Anda di halaman 1dari 8

F1 – UPAYA PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

1. Strategi Promosi Kesehatan Penyakit Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan


Manggarai (3/03/21)
Latar Belakang
Penyakit Hipertensi merupakan ancaman bagi kesehatan masyarakat dan menjadi
masalah kesehatan yang sangat serius. Berdasarkan data Penyakit tidak menular (PTM) 5
tahun terakhir, penyakit hipertensi menjadi penyakit yang paling menonjol.
Untuk itu, institusi kesehatan harus bisa mempengaruhi masyarakat untuk hidup sehat
sehingga mampu meningkatkan derajat kesehatannya berdasarkan kebijakan-kebijakan yang
diimplementasikan dalam bentuk program-program yang akan mewadahi masyarakat.

Permasalahan
Hipertensi yang tidak segera ditangani berdampak pada munculnya penyakit degeneratif,
seperti penyakit jantung, gagal ginjal dan penyakit pembuluh darah perifer. Dari seluruh
penderita hipertensi 90-95 melaporkan hipertensi esensial atau hipertensi premier yang
penyebabnya tidak diketahui. Hal ini jika tidak dilakukan penanggulangan dengan baik
keadaan ini cenderung akan meningkat.
Promosi mengenai Hipertensi perlu dilakukan karena :
1. Semakin tingginya jumlah penderita Hipertensi di Indonesia
2. Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai Hipertensi, terutama mengenai bahaya
dan komplikasinya jika tidak ditatalaksana dengan baik
3. Perlunya mengedukasi masyarakat tentang bagaimana pencegahan peningkatan kadar
gula darah pada pasien Hipertensi

Tujuan penyuluhan mengenai Hipertensi adalah:


1. Tercapainya pemahaman mengenai penyebab, gejala, penatalaksanaan awal, bahaya,
komplikasi dan pencegahan Hipertensi sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan
angka kematian yang diakibatkan oleh Hipertensi
2. Terbentuknya agen kesehatan oleh para masyarakat yang telah mendapatkan penyuluhan
mengenai Hipertensi, sehingga dapat membantu menyebarluaskan informasi mengenai
Hipertensi kepada lingkungan sekitar terutama keluarga sehingga membantu upaya
promosi kesehatan.
3. Tercapainya program yang telah direncanakan dan sebagian sudah direalisasikan oleh
beberapa pelayanan kesehatan primer, agar tercapai status kesehatan yang tinggi pada
penderita Hipertensi secara menyeluruh.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Berdasarkan latar belakang dan permasalahan mengenai kasus Hipertensi dan dalam
upaya mempromosikan mengenai Hipertensi pada masyarakat termasuk untuk
meningkatkan kewaspadaan masyarakat, maka kami memilih “METODE PENYULUHAN”
dalam perencanaan dan pemilihan intervensi. Termasuk di dalamnya informasi tentang
penyebab Hipertensi, gejala Hipertensi, dan upaya pencegahan peningkatan kadar gula
darah penderita Hipertensi Kegiatan penyuluhan disertai dengan sesi tanya jawab, baik oleh
presentator (untuk menilai pemahaman masyarakat setelah dilaksanakannya penyuluhan)
untuk menanyakan hal-hal yang dirasa belum jelas.

Pelaksanaan
Penyuluhan ini dilakukan oleh dokter Internship dari Puskesmas Manggarai pada hari Rabu,
3 Maret 2021 di ruang tunggu poli umum. Penyuluhan ini diikuti oleh kurang lebih 20 orang
masyarakat

Monitoring & Evaluasi


Masyarakat dapat memahami mengenai penyebab, gejala, penatalaksanaan, bahaya,
komplikasi Hipertensi. Sebagian besar masyarakat yang hadir dalam penyuluhan ini aktif
dalam mengajukan pertanyaan, terutama mengenai penatalaksanaan Hipertensi yang dapat
dilakukan di rumah sebelum dibawa ke tenaga kesehatan. Secara keseluruhan kegiatan
penyuluhan ini berjalan dengan lancar. Namun perlu dilakukan evaluasi berkala untuk
menilai ulang pemahaman masyarakat mengenai Hipertensi

2. Strategi Promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah (16/03/21)
Latar Belakang
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas
dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan individu/kelompok dapat
menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat. PHBS disekolah adalah upaya untuk memberdayakan siswa,
guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau dan mampu mempraktikan PHBS,
dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Menurut Depkes RI (2010), Tujuan dari
PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan kemampuan
masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, serta meningkatkan peran serta aktif masyarakat
termasuk dunia usaha dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
Munculnya sebagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (usia 6-10), ternyata
umumnya berkaitan dengan PHBS. Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai PHBS disekolah
merupakan kebutuhan mutlak dan dapat dilakukan melalui pendekatan usaha kesehatan
Sekolah (UKS).

Permasalahan
Sekolah sebagai salah satu sasaran PHBS di tatanan institusi pendidikan perlu
mendapatkan perhatian mengingat usia sekolah bagi anak juga merupakan masa rawan
terserang berbagai penyakit serta munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak
usia sekolah (usia 6-10), misalnya diare, kecacingan dan anemia. Berdasarkan data WHO
(2007) menyebut bahwa setiap tahun 100.000 anak Indonesia meninggal akibat
diare, angka kejadian kecacingan mencapai angka 40-60%, anemia pada anak sekolah 23,2%
dan masalah karies dan periodontal 74,4%. Tingginya angka kejadian penyakit sangat
ditentukan oleh peran masyarakat dalam menjaga kebersihan diri dan lingkungannya. Masih
rendahnya kesadaran sebagian generasi muda untuk menerapkan PHBS dalam lingkungan
sekolah merupakan masalah yang harus diselesaikan. Oleh karena itu, peran serta pihak
puskesmas dan pemerintah setempat juga sangat dibutuhkan untuk menggalakkan PHBS
dalam lingkungan sekolah.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan di atas, maka kami bermaksud
mengadakan penyuluhan kesehatan dengan materi “Perilaku Hidup Bersih dan Sehat”.
Adapun materi yang disampaikan pada penyuluhan ini diantaranya pengertian PHBS, tujuan,
dan manfaat menerapkan PHBS di sekolah.

Pelaksanaan
Penyuluhan kesehatan mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ini dilaksanakan pada hari
Selasa 16 Maret 2021, bertempat di SDN 05 Manggarai. Penyuluhan ini diikuti oleh guru dan
peserta vaksin COVID-19 di SDN 05 wilayah Manggarai. Total peserta penyuluhan
berjumlah 30 orang. Penyuluhan ini dibawakan oleh dokter Internship bersama dengan
anggota bidang Promkes Puskesmas Manggarai dengan menggunakan metode presentasi
materi. Selama penyuluhan, pemateri menyampaikan informasi mengenai pengertian PHBS,
tujuan dan manfaat menerapkan PHBS di sekolah, jenis-jenis PHBS dalam lingkungan
sekolah, serta masalah yang akan timbul jika tidak menerapkan PHBS di sekolah. Dilanjutkan
dengan sesi tanya jawab pemateri dengan peserta penyuluhan. Peserta yang mengikuti
penyuluhan ini terlihat antusias selama penyuluhan dan sesi diskusi dilakukan, dengan
demikian diharapkan melalui penyuluhan ini para pelajar dapat menerapkan PHBS di sekolah
serta memahami jenis- jenis penyakit yang dapat timbul akibat tidak berperilaku bersih dan
sehat.

Monitoring & Evaluasi


Secara keseluruhan kegiatan penyuluhan ini berjalan dengan lancar. Peserta sangat antusias
terhadap penyuluhan tentang PHBS. Penyuluhan tentang PHBS di sekolah dasar sangat
penting diadakan guna meningkatkan kesadaran anak untuk hidup bersih dan sehat serta
menurunkan angka kesakitan di lingkungan sekolah dan masyarakat.

3. Penyuluhan Pterigium di Puskesmas Kelurahan Manggarai (26/03/2021)


Latar Belakang
Pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat
degeneratif dan invasif. Pertumbuhan ini biasanya terletak pada celah kelopak bagian nasal
ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke daerah kornea. Diduga penyebab pterigium
adalah exposure atau sorotan berlebihan dari sinar matahari yang diterima oleh mata.
Ultraviolet, baik UVA ataupun UVB, berperan penting dalam hal ini. Selain itu dapat pula
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti zat alergen, kimia, dan pengiritasi lainnya. Secara
geografis, pterigium paling banyak ditemukan di negara beriklim tropis. Karena Indonesia
beriklim tropis, penduduknya memiliki risiko tinggi mengalami pterigium.
Pterigium masih menjadi permasalahan yang sulit karena tingginya frekuensi pterigium
rekuren. Recurrence rate pascaoperasi pterigium di Indonesia adalah 35–52%. Selain itu,
pterigium menimbulkan masalah kosmetik dan berpotensi mengganggu penglihatan bahkan
berpotensi menjadi penyebab kebutaan pada stadium lanjut. Penegakan diagnosis dini
pterigium diperlukan agar gangguan penglihatan tidak semakin memburuk dan dapat
dilakukan pencegahan terhadap komplikasi.

Permasalahan
Pterigium masih menjadi permasalahan yang sulit karena tingginya frekuensi pterigium
rekuren. Distribusi pterigium bervariasi sesuai dengan sinar mataharinya yang tinggi dengan
udara yang kering serta tingginya angin dan debu maka prevalensinya ditemui lebih banyak
dibanding dengan daerah yang lain. Di Indonesia prevalensi pterigium akan meningkat
dengan bertambahnya umur. Sesuai pula dengan bidang pekerjaan yang mana warga
Manggarai mayoritas pekerja tani dimana melakukan aktivitas diluar ruangan sehingga lebih
sering berhubungan dengan faktor risiko terjadi pterigium seperti sinar ultraviolet, debu,
angin dan udara yang kering dan kebanyakan berpendidikan rendah dengan tingkat
pengeluaran rumah tangga yang rendah. Hal ini perlu dicermati karena tingkat pendidikan
rendah sehingga pengetahuan mengenai penyakit mata sangat minim sehingga kelompok ini
sangat rentan terhadap penurunan tajam penglihatan sampai dengan kebutaan.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Intervensi kegiatan ini menggunakan metode penyuluhan langsung dengan pendekatan
kelompok dan menggunakan flipchart. Penyuluhan ditujukan masyarakat khususnya lansia
pada wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Manggarai
Pelaksanaan
Penyuluhan dilakukan dengan pemberian materi pterigium yang memakan waktu ± 15
menit. Setelah penyuluhan selesai, para peserta diberikan kesempatan untuk bertanya
kepada penyuluh mengeni materi yang telah diberikan diikuti dengan pemeriksaan
kesehatan dan pengobatan rutin bulanan kepada warga Manggarai yang hadir untuk
pengambilan obat PTM bulanan.

Monitoring dan Evaluasi


Kegiatan berjalan dengan baik, peserta menyimak materi dengan baik selama kegiatan
berlangsung. Setelah kegiatan penyuluhan berlangsung pun, peserta aktif bertanya.
Penyuluhan ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan mengenai pentingnya untuk
mengenali gejala-gejala, faktor resiko, stadium, penatalaksanaan dan komplikasi penyakit
pterygium sehingga dapat dilakukan penegakan diagnosis dini pterigium agar gangguan
penglihatan tidak semakin memburuk dan dapat dilakukan pencegahan terhadap komplikasi
dan pentalaksanaan penyakit tersebut.

4. Upaya Pengenalan Katarak sebagai Komplikasi Diabetes Melitus (10/05/21)

LATAR BELAKANG
Katarak merupakan keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan bening menjadi
keruh. Bila lensa mata kehilangan sifat beningnya atau kejernihannya maka penglihatan
akan menjadi berkabut atau tidak dapat melihat sama sekali. Menurut hasil survey Rapid
Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Mata
Indonesia (Perdami) yang dikutip oleh Kemenkes RI, 2019, 81% kebutaan disebabkan oleh
katarak. Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga
akibat kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun. Dalam penelitian
yang dilakukan oleh Rumah Sakit UNHAS pada tahun 2018, dikatakan bahwa penderita
diabetes melitus mempunyai kecenderungan menderita katarak 25 kali lebih tinggi
dibanding yang tidak menderita diabetes mellitus. Diabetes melitus telah dilaporkan sebagai
faktor paling kritis yang menyebabkan kehilangan penglihatan, serta dianggap sebeagai
penyebab paling umum dari kehilangan penglihatan. Diabetes melitus juga dikenal sebagai
faktor resiko penting untuk katarak. Oleh karena itu, penyuluhan ini dimaksudkan agar
masyarakat lebih sadar terhadap katarak sebagai komplikasi dari diabetes melitus,
khususnya agar setiap orang sadar pentingnya mengetahui gejala katarak dan melakukan
pencegahan katarak dengan mengontrol kadar glukasa dalam tubuh.

PERMASALAHAN
1. Banyak penderita diabetes melitus di Puskesmas Kelurahan Manggarai. Hal ini diketahui
dari banyaknya peserta Prolanis DM.
2. Sebagian besar penderita diabetes melitus di Puskesmas Kelurahan Manggarai belum
memahami katarak sebagai salah satu komplikasi dari diabetes melitus
3. Sebagian besar penderita diabetes melitus di Puskesmas Kelurahan Manggarai tidak
mengetahui pentingnya menjaga kadar glukasa dalam tubuh untuk mencegah terjadinya
katarak.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Berdasarkan latar belakang dan permasalahan mengenai kasus katarak sebagai komplikasi
dari diabetes melitus dan dalam upaya pengenalan serta peningkatan kewaspadaan
terhadap katarak, maka kami memilih metode PENYULUHAN dalam perencanaan dan
pemilihan intervensi. Metode penyuluhan dipilih agar dapat mencakup sasaran yang luas
dan diharapkan sasaran dapat lebih lebih santai dalam bertanya atau berbagi pengalaman
mereka mengenai komplikasi diabetes melitus. Sasaran penyuluhan adalah peserta Prolanis
DM Puskesmas Kelurahan Manggarai. Penyuluhan dilakukan dengan pemaparan materi
tentang pengenalan katarak dan pentingnya menjaga kadar glukosa dalam tubuh untuk
mencegah terjadinya katarak.

PELAKSANAAN
Penyuluhan dilakukan oleh dokter internship saat kegiatan pelayanan di Puskesmas
Kelurahan Manggarai pada tanggal 10 Mei 2021. Penyuluhan dilaksanakan sebelum
kegiatan pelayanan dimulai, yaitu pada pukul 07.45 WIB dan berakhir pada pukul 08.15
WIB.

MONITORING & EVALUASI


Penyuluhan mengenai katarak sebagai komplikasi dari diabetes melitus diikuti oleh peserta
Prolanis DM Puskesmas Kelurahan Manggarai. Acara berjalan dengan baik dan lancar.
Peserta penyuluhan menyimak dengan baik penjelasan tentang katarak dan berperan aktif
pada diskusi terbuka yang dilakukan di akhir penyuluhan.

Meskipun secara keseluruhan kegiatan penyuluhan ini berjalan dengan lancar, namun perlu
dilakukan evaluasi berkala untuk menilai ulang pemahaman para lansia mengenai katarak,
serta akan lebih baik jika penyuluhan dilengkapi dengan selebaran atau pamflet yang bisa
dibawa pulang.

5. Sosialisasi COVID-19 saat Kegiatan Home Visit Pasien COVID (26/02/2021)

Latar Belakang
Infeksi virus Corona atau COVID-19 disebabkan oleh Corona Virus, yaitu kelompok virus yang
menginfeksi sistem pernapasan, pada sebagian besar kasus corona virus hanya
menyebabkan infeksi pernapasan ringan sampai sedang, seperti flu, akan tetapi, virus ini juga
bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti Pneumonia, MiddleEast Respiratory
Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS ). Penularan virus ini
sangat cepat sehingga Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan pandemi virus
Corona atau COVID-19 pada tanggal (11/3/2020). Secara epidemi, data menunjukan bahwa
Infeksi severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang menyebabkan
COVID-19 sudah menyerang lebih dari 10 juta pasien di seluruh dunia. Kasus konfirmasi
Covid- 19 di Indonesia masih terus bertambah. Berdasarkan laporan Kemenkes RI, pada
tanggal 30 Agustus 2020 tercatat 172.053 kasus konfirmasi dengan angka kematian 7343
(CFR 4,3%). Cara terbaik untuk memutus rantai penularan COVID-19 adalah dengan
mencegah penularannya. Disiplin menerapkan protokol kesehatan memakai masker,
mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas bagi yang
sehat, atau melakukan pengobatan sesuai anjuran dan melaksanakan isolasi mandiri bagi
yang sudah didiagnosa COVID-19 menjadi cara untuk mencegah diri tertular dan menularkan
COVID-19. Selain itu, vaksin merupakan salah satu cara yang efektif untuk mencegah
penyakit menular ini. Oleh karena itu, sosialisasi ini dimaksudkan agar masyarakat khususnya
penderita COVID-19 dan keluarganya lebih mengetahui informasi mengenai COVID-19.

PERMASALAHAN
Angka penderita COVID-19 di wilayah keluarahan Manggarai yang sempit masih sangat
tinggi. Selain itu pengetahuan masyarakat terkait COVID-19, cara pengobatan dan isolasi
mandiri bagi yang sudah terdiagnosa, maupun penerapkan protokol kesehatan dan vaksinasi
bagi yang sehat masih sangat kurang.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Berdasarkan latar belakang dan permasalahan COVID-19 dan dalam upaya pengenalan serta
peningkatan pengetahuan, maka kami memilih metode SOSIALISASI dalam perencanaan dan
pemilihan intervensi. Metode sosialisasi dipilih dan dilakukan secara bersamaan dengan
mendatangi secara langsung ke rumah masyarakat yang menderita COVID-19 (home visit)
agar memanfaatkan waktu yang tersedia guna lebih efektif dan dapat mencakup sasaran
yang luas, serta diharapkan sasaran dapat lebih lebih santai dalam bertanya atau berbagi
pengalaman mereka mengenai COVID-19. Sasaran penyuluhan adalah warga masyarakat
yang menderita COVID-19 yang membutuhkan pelayanan home visit yang tinggal dalam
cakupan wilayah Kelurahan Manggarai. Sosialisasi dilakukan dengan pemaparan materi
tentang pengenalan COVID-19 dan anjuran mengenai pengobatan, isolasi mandiri, protokol
kesehatan dan vaksinasi.

PELAKSANAAN
Sosialisasi dilakukan oleh dokter internship dengan mendatangi secara langsung ke rumah
penduduk penderita COVID-19 dalam cakupan wilayah Kelurahan Manggarai yang
dilaksanakan pada tanggal 26 Februari 2021.

Sosialisasi mengenai COVID-19 dilaksanakan dalam rangkaian kegiatan home visit oleh
Puskesmas Kelurahan Manggarai, yaitu pada pukul 10.00 WIB dan berakhir pada pukul 10.30
WIB. Kegiatan home visit diawali dengan anamnesa keluhan pasien, pemeriksaan tanda vital
serta pengecekan glukosa dan kolesterol. Selanjutnya dilakukan pemberian obat-obatan
selama isolasi mandiri di rumah.

Selanjutnya dilaksanakan sosialisasi oleh dokter internship mengenai COVID-19, meliputi:

1. Pengenalan, gejala dan penularan COVID-19

2. Pengobatan dan isolasi mandiri bagi pasien penderita COVID-19

3. Penerapan protokol kesehatan dan vaksinasi bagi pasien dan keluarga pasien

Kegiatan sosialisasi ditutup dengan sesi tanya jawab untuk menilai pemahaman sasaran
setelah dilaksanakannya sosialisasi dan untuk menanyakan hal-hal yang dirasa belum jelas.

MONITORING & EVALUASI


Sosialisasi mengenai COVID-19 diikuti oleh masyarakat yang membutuhkan pelayanan home
visit dalam cakupan wilayah Kelurahan Manggarai. Acara berjalan dengan baik dan lancar.
Sasaran sosialisasi menyimak dengan baik penjelasan tentang COVID-19 dan berperan aktif
pada diskusi terbuka yang dilakukan di akhir sosialisasi .

Meskipun secara keseluruhan kegiatan sosialisasi ini berjalan dengan lancar, namun perlu
dilakukan evaluasi berkala untuk menilai ulang pemahaman sasaran mengenai COVID-19,
serta dapat dilihat dari prognosis penyakit pasien dan angka kejadian COVID-19 di Puskesmas
Kelurahan Manggarai ke depannya.

Anda mungkin juga menyukai