OLEH:
3.KRESTINA.RUMAHLEWANG (P.1810023)
6.CHRISTI.REIWUTY (P.1810047)
AMBON
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karenaberkat karunia dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn.E Yang Mengalami Fraktur
Dengan Nyeri Akut ini dengan baik tanpa ada halangan suatu apapun.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi kitasemua.
Amin...
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGATNTAR
BAB I Pendahuluan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Defenisi……………………………………………...7
2.3 Etiologi…………………….………………………..8
2.4 Patofisiologi…………………………………………8
2.5 Pathwway…………………………………………..10
2.7 Komplikasi…………………………….…………...11
2.8 Penatalaksanaan……………………………………12
2.11 Nyeri………………...……………………………..19
2.14 Evaluasi……………………………..……………..24
Kesimpulan
Saran
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami
Fraktur Dengan Nyeri Akut Di Ruang Instalasi Gawat Darurat.
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Menurut Smeltzer & Bare (2001) Fraktur atau patah tulang adalah
terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (dikutip
dari Hariyanto & Rini, 2015). Menurut Helmi (2013) Fraktur merupakan
hilangnya kontinuitas tulang, baik yang bersifat total atau sebagian yang
disebabkan oleh trauma fisik, kekuatan sudut, tenaga, keadaan tulang, dan
jaringan lunak. Menurut Mansjoer Fraktrur adalah terputusnya kontinuitas
jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Menurut Juall C.
dalam buku Nursing care plans and Dokumentation menyebutkan bahwa
fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal
yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang (Padila, 2012).
2.4 Patofisiologi
Bila proses ini berjalan terus, terjadilah cedera seluler yang progresif,
penambahan edema jaringan dan kematian sel. Proses ini memperberat dampak
kehilangan darah dan hipoperfusi (Purwadinata dikutip dalam Saferi & Mariza,
2013). Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi disekita tempat
patah dan kedalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut. Jaringan lunak
juga biasanya mengalami kerusakan. Fagositosis dan pembersihan sisa – sisa
sel mati dimulai. Ditempat patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan
berfungsi sebgai jala – jala untuk melakukan aktivitas osteoblast terangsang dan
terbentuk tulang baru imatur yang disebut callus. Bekuan fibrin dirabsorpsi
dan sel – sel tulang baru mengalami remodeling untuk membentuk tulang
sejati. (Corwin dikutip dalam Saferi & Mariza, 2013). Insufisiensi pembuluh
darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan yang berkaitan dengan
pembengkakan yang tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ekstremitas
dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol
pembengkakan dapat mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah
total dapat berakibat anoreksia jaringan yang mengakibatkan rusaknya serabut
saraf maupun jaringan otot.
2.5 Pathway
2.6 Manifestasi klinis
Menurut Clevo & Margareth (2012) Manifestasi klinis pada fraktur antara
lain adalah :
1. Pada tulang traumatic dan cedera jaringan lunak biasanya disertai nyeri.
Setelah terjadi patah tulang terjadi spasme otot yang menambah rasa nyeri.
Pada fraktur stress, nyeri biasanya timbul pada saat aktifitas dan hilang pada
saat istirahat. Fraktur patologis mungkin tidak disertai nyeri.
4. Mungkin tampak jelas posisi tulang dan ekstremitas yang tidak alami.
7. Gerakan abnormal.
9. Krepitasi suara gemeretak akibat pergeseran ujung – ujung patahan tulang satu
sama lain.
2.7 Komplikasi
6. Infeksi : system pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan.
Pada trauma orthopedic infeksi ini dimula pada kulit (superficial) dan
masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bias
juga karena penggunaan bahan lain di dalam pembedahan seperti pin dan
plat.
2.8 Penatalaksanaan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, nomer register, tanggal masuk Rumah Sakit, diagnosa
medis.
b. Pengkajian Primer
Menurut Paul Krisanty (2016) Setelah klien sampai di Instalasi Gawat Darurat
(IGD) yang pertama kali harus dilakukan adalah mengamankan dan
mengaplikasikan prinsip Airway, Breathing, Circulation, Disability Limitation,
Exposure (ABCDE).
Airway : Penilaian kelanaran airway pada klien yang mengalami fraktur meliputi,
pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas yang dapat disebabkan benda asing,
fraktur wajah, fraktur mandibula atau maksila, fraktur laring atau trachea. Usaha
untuk membebaskan jalan nafas harus melindungi vertebral servikal karena
kemungkinan patahnya tulang servikal harus selalu pakain dibuka, penting agar
klien tidak kedinginan klien harus diberikan slimut hangan, ruangan cukup hangat
dan diberikan cairan intravena.
A. Pengkajian Sekunder
B. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada klien fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri
tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lama serangan. Untuk memperoleh
pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri di gunakan:
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur, yang
nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini biasa
kronologi terjadinya penyakit tersebut sehinga nantinya bisa ditentukan kekuatan
yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena.
F. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : dikaji GCS klien
2. System Integumen : kaji ada tidaknya eritema, bengkak, oedema, nyeri
tekan.
3. Kepala : kaji bentuk kepala, apakah terdapat benjolan, apakah ada nyeri
kepala
4. Leher : kaji ada tidaknya penjolankelenjar tiroid, dan reflek menelan.
5. Muka : kaji ekspresi wajah klien wajah, ada tidak perubahan fungsi
maupun bentuk.
6. Mata : kaji konjungtiva anemis atau tidak (karena tidak terjadi
perdarahan).
7. Telinga : kaji ada tidaknya lesi, nyeri tekan, dan penggunaan alat bantu
pendengaran.
8. Hidung : kaji ada tidaknya deformitas, dan pernapasan cuping hidung.
9. Mulut dan Faring : kaji ada atau tidak pembesaran tonsil, perdarahan gusi,
kaji mukosa bibir pucat atau tidak.
10. Paru :
a. Inspeksi : kaji ada tidaknya pernapasan meningkat.
b. Palpasi : kaji pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
c. Perkusi : kaji ada tidaknya redup atau suara tambahan.
d. Auskultasi : kaji ada tidaknya suara nafas tambahan.
11. Jantung
a. Inspeksi : kaji ada tidaknya iktus jantung.
b. Palpasi : kaji ada tidaknya nadi meningkat, iktus teraba atau tidak.
c. Perkusi : kaji suara perkusi pada jantung
d. Auskultasi : kaji adanya suara tambahan
12. Abdomen
a. Inspeksi : kaji kesimetrisan, ada atau tidak hernia
b. Auskultasi : kaji suara Peristaltik usus klien
c. Perkusi : kaji adanya suara
d. Palpasi : ada atau tidak nyeri tekan
13. Ekstremitas
a. Atas : kaji kekuatan otot, rom kanandan kiri, capillary refile,
perubahan bentuk tulang
b. Bawah : kaji kekuatan otot, rom kanan dan kiri, capillary refile,
dan perubahan bentuk tulang
2.10 Diagnosis Keperawatan
1. Perencanaan
Kriteria hasil :
Intervensi :
Kriteria hasil :
Kriteria hasil :
Intervensi :
2.11 Nyeri
Definisi
1. Klasifikasi
Nyeri akut
adalah nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir kurang dari
enam bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jelas.
Nyeri kronis
adalah nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan.nyeri kronis ini polanya
beragamdan berlangsung berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.
1) Fisiologis nyeri
Stimulus suhu, kimia, atau mekanik, biasanya dapat menyebabkan nyeri. Energi
dari stimulus-stimulus ini dapat diubah menjadi listrik. Perubahan energi ini
dinamakan transduksi. Transduksi dimulai di perifer, ketika stimulus terjadinya
nyeri mengirimkan implus yang melewati serabut saraf nyeri perifer yang terdapat
di pancaindra (nosiseptor : safar pancaindra yang menghantarkan stimulus ke
otak), maka akan menimbulkan potensial aksi. Setelah proses tranduksi selesai
tranmisi implus nyeri di mulai (Potter & Perry, 2010).
Menurut Renn & Dorsey (dikutip dari Potter & Perry, 2010) Kerusakan sel dapat
disebabkan oleh stimulus suhu, mekanik, atau kimiawi yang mengakibatkan
pelepasan neurotransmitter eksitatori : seperti prostaglandin, bradikinin, kalium,
histamin, dan subtansi P (Kotak 43-1). Subtansi yang peka terhadap nyeri yang
terdapat disekitar serabut nyeri di cairan
2) Penyebab
Penyebab nyeri dibagi kedalam dua golongan yaitu penyebab yang berhubungan
dengan fisik dan berhubungan dengan psikis. Secara fisik misalnya, penyebab
nyeri adalah taruma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi, maupun elektrik).
Neoplasma, peradangan, gangguan sirkulasi darah dan lain-lain. Secara psikis
penyebab nyeri dapat terjadi oleh karna adanya trauma psikis (Potter & Perry,
2010).
3) Penatalaksanaan nyeri
Metode dan teknik yang dapat dilakukan dalam upaya untuk mengatasi nyeri
antara lain sebagai berikut :
1. Terapi Farmakologi
1 = tidak nyeri
3 = nyeri ringan
6 = nyeri berat
0 = tidak nyeri, tidak ada rasa nyeri waktu istirahat dan aktivitas.
2 = ringan, rasa sakit terus menerus dan kadang tibul sewaktu. Tetapi
masih bisa diabaikan /tidak mengganggu, LGS normal, pada penekanan
kuat terasa sakit, fleksi dan ekstensi sakit.
2.14 Evaluasi
dengan respon perilaku klien yang tampil. Tujuan dari evaluasi antara
(Dermawan, 2012).
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama: : Tn.E
Agama :Islam
Pendidikan :SMA
Pekerjaan: :Swasta
Diagnosa : medisFraktur
Dokter: :Dr.M
Nama : Tn. A
Pendidikan :SMK
Pekerjan :Swasta
3. Pengkajian Sekunder
d. Riwayat penyakit
sebelumnya
Klien mengatakan sebelumnya belum pernah
dirawat di rumah sakit.
e. Last meal
Klien mengatakan makanan terakhir yang
dikonsumsi nasi, lauk, sayur dan teh manis
f. Event leading
Klien datang ke IGD RSUD Salatiga dengan
keluhan nyeri pada pergelangan tangan kanan.
Klien mengalami kecelakaan lalu lintas saat klien
pulang kerja tersrempet truk. Lalu di IGD klien
dilakukan tindakan keperawatan dan pemeriksaan.
Setelah dilakukan pemeriksaan klien mengalami
fraktur.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Bentuk kepala Mesochepal
Kulit kepala Bersih
rambut Hitam pendek
1) Muka
Palpebra Tidak oedema
Konjungtiva Tidak anemis
Sclera Tidak ikterik
Pupil Isokor
Diameter ka/ki 3/3 mm
Reflek terhadap cahaya Positif (+)
Penggunaan alat bantu Tidak menggunakan alat bantu penglihatan
Penglihatan
2) Hidung Bentuk simetris, bersih, tidak ada polip
c. Dada
1) Paru
Inspeksi Bentuk simetris
Perkusi Sonor
Auskultasi Tidak ada suara tabahan
2) Jantung
Inspeksi Bentuk dada simetris, ictuscordis tidak
Palasi tampak
Perkusi Ictus cordis teraba di SIC V
Auskultasi Pekak
Bunyi jantung murni
3) Abdomen
Inspeksi
Auskultasi Tidak ada luka, tidak ada jejas,
Palpasi Terdengar bising usus 15x/ menit
Perkusi Tidak ada nyeri tekan
Terdengar redup pada kuadran I, kuadran II,
III, IV tympani
6) Genetalia
7) Rektum Tidak terpasang kateter
8) Ekstremitas Tidak ada hemoroid
1) Atas Kekuatan
otot ka/ki 2|5
Rom ka/ki
Capillary refile Pergerakan terbatas
< 2 detik
Perubahan
bentuk tulang Terjadi patahan pada tulang radius bagian
kanan, terpasang balut bidai, terdapat luka
robek pada telapak tangan kiri P: 3 cm, L:
0,75 cm, kedalaman: 0,5 cm
2) Bawah
Kekuatan otot ka/ki 5|5
Rom ka/ki
Capillary refile Pergerakan baik
Perubahan bentuk tulang < 2 detik
Tidak ada perubahan bentuk tulang, terdapat
luka abrasi/lecet pada paha kiri ukuran
5x3x0,25
6. Analisa Data
7. Diagnosa Keperawatan
Klien Tn.E
8.Rencana keperawatan
9.Implementasi keperawatan
10.Evaluasi
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
klien.
tertutup.
4. Bagi penulis
dapat menjadi pegangan atau manfaat bagi penulis dalam hal pemberian
DAFTAR PUSTAKA
Alfi Fakhrurrizal. 2015. Pengaruh Pembidaian Terhadap Penurunan Rasa Nyeri
Pada Pasien Fraktur Tertutup Di Ruang Igd Rumah Sakit umum Daerah A.M
Parikesit Tenggarong. Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3. No 2 Desember 2015
Mubarok, wahid L. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Dan Aplikasi
Dalam Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC