Permasalahan
Hipertensi yang tidak segera ditangani berdampak pada munculnya penyakit degeneratif,
seperti penyakit jantung, gagal ginjal dan penyakit pembuluh darah perifer. Dari seluruh
penderita hipertensi 90-95 melaporkan hipertensi esensial atau hipertensi premier yang
penyebabnya tidak diketahui. Hal ini jika tidak dilakukan penanggulangan dengan baik
keadaan ini cenderung akan meningkat.
Promosi mengenai Hipertensi perlu dilakukan karena :
1. Semakin tingginya jumlah penderita Hipertensi di Indonesia
2. Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai Hipertensi, terutama mengenai bahaya
dan komplikasinya jika tidak ditatalaksana dengan baik
3. Perlunya mengedukasi masyarakat tentang bagaimana pencegahan peningkatan kadar
gula darah pada pasien Hipertensi
Pelaksanaan
Penyuluhan ini dilakukan oleh dokter Internship dari Puskesmas Manggarai pada hari Rabu,
3 Maret 2021 di ruang tunggu poli umum. Penyuluhan ini diikuti oleh kurang lebih 20 orang
masyarakat
2. Strategi Promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah (16/03/21)
Latar Belakang
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas
dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan individu/kelompok dapat
menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat. PHBS disekolah adalah upaya untuk memberdayakan siswa,
guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau dan mampu mempraktikan PHBS,
dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Menurut Depkes RI (2010), Tujuan dari
PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan kemampuan
masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, serta meningkatkan peran serta aktif masyarakat
termasuk dunia usaha dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
Munculnya sebagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (usia 6-10), ternyata
umumnya berkaitan dengan PHBS. Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai PHBS disekolah
merupakan kebutuhan mutlak dan dapat dilakukan melalui pendekatan usaha kesehatan
Sekolah (UKS).
Permasalahan
Sekolah sebagai salah satu sasaran PHBS di tatanan institusi pendidikan perlu
mendapatkan perhatian mengingat usia sekolah bagi anak juga merupakan masa rawan
terserang berbagai penyakit serta munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak
usia sekolah (usia 6-10), misalnya diare, kecacingan dan anemia. Berdasarkan data WHO
(2007) menyebut bahwa setiap tahun 100.000 anak Indonesia meninggal akibat
diare, angka kejadian kecacingan mencapai angka 40-60%, anemia pada anak sekolah 23,2%
dan masalah karies dan periodontal 74,4%. Tingginya angka kejadian penyakit sangat
ditentukan oleh peran masyarakat dalam menjaga kebersihan diri dan lingkungannya. Masih
rendahnya kesadaran sebagian generasi muda untuk menerapkan PHBS dalam lingkungan
sekolah merupakan masalah yang harus diselesaikan. Oleh karena itu, peran serta pihak
puskesmas dan pemerintah setempat juga sangat dibutuhkan untuk menggalakkan PHBS
dalam lingkungan sekolah.
Pelaksanaan
Penyuluhan kesehatan mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ini dilaksanakan pada hari
Selasa 16 Maret 2021, bertempat di SDN 05 Manggarai. Penyuluhan ini diikuti oleh guru dan
peserta vaksin COVID-19 di SDN 05 wilayah Manggarai. Total peserta penyuluhan
berjumlah 30 orang. Penyuluhan ini dibawakan oleh dokter Internship bersama dengan
anggota bidang Promkes Puskesmas Manggarai dengan menggunakan metode presentasi
materi. Selama penyuluhan, pemateri menyampaikan informasi mengenai pengertian PHBS,
tujuan dan manfaat menerapkan PHBS di sekolah, jenis-jenis PHBS dalam lingkungan
sekolah, serta masalah yang akan timbul jika tidak menerapkan PHBS di sekolah. Dilanjutkan
dengan sesi tanya jawab pemateri dengan peserta penyuluhan. Peserta yang mengikuti
penyuluhan ini terlihat antusias selama penyuluhan dan sesi diskusi dilakukan, dengan
demikian diharapkan melalui penyuluhan ini para pelajar dapat menerapkan PHBS di sekolah
serta memahami jenis- jenis penyakit yang dapat timbul akibat tidak berperilaku bersih dan
sehat.
Permasalahan
Pterigium masih menjadi permasalahan yang sulit karena tingginya frekuensi pterigium
rekuren. Distribusi pterigium bervariasi sesuai dengan sinar mataharinya yang tinggi dengan
udara yang kering serta tingginya angin dan debu maka prevalensinya ditemui lebih banyak
dibanding dengan daerah yang lain. Di Indonesia prevalensi pterigium akan meningkat
dengan bertambahnya umur. Sesuai pula dengan bidang pekerjaan yang mana warga
Manggarai mayoritas pekerja tani dimana melakukan aktivitas diluar ruangan sehingga lebih
sering berhubungan dengan faktor risiko terjadi pterigium seperti sinar ultraviolet, debu,
angin dan udara yang kering dan kebanyakan berpendidikan rendah dengan tingkat
pengeluaran rumah tangga yang rendah. Hal ini perlu dicermati karena tingkat pendidikan
rendah sehingga pengetahuan mengenai penyakit mata sangat minim sehingga kelompok ini
sangat rentan terhadap penurunan tajam penglihatan sampai dengan kebutaan.
LATAR BELAKANG
Katarak merupakan keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan bening menjadi
keruh. Bila lensa mata kehilangan sifat beningnya atau kejernihannya maka penglihatan
akan menjadi berkabut atau tidak dapat melihat sama sekali. Menurut hasil survey Rapid
Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Mata
Indonesia (Perdami) yang dikutip oleh Kemenkes RI, 2019, 81% kebutaan disebabkan oleh
katarak. Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga
akibat kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun. Dalam penelitian
yang dilakukan oleh Rumah Sakit UNHAS pada tahun 2018, dikatakan bahwa penderita
diabetes melitus mempunyai kecenderungan menderita katarak 25 kali lebih tinggi
dibanding yang tidak menderita diabetes mellitus. Diabetes melitus telah dilaporkan sebagai
faktor paling kritis yang menyebabkan kehilangan penglihatan, serta dianggap sebeagai
penyebab paling umum dari kehilangan penglihatan. Diabetes melitus juga dikenal sebagai
faktor resiko penting untuk katarak. Oleh karena itu, penyuluhan ini dimaksudkan agar
masyarakat lebih sadar terhadap katarak sebagai komplikasi dari diabetes melitus,
khususnya agar setiap orang sadar pentingnya mengetahui gejala katarak dan melakukan
pencegahan katarak dengan mengontrol kadar glukasa dalam tubuh.
PERMASALAHAN
1. Banyak penderita diabetes melitus di Puskesmas Kelurahan Manggarai. Hal ini diketahui
dari banyaknya peserta Prolanis DM.
2. Sebagian besar penderita diabetes melitus di Puskesmas Kelurahan Manggarai belum
memahami katarak sebagai salah satu komplikasi dari diabetes melitus
3. Sebagian besar penderita diabetes melitus di Puskesmas Kelurahan Manggarai tidak
mengetahui pentingnya menjaga kadar glukasa dalam tubuh untuk mencegah terjadinya
katarak.
PELAKSANAAN
Penyuluhan dilakukan oleh dokter internship saat kegiatan pelayanan di Puskesmas
Kelurahan Manggarai pada tanggal 10 Mei 2021. Penyuluhan dilaksanakan sebelum
kegiatan pelayanan dimulai, yaitu pada pukul 07.45 WIB dan berakhir pada pukul 08.15
WIB.
Meskipun secara keseluruhan kegiatan penyuluhan ini berjalan dengan lancar, namun perlu
dilakukan evaluasi berkala untuk menilai ulang pemahaman para lansia mengenai katarak,
serta akan lebih baik jika penyuluhan dilengkapi dengan selebaran atau pamflet yang bisa
dibawa pulang.
Latar Belakang
Infeksi virus Corona atau COVID-19 disebabkan oleh Corona Virus, yaitu kelompok virus yang
menginfeksi sistem pernapasan, pada sebagian besar kasus corona virus hanya
menyebabkan infeksi pernapasan ringan sampai sedang, seperti flu, akan tetapi, virus ini juga
bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti Pneumonia, MiddleEast Respiratory
Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS ). Penularan virus ini
sangat cepat sehingga Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan pandemi virus
Corona atau COVID-19 pada tanggal (11/3/2020). Secara epidemi, data menunjukan bahwa
Infeksi severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang menyebabkan
COVID-19 sudah menyerang lebih dari 10 juta pasien di seluruh dunia. Kasus konfirmasi
Covid- 19 di Indonesia masih terus bertambah. Berdasarkan laporan Kemenkes RI, pada
tanggal 30 Agustus 2020 tercatat 172.053 kasus konfirmasi dengan angka kematian 7343
(CFR 4,3%). Cara terbaik untuk memutus rantai penularan COVID-19 adalah dengan
mencegah penularannya. Disiplin menerapkan protokol kesehatan memakai masker,
mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas bagi yang
sehat, atau melakukan pengobatan sesuai anjuran dan melaksanakan isolasi mandiri bagi
yang sudah didiagnosa COVID-19 menjadi cara untuk mencegah diri tertular dan menularkan
COVID-19. Selain itu, vaksin merupakan salah satu cara yang efektif untuk mencegah
penyakit menular ini. Oleh karena itu, sosialisasi ini dimaksudkan agar masyarakat khususnya
penderita COVID-19 dan keluarganya lebih mengetahui informasi mengenai COVID-19.
PERMASALAHAN
Angka penderita COVID-19 di wilayah keluarahan Manggarai yang sempit masih sangat
tinggi. Selain itu pengetahuan masyarakat terkait COVID-19, cara pengobatan dan isolasi
mandiri bagi yang sudah terdiagnosa, maupun penerapkan protokol kesehatan dan vaksinasi
bagi yang sehat masih sangat kurang.
PELAKSANAAN
Sosialisasi dilakukan oleh dokter internship dengan mendatangi secara langsung ke rumah
penduduk penderita COVID-19 dalam cakupan wilayah Kelurahan Manggarai yang
dilaksanakan pada tanggal 26 Februari 2021.
Sosialisasi mengenai COVID-19 dilaksanakan dalam rangkaian kegiatan home visit oleh
Puskesmas Kelurahan Manggarai, yaitu pada pukul 10.00 WIB dan berakhir pada pukul 10.30
WIB. Kegiatan home visit diawali dengan anamnesa keluhan pasien, pemeriksaan tanda vital
serta pengecekan glukosa dan kolesterol. Selanjutnya dilakukan pemberian obat-obatan
selama isolasi mandiri di rumah.
3. Penerapan protokol kesehatan dan vaksinasi bagi pasien dan keluarga pasien
Kegiatan sosialisasi ditutup dengan sesi tanya jawab untuk menilai pemahaman sasaran
setelah dilaksanakannya sosialisasi dan untuk menanyakan hal-hal yang dirasa belum jelas.
Meskipun secara keseluruhan kegiatan sosialisasi ini berjalan dengan lancar, namun perlu
dilakukan evaluasi berkala untuk menilai ulang pemahaman sasaran mengenai COVID-19,
serta dapat dilihat dari prognosis penyakit pasien dan angka kejadian COVID-19 di Puskesmas
Kelurahan Manggarai ke depannya.