainnya dan memberikan bantuan
jika diperlukan.
Tes kemudian diberikan diakhir unit tanpa bantuan teman sekelompoknya dan diberikan skor.
Lalu setiap minggu guru akan menjumlahkan total unit materi yang diselesaikan suatu kelompok
dan memberikan sertifikat atau penghargaan bila mereka berhasil melampaui kriteria yang telah
ditetapkan, dan beberapa poin tambahan untuk kelompok yang anggotanya mendapat nilai
sempurna.
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini adalah karena siswa bertanggungjawab
untuk memeriksa pekerjaan rekannya yang lain, maka guru mempunyai waktu yang lebih banyak
untuk membantu kelompok-kelompok kecil yang menemuai banyak hambatan dalam belajar
yang merupakan kumpulan dari anggota-anggota kelompok yang berada pada tingkatan unit
materi pelajaran yang sama. Banyak penelitian melaporkan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe TAI ini sangat efektif untuk digunakan dalam pembelajaran.

22. STAD (Student Teams Achievement Division)


Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini siswa dikelompokkan ke dalam
kelompok kecil yang disebut tim. Kemudian seluruh kelas diberikan presentasi materi pelajaran.
Siswa kemudian diberikan tes. Nilai-nilai individu digabungkan menjadi nilai tim. Pada model
pembelajaran kooperatif tipe ini walaupun siswa dites secara individual, siswa tetap dipacu untuk
bekerja sama untuk meningkatkan kinerja dan prestasi timnya. Bila pertama kali digunakan di
kelas anda, maka ada baiknya guru terlebih dahulu memperkenalkan model pembelajaran
kooperatif STAD ini kepada siswa.

23. Round Table atau Rally Table


Untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Round table atau Rally Table
ini guru dapat memberikan sebuah kategori tertentu kepada siswa (misalnya kata-kata yang
dimulai dengan huruf “s”). Selanjutnya mintalah siswa bergantian menuliskan satu kata secara
bergiliran.
24. Jigsaw
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-
teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di
Universitas John Hopkins (Arends, 2001). Tujuan diciptakannya tipe model pembelajaran
kooperatif Jigsaw ini adalah untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap belajarnya
sendiri dan juga belajar anggota kelompoknya yang lain. Mereka diminta mempelajari materi
yang akan menjadi tanggungjawabnya, karena selain untuk dirinya, ia juga harus mengajarkan
materi itu kepada anggota kelompoknya yang lain.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini ketergantungan antara siswa sangat
tinggi. Setiap siswa dalam model pembelajaran kooperatif ini adalah anggota dari dua kelompok,
yaitu (1) kelompok asal (home group) dan (2) kelompok ahli (expert group). Kelompok asal
dibentuk dengan anggota yang heterogen. Di kelompok asal ini mereka akan membagi tugas
untuk mempelajari suatu topik. Setelah semua anggota kelompok asal memperoleh tugas masing-
masing, mereka akan meninggalkan kelompok asal untuk membentuk kelompok ahli.
Kelompok ahli adalah kelompok yang terbentuk dari anggota-anggota kelompok yang
mempunyai tugas mempelajari sebuah topik yang sama (berdasarkan kesepakatan mereka di
kelompok asal). Setelah mempelajari topik tersebut di kelompok ahli, mereka akan kembali ke
kelompok asal mereka masing-masing dan saling mengajarkan topik yang menjadi
tanggungjawab mereka ke anggota kelompok lainnya secara bergantian.
Guru perlu memahami bagaimana model pembelajaran Jigsaw ini dilaksanakan, begitu juga
siswa

25. Tim Jigsaw


Untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, tugaskan setiap siswa
pada setiap kelompok untuk mempelajari seperempat halaman dari bacaan atau teks pada mata
pelajaran apa saja (misalnya IPS), atau seperempat bagian dari sebuah topik yang harus mereka
pelajari atau ingat. Setelah setiap siswa tadi menyelesaikan pembelajarannya dan kemudian
saling mengajarkan (menjelaskan) tentang materi yang menjadi tugasnya atau saling bekerjasama
untuk membentuk sebuah kesatuan materi yang utuh saat mereka menyelesaikan sebuah tugas
atau teka-teki.

26. Jigsaw II
Tipe model pembelajaran kooperatif yang satu ini adalah modifikasi dari tipe Jigsaw.
Jigsaw II dikembangkan oleh Robert Slavin pada tahun 1980 di mana semua anggota kelompok
asal mempelajari satu topik yang sama, hanya saja masing-masing anggota difokuskan untuk
mendalami bagian-bagian tertentu dari topik itu. Setiap anggota kelompok asal harus menjadi
ahli dalam bagian topik yang mereka dalami. Seperti Jigsaw, di tipe Jigsaw II ini mereka juga
harus mengajarkan keahliannya pada anggota kelompok asalnya yang lain secara bergantian.
27. Reverse Jigsaw (Kebalikan Jigsaw)
Tipe model pembelajaran kooperatif ini dikembangkan oleh Timothy Hedeen (2003).
Perbedaanya dengan tipe Jigsaw adalah, bila pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
anggota kelompok ahli hanya mengajarkan keahliannya kepada anggota kelompok asal, maka
pada model pembelajaran kooperatif reverse jigsaw ini, siswa-siswa dari kelompok ahli
mengajarkan keahlian mereka (materi yang mereka pelajari atau dalami) kepada seluruh kelas.

28. NHT (Numbered Heads Together) – Kepala Bernomor Bersama


Pada modelpembelajaran kooperatif tipe NHT, minta siswa untuk menomori diri mereka
masing dalam kelompoknya mulai dari 1 hingga 4. Ajukan sebuah pertanyaan dan beri batasan
waktu tertentu untuk menjawabnya. Siswa yang mengangkat tangan jika bisa menjawa
pertanyaan guru tersebut. Guru menyebut suatu angka (antara 1 sampai 4) dan meminta seluruh
siswa dari semua kelompok dengan nomor tersebut menjawab pertanyaan tadi. Guru menandai
siswa-siswa yang menjawab benar dan memperkaya pemahaman siswa tentang jawaban
pertanyaan itu melalui diskusi.

29. TGT (Team Game Tournament)


Model pembelajaran kooperatif tipe TGT mirip dengan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD, tetapi bedanya hanya pada kuis yang digantikan dengan turnamen mingguan (Slavin,
1994). Pada model pembelajaran kooperatif ini, siswa-siswa saling berkompetisi dengan siswa
dari kelompok lain agar dapat memberikan kontribusi poin bagi kelompoknya. Suatu prosedur
tertentu digunakan untuk membuat permainan atau turnamen berjalan secara adil. Penelitian
menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT terbukti efektif meningkatkan
hasil belajar siswa.

30. Three-Step Interview (Wawancara Tiga Langkah)


Pada model pembelajaran kooperatif tipe three-step interview (disebut juga three
problem-solving) dilakukan 3 langkah untuk memecahkan masalah. Pada langkah pertama guru
menyampaikan isu yang dapat memunculkan beragam opini, kemudian mengajukan beberapa
pertanyaan-pertanyaan kepada seluruh siswa di kelas. Langkah kedua, siswa secara berpasangan
bermain peran sebagai pewawancara dan orang yang diwawancarai. Kemudian, di langkah yang
ketiga, setelah wawancara pertama dilakukan maka pasangan bertukar peran: pewawancara
berperan sebagai orang yang diwawancarai dan sebaliknya orang yang tadi mewawancarai
menjadi orang yang diwawancarai.
Setelah semua pasangan telah bertukar peran, selanjutnya setiap pasangan dapat membagikan
atau mempresentasikan hasil wawancara mereka kepada seluruh kelas secara bergiliran. Tipe
model pembelajaran kooperatif ini (three-step interview) ini efektif untuk mengajarkan
siswaproblem solving (pemecahan masalah).
31. Three-Minute Review (Reviu Tiga Langkah)
Model pembelajaran kooperatif tipe three-step review efektif untuk digunakan saat guru
berhenti pada saat-saat tertentu selama sebuah diskusi atau presentasi berlangsung, dan mengajak
siswa mereviu apa yang telah mereka ungkapkan saat diskusi di dalam kelompok mereka. Siswa-
siswa dalam kelompok-kelompok itu dapat bertanya untuk mengklarifikasi kepada anggota
lainnya atau menjawab pertanyaan-pertanyaan dari anggota lain. Misalnya setelah diskusi
tentang proses-proses kompleks yang terjadi di dalam tubuh manusia misalnya pencernaan
makanan, siswa dapat membentuk kelompok-kelompok dan mereviu proses diskusi dan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengklarifikasi.

32. GI (Group Investigasi)


Model pembelajaran kooperatif tipe group investigasi dapat dipakai guru untuk
mengembangkan kreativitas siswa, baik secara perorangan maupun kelompok. Model
pembelajaran kooperatif dirancang untuk membantu terjadinya pembagian tanggung jawab
ketika siswa mengikuti pembelajaran dan berorientasi menuju pembentukan manusia sosial
(Mafune,2005:4).
Model pembelajaran kooperatif dipandang sebagai proses pembelajaran yang aktif, sebab siswa
akan lebih banyak belajar melalui proses pembentukan (contructing) dan penciptaan, kerja dalam
kelompok dan berbagi pengetahuan serta tanggung jawab individu tetap merupakan kunci
keberhasilan pembelajaran.
Asumsi yang digunakan sebagai acuan dalam pengembangan Model pembelajaran
kooperatif tipe group investigasi, yaitu (1) untuk meningkatkan kemampuan kreativitas siswa
dapat ditempuh melalui pengembangan proses kreatif menuju suatu kesadaran dan
pengembangan alat bantu yang secara eksplisit mendukung kreativitas, (2) komponen emosional
lebihpenting daripada intelektual, yang tak rasional lebih penting daripada yang rasional dan (3)
untuk meningkatkan peluang keberhasilan dalam memecahkan suatu masalah harus lebih dahulu
memahami komponen emosioanl dan irrasional.

33. Go Around (Berputar)


Model pembelajaran kooperatif tipe go around sebenarnya adalah variasi dari model
pembelajaran kooperatif tipe group investigasi.

34. Reciprocal Teaching (Pengajaran Timbal Balik)


Model pembelajaran kooperatif tipe reciprocal teaching (pengajaran timbal balik)
dikembangkan oleh Brown & Paliscar (1982). Pengajaran timbal balik atau reciprocal teaching
ini juga merupakan sebuah model pembelajaran kooperatif yang meminta siswa untuk
membentuk pasangan-pasangan saat berpartisipasi dalam sebuah dialog (percakapan atau
diskusi) mengenai sebuah teks (bahan bacaan). Setiap anggota pasangan akanbergantian
membaca teks dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, menerima dan memperoleh umpan balik
(feedback).
Model pembelajaran tipe reciprocal teaching ini memungkinkan siswa untuk melatih dan
menggunakan teknik-teknik metakognitif seperti mengklarifikasi, bertanya, memprediksi, dan
menyimpulkan. Model pembelajaran kooperatif tipe reciprocal teaching ini dikembangkan atas
dasar bahwa siswa dapat belajar secara efektif dari siswa lainnya. Baca artikel yang lebih rinci
tentang model pembelajaran kooperatif tipe reciprocal teaching (pengajaran timbal balik).

35. CIRC (Cooperative Integrated Reading Composition)


Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (cooperative integrated reading composition)
adalah sebuah model pembelajaran yang sengaja dirancang untuk mengembangkan kemampuan
membaca, menulis, dan keterampilan-keterampilan berbahasa lainnya baik pada jenjang
pendidikan tinggi maupun jenjang dasar. Pada tipe model pembelajaran kooperatif yang satu ini
siswa tidak hanya mendapat kesempatan belajar melalui presentasi langsung oleh guru tentang
keterampilan membaca dan menulis, tetapi juga teknik menulis sebuah komposisi (naskah).
CIRC dikembangkan untuk menyokong pendekatan pembelajaran tradisional pada mata
pelajaran bahasa yang disebut “kelompok membaca berbasis keterampilan”.
Pada model pembelajaran CIRC ini siswa berpasang-pasangan di dalam kelompoknya.
Ketika guru sedang membantu sebuah kelompok-membaca (reading group), pasangan-pasangan
saling mengajari satu sama lain bagaimana “membaca-bermakna” dan keterampilan menulis
melalui teknik reciprocal (timbal balik). Mereka diminta untuk saling bantu untuk menunjukkan
aktivitas pengembangan keterampilan dasar berbahasa (misalnya membaca bersuara (oral
reading), menebak konteks bacaan, mengemukakan pertanyaan terkait bacaan, menyimpulkan,
meringkas, menulis sebuah komposisi berdasarkan sebuah cerita, hingga merevisi sebuah
komposisi). Setelah itu, buku kumpulan komposisi hasil kelompok dipublikasikan pada akhir
proses pembelajaran. Semua kelompok (tim) kemudian diberikan penghargaan atas upaya
mereka dalam belajar dan menyelesaikan tugas membaca dan menulis.

36. The Williams


Tipe model pembelajaran kooperatif The Williams mengajak siswa melakukan kolaborasi
untuk menjawab sebuah pertanyaan besar yang merupakan sebuah tujuan pembelajaran. Pada
model pembelajaran ini siswa dikelompok-kelompoknya secara heterogen seperti pada tipe
STAD. Kemudian setiap kelompok diberikan pertanyaan yang berbeda-beda dengan tujuan
untuk meningkatkan kemampuan kognitif yang memungkinkan siswa dapat mencapai tujuan
pembelajaran tersebut.

37. TPS (Think Pairs Share)


Model pembelajaran kooperatif tipe TPS (think pairs share) mulanya dikembangkan oleh
Frank T. Lyman (1981). Tipe model pembelajaran kooperatif ini memungkinkan setiap anggota
pasangan siswa untuk berkontemplasi terhadap sebuah pertanyaan yang diajukan.
Setelah diberikan waktu yang cukup mereka selanjutnya diminta untuk mendiskusikan
apa yang telah mereka pikirkan tadi (hasil kontemplasi) dengan pasangannya masing-masing.
Setelah diskusi dengan pasangan selesai, guru kemudian mengumpulkan tanggapan atau jawaban
atas pertanyaan yang telah diajukan tersebut dari seluruh kelas.

38. TPC (Think Pairs Check)


Model pembelajaran kooperatif tipe think pairs-check adalah modifikasi dari tipe think
pairs share, di mana penekanan pembelajaran ada pada saat mereka diminta untuk saling cek
jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan guru saat berada dalam pasangan.

39. TPW (Think Pairs Write)


Tipe model pembelajaran kooperatif TPW (Think Pairs Write) juga merupakan variasi
dari model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pairs Share). Penekanan model
pembelajaran kooperatif tipe ini adalah setelah mereka berpasangan, mereka diminta untuk
menuliskan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Model
pembelajaran kooperatif tipe TPW ini sangat cocok untuk pelajaran menulis.

40. Tea Party (Pesta Minum Teh)


Pada model pembelajaran kooperatif tipe tea party, siswa membentuk dua lingkaran
konsentris atau dua barisan di mana siswa saling berhadapan satu sama lain. Guru mengajukan
sebuah pertanyaan (pada bidang mata pelajaran apa saja) dan kemudian siswa mendiskusikan
jawabannya dengan siswa
yang berhadapanan dengannya. Setelah satu menit, baris terluar atau lingkaran terluar
bergerak searah jarum jamsehingga akan berhadapan dengan pasangan yang baru. Guru
kemudian mengajukan pertanyaan kedua untuk mereka diskusikan. Langkah-langkah seperti ini
terus dilanjutkan hingga guru selesai mengajukan 5 atau lebih pertanyaan untuk didiskusikan.
Untuk sedikit variasi dapat pula siswa diminta menuliskan pertanyaan-pertanyaan pada kartu-
kartu untuk catatan nanti bila diadakan tes.

41. Write Around (Menulis Berputar)


Model pembelajaran kooperatif tipe write around ini cocok digunakan untuk menulis
kreatif atau untuk menulis simpulan. Pertama-tama guru memberikan sebuah kalimat pembuka
(contohnya: Bila kamu akan berulang tahun, maka kamu akan meminta hadiah berupa...).
Mintalah semua siswa dalam setiap kelompok untuk menyelesaikan kalimat tersebut.
Selanjutnya mereka ia menyerahkan kertas berisi tulisannya tersebut ke sebelah kanan, dan
membaca kertas lain yang mereka terima setelah diserahkan oleh kelompok lain, kemudian
menambahkan satu kalimat lagi.
Setelah beberapa kali putaran, maka akan diperoleh 4 buah cerita atau tulisan (bila di
kelas dibentuk 4 kelompok). Selanjutnya beri waktu bagi mereka untuk membuat sebuah
kesimpulan dan atau mengedit bagian-bagian tertentu, kemudian membagi cerita atau simpulan
itu dengan seluruh kelas. Write around adalah modifikasi dari model pembelajaran kooperatif go
around.

42. Round Robin Brainstorming atau Rally Robin


Contoh pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Round Robin Brainstorming
misalnya : berikan sebuah kategori (misalnya “nama-nama sungai di Indonesia) untuk
didiskusikan. Mintalah siswa bergantian untuk menyebutkan item-item yang termasuk ke dalam
kategori tersebut.

43. LT (Learnig Together)


Orang yang pertama kali mengembangkan jenis model pembelajaran kooperatif tipe
Learning Together (Belajar Bersama) ini adalah David johnson dan Roger Johnson di
Universitas Minnesota pada tahun 1999. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Learning
Together, siswa dibentuk oleh 4 – 5 orang siswa yang heterogen untuk mengerjakan sebuah
lembar tugas.
Setiap kelompok hanya diberikan satu lembar kerja. Mereka kemudian diberikan pujian dan
penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok. Pada model pembelajaran Kooperatif dengan
variasi seperti Learning Together ini, setiap kelompok diarahkan untuk melakukan kegiatan-
kegiatan untuk membangun kekompakan kelompok terlebih dahulu dan diskusi tentang
bagaimana sebaiknya mereka bekerjasama dalam kelompok.

44. Student Team Learning (STL - Kelompok Belajar Siswa)


Model pembelajaran kooperatif tipe student team learning ini dikembangkan di John
Hopkins University – Amerika Serikat. Lebih dari separuh penelitian tentang pembelajaran
kooperatif di sana menggunakan student team learning. Pada dasarnya model pembelajaran
kooperatif yang satu ini sama saja dengan model pembelajaran kooperatif yang lain yaitu adanya
ide dasar bahwa siswa harus bekerjasama dan turut bertanggungjawab terhadap pembelajaran
siswa lainnya yang merupakan anggota kelompoknya.

45. Two Stay Two Stray


Model pembelajaran kooperatif two stay two stray ini sebenarnya dapat dibuat variasinya,
yaitu berkaitan dengan jumlah siswa yang tinggal di kelompoknya dan yang berpencar ke
kelompok lain. Misalnya: (1) one stay three stray (satu tinggal tiga berpencar); dan (2) three stay
one stray (tiga tinggal satu berpencar). Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray
dikembangkan pertama kali oleh Spencer Kagan (1990). Dengan struktur kelompok kooperatif
seperti tipe two stay two stray ini dapat memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk
saling berbagi informasi dengan kelompok-kelompok lain.

Anda mungkin juga menyukai