Anda di halaman 1dari 27

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id
7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan

terjadi melalui pancaindra manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Hal ini penting untuk

membentuk tindakan seseorang. Sebagian besar pengetahuan dapat

diperoleh melalui indra penglihatan dan pendengaran (Notoatmodjo,

2007).

Menurut Mubarak (2011), pengetahuan merupakan seluruh apa yang

diketahui berdasarkan hasil pengalaman yang telah didapatkan oleh setiap

manusia. Pengetahuan berbeda dengan kepercayaan, takhayul, dan

penerangan yang keliru.

b. Jenis

Menurut Budiman dan Riyanto (2013), pengetahuan merupakan

bagian dari perilaku kesehatan. Ada dua jenis pengetahuan sebagai

berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

1) Pengetahuan Implisit

Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang berbentuk dari

pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat

nyata misalnya keyakinan pribadi, perspektif dan prinsip. Secara

implisit pengetahuan sulit untuk ditransfer ke orang lain biasanya

pengetahuan ini berisi kebiasaan dan budaya.

2) Pengetahuan Eksplisit

Pengetahuan secara eksplisit yaitu pengetahuan yang disimpan dalam

wujud nyata atau wujud perilaku kesehatan. Pengetahuan nyata

diaplikasikan dalam tindakan yang berhubungan dengan kesehatan.

c. Tahapan

Menurut Notoatmodjo (2007), menyebutkan ada enam tahapan

pengetahuan yaitu:

1) Tahu (Know)

Kemampuan untuk mengenali maupun mengingat materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang

paling rendah. Mampu menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan

merupakan kata yang tepat untuk mengukur bahwa orang tersebut

telah tahu materi yang telah dipelajari. Misalnya, suami dapat

mendefinisikan IMD.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara baik terhadap objek yang diketahui dan dapat

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

mengintrepertasikan materi tersebut secara benar. Misalnya suami

dapat menjelaskan keuntungan dari IMD.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi yaitu kemampuan dalam menggunakan materi pada situasi

dan kondisi yang sebenarnya. Misalnya suami membantu

mempersiapkan kebutuhan selama IMD.

4) Analisis (Analysis)

Analisis yaitu suatu kemampuan untuk suatu materi atau objek ke

dalam komponen-komponen, tetapi masih ada hubungan satu sama

lain. Misalnya suami melakukan analisis perilaku bayi saat IMD.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis terkait dengan suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Misalnya suami mempunyai niat untuk mendukung pelaksanaan

IMD.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berhubungan dengan kemampuan untuk penilaian terhadap

suatu materi atau objek. Penilaian dapat berdasarkan suatu kriteria

yang ditentukan sendiri maupun memakai kriteria yang sudah ada.

Misalnya suami dapat mengambil kesimpulan bahwa respons positif

dibutuhkan dalam membantu keberhasilan proses IMD.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

d. Cara Memperoleh Pengetahuan

a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan

a) Cara coba salah adalah cara memperoleh pengetahuan dengan coba

salah dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam

memecahkan alternatif masalah, jika kemungkinan itu gagal maka

akan dicoba.

b) Cara kekuasaan atau otoritas yaitu pemimpin di masyarakat baik

informal atau formal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan

berbagai orang lain yang mempunyai otoritas, baik berdasarkan

fakta maupun penalaran dapat sebagai sumber pengetahuan.

c) Berdasarkan pengalaman pribadi yaitu dapat digunakan sebagai

tambahan pengetahuan melalui pemecahan yang dihadapi masa

lalu.

2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara modern dapat disebut penelitian ilmiah atau biasa disebut

metodologi penelitian, sehingga, akhirnya lahir suatu cara untuk

melakukan penelitian ilmiah (Notoatmodjo, 2007).

e. Proses Perilaku Tahu

Menurut Notoatmodjo (2007), Pengetahuan merupakan dasar

pembentukan tindakan seseorang (overt behaviour). Berdasarkan

penelitian, perilaku yang didasari oleh pengetahuan kesadaran, dan

sikap yang positif akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

(berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang

berurutan untuk terjadinya sebuah perilaku, yaitu:

1) Awareness (Kesadaran)

Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih

dahulu terhadap stimulus atau objek.

b. Interest (Ketertarikan)

Dimana individu mulai menaruh perhatian dan mulai tertarik

kepada stimulus. Sikap subjek sudah mulai timbul pada tahap ini.

c. Evaluation (Menimbang-nimbang)

Individu akan mempertimbangkan baik maupun buruknya

tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti

sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial

Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru sesuai apa yang

dikehendaki oleh stimulus.

e. Adoption

Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

f. Faktor –Faktor yang Memengaruhi Pengetahuan

Menurut Wawan dan Dewi (2010), faktor-faktor yang

memengaruhi pengetahuan yaitu :

1) Faktor Internal

a) Pendidikan

Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal

yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas

hidup.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin mudah

pula dalam menerima informasi, sehingga pengetahuan yang

dimiliki semakin bertambah. Demikian sebaliknya, apabila seorang

memiliki tingkat pendidikan yang rendah, akan menghambat

perkembangan sikap dalam memperoleh informasi baru (Mubarak,

2011).

b) Pekerjaan

Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama

untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.

Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu serta

dapat memberikan pengalaman maupun pengetahuan.

c) Umur

Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang

akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

Menurut Papalia dan Feldman (2014), tahap perkembangan utama

perkembangan manusia dibagi menjadi delapan periode sebagai

berikut:

(1) Periode Pranatal (pembuahan- kelahiran): Kemampuan untuk

belajar dan mengingat berkembang

(2) Bayi dan Batita (lahir-usia 3 tahun): Kemampuan penggunaan

bahasa berkembang pesat

(3) Awal masa anak (usia 3-6 tahun): Kognitif menghasilkan ide-

ide yang tidak masuk akal

(4) Pertengahan masa anak (usia 6 -11 tahun): Memori dan

kemampuan bahasa meningkat

(5) Remaja (usia 11-20 tahun): Pemikiran belum matang

(6) Peralihan Dewasa Muda (usia 20-40 tahun): pemikiran dan

perkembangan moral menjadi lebih kompleks

(7) Pertengahan masa dewasa (usia 40-65 tahun): Kemampuan

mental di puncak, pengalaman ketrampilan praktis

menyelesaikan masalah.

(8) Dewasa akhir atau lanjut (usia 65 keatas): intelegensi dan

memori memburuk

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

2) Faktor Eksternal

a) Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar

manusia dan pengaruhnya yang dapat memengaruhi

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

Dalam hal ini petugas kesehatan dapat menjadi sarana

meningkatkan pengetahuan dengan memberikan penyuluhan atau

konseling pada suami. Hal ini terdapat pada Peraturan Pemerintah

No 33 tahun 2012 Pasal 13 ayat 1 menyebutkan bahwa untuk

mencapai pemanfaatan pemberian ASI eksklusif secara optimal,

tenaga kesehatan wajib memberikan informasi dan edukasi kepada

ibu atau keluarga dari bayi yang bersangkutan sejak pemeriksaan

kehamilan sampai dengan periode pemberian ASI eksklusif selesai

b) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

memengaruhi sikap dalam menerima informasi.

Menurut Lowdermilk (2013), kepercayaan dan praktik budaya

sangat penting menentukan sikap orang tua dalam penyesuaian

peran keluarga baru. Hal ini tercermin dari interaksi antara orang

tua yang memberikan perawatan kepada bayinya.

g. Kriteria Tingkat Pengukuran

Menurut Notoatmodjo (2007) Pengukuran pengetahuan dapat

dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita

sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan.

Menurut Arikunto dalam Wawan dan Dewi (2010), tingkat

pengetahuan seseorang dapat diinterpretasikan dengan skala yang bersifat

kualitatif, yaitu:

a. Baik (jawaban terhadap kuesioner 76 – 100% benar)

b. Cukup (jawaban terhadap kuesioner 56 – 75% benar)

c. Kurang (jawaban terhadap kuesioner < 56% benar)

2. Konsep Sikap

a. Pengertian

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus maupun objek. Manifestasi sikap itu

tidak dapat dilihat secara langsung, tetapi dapat ditafsirkan terlebih

dahulu dari perilaku yang tertutup (Wawan dan Dewi, 2010).

Menurut Secord and Backman dalam Azwar (2013), sikap merupakan

keteraturan tertentu dalam hal kognitif (pemikiran), afektif (perasaan), dan

konatif (predisposisi tindakan) terhadap suatu aspek di lingkungan

sekitarnya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

b. Komponen Sikap

Menurut Azwar (2013) struktur sikap terdiri dari 3 komponen:

1) Komponen Kognitif

Komponen kognitif menggambarkan apa yang dipercayai mengenai

apa yang benar oleh seseorang pemilik sikap. Kepercayaan menjadi

dasar pengetahuan seseorang mengenai objek tertentu yang akan

diharapkan.

2) Komponen Afektif

Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek

emosional seseorang terhadap suatu objek. Komponen ini disamakan

dengan perasaan yang dimiliki terhadap suatu objek.

3) Komponen Konatif

Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan kepercayaan dan

perasaan seseorang dalam berprilaku berkaitan dengan objek sikap

yang dihadapinya dengan cara-cara tertentu.

c. Tahapan

Menurut Notoatmodjo (2007) tingkatan sikap terdiri dari 4 tahap yaitu:

1) Menerima (Receiving)

Tahap menerima diartikan sebagai kepekaan seseorang dalam

menerima rangsangan dalam bentuk masalah, situasi maupun gejala.

Receiving dapat berarti kemauan untuk menerima stimulus. Misalnya

sikap suami tentang IMD dapat dilihat dari kesediaan suami untuk

menerima penjelasan Inisiasi Menyusu Dini dari petugas kesehatan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

2) Merespons (Responding)

Memberikan jawaban bila berikan pertanyaan, menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha

untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan.

Walaupun jawaban benar atau salah seseorang sudah menerima ide

tersebut. Misalnya suami mendukung secara positif proses IMD

kepada ibu.

3) Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan suatu masalah adalah

indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang suami mengajak

keluarga untuk mendukung IMD.

4) Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala risiko yang telah dipilihnya adalah

tingkatan sikap yang paling tinggi. Misalnya suami mau menemani

ibu dalam melakukan IMD walaupun suami mempunyai keterbatasan

waktu untuk melakukan pekerjaan lainnya.

d. Pengukuran

Ranah afektif berbeda dengan ranah kognitif dalam pengukurannya

karena ranah afektif yang diukur adalah menerima, merespons,

menghargai, mengorganisasi, dan menghayati. Skala dalam pengukuran

ranah afektif menggunakan skala sikap. Skala sikap dinyatakan dalam

bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden. Skala yang biasanya

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

digunakan adalah skala likert. Hasil pengukuran berupa kategori sikap

berupa sikap positif maupun sikap negatif (Budiman dan Riyanto, 2013).

Menurut Azwar (2013) pengukuran sikap responden relatif lebih

negatif atau positif dapat dilihat nilai T nya, nilai T adalah nilai

standar skala likert. Sikap responden relatif lebih positif jika nilai T >

mean T sedangkan pada sikap relatif negatif jika T ≤ mean T. Adapun T

dihitung menggunakan rumus :

̅
T = 50 + 10

Keterangan:

x = Skor responden pada skala sikap yang diubah menjadi skor T

̅ = Mean skor kelompok

s = Deviasi standar skor kelompok

e. Faktor-faktor yang memengaruhi Sikap

Menurut Azwar (2013) faktor-faktor yang memengaruhi sikap keluarga

terhadap objek sikap antara lain:

1) Pengalaman Pribadi

Pengalaman pribadi merupakan pembentukan dasar dari sikap dan

pengalaman seseorang. Oleh sebab itu, sikap akan mudah terbentuk

apabila pengalaman pribadi terjadi dalam situasi yang melibatkan

faktor emosional.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

2) Pengaruh Orang lain yang dianggap penting

Pada dasarnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang searah

dengan sikap orang yang dianggap penting dalam kehidupannya. Hal

ini dimotivasi oleh keinginan untuk menghindar konflik dengan orang

yang dianggap penting tersebut. Pengaruh keluarga atau orang lain

melalui bertukar pikiran akan meningkatkan pengetahuan suami agar

belajar mengenali sinyal-sinyal yang dikeluarkan oleh bayi baru lahir

(Suradi, 2010).

Menurut Faizah (2012), tenaga kesehatan dapat menjadi sumber

informasi karena suami sebagai pendamping ibu biasanya terlibat

secara langsung dalam memperoleh informasi tentang IMD di

pelayanan kesehatan.

3) Pengaruh Kebudayaan

Kebudayaan yang telah tertanam tanpa disadari mengarahkan sikap

manusia terhadap berbagai masalah. Kebudayaan memberikan corak

pengalaman yang bewarna di dalam masyarakat. Pada saat pertemuan

pertama dengan bayi, berdasarkan kebudayaan agama Islam wajib

hukumnya untuk mengadzankan bayi segera setelah lahir. Oleh

karena itu, suami diberikan kesempatan mengadzankan bayinya di

dada ibunya. Hal ini merupakan suatu pengalaman yang berkesan

bagi ibu, bayi dan suami (Roesli, 2008).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20

4) Media Masa

Media masa baik melalui surat kabar, radio maupun lainnya

seharusnya menyajikan berikan faktual bukan disampaikan secara

objektif yang dipengaruhi oleh sikap penulisnya. Sehingga hal ini

akan memengaruhi konsumen.

5) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Ajaran agama dan moral dari lembaga pendidikan maupun lembaga

agama sangat menentukan sistem kepercayaan (spiritual) sehingga

konsep tersebut memengaruhi sikap seseorang.

f. Fakta Emosional

Suatu bentuk sikap menggambarkan pernyataan yang didasari oleh

emosi yang berperan sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan

bentuk pertahanan ego.

Sikap ayah dalam mendukung pelaksanaan IMD sangat berarti bagi

ibu. Suami dapat berperan aktif terhadap proses IMD melalui

dukungan secara emosional dan praktis karena IMD merupakan

langkah awal keberhasilan pemberian ASI secara eksklusif (Roesli,

2008).

f. Sikap Suami dalam IMD

Pendampingan kegiatan IMD melalui dukungan moril, bantuan dan

pengawasan sudah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 33 tahun

2012 pasal 13. Pendampingan suami dalam memberikan dukungan

kepada ibu termasuk dukungan sosial yang sangat kompleks karena suami

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21

mulai mendampingi ibu saat kehamilan, persalinan bahkan sampai nifas.

Kehadiran suami yang paling berarti yaitu pada saat proses persalinan.

Hal yang perlu diperhatikan pertama kali oleh suami adalah

pengetahuan suami dalam dalam mengambil keputusan sebab,

pengetahuan menjadi dasar sikap dalam menentukan keberhasilan IMD.

Keterlibatan suami dalam mencari informasi sebagai salah satu hal yang

memengaruhi keberhasilan IMD. Suami dianjurkan belajar mengenali

sinyal-sinyal yang dikeluarkan oleh bayi baru lahir dengan banyak

membaca, bertukar pikiran dengan orang lain (Suradi, 2010).

Menurut Sriasih (2014) dukungan suami sangat dianjurkan dalam IMD

karena dapat mendorong ibu untuk melakukan IMD. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan suami dan IMD.

Apabila suami kurang mendukung adanya IMD, maka risiko

ketidakberhasilan IMD akan mengalami tujuh kali lebih besar daripada

suami yang memberikan dukungan pada ibu. Kurangnya dukungan suami

selama Inisiasi disebabkan oleh kurangnya pengetahuan suami akibat

belum diberikan informasi berupa konseling mengenai Inisiasi Menyusu

Dini saat mendampingi ibu dalam memeriksakan kehamilan

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sirajuddin (2013)

motivasi maksimal dari suami akan memberikan kesan positif kepada ibu

untuk diperhatikan dan dihargai, sehingga dukungan emosional dari suami

sangat memengaruhi keberhasilan IMD. Suami yang tidak mendukung

terjadi karena menganggap proses menyusui melibatkan hubungan antara

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22

istri dan bayi. Sehingga, banyak suami cenderung menyerahkan segala

pemberian ASI pada ibu saja dan tidak perlu ikut campur dalam proses

tersebut

Menurut Mannion (2013) dorongan suami secara verbal serta

keterlibatan aktif dalam kegiatan menyusui dikaitkan dengan menguatkan

keyakinan dan kemampuan ibu untuk menyusui. Ibu yang mendapatkan

dukungan positif menunjukkan kepercayaan diri yang lebih tinggi dalam

menyusui.

Suami dapat memberikan motivasi berupa keyakinan tentang IMD.

Pemberian dukungan juga dapat dilakukan secara fisik, emosional maupun

psikologis (Mansur dan Budiarti, 2014). Sebelum IMD, suami dapat

memberikan dukungan melalui ikut berpatisipasi aktif dalam mengambil

keputusan, memiliki sikap positif serta mempunyai pengetahuan yang luas

tentang pentingnya IMD sebagai langkah awal menyusui.

Suami dapat menganalisis keuntungan IMD baik bagi ibu maupun

bayi. IMD memberi kesempatan untuk mengoptimalkan kemampuan bayi

dalam menemukan puting susu ibu sendiri. Keuntungan IMD bagi ibu

yaitu membentuk kelekatan ibu terhadap bayinya. Selain itu, memberikan

manfaat bagi suami untuk mengembangkan kelekatan dengan bayinya.

Hal ini sangat baik dilakukan karena IMD merupakan masa sensitif untuk

meningkatkan kedekatan hubungan ayah, ibu dan bayi. Menurut Mansur

dan Budiarti (2014) masa setelah bayi lahir merupakan masa sebagai

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23

psikis honeymoon sebab kelekatan orang tua akibat kontak yang lama akan

menciptakan hubungan baru yang romantis kepada bayinya.

3. Konsep IMD

a. Pengertian

Inisiasi Dini (early initation) merupakan proses pemberian ASI kepada

bayi secara langsung setelah bayi lahir. IMD (IMD) atau permulaan

menyusu dini adalah mulainya bayi menyusu sendiri setelah lahir dengan

cara merangkak mencari payudara atau dinamakan the breast crawl dan

membiarkan kontak kulit bayi dengan ibunya selama satu jam setelah

lahir (KBBI, 2014; Roesli, 2008).

IMD adalah menyusui bayi pada ibu segera setelah lahir selambatnya

30 menit setelah kelahiran dengan dibiarkan mencari puting susu sendiri.

Lama IMD biasanya 55 menit sampai 2 jam (Werdayanti, 2013).

b. Keuntungan

1) Bagi Ibu

Adanya rangsangan dari mulut bayi dalam menghisap puting susu

akan merangsang pengeluaran hormon oksitosin dan prolaktin pada

ibu. Hormon prolaktin akan meningkatkan produksi ASI dan menunda

ovulasi. Sementara itu, hormon oksitosin meningkatkan pengeluaran

kolostrum serta memengaruhi ibu dalam membantu kontraksi uterus,

sehingga mengurangi adanya perdarahan pascapersalinan dan

membuat ibu menjadi rileks (JNPK-KR, 2008).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24

Gerakan menendang bayi pada perut ibu menjadi terapi pemicu

kontraksi rahim karena ada pengeluaran hormon oksitosin, sehingga

membantu mempercepat pelepasan plasenta (Werdayanti, 2013).

2) Bagi Bayi

Bayi segera menyusu mendorong ketrampilan menyusui lebih cepat

dalam melatih reflek mencari (rooting reflex), reflek menghisap

(sucking reflex) dan reflek menelan (swallowing reflex). Reflek hisap

terjadi pada 20-30 menit pertama setelah bayi lahir. Jika bayi tidak

disusui reflek ini akan berkurang cepat dan akan muncul kembali

dalam keadaan secukupnya pada 40 jam. Padahal kandungan

kolostrum puncaknya terjadi pada 12 jam pertama. Kolostrum yaitu

makanan dengan kualitas tinggi mengandung antibodi yang berguna

sebagai kekebalan pasif. Reflek menghisap bayi terjadi pada

puncaknya 20-30 menit setelah bayi lahir. Selain itu, kontak kulit ibu

dan bayi akan meningkatkan jalinan kasih sayang, meningkatkan berat

badan bayi dengan lebih cepat serta dapat mencegah kehilangan panas

tubuh bayi yang berlebihan karena suhu ibu dapat menyesuaikan suhu

tubuh bayi sehingga bayi lebih tenang (JNPK-KR, 2008; Roesli,

2008).

Menurut Niels Bregman dalam Roesli (2008) kulit ibu dapat

menyesuaikan dengan kondisi bayi baru lahir. Kulit ibu setelah

melahirkan naik satu derajat dibandingkan dengan ibu yang tidak

melahirkan, dan secara otomatis suhu ibu naik dua derajat apabila bayi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25

kedinginan. Sebaliknya, suhu kulit ibu akan turun satu derajat, jika

bayi kepanasan.

Jalinan kasih sayang ibu kepada bayi dapat diungkapkan pertama kali

melalui bounding attachment. Bounding attachment merupakan

langkah awal pembentukan kasih sayang antara ibu dan bayi baru lahir

secara terus menerus, sehingga akan menimbulkan interaksi/ ikatan

antara orang tua dan bayinya (Mansur dan Budiarti, 2014).

Menurut Saifuddin (2009) manfaat IMD bagi bayi adalah membantu

stabilisasi pernapasan dan detak jantung, mengurangi infeksi

nosokomial karena adanya kolonisasi di usus bayi akibat bayi menjilat

bakteri baik di kulit ibu, akan mempercepat pengeluaran mekonium,

sehingga kadar bilirubin normal dan menurunkan insiden ikhterus

pada bayi baru lahir.

c. Tahapan Perilaku Bayi dalam IMD

a. 30 menit pertama: Stadium istirahat/ diam dalam keadaan siaga (rest/

quite alert stage), bayi hanya diam tidak melakukan gerakan dan

sesekali mata terbuka lebar melihat ibunya. Masa ini merupakan masa

yang istimewa sebab bayi dalam keadaan aman mulai menyesuaikan

kondisi intrauteri ke ekstrauteri.

b. Antara 30-40 menit: Bayi mengeluarkan sedikit suara dan gerakan di

mulut seperti menjilat dan ingin minum. Adanya vernix caseosa dan

bau cairan amnion yang melapisi tangan bayi akan membimbing bayi

untuk menemukan payudara dan puting susu ibu.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26

c. Bayi mulai mengeluarkan air liur pertanda bahwa ada makanan

disekitarnya.

d. Bayi mulai merangkak ke payudara dengan menghentak-hentakkan

kepala ke dada ibu. Areola sebagai sasaran pencariannya, bayi dapat

menoleh kekiri maupun kekanan dan meremas daerah puting susu

dengan jari-jarinya. Secara mandiri, bayi sudah dapat membedakan

terang dan gelap pada areola. Hal ini membangkitkan indra peciuman

dan penglihatan bayi.

Ketika bayi menemukan puting susu, bayi siap menyusui akan

mengulum puting kemudian membuka mulut lebar dan melekat

dengan baik (Saleha, 2009; Werdayanti, 2013).

d. Hal yang Menyebabkan Bayi Mampu Menemukan Sendiri Puting

Susu Ibunya:

1) Sensory Inputs

Sensory inputs terdiri dari indra penciuman bayi yang sensitif

terhadap bau khas ibunya, indra penglihatan bayi mampu

membedakan pola hitam putih, bayi akan mengenali wilayah putting

dan areola karena bewarna gelap, indra pengecap yaitu bayi mampu

merasakan cairan ketuban yang melekat di daerah jari-jarinya

sehingga bayi suka menjilati tangannya saat bayi baru lahir, indra

pendengaran dimulai sejak bayi didalam kandungan mendengarkan

suara ibunya, dan indra perasa dari sentuhan kulit dengan ibunya

merupakan sensasi utama mendapatkan kehangatan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27

2) Central Component

Kemampuan bayi dalam mengeksplorasi lingkungan pertama yaitu

pada tubuh ibunya. Rangsangan ini harus segera dilakukan karena

jika terlalu lama dibiarkan, bayi akan kehilangan kemampuan. Selain

itu, bayi yang dipisahkan dengan ibunya akan lebih sering menangis

daripada bayi yang diletakkan di tubuh ibunya.

3) Motor Output

Gerak alamiah pada bayi pertama kali adalah merangkak diatas tubuh

ibunya. Selain bayi mencari puting susu, gerakan bayi merangkak

bermanfaat untuk mendorong plasenta dan mengurangi perdarahan

pada rahim (Aprillia, 2010).

e. Langkah-langkah

Menurut JNPK-KR (2008) terdapat 3 langkah IMD

a. Langkah 1: Melahirkan bayi, lakukan penilaian dan keringkan tubuh

bayi.

b. Langkah 2: Melakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi selama

paling sedikit satu jam dengan memasang selimut dan topi pada bayi.

c. Langkah 3: Membiarkan bayi mencari dan menemukan puting susu

ibu secara mandiri. Kemudian dilanjutkan dengan asuhan bayi baru

lahir seperti pemberian vitamin K1 dan suntikan hepatitis B.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28

f. Tata Laksana

Pelaksanaan IMD merupakan hasil interaksi antara pengetahuan dan

sikap. Menurut Werdayanti (2013) tata laksana IMD berdasarkan

UNICEF 2007:

a. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan.

b. Disarankan dalam menolong persalinan, petugas kesehatan

mengurangi penggunaan obat kimiawi atau mengganti dengan cara

non kimiawi, misalnya pijat, aroma terapi atau hypnobirthing.

c. Biarkan ibu menentukan cara dan posisi dalam persalinan.

d. Kepala dan badan bayi dikeringkan secepatnya, kecuali kedua tangan

tanpa menghilangkan lemak putih (vernix).

e. Apabila bayi tidak memerlukan tindakan resusitasi. Bayi

ditengkurapkan didada-perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit

ibu, keduanya diselimuti. Jika perlu bayi menggunakan topi.

f. Ibu dapat merangsang mulut bayi dengan sentuhan lembut. Namun

biarkan bayi mencari puting ibu sendiri.

Menurut Proverawati (2010) Beberapa teknik untuk membuka mulut

bayi diantaranya, merangsang mulut bayi dengan meletakkan jari

disepanjang putting disamping bibir atas bayi, dari sudut ke sudut

dengan sentuhan lembut sampai mulut bayi melebar. Kemudian

mengulangi sampai bayi terbuka lebar dan memiliki lidah maju.

g. Ibu didukung untuk mengenali tanda atau perilaku bayi sebelum

menyusu. Menurut Suradi (2010) Posisi ibu yang berbaring mungkin

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29

tidak dapat mengamati aktivitas yang dilakukan bayi. Dukungan

suami sangat berharga bagi ibu, suami dapat membantu ibu untuk

mengenali aktivitas bayi karena hal ini akan meningkatkan

kepercayaan ibu dalam menyusui bayinya.

h. Biarkan kontak kulit ibu dan bayi tetap terjaga paling tidak 1 jam atau

lebih sampai proses menyusui awal selesai. Apabila bayi belum

menyusu, dekatkan bayi ke puting tetapi jangan memasukkan puting

ke mulut bayi. Berikan waktu 30 menit atau 1 jam lagi.

i. Bayi dipisahkan dengan ibu untuk ditimbang, diukur, diberi vitamin

K dan di cap.

j. Rawat gabung merupakan ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar,

selama 24 jam bayi tetap dalam jangkauan ibu. Bayi diberikan

makanan hanya ASI tanpa ditambahkan makanan pre-laktal kecuali

atas indikasi medis.

g. Faktor Penghambat Keberhasilan IMD

a. Ibu yang menggunakan obat kimiawi saat kelahiran memungkinkan

bayi sulit menyusu karena kelehiran dengan obat-obatan ataupun

tindakan, seperti operasi sesar, vakum forsep, sakit karena di lakukan

episiotomi akan mengganggu kemampuan alamiah bayi sehinggga

bayi menyusui dengan lemah. Bahkan menurut Dr. Lennart Righard

dalam Roesli (2008) bayi yang lahir dengan obat-obatan dan segera

terpisah dari ibunya maka tidak akan dapat menyusui sendiri

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30

b. Adanya kebijakan dari rumah sakit untuk tidak melakukan IMD

dengan alasan sebagai berikut:

1) Ibu lelah dan masih kesakitan setelah proses persalinan. Padahal,

ini tidak benar. Rangsangan dari bayi akan mengeluarkan hormon

oksitosin yang akan menenangkan ibu, membuat ibu dan bayinya

menjadi nyaman.

2) Adanya kepercayaan masyarakat yang tidak mengijinkan ibu

untuk menyusui sebelum payudaranya dibersihkan.

3) Adanya anggapan masyarakat bahwa ASI yang bewarna

kekuningan adalah susu basi dan pengeluaran ASI pertama masih

sangat sedikit.

4) Masih minimnya tenaga kesehatan yang terlatih.

5) Kamar bersalin terbatas dan banyak pasien yang sudah mengantri.

6) Belum adanya kesepakatan antara petugas kesehatan tentang IMD

khususnya pada bayi baru lahir melalui seksio sesarea.

7) Ada anggapan bahwa bayi akan kedinginan. Sebagian besar

petugas kesehatan khawatir bila bayi baru lahir mengalami

hipotermi. Padahal tubuh ibu berfungsi sebagai inkubator alami.

8) Menurut masih adanya penatalaksanaan bayi baru lahir dengan

membersihkan, menimbang, mengukur, memberikan vitamin K

dan obat tetes mata segera mungkin.

(Werdayanti, 2013; Suradi, 2010)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31

c. Praktek IMD yang kurang tepat seperti bayi diletakkan di dada ibu

dengan dibedong (tidak adanya kontak kulit secara langsung). Bayi

dibiarkan di dada ibu untuk bonding attachment lama 10-15 menit

sampai tenaga kesehatan menjahit luka perineum, setelah itu bayi

disusukan kemudian dipindahkan ke ruang pemulihan (Roesli, 2008).

d. Ibu mendorong mulut bayi ke puting susu untuk segera disusui

setelah lahir, padahal bayi belum siap menyusu. Bayi dapat

menunjukkan kesiapannya dalam 30-40 menit. Pada jenis persalinan

secara seksio sesarea IMD membutuhkan waktu yang lebih lama dan

tingkat keberhasilan hanya 50% (Aprillia, 2010).

e. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fikawati dan Syafiq

Kurangnya pengetahuan dan pengalaman ibu dapat menjadi faktor

predisposisi kegagalan pelaksanaan IMD. Selain itu, faktor

kemungkinan terpenting adalah ibu tidak difasilitasi melakukan IMD.

4. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Suami tentang IMD

Pengetahuan merupakan hasil dari “Tahu” yang terjadi setelah

mengadakan pengindraan terhadap suatu objek tertentu dengan menggunakan

indra penglihat, pendengar, dan perasa. Sebagian besar pengetahuan diperoleh

melalui penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan merupakan dasar

pembentukan perilaku dari seseorang terhadap suatu objek (Notoatmodjo,

2007).

Sikap merupakan respons yang masih tertutup terhadap suatu stimulus

atau objek. Sikap memiliki 3 komponen yakni kemampuan kognitif, afektif

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32

dan konatif. Kemampuan kognitif (keyakinan), kemampuan afektif

(emosional) dan kemampuan konatif (tindakan). Dibutuhkan keyakinan,

emosional dan tindakan suami untuk mendukung ibu karena ketiga komponen

tersebut akan memberikan keselarasan sikap suami dalam melaksanakan IMD

(Azwar, 2013).

Pengetahuan suami akan memengaruhi sikap suami tentang IMD.

Perubahan sikap didasari oleh pengetahuan yang positif melalui langkah

adanya penerimaan stimulasi yang berupa materi maupun objek tentang IMD

dari orang lain, misalnya informasi dari keluarga maupun petugas kesehatan

akan memengaruhi perhatian suami. Perhatian suami akan meningkatkan rasa

ketertarikan suami terhadap stimulus. Sehingga stimulus dapat bekerja lebih

efektif dan dilanjutkan pada proses berikutnya yaitu evaluasi, suami dapat

mempertimbangkan tindakannya sehingga bersedia untuk melakukan suatu

perubahan sikap baik positif maupun negatif dalam pelaksanaan IMD. Suami

yang memiliki pengetahuan baik akan cenderung menganjurkan dan

mengijinkan istrinya untuk melaksanakan IMD.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33

B. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan dalam tinjauan pustaka dapat
digambarkan kerangka konsep sebagai berikut:

Faktor-faktor yang
mempengaruhi sikap
suami:
Pengetahuan Suami a. Pengalaman
Awareness
tentang IMD pribadi
b. Pengaruh orang
lain
c. Kebudayaan
Interest
d. Faktor emosional
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan suami:
a. Pendidikan Evaluation Sikap Suami
b. Pekerjaan tentang IMD
c. Umur
d. Lingkungan Trial
e. Budaya
Positif Negatif
Adoption

Tingkah laku

Gambar 2.1 Hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap suami tentang
IMD
Keterangan:
: Variabel yang diteliti
: Variabel luar yang tidak diteliti

C. Hipotesis

Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap suami tentang IMD.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai