Anda di halaman 1dari 10

Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-6 Tahun 2019

Pemanfaatan Citra Sentinel-2 Untuk Monitoring Sebaran dan Luasan


Eceng Gondok Secara Spasio-Temporal Sebagai Upaya Menjaga Kondisi
Air dan Sanitasi di Inlet Waduk Saguling, Jawa Barat

Application of Sentinel-2 Imagery for Monitoring Area and Distribution of Water


Hyacinth in Spatio-Temporal to Maintain the Sustainability of Water and
Sanitation Condition in Saguling Reservoir Inlet, West Java

Muhamad Khairul Rosyidy1*), Qonita Putri Ashilah1, dan Iqbal Putut Ash Siddiq1
1
Departemen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia
*)
E-mail: khairulnajwa1@gmail.com

ABSTRAK - Eceng Gondok (Eochhornia Crassipes) merupakan tumbuhan aquatik invasif yang apabila
penyebarannya melampaui batas normal dapat mengancam kelestarian lingkungan perairan. Oleh karena itu, kegiatan
monitoring yang berkala perlu dilakukan untuk mengetahui distribusinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi dan memetakan sebaran dan luasan Eceng Gondok secara spasio-temporal menggunakan teknologi
penginderaan jauh di Inlet Waduk Saguling yang merupakan bagian dari sistem DAS Citarum. Teknologi penginderaan
jauh efektif untuk proses pemetaan secara cepat (rapid mapping) pada area yang luas. Data yang digunakan adalah data
citra satelit Sentinel-2 yang memiliki tingkat resolusi spasial yang tinggi sehingga dapat menunjukkan sebaran suatu
objek di atas permukaan bumi dengan jelas. Data citra satelit yang digunakan adalah data citra pada bulan Desember
2017, Februari 2018, Juli 2018, dan Agustus 2018. Penelitian ini menggunakan metode klasifikasi supervised dengan
teknik maximum likelihood untuk membedakan, membagi, dan mengklasifikasikan tutupan lahan yang ada di area
penelitian. Hasil yang didapat yakni luasan area Eceng Gondok pada bulan Desember 2017 seluas 118,2133 Ha, bulan
Februari 2019 seluas 154,3191 Ha, bulan Juli 2018 seluas 153,15 Ha, dan bulan Agustus 2018 seluas 106,4410 Ha,
sedangkan arah perkembangan luasannya menuju ke arah hilir dan terakumulasi di tengah inlet. Hasil ini dapat
digunakan sebagai informasi pendukung kerja pemerintah dan masyarakat sekitar untuk pembersihan Inlet Waduk
Saguling agar kelestarian air dan sanitasi di Waduk Saguling tetap terjaga secara berkelanjutan

Kata kunci: eceng gondok, monitoring, spasio-temporal, Sentinel-2

ABSTRACT - Water Hyacinth (Eochhornia Crassipes) is an aquatic invasif plant which if spread exceeding normal
limits, can threaten the sustainability of water environment. periodic monitoring activities need to be carried out to
determine the distribution. This study aims to identify and maping the spatio-temporal distribution and extenth of
hyacinth using remote sensing emagery in the inlet of saguling reservoir which part of citarum watershed system.
Remote sensing technology is effective for rapid maping processes over large areas. This study uses Sentinel-2 Satellite
image data which has a high level of spatial resolution and it can clearly show the distribution of an object on the earth
surface. Satellite Image Data used is image data on Desember 2017, February 2018, July 2018, and August 2018. This
study uses supervised classification method and maximum likelihood technique to distiguish, divide, and classify land
cover in the research area. The results obtained were the area of Eceng Gondok in December 2017 covering an area of
118.2133 Ha, in February 2019 covering an area of 154.3191 Ha, in July 2018 covering an area of 153.15 Ha, and in
August 2018 covering an area of 106.4410 Ha, while the direction of development extends towards the downstream and
accumulates in the middle of the inlet. This result can be used as information to support the work of the government and
the surrounding community to clean the Saguling Reservoir Inlet so that water and sanitation sustainability in the
Saguling Reservoir.

Keywords: Water Hyacinth, monitoring, spatio-temporal, sentinel-2

31
Pemanfaatan Citra Sentinel-2 Untuk Monitoring Sebaran dan Luasan Eceng Gondok Secara Spatio-Temporal Sebagai Upaya
Menjaga Kondisi Air dan Sanitasi di Inlet Waduk Saguling, Jawa Barat (Rosyidy, M. K., dkk)

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Balakang


Eceng Gondok (Eochhornia Crassipes) merupakan tumbuhan aquatik invasif yang apabila
penyebarannya melampaui batas normal dapat mengancam kelestarian lingkungan perairan. Gulma ini
bersifat persisten dan populasinya akan berkembang dengan sangat cepat pada habitat air tawar (Rao dalam
Fauzi dkk., 2018). selain itu, jenis gulma air ini mempunyai daya adaptasi terhadap lingkungan baru yang
sangat besar sehingga merupakan gangguan kronis dan sulit dikendalikan (Tjitrosoepomo dalam Erawati dan
Saputra, 2017).
Padatnya populasi eceng gondok akan dapat menyebabkan penurunan pH, pengurangan masuknya
sinar matahari, pengurangan tingkat kelarutan oksigen serta peningkatan kandungan karbon dioksida dan
merupakan habitat yang sesuai bagi vektor penyakit seperti malaria, kolera, sistosomiasis dan filariasis
(Fauzi dkk., 2018). Pertumbuhan eceng gondok yang cepat disebabkan oleh air yang mengandung nutrien
yang tinggi, terutama yang kaya akan nitrogen, fosfat dan potassium. (Karim dkk, 2014).
Ekosistem air tawar memiliki peran yang sangat penting karena merupakan sumber air rumah tangga dan
industri yang murah (Heddy dan Kurniati dalam Ahya, 2012). Ekosistem air tawar seperti waduk, menempati
ruang yang lebih kecil dibandingkan dengan lautan maupun daratan. Sehingga, eceng gondok dapat mudah
menyebar melalui saluran air ke badan air lainya termasuk perairan waduk.
Pertumbuhan eceng gondok dapat menjadi salah satu indikasi terjadinya degradasi lingkungan air tawar,
dan apabila pertumbuhan eceng gondok melampaui batas normal dan tidak dibatasi dengan melakukan
pembersihan, maka akan menimbulkan masalah baru pada lingkungan perairan tersebut. Oleh karena itu,
pengontrolan eceng gondok perlu dilakukan agar populasi eceng gondok tidak terlalu berlebihan. (Ilmiawan
dkk, 2016). Pengontrolan ini dilakukan dengan kegiatan monitoring yang efektif dan berkala untuk
mengetahui distribusi tanaman tersebut demi menjaga kelestarian lingkungan air tawar, sebagai sumber daya
air tawar bagi manusia.
Wilayah penelitian kami adalah inlet Waduk Saguling. Waduk Saguling memiliki saluran masuk (Inlet)
yang berhubungan langsung dengan sungai utama yang mengairinya yaitu Sungai Citarum. Posisi Waduk
Saguling merupakan waduk pertama dari sistem waduk yang ada di Sungai Citarum. Waduk ini juga
digunakan untuk kebutuhan lokal seperti mandi, mencuci, bahkan untuk membuang kotoran. Hal ini
membuat Waduk Saguling kondisinya lebih mengkhawatirkan dibandingkan Waduk Cirata dan Waduk
Jatiluhur yang sudah dibangun lebih dahulu, (Pemprov Jabar, 2017).
Kami menggunakan penginderaan jauh sebagai cara yang efektif untuk melihat sebaran eceng gondok
yang tidak hanya secara spasial namun juga secara temporal. Penginderaan jauh mampu memberikan data
yang unik yang tidak bisa diperoleh dengan menggunakan sarana lain, mempermudah pekerjaan lapangan,
dan mampu memberikan data yang lengkap dalam waktu yang relatif singkat dan dengan biaya yang relatif
murah (Jaya dalam Syam dkk., 2012). Selain itu, penginderaan jauh yang memiliki kontribusi penting dalam
mendokumentasikan perubahan aktual dalam penggunaan lahan atau tutupan lahan (Lambin dkk., 2003).
Tujuan penelititan ini adalah untuk mengidentifikasi dan memetakan sebaran dan luasan eceng gondok
sekaligus melihat tren perkembangannya secara spatio-temporal menggunakan teknologi penginderaan jauh
di Inlet Waduk Saguling. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dasar dalam upaya menjaga
keberlangsungan dan kebersihan perairan Waduk Saguling bagi pemerintah dan masyarakat sekitar.

2. METODE

2.1 Wilayah Penelitian


Waduk Saguling terletak diantara 6°55'52"LS dan 107°26'24"BT di Kabupaten Bandung Barat, Provinsi
Jawa Barat. Waduk Saguling merupakan salah satu waduk buatan dari tiga waduk yang membendung aliran
sungai Citarum yang merupakan sungai terbesar di Jawa Barat. Waduk Saguling digunakan untuk kebutuhan
lokal seperti mandi, mencuci, bahkan untuk membuang kotoran. Hal ini membuat Waduk Saguling
kondisinya lebih mengkhawatirkan ketimbang Waduk Cirata dan Waduk Jatiluhur yang sudah dibangun
lebih dahulu, (Pemprov Jabar, 2017). Area penelitian merupakan Inlet dari Waduk Saguling yang alirannya
berasal dari Sungai Citarum. Posisi Waduk Saguling merupakan waduk pertama dari sistem waduk yang ada
di Sungai Citarum.

32
Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-6 Tahun 2019

Gambar 1. Peta wilayah studi penelitian

2.2 Pengumpulan Data


Penelititan ini menggunakan data sekunder yakni citra satelit dan data shapefile (.shp) Peta RBI Skala
1:25.000 . Data citra satelit yang digunakan adalah Sentinel-2 di wilayah penelitian dengan Path 121 dan
Row 65 yang diunduh dari website United States Geological Survey (USGS)
(https://earthexplorer.usgs.gov/). Citra satelit yang diunduh berjumlah empat buah dengan rentang waktu
pengambilan yang berbeda-beda yaitu perekaman tanggal 6 Desember 2017, 19 Februari 2018, 29 Juli 2018,
dan 18 Agustus 2018. Sedangkan untuk data shapefile (.shp) Peta RBI skala 1:25.000 dapat diunduh di
website yang disediakan oleh instansi Badan Informasi Geospasial (http://tanahair.indonesia.go.id/). Data
citra satelit yang diunduh selanjutnya melalui tahapan preprocessing untuk mengkoreksi kesalahan
atmosferik pada citra satelit agar dapat digunakan untuk pengolahan selanjutnya.

Gambar 2. Citra Sentinel-2 Provinsi Jawa Barat, Path 121 dan Row 65
Sumber : https://earthexplorer.usgs.gov/, 2019

Data citra Sentinel-2 efektif digunakan untuk area yang tidak terlalu luas seperti danau atau waduk,
karena memiliki resolusi spasial yang tinggi dan waktu perekaman yang singkat. Citra yang dihasilkan oleh
satelit Sentinel-2 memiliki resolusi spasial sebesar 10 meter untuk 4 band, 20 meter untuk 6 band, dan 3
band sisanya memiliki resolusi spasial sebesar 60 meter. Citra satelit Sentinel-2 juga memiliki 13 band
multispektral, yang dibagi atas spektrum visible (coastal aerosol , merah, hijau), near infrared, dan sortwave
infrared. Karakteristik dari spektrum panjang gelombang dapat ditunjukan pada Tabel 1.

33
Pemanfaatan Citra Sentinel-2 Untuk Monitoring Sebaran dan Luasan Eceng Gondok Secara Spatio-Temporal Sebagai Upaya
Menjaga Kondisi Air dan Sanitasi di Inlet Waduk Saguling, Jawa Barat (Rosyidy, M. K., dkk)

Tabel 1. Karakteristik spektrum panjang gelombang dan resolusi spasial masing-masing saluran Sentinel-2,
Sumber : ESA, 2015

Band Spektrum Panjang gelombang (µm) Resolusi spasial (m)


1 Coastal Aerosol 0.433 – 0.453 60
2 Blue 0.458 – 0.523 10
3 Green 0.543 – 0.578 10
4 Red 0.650 – 0.680 10
5 Vegetation Red Edge1 0.698 – 0.713 20
6 Vegetation Red Edge2 0.733 – 0.748 20
7 Vegetation Red Edge3 0.765 – 0.785 20
8 NIR 0.785 – 0.900 10
8a Vegetation Red Edge4 0.855 – 0.875 20
9 Water Vapour 0.855 – 0.875 60
10 SWIR-Cirus 1.365 – 1.385 60
11 SWIR1 1.565 – 1.655 20
12 SWIR2 2.100 – 2.280 20

2.3 Pengolahan Data


2.3.1 Preprocessing
Sebelum dilakukan croping atau pemotongan terhadap citra, citra yang sudah diunduh harus terkoreksi
dari gangguan atmosferik terlebih dahulu agar mendapatkan citra yang lebih terang, cerah, dan memiliki nilai
reflektan agar mudah untuk melakukan analisis. Menurut Rao dan Rajes (2018), untuk mengatasi
ketidaktepatan perangkat penginderaan jauh dan kesalahan dalam pengukuran, harus dilakukan
preprcosessing pada data mentah yang tersedia dari sensor satelit. Koreksi untuk citra Satelit Sentinel-2
menggunakan metode semi-automatic classification dalam software QGIS 2.18. Metode ini menggunakan
plugin yang tersedia dalam aplikasi untuk melakukan koreksi citra secara otomatis. Tahap terakhir dalam
preprocessing adalah image cropping, yakni memotong citra sesuai dengan wilayah studi penelititan. Pada
tahap ini dilakukan dua kali pemotongan citra. Pemotongan citra untuk memperkecil ukuran citra dengan
memotong berdasarkan bentuk persegi dengan metode spatial subset, pemotongan kedua dilakukan
berdasarkan bentuk inlet waduk yang berasal dari data vektor wilayah penelitian, sehingga memudahkan
untuk melakukan interpretasi dan klasifikasi terhadap tutupan lahan yang ada di atas permukaan air saja.

Gambar 3. Hasil pemotongan citra


Dalam penelitian ini, untuk mengidentifikasi tutupan lahan, klasifikasi yang digunakan adalah
klasifikasi supervised Klasifikasi supervised merupakan teknik yang dilakukan dengan prosedur
pengambilan sampel beberapa piksel untuk masing-masing kelas/obyek (Lillesand dan Kiefer dalam
Ardiansyah, 2014). Klasifikasi supervised dilakukan menggunakan perangkat lunak pengolah citra yakni
ENVI 5.1. Hasil dari proses klasfikasi merupakan data raster dan selanjutnya dilakukan konversi ke data
vektor agar memudahkan untuk mengetahui luasan dari masing-masing tutupan lahan yang terdapat di Inlet
Waduk Saguling.

34
Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-6 Tahun 2019

2.4 Analisis Data


Teknik yang digunakan dalam klasifikasi supervised adalah MLC (Maximum Likelihood Classification).
Klasifikasi ini mempertimbangkan faktor peluang dari satu piksel untuk dikelaskan ke dalam kelas atau
kategori tertentu. Peluang ini sering disebut prior probability, dapat dihitung dengan menghitung persentase
tutupan pada citra yang akan diklasifikasi. Jika peluang ini tidak diketahui maka besarnya peluang
dinyatakan sama untuk semua kelas (satu per jumlah kelas yang dibuat). Aturan pengambilan keputusan ini
disebut dengan Aturan Keputusan Bayes (Bayesian Decision Rule) (Jaya dalam Sampurno dan Thoriq, 2016).
Metode ini menggunakan sampel atau Region Of Interest (ROI) untuk mendapatkan karakteristik nilai piksel
dari masing-masing obyek/kelas. Kemudian seluruh piksel yang bukan sebagai sampel akan dikelompokkan
dengan mengacu pada karakteristik nilai piksel sampel yang telah diambil dengan menerapkan perhitungan
statistik.
Tahapan selanjutnya adalah uji akurasi. Uji akurasi yang digunakan adalah uji akurasi kappa atau
koefesien kappa, nilai akurasinya memberikan ketelitian yang cukup tinggi karena menggunakan semua
elemen dalam matriks (Sampurno dan Thoriq, 2016). Nilai koefisien kappa memiliki rentang dari 0 sampai 1.
Nilai indeks kappa mempertimbangkan faktor kesalahan proses klasifikasi, sehingga nilai indeks kappa lebih
rendah dari nilai akurasi total dimana hanya mempertimbangkan data yang benar antara hasil klasifikasi dan
kondisi di lapangan (Ardiansyah, 2014). Kategori akurasi rendah memiliki rentang 0 – 0,4, untuk kategori
sedang memiliki rentang 0,4 – 0,8 , dan untuk kategori tinggi memiliki rentang 0,8 – 1 (Landis dan Koch
dalam Ardiansyah, 2014).
Metode analisis selanjutnya adalah analisis spasio-temporal. Analisis ini memahami dan
mengidentifikasi persebaran dan distribusi suatu fenomena dan gejala pada suatu lokasi maupun wilayah
dalam hal ini adalah eceng gondok dalam beberapa waktu sekaligus (time series). Metode ini dilakukan
untuk mengetahui kecenderungan sebaran eceng gondok di Inlet Danau Saguling dalam rentang waktu bulan
Desember 2017, Februari 2018, Juli 2018 dan Agustus 2018. Analisis ini dilakukan dengan cara interpretasi
lokasi dan wilayah tutupan lahan eceng gondok cenderung bergerak kearah orientasi tertentu dan tersebar di
lokasi tertentu.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Klasifikasi Tutupan Lahan di Area Inlet


Berikut hasil interpretasi citra Sentinel-2 menggunakan kombinasi Band 12,8,4 (false color) untuk
pengambilan sampel Region Of Interest (ROI).

a b c
Gambar 4 Contoh kenampakan tutupan lahan di perairan Inlet Waduk Saguling, a) vegetasi air (Eceng Gondok), b)
badan air, c) endapan

Berdasarkan hasil interpretasi, terdapat tiga kenampakan objek tutupan lahan yang divisualisasikan
dengan warna yang berbeda-beda. Warna hijau teridentifikasi merupakan objek dari vegetasi yang ada di
badan air atau di area sungai. Warna hitam kebiruan teridentifikasi merupakan badan air, karena air memiliki
nilai reflektan yang kecil terhadap panjang gelombang dari SWIR2, NIR, dan Merah, sehingga hanya
berwarna hitam saja. Sedangkan untuk merah muda, terindentifikasi merupakan objek endapan.
Berdasarkan hasil interpretasi citra, objek tutupan lahan di area inlet Waduk Saguling, dapat di
klasifikasikan menjadi tiga berdasarkan klasifikasi supervised dengan teknik MLC seperti yang terdapat di
Gambar 5.

35
Pemanfaatan Citra Sentinel-2 Untuk Monitoring Sebaran dan Luasan Eceng Gondok Secara Spatio-Temporal Sebagai Upaya
Menjaga Kondisi Air dan Sanitasi di Inlet Waduk Saguling, Jawa Barat (Rosyidy, M. K., dkk)

Gambar 5. Hasil klasifikasi supervised

Uji akurasi klasifikasi dari perhitungan statistik kappa didapatkan berdasarkan dari sampel Region Of
Interest (ROI) dan matriks konfusi pada hasil klasifikasi supervised dengan teknik MLC. Nilai koefisen
kappa untuk klasifikasi tutupan lahan data bulan Desember 2017 adalah 0,9725 (97%) , Februari 2018 adalah
0,9895 (99%), Juli 2018 adalah 0,9160 (91%), dan Desember 2018 adalah 0,9143 (91%). Keempat data
klasifikasi memiliki akurasi yang tinggi terhadap masing-masing tutupan lahan di area inlet, sehingga dapat
digunakan untuk melihat sebaran dan luasan eceng gondok di inlet Waduk Saguling. Akurasi dari masing-
masing tutupan lahan dapat ditunjukan oleh Tabel 2.
Tabel 2. Matriks konfusi klasifikasi tutupan lahan data Sentinel-2 menggunakan MLC
Data Piksel
Desember Kappa Accuracy : 0,9725
Vegetasi (eceng gondok) Badan air endapan Total user's acuracy
Klasifikasi (%)
Vegetasi (eceng
3168 20 42 3230 98,08
gondok)
Badan air 0 10261 1 10262 99,99
endapan 68 20 290 378 76,72
total 3236 10301 333 13870
producer's accuracy
97,90 99,61 87,09
(%)
Februari Kappa Accuracy : 0,9895
Vegetasi (eceng gondok) Badan air Total ucer's acuracy
Klasifikasi (%)
Vegetasi (eceng
2757 48 2805 98,29
gondok)
Badan air 0 12748 12748 100
total 2757 12796 15553
producer's accuracy
100 99,62
(%)
Juli Kappa Accuracy : 0,9160
Vegetasi (eceng gondok) Badan air endapan Total ucer's acuracy
Klasifikasi (%)
Vegetasi (eceng
2039 188 1 2228 91,52
gondok)
Badan air 2 9538 7 9547 99,91
endapan 3 163 418 584 71,58
total 2044 9889 426 12359
producer's accuracy
99,76 96,45 98,12
(%)

36
Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-6 Tahun 2019

Agustus Kappa Accuracy : 0,9143


Vegetasi (eceng gondok) Badan air endapan Total ucer's acuracy
Klasifikasi (%)
Vegetasi (eceng
3131 1 0 3132 99,97
gondok)
Badan air 2 10113 0 10115 99,98
endapan 172 349 518 1039 49,86
total 3305 10463 518 14286
producer's accuracy
94,74 96,65 100
(%)

3.2 Analisis Sebaran dan Luasan Eceng Gondok


Secara spasio-temporal sebaran dari eceng gondok di permukaan air di area inlet Waduk Saguling dapat
di lihat dari Gambar 6 dan Gambar 7.

a b
Gambar 6 Sebaran dan luasan eceng gondok secara spasio-temporal dari bulan Desember 2017 (a)
Dan Februari 2018 (b)
Pada musim hujan yang terjadi di bulan Desember 2017 dan Februari 2018, terjadi penumpukan eceng
gondok di bagian tengah inlet dan di bagian yang menuju ke arah hulu atau arah datangnya air. Dari bulan
Desember ke bulan Februari terdapat penambahan luasan dan pertumbuhan eceng gondok terutama di sisi
kiri dan kanan area inlet waduk. Arah perkembangan luasan dari eceng gondok selama bulan Desember 2017
hingga Februari 2018 cenderung bergerak ke arah hulu dan tersendat di bagian tengah inlet Waduk Saguling.
Pada rentang waktu dari bulan Februari 2018 hingga Juli 2018, terjadi pergerakan area luasan eceng
gondok dari daerah hulu ke daerah tengah inlet , terdapat penambahan luasan di daerah tengah inlet dan
eceng gondok yang semulanya ada di daerah menuju hulu menjadi hilang dan kemungkinan besar
terakumulasi di daerah tengah inlet.

c
Gambar 7. Sebaran dan luasan eceng gondok secara spasio-temporal padadbulan Juli 2018 (c)
dan Agustus 2018 (d)

37
Pemanfaatan Citra Sentinel-2 Untuk Monitoring Sebaran dan Luasan Eceng Gondok Secara Spatio-Temporal Sebagai Upaya
Menjaga Kondisi Air dan Sanitasi di Inlet Waduk Saguling, Jawa Barat (Rosyidy, M. K., dkk)

Pada musim kemarau yang terjadi di bulan Juli 2018 dan Agustus 2018, terjadi pengurangan area eceng
gondok di bagian tengah inlet, namun masih terdapat akumulasi eceng gondok di daerah tengah inlet.
Berdasarkan sebaran eceng gondok dari masing-masing time-series, area luasan eceng gondok dapat
digabungkan untuk melihat kecenderungan lokasi dan wilayah akumulasi tutupan eceng gondok di area inlet
Waduk Saguling.

Gambar 8. Peta lokasi akumulasi eceng gondok di inlet Waduk Saguling


Berdasarkan peta di atas, area tutupan eceng gondok terakumulasi di bagian tengah dari inlet, sehingga
menutupi sebagian besar permukaan badan air dari inlet Waduk Saguling . Semakin ke arah hulu atau kearah
datangnya air, luasan area eceng gondok semakin berkurang.

3.3 Tren perkembangan luasan Eceng Gondok


Pengaruh waktu pengambilan data citra berperan penting terhadap luas area eceng gondok di inlet Waduk
Saguling. Berdasarkan pengolahan data citra, luas area eceng gondok dapat ditunjukan pada Tabel 3.
Tabel 3. Luas tutupan lahan di Inlet Waduk Saguling

Bulan Luas Area Eceng Gondok (Ha)


6 Desember 2017 118,2133
19 Februari 2018 154,3191
29 Juli 2018 153,1500
18 Agustus 2018 106,4410
Secara temporal peningkatan luas area tutupan eceng gondok dapat ditunjukan pada Gambar 9.

38
Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-6 Tahun 2019

Gambar 9. Grafik tren pertambahan luas tutupan eceng gndok secara temporal
Pada musim hujan dalam rentang waktu dari bulan Desember 2017 hingga Februari 2018, terjadi
peningkatan luas area eceng gondok di area inlet waduk. Luas area eceng gondok meningkat dari 118,2133
hektar menjadi 154,3191 hektar. Namun pada peralihan musim, yakni rentang waktu dari bulan Februari
2018 hingga juli 2018, terjadi penurunan luas area eceng gondok menjadi 153,1500 hektar. Luas area eceng
gondok mengalami penurunan lagi pada musim kemarau pada rentang waktu bulan Juli 2018 hingga Agustus
2018 menjadi 106,4410 hektar. Penurunan pada musim kemarau lebih besar dibandingkan pada peralihan
musim dan musim kemarau.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil uji akurasi klasifikasi dan analisis spasio-temporal, persebaran Eceng Gondok di inlet
Waduk Saguling hampir menutupi setengah bagian dari inlet waduk. Arah pergerakan area tutupan eceng
gondok secara spasio-temporal cenderung menuju ke arah hilir dari bulan Desember 2017 hingga Agustus
2018 namun tertahan di bagian tengah dari inlet Waduk Saguling. Secara temporal terjadi peningkatan luas
yang signifikan terhadap area tutupan eceng gondok yang terjadi pada musim hujan dari bulan Desember
2017 hingga Februari 2018. Sedangkan pada bulan Februari 2018 hingga Agustus 2018 terjadi penurunan
luasan area tutupan eceng gondok. Kenaikan luas area eceng gondok cenderung terjadi pada musim hujan
dan penurunan luas area eceng gondok terjadi pada peralihan musim dan musim kemarau. Meski terjadi
peningkatan dan penurunan luasan area, posisi dan lokasi tutupan eceng gondok terakumulasi di area tengah
inlet Waduk Saguling.
Oleh karena itu, perlu dilakukan monitoring dan pembersihan area inlet Waduk Saguling secara berkala,
sebagai upaya dalam menjaga sanitasi dan keberlangsungan sumber air tawar bagi masyarakat yang tinggal
di sekitarnya. Selain itu juga penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar dalam penelitian-penelitian
berikutnya di masa yang akan datang.

5. UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terimakasih untuk Departemen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
yang telah memfasilitasi dalam pengumpulan dan pengolahan data serta seluruh pihak yang telah membantu
dalam proses penelitian hingga proses penyusunan tulisan ini.

39
Pemanfaatan Citra Sentinel-2 Untuk Monitoring Sebaran dan Luasan Eceng Gondok Secara Spatio-Temporal Sebagai Upaya
Menjaga Kondisi Air dan Sanitasi di Inlet Waduk Saguling, Jawa Barat (Rosyidy, M. K., dkk)

6. DAFTAR PUSTAKA

Ahya H. (2012). Keanekaragaman Makrozoobentos Sebagai Indikator Kualitas Perairan Waduk Lahor
Kabupaten Malang (Doctoral Dissertation), Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.
Ardiansyah. (2014). Pengolahan Citra Penginderaan Jauh Menggunakan ENVI 5.1 dan ENVI LiDAR.
Kuningan: PT. Labsig Inderaja Islim.
Erawati, E., Saputra, H. M. (2017). Pengaruh Konsentrasi Terhadap Fitoremidiasi Limbah Zn Menggunakan
Eceng Gondok (Eichornia Crassipes). Jurnal Teknologi Bahan Alam, 1 (1).
ESA. (2015). Sentinel 2 User Handbook. ESA Standard Document. Issue 1, Rev 2. 24 July 2015. Diunduh
30 maret 2019 dari https://earth.esa.int/documents/247904/685211/Sentinel 2_User_Handbook.
Fauzi, M. T., Murdan, Muthahanas, I. (2018). Potensi Jamur Fusarium Sp. Sebagai Agen Pengendali Hayati
Gulma Eceng Gondok (Eichhornia crassipes). CROP AGRO, Scientific Journal of Agronomy, 4(1), 64-7.
Ilmiawan, D. F., Carnawi, Anwaristiawan, D., Varantika, N., Anisa, R. D., Kharis M. (2016). Analisis
Dinamik Model Predator-Prey pada Penyebaran Grass Carp Fish sebagai Biokontrol Populasi Eceng
Gondok di Perairan Rawapening. Journal of Creativity Students, 1(1).
Karim M. A., Ariyanto E., Firmansyah A. (2014). Biobriket Enceng Gondok (Eichhornia Crassipes) Sebagai
Bahan Bakar Energi Terbarukan. Jurnal Reaktor, 15(1), 59–63.
Lambin, E. F., Geist, H., dan Lepers, E. (2003). Dynamics Of Land Use And Cover Change In Tropical
Regions. Annual Rev. Environ. Resour., 28, 205–24.
Pemprov Jabar. (2017). Potensi Pariwisata : Waduk Saguling. Diakses 30 Maret 2019 melalui
http://jabarprov.go.id/index.php/potensi_daerah/detail/169.
Rao, R., dan Rajesh, K. (2018). Land Cover Klasifikasi Using Landsat-8 Optical Data And Supervised
Classifiers. International Journal of Engineering & Technology, (2.17), 102-103.
Sampurno, R. M., dan Thoriq, A. (2016). Klasifikasi Tutupan Lahan Menggunakan Citra Landsat 8
Operational Land Imager (Oli) Di Kabupaten Sumedang. Jurnal Teknotan, 10(2), 61-63.
Syam, T., Darmawan, A., Banuwa, I. S., Ningsih, K., (2012). Pemanfaatan Citra Satelit Dalam
Mengidentifikasi Perubahan Penutupan Lahan : Studi Kasus Hutan Lindung Register 22 Way Waya
Lampung Tengah. Jurnal Globe, 14(2)

40

Anda mungkin juga menyukai