DURASI : 2 JP
Visi :
Diakui sebagai pengelola distribusi tenaga listrik yang efisien dengan keandalan dan
kualitas produk yang memenuhi tuntutan pelayanan kelas dunia.
Misi :
Stategi :
Motto :
Empat poin penting yang menjadi tugas dan tanggung jawab divisi distribusi:
Strategi Utama:
Untuk mewujudkan Visi Distribusi dan Pelayanan di atas, telah ditetapkan 3 (tiga)
strategi utama dalam pengelolaan bidang distribusi yaitu :
Sasaran Distribusi:
1. Susut Distribusi
2. SAIDI
3. SAIFI
4. Gangguan JTM per 100 kms
5. Gangguan trafo distribusi
6. Gangguan kubikel
7. Gangguan SR dan APP
8. Response Time (Waktu Tanggap).
9. Recovary Time (Waktu Pemulihan).
2 Operation assets.
3 Maintain (pemeliharaan) Assets.
4 Repair (perbaikan), Replace (penggantian) and Dispose (membuang) of Assets
Visi Distribusi
VISI -
VISI :
EFISIEN
DISTRIBU -
- ANDAL
BERKUALIT
SI AS
Strat
egi ?
Tugas dan
tanggung
EAM
jawab Divisi
Distribusi
Distribus Sasaran Distribusi :
i 1.
2.
Susut Distribusi.
SAIDI.
3. SAIFI
4. Gangguan JTM/100
kms.
1. Kebijakan & 5. Gangguan Trafo
Regulasi. Distribusi.
2. Arahan Strategis. 6. Gangguan Kubikel
3. Kinerja Distribusi. 7. Gangguan SR/APP
4. Optimasi & 8. Response Time.
Sinergi Sumber 9. Recovary Time.
Daya
(3) Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 2682
K/21/MEM/2008 tanggal 13 November 2008 tentang Rencana Umum
Ketenagalistrikan Nasional.
3. Manajemen Proyek
3.1 Pengertian Manajemen Proyek
Manajemen Proyek telah memberi batasan untuk melaksanakan suatu pekerjaan
dengan memanfaatkan sumber daya yang ada melalui pengorganisasian.
Pengertian diatas maksudnya adalah bagaimana mengorganisir, memimpin dan
mengendalikan pemanfaatan segala sumber daya yaitu manusia, uang, bahan dan
alat-alat di dalam suatu usaha untuk mencapai tujuan dengan menggunakan
metode-metode tertentu.
a. Perencanaan
c. Kepemimpinan
d. Pengendalian
b. Kegiatan yang dikelola berjangka pendek dengan sasaran yang telah ditentukan.
Tugas-tugas itu dibebankan kepada suatu tim manajemen yang terdiri dari pemilik,
manajer dan organisasi perancang. Kontraktor dan / atau badan pendukung dana
dapat pula merupakan bagian dari tim tersebut. Hubungan kontrak antar anggota
tim dimaksudkan untuk menekan seminimal mungkin adanya pertentangan dan
menumbuhkan daya tanggap dalam lingkungan tim itu sendiri.
Ciri yang paling membedakan proses manajemen kontruksi dengan yang lainnya
adalah adanya satu perusahaan tunggal, perusahaan manajemen kontruksi yang
terlibat dalam keseluruhan proyek.
Uji jenis ialah pengujian yang lengkap untuk menentukan apakah hasil
produksi telah memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditemukan dalam
standar ini.
Pengujian ini bila telah dilakukan tidak perlu diulang, kecuali bila ada
perubahan bahan atau konstruksi kabel yang kemungkinan dapat merubah
karakteristiknya.
Uji rutin ialah pengujian yang dilakukan secara rutin yang ditentukan dalam
standar ini pada setiap hasil produksi oleh produsen.Pengujian ini harus
dilakukan oleh pabrik pembuat terhadap setiap hasil produksi.
Pengujian ini umumnya dilaksanakan pada saat serah barang. Pengujian ini
Selain itu, ada pengujian yang disyaratkan dalam kontrak, yaitu Factory
Acceptance Test (FAT) yang artinya pengujian serah terima denganbutir
pengujian, meliputi pengujian rutin (routine test) dan pengujian khusus (special
test).
4. Pengertian Inspeksi
Menurut Kep.Dir No 004.K/DIR/2013, inspeksi adalah pemeriksaan suatu desain
produk, jasa, proses, atau pabrik dan penentuankesesuaiannya terhadap
persyaratan tertentu atau persyaratan umum berdasarkan pembuktiansecara
profesional.
Inspeksi adalah suatu pemeriksaan atau pengujian individu terhadap standar yang
telah ditetapkan. Dalam kegiatan enjinering, inspeksi bisa melibatkan pengukuran,
tes, dan alat ukur yang diterapkan untuk karakteristik tertentu terhadap obyek
(peralatan, instrumen, instalasi) atau kegiatan, misalnya: organisasi, proyek.
5. Komisioning
Kegiatan komisioning dapat mempunyai maksud yang berbeda, maka definisi
komisioning juga ada beberapa macam, diantaranya ialah;
6. Pengertian SLO
Sejak diberlakukannya Undang-Undang tentang Ketenagalistrikan, yang pada
beberapa pasalnya menyatakan bahwa : Setiap kegiatan usaha ketenagalistrikan
wajib memenuhi ketentuan keselamatan ketenagalistrikan, untuk mewujudkan
kondisi aman, andal dan akrab lingkungan (A3), maka setiap instalasi tenaga listrik
yang beroperasi wajib memiliki sertifikat laik operasi (SLO).
Bagi PLN, SLO diperlukan sebagai acuan serah terima proyek untukoperasi
komersil (comercial operation). Instalasi yang tidak lulus persyaratan SLO, tidak
diberikan SLO, artinya tidak boleh beroperasi. Mata uji untuk laik operasi ini tidak
selengkap mata uji komisioning, karena yang diperlukan adalah kesesuaian antara
sistim grid yang existing dengan sistim baru yang akan masuk grid.
Apabila komisioning tidak dilaksanakan maka tidak pernah diketahui fungsi dan
kinerja peralatan, sub-sistem dan sistem sehingga tidak layak untuk
dioperasikan.Tidak adanya data hasil komisioning mengakibatkan secara statistik
PLN tidak dapat mengetahui penurunan kualitas fungsi dan kinerja peralatan, sub-
sistem dan sistem.Sedangkan Instalasi yang tidak punya SLO, secara hukum tidak
boleh beroperasi.
Perbedaan antara tujuan kegiatan komisioning dan SLO adalah sebagai berikut :
Tabel 3 Perbandingan Kegiatan Komisioning & SLO
Komisioning SLO
instalasi sesuai yang tertulis dalam buku undangan, peraturan dan standar
peraturan, standar dan ketentuan lain tenaga listrik beroperasi secara aman,
1. Menyerahkan dan menjelaskan kepada PLN daftar peralatan yang akan diuji
disertai hasil uji prakomisioning serta program komisioning, yang terdiri dari :
a. Jadwal
c. Metode/prosedur
b. Data kelainan, kekurangan dan perubahan yang terjadi (deficiency list) dari
peralatan
Wewenang dan tugas organisasi dalam pelaksanaan kegiatan SLO adalah sebagai
berikut :
- Memonitor SLO yang sudah diterbitkan dan menerima laporan dari LIT yang
sudah terakreditasi