Anda di halaman 1dari 7

F4 – UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT

1. Penyuluhan tentang Gizi Buruk


Latar Belakang
Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu dari tiga anak di dunia
meninggal setiap tahun akibat buruknya kualitas gizi. Dari data Departemen Kesehatan
menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena masalah kekurangan gizi dan
buruknya kualitas makanan, didukung pula oleh kekurangan gizi selama masih didalam kandungan.
Hal ini dapat berakibat kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada saat anak beranjak dewasa.
Dr.Bruce Cogill, seorang ahli gizi dari badan PBB UNICEF mengatakan bahwa isu global tentang gizi
buruk saat ini merupakan problem yang harus diatasi.
Gizi buruk pada balita tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi diawali dengan kenaikan berat badan
balita yang tidak cukup.Perubahan berat badan balita dari waktu ke waktu merupakan petunjuk
awal perubahan status gizi balita. Dalam periode 6 bulan, bayi yang berat badannya tidak naik 2 kali
berisiko mengalami gizi buruk 12.6 kali dibandingkan pada balita yang berat badannya naik terus.
Bila frekuensi berat badan tidak naik lebih sering, maka risiko akan semakin besar
Penyebab gizi buruk sangat kompleks, sementara pengelolaannya memerlukan kerjasama yang
komprehensif dari semua pihak.Bukan hanya dari dokter maupun tenaga medis saja, tetapi juga
dari pihak orang tua, keluarga, pemuka masyarakat, pemuka agama maupun pemerintah.Pemuka
masyarakat maupun pemuka agama sangat dibutuhkan dalam membantu pemberian edukasi pada
masyarakat, terutama dalam menanggulangi kebiasaan atau mitos yang salah pada pemberian
makanan pada anak. Demikian juga posyandu dan puskesmas sebagai ujung tombak dalam
melakukan skrining atau deteksi dini dan pelayanan pertama dalam pencegahan kasus gizi buruk.

Permasalahan
Status gizi pada anak saat ini kurang menjadi perhatian, padahal gizi merupakan elemen penting
dalam masa tumbuh kembang anak. Di samping dampak langsung terhadap kesakitan dan
kematian, gizi juga berdampak terhadap pertumbuhan, perkembangan intelektual dan
produktivitas.
Kecerdasan seorang anak tidak hanya ditentukan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan
berupa stimulasi, melainkan juga faktor gizi atau nutrisi. Untuk memperoleh anak yang cerdas dan
sehat dibutuhkan asupan gizi atau nutrisi yang sehat dan seimbang dalam makanan sehari-hari. Dari
penelitian-penelitian sebelumnya, terdapat hubungan antara malnutrisi dengan tingkat intelegensi
dan prestasi akademik yang rendah. Untuk negara-negara berkembang dimana kejadian malnutrisi
sering dijumpai, hal ini akan berdampak serius terhadap keberhasilan pembangunan nasional.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Berdasarkan masalah di atas, maka diadakan penyuluhan tentang gizi buruk, pengenalan makanan
yang bersih dan bergizi untuk menunjang masa pertumbuhan, serta pemberian bubur kacang hijau
bagi balita yang hadir dalam kegiatan penyuluhan

Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan pengenalan tentang gizi buruk, pengenalan makanan yang bersih dan
bergizi untuk menunjang masa pertumbuhan ini dilaksanakan di Posyandu kelurahan manggarai
pada hari Senin tanggal 15 Maret 2021 dan dihadiri oleh warga sekitar dan kader-kader posyandu.
Kegiatan tersebut meliputi penyuluhan gizi buruk berupa definisi, penyebab, klasifikasi, gejala
klinis, pengobatan, komplikasi, dan pencegahan terjadinya gizi buruk. Selain itu, dilakukan pula
pengenalan tentang makanan dan minuman yang sebaiknya dikonsumsi oleh anak-anak pada masa
pertumbuhan. Kegiatan ini dirangkaikan pula dengan kegiatan bulanan posyandu yaitu pengukuran
tumbuh kembang balita dan pada akhir kegiatan dilakukan pemberian bubur kacang hijau kepada
balita yang hadir.

Monitoring dan Evaluasi


Namun, masih terdapat beberapa kendala dalam pelaksaan kegiatan ini, diantaranya masih
banyaknya ibu-ibu yang tidak membawa anak-anak mereka untuk mengikuti kegiatan posyandu
secara rutin tiap bulannya dikarenakan dengan alasan apabila anak mereka ikut posyandu dan
mendapat imunisasi, maka anak mereka akan menjadi sakit. Diharapkan kedepannya, kader
puskesmas yang tinggal disekitar warga dapat lebih aktif mengajak warga untuk menghadiri
kegiatan-kegiatan puskesmas demi peningkatan pengetahuan dan kualitas hidup serta kesehatan
masyarakat Indonesia.

2. Penyuluhan tentang Gizi Seimbang untuk anak usia sekolah


Latar Belakang
Pengertian ilmu gizi yang merupakan modifikasi dari National Academy of Sciences (1994) oleh
organisasi profesi yang berkaitan dengan gizi pada Seminar pengembangan Ilmu Gizi pada tahun
2000, yaitu ilmu yang bagi mempelajari zat-zat dari pangan yang bermanfaat bagi kesehatan dan
proses yang terjadi pada pangan sejak dikonsumsi, dicerna, diserap, sampai dimanfaatkan tubuh
serta dampaknya terhadap pertumbuhan, perkembangan dam kelangsungan hidup manusia serta
faktor yang mempengaruhinya.
Anak usia sekolah membutuhkan lebih banyak energi dan zat gizi dibanding anak balita.
Diperlukan tambahan energi, protein, kalsium, fluor, zat besi, sebab pertumbuhan sedang pesat
dan aktivitas kian bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi, anak seusia ini
membutuhkan 5 kali waktu makan, yaitu makan pagi (sarapan), makan siang, makan malam, dan 2
kali makan selingan. Perlu ditekankan pentingnya sarapan supaya dapat berpikir dengan baik dan
menghindari hipoglikemi. Bila jajan harus diperhatikan kebersihan makanan supaya tidak tertular
penyakit tifoid, disentri, dan lain-lain. Pada masa sekolah selain peran orang tua, kesadaran anak
sekolah juga diperlukan karena mereka sudah mampu memilih makanan mana yang dia sukai.
Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat- zat gizi yang
digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak,
kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi adalah
keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.
Permasalahan di Masyarakat
Gizi menjadi masalah yang penting bagi anak sekolah karena gizi bisa mencerdaskan anak. Anak
yang kekurangan gizi mudah mengantuk dan kurang bergairah yang dapat mengganggu proses
belajar di sekolah dan menurun prestasi belajarnya, daya pikir anak juga akan kurang karena
pertumbuhan otaknya tidak optimal. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai makanan bergizi
sangat perlu diberikan kepada orang tua.

Pelaksanaan
Penyuluhan gizi ini dilaksanakan di aula Puskesmas Kelurahan Manggarai pada hari Selasa tanggal
06 April 2021. Adapun materi yang disampaikan pada penyuluhan ini diantaranya pengertian
makanan bergizi, manfaat makanan bergizi, dan contoh makanan bergizi serta makanan berserat.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Berdasarkan masalah tersebut, rasanya perlu untuk meningkatkan pengetahuan mengenai
makanan bergizi kepada orang tua. Salah satunya melalui penyuluhan yang dilaksanan di fasilitas
pelayanan kesehatan dalam hal ini Puskesmas Kelurahan Manggarai

Evaluasi
Penyuluhan ini berjalan sebagaimana yang diharapkan. Namun tingkat pengetahuan peserta masih
kurang mengenai materi penyuluhan sebelum diadakannya penyuluhan. Hampir sebagian besar
yang hadir kurang mengetahui materi penyuluhan yang akan disampaikan. Namun setelah
penyuluhan, pengetahuan siswa tentang gizi dan makanan bergizi mulai meningkat. Hal ini
ditunjukkan dari diskusi dan tanya –jawab setelah materi disampaikan.

3. Penyuluhan tentang Suplementasi Vitamin A pada Balita


Latar Belakang
Vitamin A merupakan zat gizi essensial karena tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus
didapatkan dari sumber diluar. Vitamin A penting untuk kesehatan mata dan mencegah kebutaan,
dan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Pada anak yang tercukupi kebutuhan vitamin A-nya,
apabila mereka terkena diare, campak atau penyakit infeksi lainnya, maka penyakit-penyakit
tersebut tidak akan mudah bertambah parah.
Program penanggulangan Vitamin A di Indonesia telah dilaksanakan sejak tahun 1995 dengan
suplementasi kapsul Vitamin A dosis tinggi, untuk mencegah masalah kebutaan karena kekurangan
Vitamin A, dan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Pemberian kapsul Vitamin A membantu
menurunkan angka kesakitan dan angka kematian anak (30-50%). Maka selain untuk mencegah
kebutaan, pentingnya vitamin A saat ini lebih dikaitkan dengan kelangsungan hidup anak,
kesehatan dan pertumbuhan anak.

Permasalahan
Meski kekurangan vitamin A yang berat sudah jarang ditemui, namun kasus kekurangan vitamin A
tingkat subklinis, yaitu tingkat yang belum menampakkan gejala nyata, masih didapatkan di
lapangan, terutama pada kelompok usia balita. Padahal kekurangan vitamin A tingkat subklinis ini
hanya dapat diketahui dengan memeriksakan kadar vitamin A dalam darah.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Berdasarkan permasalahan di atas, dan untuk mencegah bertambahnya angka defisiensi vitamin A,
maka intervensi yang diberikan adalah dengan tetap melaksanakan program Suplementasi Vitamin A
untuk balita yang dilakukan setiap tahun

Pelaksanaan
Kegiatan suplementasi vitamin A dilakukan pada hari kamis tanggal 22 April 2021. Untuk
memudahkan proses pelaksanaan, suplementasi dilakukan bersamaan dengan jadwal posyandu
balita.

Monitoring Pemantauan dan evaluasi


Pemantauan dan evaluasi dilakukan dengan pencatatan kasus xeroftalmia dan gangguan mata lain
akibat defisiensi dan jika memungkinkan dilakukan pemeriksaan dan indeks serum retinol dalam
darah.

4. Penyuluhan tentang Gizi pada Pasien Hipertensi

Latar Belakang
Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang paling umum ditemukan dan merupakan
penyebab utama dari morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Di dunia penyakit ini
mempengaruhi sekitar 20% populasi dewasa. Berdasarkan informasi dari Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia, dimana penyakit ini
sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer.Kriteria hipertensi yang digunakan merujuk pada
kriteria diagnosis JNC VII 2003, yaitu pengukuran tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan
darah diastolik ≥90 mmHg.
Pengobatan hipertensi dapat dilakukan dengan cara farmakologis dan non farmakologis. Terapi
farmakologis tentu saja dilakukan dengan memberikan obat-obatan anti hipertensi. Sedangkan terapi
non farmakologis dapat dilakukan salah satunya dengan caramodifikasi gaya hidup. Salah satu cara
untuk melakukan modifikasi gaya hidup pada penderita hipertensi adalah dengan pengaturan
makan.Yang banyak dianut adalah dengan diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension).
Diet DASH ini merekomendasikan pasien hipertensi banyak mengkonsumsi buah-buahan,
sayuran dan produk susu rendah lemak.Diet ini kaya akan kalium, magnesium, kalsium dan serat
serta memiliki kadar lemak total, lemak jenuh dan kolesterol yang rendah. Diet DASH mampu
menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 5,5 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 3 mmHg.
Permasalahan
Di dunia Hipertensi mempengaruhi sekitar 20% populasi dewasa. Di Indonesia sendiri,
berdasarkan informasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, hipertensi masih merupakan
tantangan besar di Indonesia, dimana penyakit ini sering ditemukan pada pelayanan kesehatan
primer. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi hipertensi di Indonesia
berdasarkan hasil pengukuran pada umur ≥18 tahun adalah sebesar 25,8%. Sebagian besar (63,2%)
kasus hipertensi di masyarakat tidak terdiagnosis. Hipertensi juga sering dijuluki sebagai silent
disease karena secara visual penyakit ini tidak tampak mengerikan namun dapat mengancam jiwa
penderitanya atau paling tidak mengurangi kualitas hidup penderita hipertensi

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Metode intervensi yang digunakan adalah dengan pemberian informasi melalui metode
penyuluhan. Penyuluhan meliputi memberikan pengetahuan secara umum tentang Hipertensi,
meliputi : tatalaksana dan komplikasi hipertensi, serta bagaimana mengetur pola makan penderita
hipertensi meliputi makanan-makanan yang baik dikonsumsi maupun yang harus dihindari.
Penyuluhan disampaikan dengan metode langsung dan memperlihatkan materi penyuluhan
menggunakan laptop. Selain itu dilakukan cek kesehatan meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik serta
pengukuran tekanan darah kemudian pemberian terapi.

Pelaksanaan
Hari/Tanggal : RABU, 05 Mei 2021
Waktu : 10.00
Tempat : Aula Puskesmas Kelurahan Manggarai

Kegiatan dimulai dengan memberikan penyuluhan tentang HIPERTENSI, meliputi : tatalaksana dan
komplikasi hipertensi, serta bagaimana mengetur pola makan penderita hipertensi meliputi
makanan-makanan yang baik dikonsumsi maupun yang harus dihindari. Penyuluhan disampaikan
dengan metode langsung dengan memperlihatkan materi penyuluhan menggunakan laptop.

Monitoring dan Evaluasi


Untuk menilai apakah masyarakat memahami intervensi yang diberikan maka perlu adanya
monitoring. Selain itu monitoring juga diperlukan untuk mengetahui apakah masyarakat menerapkan
apa yang sudah diberikan dalam kegiatan sehari-harinya. Monitoring dapat dilakukan dengan
bekerja sama dengan kader, bidan atau tokoh masyarakat setempat untuk selalu dapat
mengingatkan dan menggerakkan warga tentang pentingnya asupan diet rendah garam, buah-
buahan, sayur-sayuran, dan susu rendah lemak untuk mencegah maupun mengontrol hipertensi.
Secara keseluruhan, intervensi yang diberikan berjalan cukup baik.
5. Penyuluhan tentang Diet pada Pasien DM

Latar Belakang
Diantara penyakit degeneratif, diabetes adalah salah satu diantara penyakit tidak menular yang
akan meningkat jumlahnya di masa mendatang. Diabetes menjadi ancaman bagi kesehatan manusia
pada abad 21. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa 60 % penyebab kematian
semua umur didunia karena penyakit tidak menular. Diabetes Melitus berada pada peringkat ke 6
penyebab kematian. Indonesia kini telah menduduki rangking keempat jumlah penyandang diabetes
terbanyak setelah Amerika Serikat, China dan India.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi kenaikan jumlah penyandang diabetes mellitus
di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Sedangkan
Badan Federasi Diabetes Internasional (IDF) pada tahun 2009 memperkirakan kenaikan jumlah
penyandang diabetes mellitus dari 7,0 juta tahun 2009 menjadi 12,0 juta pada tahun 2030. Direktur
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) menjelaskan, meskipun terdapat
perbedaan angka prevalensi, laporan-laporan tersebut menunjukan adanya peningkatan jumlah
penyandang diabetes sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka diperlukan upaya promotif, preventif, dan
rehabilitatif untuk menekan jumlah penderita diabetes melitus. Upaya tersebut harus dimulai dari
masyarakat dan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Selain itu upaya promotif juga sangat
diperlukan mengingat penyakit diabetes merupakan suatu penyakit kronik yang membutuhkan
pengobatan dan pengontrolan seumur hidup. Sehingga, dalam hal ini pengaturan diet untuk
penderita diabetes sangatlah penting untuk diketahui agar para penderita diabetes mampu
menstabilkan kadar gula darah dan mencegah komplikasi diabetes yang lebih lanjut.

Permasalahan di Masyarakat
 Di Puskesmas Kelurahan Manggarai sendiri diabetes mellitus masih menjadi kasus yang
tinggi setelah kasus hipertensi.
 Masih kurangnya kesadaran dan kepatuhan untuk meminum obat pada pasien DM tipe
2
 Masih banyaknya lansia yang melakukan diet diabetes mellitus dengan cara yang salah
sehingga menimbulkan komplikasi lain.
 Masih banyak lansia yang menderita DM tipe 2

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Pemberian informasi dilakukan dengan metode penyuluhan. Penyuluhan kali ini difokuskan terhadap
pemberian informasi kepada para kader posyandu, dan masyarakat yang hadir di Puskesmas
kelurahan manggarai. Penyuluhan disampaikan dengan metode langsung (direct communication/
face to face communication).
Pelaksanaan
Penyuluhan dilakukan secara tatap muka, dihadiri petugas puskesmas, para kader posyandu dan
masyarakat peserta posyandu lansia.
Hari/tanggal : Senin, 10 Mei 2021
Waktu : 11.00
Tempat : Aula lanta 4, Puskesmas Kelurahan Manggarai
Penyuluhan dimulai dengan perkenalan dengan pembicara dilanjutkan penyampaian materi gizi dan
diet pada penderita DM oleh dokter internship dan kemudian ditutup dengan tanya-jawab.

Monitoring, Evaluasi dan Kesimpulan


Dalam hal ini, yang menjadi tolak ukur monitoring dan evaluasi adalah dengan melihat seberapa
banyak masyarakat memahami dan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan sederhana seputar
materi yang telah disampaikan. Pertanyaan yang dijawab dengan benar oleh peserta penyuluhan
merupakan bukti keberhasilan bahwa penyuluhan yang telah dilakukan mampu di terima dan
dipahami oleh peserta. Untuk evaluasi lebih lanjut adalah dengan monitoring kesadaran masyarakat
dalam upaya pencegahan penyakit dan perbaikan gizi. Melihat jumlah kunjungan masyarakat di
setiap pelayanan kesehatan yang ada didaerahnya. Dengan adanya upaya pencegahan dan perbaikan
diet diharapkan jumlah kunjungan pasien DM akan berkurang.

Anda mungkin juga menyukai