Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dari setiap tubuh manusia menjadi hal yang menarik untuk dipelajari.
Salah satunya mengenai penyakit, patofisiologi, manifestasi klinis hingga
bagaimana menangani masalah. Perkembangan kemajuan teknologi muncul
berbagai macam penyakit yang mungkin sudah ada yang bisa diketahui
penyebabnya ataupun dalam penyelidikan ahli termasuk penyakit,
penangananya serta pola gizi melalui diet yang tepat.
Makanan bukanlah hal sepele yang bisa kita singkirkan, justru ini
menjadi hal yang penting baik pada klien sakit biasa ataupun pada
pembedahan. Anggapan masyarakat mengenai sistem diet selama ini masih
banyak sekali kekurangan untuk itu kita perlu memberi kesadaran yang
komprehensif dari cara, macam diet, tujuan diet, dll
Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang
menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh
yang akan ditangani (R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong, 2005). Pembukaan
bagian tubuh ini umumnya menggunakan sayatan. Setelah bagian yang
ditangani ditampilkan, dilakukan tindakan perbaikan yang di akhiri dengan
penutupan dan penjahitan luk. Digestif atau saluran pencernaan adalah
saluran yang menerima makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk
diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan dengan enzim dan zat cair
yang terbentang mulai dari mulut sampai anus. Tahap-tahap Pembedahan
terdiri dari Tahap pra bedah (pre opersi), Tahap pembedahan (intra operasi),
Tahap pasca bedah (post operasi).
Kondisi tubuh pada Pembedahan tubuh sengaja dibuat luka sehingga
terjadi stres yang menyebabkan perubahan metabolik akibat reaksi endokrin
yang kompleks. Akibat dari luka terjadi proses penyembuhan luka yang
merupakan proses kompleks dan banyak yang terkait. Kebutuhan kalori,
protein, lemak dan elektrolit sangat diperlukan untuk kebugaran fisik dan
penyembuhan luka pasca bedah.
Puasa merupakan hal yang rutin pada pembedahan berencana. Puasa
lebih dari 24 jam akan terjadi proses katabolik yang menghabiskan cadangan
glycogen hati dan otot. Badan manusia tanpa asupan nutrisi membutuhkan 25
kkal/kg/hari (kilokalori). Cadangan kalori habis memicu terjadi
gluconeogenesis yang diambil dari proteolisis otot juga dari protein viseral
yang mengakibatkan menurunnya integritas sel, sistem imunitas dan enzim.
Puasa panjang dengan mengistirahatkan saluran pencernaan diperlukan
asupan nutrisi yang memadai.
Minggu pertama pascaoperasi bisa menjadi masa yang paling sulit, sebab
rasa nyeri dan tidak nyaman, padahal pasien ingin melakukan pekerjaan
sehari-harinya. Hormone-hormon yang ada juga dapat mengacaukan emosi,
membuat pasien pasca operasi mudah menangis dan lelah. Penting untuk
pasien untuk melanjutkan latihan-latiham karena hal itu dapat meningkatkan
movbilitas yang akan mmpermudah saat pulang ke rumah nantinya. Sebelum
meninggalkan rumah sakit, perlu untuk memastikan bahwa semua hal sudah
siap bagi pasien dan aka nada cukup bantuan saat pasien pulang kerumah.
Setelah operasi, rasanlya nyaris mustahil untuk melakukan hal-hal yang
paling sederhana sekalipun. Ada gerakan-gerakan tertentu yang mungkin sulit
untuk dilakukan sendiri.
Pengaruh pembedaan terhadap metabolisme pascabedah tergantung berat
ringannya pembedaan, keadaan gizi pasien prabedah, dan pengaruh
pembedahan terhadap kemampuan pasien untuk mencerna dan mengabsorsi
zat-zat gizi.
Setelah pembedahan sering terjadi peningkatan ekresi nitrogen dan
natrium yang dapat berlansung selama 5-7 hari atau lebih pascabedah.
Peningkatanekresi kalsium terjadi setelah operasi besar, trauma kerangka
tubuh, atau setalah lama tidak bergerak (imobilisasi). Demam meningkatkan
kebutuhan energy, sedangkan luka dan pendarahan meningkatkan kebutuhan
protein, zat besi, dan vitamin C. cairan yang hilang perlu diganti.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud diet pre dan post bedah?
2. Apa macam-macam makanan untuk diet?
3. Apa tujuan diet pre dan post bedah?
4. Bagaimana pemberian makanan pada klien?
5. Bagaimana kasus diet dalam masyarakat?
C. Tujuan
Dengan membaca makalah ini, mahasiswa mampu mengenal apa yang
dimaksud dalam diet pre dan post operasi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian penyakit
1. Pra Bedah
Pra bedah atau Praoperasi merupakan masa sebelum dilakukannya
tindakan pembedahan yang dimulai sejak ditentukannya persiapan
pembedahan dan berakhir sampai pasien berada di meja bedah. Diet
Pre bedah adalah pengaturan makanan yang diberikan kepada pasien
yang akan mengalami pembedahan.
2. Pasca Bedah
Pasca bedah atau pascaoperasi merupakan masa setelah
dilakukannya pembedahan yang dimulai sejak pasien memasuki ruang
pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya.
Diet pasca bedah atau post operasi adalah makanan yang diberikan
kepada pasien setelah menjalani pembedahan. Pengaturan makanan
sesudah pembedahan tergantung pada macam pembedahan dan jenis
penyakit penyerta.
Waktu ketidakmampuan pasien setelah operasi atau pembedahan
dapat diperpendek melalui pemberian zat gizi yang cukup. Hal yang
juga harus diperhatikan dalam pemberian diet pasca operasi untuk
mencapai hasil yang optimal adalah mengenai karakter individu
pasien.
B. Penyebab Pra dan Pasca Bedah
Penyebab dilakukan pembedahan dikarenakan adanya suatu
penyakit didalam tubuh yang perlu di angkat dengan cara pembedahan.
Berdasarkan tujuannya, pembedahan dapat dibagi menjadi :
1. Pembedahan diagnostik, ditujukan untuk menentukan sebab
terjadinya gejala dari penyakit, seperti biopsy, eksplorasi, dan
laparatomi.
2. Pembedahan kuratif, dilakukan untuk mengambil bagian dari
penyakit, misalnya pembedahan apendiktomi.
3. Pembedahan restorative, dilakukan untuk memperbaiki deformitas
atau menyambung daerah yang terpisah.
4. Pembedahan paliatif, dilakukan untuk mengurangi gejala tanpa
menyembuhkan penyakit.
5. Pembedahan kosmetik, dilakukan untuk memperbaiki bentuk bagian
tubuh seperti rhinoplasti.
Macam – macam penyakit yang membutuhkan Pembedahan :
1. Penyakit yang paling utama membutuhkan pembedahan adalah
penyakit saluran cerna, jantung, ginjal, saluran pernapasan dan
tulang.
2. Penyakit penyerta yang dialami, misalnya penyakit diabetes melitus,
jantung, dan hipertensi.
C. Hasil laboratorium/penegakan diagnosa
Pemeriksaan lain yang dianjurkan sebelum pelaksanaan bedah
adalah radiografi thoraks, kapasitas vital, fungsi paru, dan analisis gas
darah pada pemantauan sistem respirasi, kemudian pemeriksaan
elektrokardiogram, darah, leukosit, eritrosit, hematokrit, elektrolit,
pemeriksaan air kencing, albumin blood urea nitrogen (BUN), kreatinin,
dan lain-lain untuk menentukan gangguan sistem renal dan pemeriksaan
kadar gula darah atau lainnya untuk mendeteksi gangguan metabolisme.
D. Penatalaksanaan penyakit ( pengobatan )
Sebelum operasi dilakukan pada esok harinya. Pasien akan
diberikan obat- obatan pre medikasi untuk memberikan kesempatan pasien
mendapatkan waktu istirahat yang cukup. Obat- obatan premedikasi yang
diberikan biasanya adalah valium atau diazepam. Antibiotik profilaksis
biasanya di berikan sebelum pasien di operasi. Antibiotik profilaksis yang
diberikan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi selama
tindakan operasi, antibiotika profilaksis biasanya di berikan 1- 2 jam
sebelum operasi dimulai dan dilanjutkan pasca bedah 2- 3 kali. Antibiotik
yang dapat diberikan adalah ceftriakson 1 gram dan lain-lain sesuai
indikasi pasien.
Premedikasi adalah pemberian obat 1-2 jam sebelum tindakan
induksi anestesia -- tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi
tidak sadar sehingga memungkinkan dimulainya anestesi dan pembedahan.
Pemberian obat premedikasi bisa diberikan secara oral (mulut)
maupun intravena (melalui vena). Sedangkan pemberian dosis obatnya
dipengaruhi banyak faktor seperti usia, suhu tubuh, emosi, nyeri dan jenis
penyakit yang sedang dialami pasien.
Obat-obat yang sering digunakan dalam premedikasi adalah obat
antikolinergik, obat sedatif penenang) dan obat analgetik narkotik
(penghilang nyeri). Karena khasiat obat premedikasi yang berlainan
tersebut, dan praktik sehari-hari dipakai kombinasi beberapa obat untuk
mendapat hasil yang diinginkan, antara lain:
1) Obat Antikolinergik
Pemberian obat antikolinergik ini bertujuan untuk mengurangi
sekresi (pengeluaran) kelenjar seperti salivar (air ludah), kelenjar
saluran cerna, kelenjar saluran nafas, mencegah turunnya nadi,
mengurangi pergerakan usus, mencegah spasme (kaku) pada laring
dan bronkus. Obat yang sering digunakan adalah sulfas atropine yang
bisa diberikan intramuscular maupun intravena.
2) Obat Sedatif
Pemberian obat sedatif atau penenang memberikan penurunan
aktivitas mental dan berkurangnya reaksi terhadap rangsang.
Pemberian obat premedikasi berefek amnesia. Artinya, pasien tidak
dapat mengingat kejadian yang baru terjadi setelah pembedahan,
selain itu pasien dapat menerima kejadian sebelum dan sesudah
pembedahan tanpa gelisah.
Kebanyakan pasien yang telah direncanakan untuk menjalani
operasi akan lebih baik jika diberikan hipnotis malam sebelum hari
operasi, karena rasa cemas, hospitalisasi atau keadaan sekitar yang
tidak biasa dapat menyebabkan insomnia.
Obat golongan ini berefek anticemas dan antitakut, menimbulkan rasa
kantuk, memberikan suasana nyaman dan tenang sebelum
pembedahan. Obat yang sering digunakan adalah derivate (turunan),
fenothiazin, derivate benzodiazepine, derivate butirofenon, derivate
barbiturate dan antihistamin.
Untuk derivate fenothiazin yaitu prometazin yang berkhasiat
sebagai sedatif, antimuntah, antikolinergik, antihistamine. Derivat
benzodiazepine yang sering digunakan adalah diazepam yang selain
sebagai sedatif (penenang) juga bisa sebagai antikejang. Sedangkan
untuk derivate butirofenon adalah dihidrobenzperidol yang berkhasiat
juga sebagai antimuntah. Derivat barbiturate adalah pentobarbital
yang sering digunakan pada anak-anak.
3) Obat Analgenik Narkotik
Obat analgenik narkotik atau opioid dapat digolongkan menjadi
opioid natural seperti morfin dan kodein, derivate semisintetik seperti
heroin, dan derivate sintetik seperti metadon, petidin. Yang sering
digunakan adalah petidin dan morfin. Narkotik selain memberikan
efek analgesi (antinyeri) juga memberikan efek sedatif (penenang).
Penggunaan narkotik harus hati-hati pada anak-anak dan orang tua
karena bisa menimbulkan depresi pusat nafas dan akan semakin parah
pada orang yang dalam keadaan buruk.
Obat-obat pra anaesthesi diberikan untuk mengurangi kecemasan,
memperlancar induksi dan untuk pengelolaan anaesthesi. Sedative
biasanya diberikan pada malam menjelang operasi agar pasien tidur
banyak dan mencegah terjadinya cemas. Pengobatan-pengobatan
setelah operasi :
a. Perlu peningkatan mobilitas sedini mungkin.
b. Perlu kebebasan saluran nafas.
c. Antisipasi pengobatan.
E. Penatalaksanaan diet
1. Jenis Diet, Bentuk Makanan dan lama Pemberian Diet
a). Pra Bedah
Pemberian diet pra bedah yang harus diperhatikan didalam
pemberian Diet Pra Bedah ialah tergantung  pada :
 Keadaan umum pasien
Disini kita harus memperhatikan apakah keadaan umum
dari pasien tersebut normal atau tidak dalam hal status gizi, gula
darah, tekanan darah, ritme jantung, denyut nadi, fungsi ginjal,
dan suhu tubuh pasien.
 Macam Pembedahan
Disini kita harus mengetahui apakah pasien tersebut akan
melakukan bedah minor atau bedah mayor.
 Sifat operasi
Disini kita harus mengetahui apakah sifat operasi pasien
tersebut bersifat segera/dalam keadaan darurat atau bersifat
berencana /elektif.
 Macam penyakit
Disini kita harus mengetahui apakah macam dari penyakit
pasien tersebut,penyakit utama/penyakit penyerta.
Indikasi diet pra bedah Sesuai dengan jenis dan sifat pembedahan, Diet Pra
Bedah diberikan dengan indikasi sebagai berikut :
a) Pra bedah darurat atau cito, sebelum pembedahan tidak diberikan diet
tertentu
b) Pra bedah berencana atau elektif,
Pra bedah minor atau bedah kecil, seperti tonsilektomi tidak
membutuhkan diet khusus. Pasien dipuasakan 4-5 jam sebelum
pembedahan. Sedangkan pada pasien yang akan menjalani apendiktomi,
herniatomi, hemoroidektomi, dan sebagiannya diberikan Diet Sisa Rendah
sehari sebelumnya.
c) Pra bedah mayor atau bedah besar, seperti :
Pra bedah besar saluran cerna diberikan Diet Sisa Rendah selama 4-5 hari
dengan tahapan:
a. Hari ke-4 sebelum pembedahan diberi Makanan Lunak
b. Hari ke-3 sebelum pembedahan diberi Makanan Saring
c. Hari ke-2 dan 1 hari sebelum pembedahan diberikan Formula Enteral
Sisa Rendah
d) Pra bedah besar di luar saluran cerna diberi Formula Enteral Sisa Rendah
selama 2-3 hari. Pemberian makanan terakhir pada pra bedah besar
dilakukan 12-18 jam sebelum pembedahan, sedangkan minum terakhir 8
jam sebelumnya.
b. Pasca bedah
a) Diet Pasca-Bedah I (DPB I)
Diet ini diberikan kepada semua pasien pascabedah :Pasca-
bedah kecil setelah sadar dan rasa mual hilang, Pasca-bedah besar
setelah sadar dan rasa mual hilang serta ada tanda-tanda usus mulai
bekerja
Cara Memberikan Makanan yaitu Selama 6 jam sesudah operasi,
makanan yang diberikan berupa air putih, teh manis, atau cairan lain
seperti pada makanan cair jernih. Makanan ini diberikan dalam
waktu sesingkat mungkin, karena kurang dalam semua zat gizi.
Selain itu diberikan makanan parenteral sesuai kebutuhan.
b) Diet Pasca-Bedah II (PDB II)
Diet pasca-bedah II diberikan kepada pasien pascabedah besar
saluran cerna atau sebagai perpindahan dari Diet Pasca Bedah I.
Cara memberikan makanan yaitu diberikan dalam bentuk cair
kental, berupa kaldu jernih, sirup, sari buah, sup, susu, dan puding
rata-rata 8-10 kali sehari selama pasien tidak tidur. Jumlah cairan
yang diberikan tergantung keadaan dan kondisi pasien. Selain itu
dapat diberikan makanan parenteral bila diperlukan. DPB II
diberikan untuk waktu sesingkat mungkin karena zat gizinya kurang.
Makanan yang tidak boleh diberikan pada diet pasca-bedah II adalah
air jeruk dan minuman yang mengandung karbondioksida.
c) Diet Pascabedah III (DPB III)
DPB III diberikan kepada pasien pascabedah besar saluran cerna
atau sebagai perpindahan dari DPB II. Makanan yang diberikan
berupa makanan saring ditambah susu dan biskuit. Cairan hendaknya
tidak melebihi 2000 ml sehari. Selain dapat diberikan Makanan
Parenteral bila diperlukan. Makanan yang tidak dianjurkan untuk
DPB III adalah makanan dengan bumbu tajam dan minuman yang
mengandung karbondioksida.
d) Diet pasca bedah IV ( DPB IV)
DPB IV diberikan kepada pasien pascabedah  kecil setelah Diet
Pasca Bedah I dan pada pasien pasca bedah besar setelah Diet Pasca
Bedah III. Makanan yang diberikan berupa Makanan Lunak  yang
dibagi dalam 3 kali makanan lengkap atau pokok dan 1 kali makanan
selingan. Makanan yang dihindari Disesuaikan dengan
kondisi pasien Misalnya : Pada pasien Darah tinggi mengurangi
konsumsi garam dan kolesterol, Pada pasienKencing manis
mengurangi konsumsi gula, dan pasien yang alergi terhadap
makanan tertentu seperti telur, ikan asin, kacang harus dihindari.
2. Tujuan Diet
 Pra bedah
Tujuan Diet Pra Bedah adalah untuk mengusahakan agar status gizi
pasien dalam keadaan optimal pada saat pembedahan, sehingga tersedia
cadangan untuk mengatasi stres dan penyembuhan luka.
 Pasca Bedah
Tujuan Diet Pasca Bedah adalah untuk mengupayakan agar status gizi
pasien segera kembali normal, untuk mempercepat proses penyembuhan
dan meningkatkan daya tahan tubuh pasien, dengan cara sebagai berikut :
a. Memberikan kebutuhan dasar ( cairan, energi dan protein ).
b. Mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan zat gizi lain.
c. Memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan
Pengaruh operasi terhadap metabolism pasca-operasi tergantung
berat ringannya operasi, keadaan gizi pasien pasca-operasi, dan
pengaruh operasi terhadap kemampuan pasien untuk mencerna dan
mengabsorpsi zat-zat gizi.
Setelah operasi sering terjadi peningkatan ekskresi nitrogen dan
natrium yang dapat berlangsung selama 5-7 hari atau lebih pasca-
operasi. Peningkatan ekskresi kalsium terjadi setelah operasi besar,
trauma kerangka tubuh, atau setelah lama tidak bergerak (imobilisasi).
Demam meningkatkan kebutuhan energi, sedangkan luka dan
perdarahan meningkatkan kebutuhan protein, zat besi, dan vitamin C.
Cairan yang hilang perlu diganti.
3. Syarat Diet
 Pra bedah

a) Energi
 Bagi pasien dengan status gizi kurang diberikan sebanyak 40-45
kkal/kg BB.
 Bagi pasien yang status gizi lebih diberikan sebanyak 10-25% dibawah
kebutuhan energi normsl.
 Bagi pasien yang status gizi baik diberikan sesuai dengan kebutuhan
energi normal ditambah faktor stres sebesar 15% dari AMB ( Angka
Metabolisme Basal ).
 Bagi pasien dengan penyakit tertentu energi diberikan sesuai dengan
penyakitnya.
b) Protein
 Bagi pasien yang status gizi kurang, anemia, albumin rendah (<2,5
mg/dl) diberikan protein tinggi 1,5-2,0 g/kg BB.
 Bagi pasien yang ststus gizi baik atau kegemukan diberikan protein
normal 0,8-1 g/kg BB.
 Bagi pasien dengan penyakit tertentu diberikan sesuai dengan
penyakinya
c) Lemak cukup, yaitu 15-25% dari kebutuhan energi total. Bagi pasien
dengan penyakit tertentu diberikan sesuai dengan penyakitnya.
d) Karbohidrat cukup, sebagai sisa dari kebutuhan energi total untuk
menghindari hipermetabolisme.Bagi pasien dengan penyakit tertentu,
karbohidrat diberikan sesuai dengan penyakitnya.
e) Vitamin cukup, terutama vitamin B, C, dan K. Bila perlu ditambahkan
dalam bentuk sumplemen.
f) Mineral cukup, bila perlu ditambahkan dalam bentuk suplemen.
g) Rendah sisa agar mudah dilakukan pembersihan saluran cerna atau klisma,
sehingga tidak menggangu proses pembedahan  ( tidak buang air besar
atau kecil dimeja operasi)
 Pasca bedah
Diet yang disarankan adalah :
1. Mengandung cukup energi, protein, lemak, dan zat-zat gizi.
2. Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan penderita.
3.  Menghindari makanan yang merangsang (pedas, asam, dll).
4. Suhu makanan lebih baik bersuhu dingin.
5. Pembagian porsi makanan sehari diberikan sesuai dengan kemampuan dan
kebiasaan makan penderita.
6. Syarat diet pasca-operasi adalah memberikan makanan secara bertahap
mulai dari bentuk cair, saring, lunak, dan biasa. Pemberian makanan dari
tahap ke tahap tergantung pada macam pembedahan dan keadaan pasien,
seperti :
 Pasca Bedah Kecil, Makanan diusahakan secepat mungkin kembali
seperti biasa atau normal.
 Pasca Bedah Besar, Makanan diberikan secara berhati-hati
disesuaikan dengan kemampuan pasien untuk menerimanya.
4. Rencana atau Evaluasi Pra dan Pasca Bedah
 Pra Bedah
1) Rencana Tindakan
Untuk mengatasi adanya rasa cemas dan takut, dapat dilakukan
persiapan psikologis pada pasien melalui pendidikan kesehatan,
penjelasan tentang peristiwa yang mungkin akan terjadi, seterusnya.
Untuk mengatasi masalah risiko infeksi atau cedera lainnya dapat
dilakukan dengan persiapan prabedah seperti diet, persiapan perut,
kulit, persiapan bernapas dan latihan batuk, persiapan latihan kaki,
latihan mobilitas, dan lain-lain.
2) Persiapan Diet.
Pasien yang akan dibedah memerlukan persiapan khusus dalam hal
pengaturan diet. Pasien boleh menerima makanan biasa sehari sebelum
bedah, tetapi 8 jam sebelum bedah tidak diperbolehkan makan,
sedangkan cairan tidak diperbolehkan 8 jam sebelum bedah, sebab
makanan atau cairan dalam lambung dapat menyebabkan terjadinya
aspirasi.
3) Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah prabedah secara umum dapat dinilai
dari adanya kemampuan dalam memahami masalah atau kemungkinan
yang terjadi pada intra dan pascabedah. Tidak ada tanda kecemasan,
ketakutan, serta tidak ditemukannya risiko komplikasi pada infeksi atau
cedera lainnya.
 Pasca Bedah
1) Rencana Tindakan
Meningkatkan proses penyembuhan luka untuk mengurangi rasa
nyeri yang dapat dilakukan dengan cara merawat luka dan memperbaiki
asupan makanan yang tinggi protein dan vitamin C. protein dan vitamin
C dapat membantu pembentukan kolagen, dan mempertahankan
integritas dinding kapiler.
2) Mempertahankan respirasi  yang sempurna dengan cara latihan
napas, yakni tarik napas yang dalam dengan mulut terbuka, tahan
selama 3 detik, kemudian hembuskan. Atau, dapat pula dilakukan
dengan cara menarik napas melalui hidung dengan menggunakan
diafragma, kemudian keluarkan napas perlahan-lahan melalui mulut
yang dikuncupkan.
3) Mempertahankan sirkulasi, dengan cara
menggunakanstocking pada pasien yang berisiko tromboplebitis atau
pasien dilatih agar tidak duduk terlalu lama dan harus meninggikan kaki
pada tempat duduk guna memperlancar vena balik.
4) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan cara
memberikan cairan sesuai dengan kebutuhan pasien dan monitor asupan
dan output serta mempertahankan nutrisi yang cukup.
5) Mempertahankan eliminasi dengan cara mempertahankan asupan
dan out put serta mencegah tejadnya retensi urine .
6) Mempertahankan aktivitas dengan cara latihan memperkuat otot
sebelum ambulatory.
7) Mengurangi kecemasan dengan cara melakukan komunikasi secara
terapeutik.
8) Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah pascabedah secara umum dapat dinilai
dari adanya kemampuan dalam mempertahankan status kesehatan,
seperti adanya peningkatan proses penyembuhan luka, sistem respirasi
yang sempurna, sistem sirkulasi, keseimbangan cairan dan elektrolit,
sistem eliminasi, aktivitas, serta tidak ditemukan tanda kecemasan
lanjutan.
5. Penanganan  pasca Operasi
Setelah operasi selesai, penderita tidak boleh ditinggalkan sampai ia sadar
harus dijaga supaya jalan pernapasan tetap bebas. Pada umunya, setelah
dioperasi, penderita ditempatkan dalam ruang pulih(recovery room) dengan
penjagaan terus-menerus sampai ia sadar. Selama beberapa hari sampai
dianggap tiidak perlu lagi, suhu, nadi, tensi, dan dieresis harus diawasi terus-
menerus. Sesudah penderita sadar, biasanya ia mengeluh kesakitan.
Rasa sakit ini dalam beberapa hari berangsur kurang. Pada hari opersai dan
esok harinya ia biasnya memerlukan obat tahan nyeri, seperti petidin;
kemudian, biasanya dapat diberikan analgetikum yang lebih ringan. 
Penderita yang mengalami operasi - kecuali operasi kecil- keluar dari kamar
operasi dengan infuse intravena yang terdiri atas larutan NaCl 0,9%, atau
glukosa 5%, yang diberikan berganti – ganti menurut rencana tertentu. Di
kamar operasi(atausesudah keluar dari situ)ia, jika perlu, diberi transfuse darah.
Pada waktu operasi penderita kehilangan sejumlah cairan, sehingga ia
meninggalkan kamar operasi dengan defisit cairan. Maka, khususnya apabila
pada pascaoperasi minum air perlu dibatasi, perlulah diawasi benar
keseimbangan antara cairan yang masuk dengan infus, dan cairan yang keluar.
Perlu dijaga jangan sampai terjadi dehidrasi, tetapi sebaliknya juga jangan juga
jangan terjadi kelebihan dengan akibat edema paru – paru. Untuk diketahui, air
yang dikeluarkan dari badan dalam 24 jam, air kencing dan cairan yang keluar
dengan muntah harus ditambah dengan evaporasi dari kulit dan pernapasan.
Dapat diperkirakan bahwa dalam 24 jam sedikit-dikitnya 3 liter cairan harus
dimasukkan untuk mengganti yang keluar.
Secara umum, untuk mempercepat proses penyembuhan dan pemulihan
kondisi pasien. pasca bedah, perlu kita perhatikan tips di bawah ini:
1. Makan makanan bergizi, misalnya: nasi, lauk pauk, sayur, susu, buah. 
2. Konsumsi makanan (lauk-pauk) berprotein tinggi, seperti: daging, ayam,
ikan, telor dan sejenisnya. 
3. Minum sedikitnya 8-10 gelas per hari. 
4. Usahakan cukup istirahat. 
5. Mobilisasi bertahap hingga dapat beraktivitas seperti biasa. Makin cepat
6. makin bagus. 
7. Mandi seperti biasa, yakni 2 kali dalam sehari. 
8. Kontrol secara teratur untuk evaluasi luka operasi dan pemeriksaan
kondisi tubuh. 
9. Minum obat sesuai anjuran dokter. 
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
                  
Dilihat dari paparan / penjelasan diatas,maka dapat ditarik
kesimpulan. Diet tindakan bedah itu terdiri dari 2 yaitu diet tindakan pra
bedah dan diet tindakan pasca bedah . Tujuan diet pra bedah adalah untuk
mengusahakan agar status gizi pasien dalam keadaan optimal pada saat
pembedahan,sehinggan tersedia cadangan untuk mengatasi stress dan
penyembuhan luka. Sedangkan tujuan dari diet pasca bedah ialah untuk
mengupayakan agar status gizi pasien segera kembali normal untuk
mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh
pasien dengan cara memberikan kebutuhan dasar ( cairan, energi,
protein ),menggantikan kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan gizi
lain, dan memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan.
Pembedahan terdiri dari 2 macam yaitu bedah minor dan bedah
mayor. Dan operasi terdiri dari 2 sifat yaitu bersifat segera dalam keadaan
darurat atau cito dan bersifat berencana atau elektif. Macam-macam
penyakit yang membutuhkan pembedahan yaitu antara lain penyakit yang
paling utama membutuhkan pembedahan adalah penyakit saluran cerna,
jantung, ginjal, saluran pernapasan dan tulang serta penyakit penyerta yang
dialami, misalnya penyakit diabetes melitus, jantung, dan hipertensi. 
Indikasi Diet Pasca Bedah ini terbagi atas 4  yaitu Diet Pasca Bedah
I    ( DPB ), Diet Pasca Bedah II  ( DPB  II), Diet Pasca Bedah III (DPB
III), dan Diet Pasca Bedah IV (DPB IV). Diet Pasca Bedah Lewat Pipa
Lambung adalah pemberian makanan bagi pasien dalam keadaan khusus
seperti koma, terbakar, gangguan psikis. Makanan harus diberikan lewat
pipa lambung (enteral) atau Naso Gastrik Tube (NGT). Sedangkan Diet
Pasca Bedah Lewat Pipa Jejenum ialah dengan cara makanan diberikan
sebagai makanan cair yang tidak memerlukan pencernaan lambung dan
tidak merangsang jejenum secara mekanis maupun osmotis. Cairan
diberikan tetes demi tetes secara perlahan ,aga tidak terjadi diare atau
kejang. Diet ini juga diberikan pada waktu yang singkat karena kurang
energi, protein, vitamin, dan zat besi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier,Sunita (Ed).2006. Penuntun Diet Edisi Baru . Jakarta : PT Gramedia


Pustaka Utama.
Mahaji Putri, Rona Sari. Tanpa tahun. Gizi dan Terapi Diet. Malang.
http://www.detikhealth.com/read/2010/10/02/110327/1453718/763/makan-sebelum-
operasi-dapat-mempercepat-masa-pemulihan.
http://www.smallcrab.com/makanan-dan-gizi/617-jenis-makanan-untuk-diet.
Uliyah musrifatul. 2008, Ketrampilan Dasar Praktek Klinik untuk kebidanan.Jakarta:
salemba medika.
G-Mundy, Chrissie. 2005, Pemulihan Pascaoperasi Caesar (Hal: 32), Jakarta :
Erlangga.
C. Rothrock, Jane. 1999, Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif (Hal: 543),
Jakarta: EGC.
Cameron, John L. 1997, Terapi Bedah Mutakhir (Hal: 576), Jakarta: Binarupa Aksara.

Anda mungkin juga menyukai