Anda di halaman 1dari 29

BATAS DETEKSI METODE

DAN RENTANG KERJA PENGUJIAN


KONSEP DASAR

Penentuan batas deteksi metode pengujian merupakan


kemampuan sekaligus keterbatasan laboratorium dalam
menerapkan suatu metode pengujian tertentu pada kadar
rendah metode tersebut
Penentuan batas deteksi bertujuan untuk menghindari penulisan
laporan hasil pengujian tidak terdeteksi (Not Detectable, ND)
yang merupakan informasi tidak informatif jika tidak
mencantumkan nilai batas deteksi metode
Tidak terdeteksi
gunakan alat apa?
BATAS DETEKSI DALAM METODE PENGUJIAN
Dynamic range dalam instrumentasi kimia

Respon
Instrumen
Instrument not response

Method slope = sensitivity

Testing
Report

ND/< MDL

IDL LOD MDL LOQ LOL KADAR


1 : 2 : 4 : 10
BATAS DETEKSI DALAM METODE PENGUJIAN

Respon
Instrumen

ppm

ppm-ppb
ppb
ppb-ppt

ICP-MS ICP AAS-GF AAS Limit of Linearity KADAR

Instrument Detection Limit


Bagaimana Cara Menentukan
Limit Deteksi & Limit Kuantisasi

Lakukan analisis terhadap blanko contoh (tidak mengandung


analit) sebanyak sekurang-kurangnya 7 kali

LoD = nilai rata-rata blanko contoh + 3 s


LoQ = nilai rata-rata blanko contoh + 10 s
s = standar deviasi (simpangan baku) dari blanko
contoh

Catatan:
1. Cara ini baru dapat diaplikasikan apabila pengukuran blanko
contoh memberikan nilai s yang tidak sama dengan nol
2. Mendapatkan blanko contoh bukan suatu hal yang mudah
Blanko Contoh bukan Blanko Pereaksi
• Blanko pereaksi adalah:
Pereaksi yang digunakan selama proses analisis
(termasuk pelarut yang digunakan untuk ekstraksi
dan pelarutan), dianalisis secara terpisah dengan
maksud untuk melihat apakah pereaksi ini ikut
serta memberikan isyarat pada pengukuran atau
tidak

• Blanko contoh adalah matriks tanpa analit.


Blanko contoh sukar diperoleh, akan tetapi bahan
ini diperlukan untuk memberikan estimasi yang
cukup realistik yang sering dijumpai dalam analisis
dari contoh yang diuji
Design Percobaan Penetapan LOD dan LOQ
• Pilih blanko contoh

• Analisis blanko contoh sebanyak 6 atau 7 kali

• Dari hasil analisis, hitung Xrata-rata dan s


• Hitung:
LoD = nilai rata-rata blanko contoh + 3 s
LoQ = nilai rata-rata blanko contoh + 10 s

• Siapkan contoh (untuk 6 ulangan) yang mengandung analit


sebesar nilai LOD dan LOQ diatas

• Lakukan analisis dan amati ke enam nilai yang diperoleh


INSTRUMENTAL DETECTION LEVEL & LOWER LEVEL
DETECTION 5/27
➢ IDL, critical level, criterion of detection, decision limit merupakan kadar
analyte yang menghasilkan signal 3 - 5 kali the signal-to-noise ratio (S/N)
yang diperoleh dengan pengujian berulang larutan “blanko”
➢ IDL bermanfaat sebagai the estimated method detection limit (MDL)
LoD = 5-10(S/N)
LoQ = 10-20(S/N) IDL = t(95%, n-1)sd = 1,645sdblk

LoD = 2 IDL = 2(1,645)sd = 3sdstd


IDL=3-5(S/N) signal

Noise
➢ LLD, detection level, level of detection (LoD) merupakan kadar analit
terendah yang mampu menghasilkan signal cukup besar sehingga
terdeteksi dan dapat dibedakan dengan signal blanko
➢ LLD ditentukan dengan pengulangan pengujian “larutan standar” pada
konsentrasi “mendekati nol” dan dinyatakan 2 kali IDL
➢ Dalam prakteknya, penentuan IDL dan LLD tidak begitu penting dilakukan
saat verifikasi/validasi metode pengujian, karena batasan terendah laporan
hasil pengujian dilaporkan < MDL atau < LoQ
METHOD DETECTION LEVEL (MDL)

MDL adalah kadar analyte yang ditentukan sesuai tahapan metode


pengujian secara menyeluruh sehingga menghasilkan signal
dengan probabilitas 99% bahwa signal tersebut berbeda
dengan blanko

MDL = t(0.01; n-1)sd

Minimum pengujian dalam penentuan MDL adalah 7 kali


pengulangan dengan minimum 3 hari yang berbeda, karena itu:

MDL = 3,143sd

Pengulangan pengujian dilakukan dalam rentang waktu minimal 3


hari bertujuan untuk melihat variabilitas hasil pengujian terhadap
waktu serta kondisi akomodasi dan lingkungan yang berbeda
METHOD DETECTION LEVEL (MDL)

Bagaimana
menentukan MDLest

??!??

Penentuan MDLestimasi, berdasarkan:


1) batasan metode terendah (LoQ metode) MDLest = 0,4LoQmetode(1 - 5)
2) sensitifitas peralatan (IDL) di manual book MDLest = IDL(1 - 5)
3) persyaratan pelanggan atau peraturan MDLest = BML(1 - 5)
(baku mutu/nilai ambang batas)
BATAS KEBERTERIMAAN MDL 8/27

1) %RSD = sd .100%  (0,67)2 2−0,5logC


x
Nilai terukur
2) %R = .100% berdasarkan nilai kadar target
Nilai t arg et
x
3) S / N = = 2,5 −10
sd

4) MDL < Kadar Spike < 10MDL

5) MDL < nilai baku mutu lingkungan


PERSYARATAN PRESISI (%RSD)
Simpangan baku relatif merupakan perbandingan antara
simpangan baku dengan rerata hasil pengulangan pengujian
yang dinyatakan dalam prosentase (%RSD)
Bila metode pengujian tidak mensyaratkan batasan %RSD maka
%RSD hasil pengulangan pengujian dari proses verifikasi
metode tidak boleh melebihi batas keberterimaan maksimum:
Unit Batasan maksimum Horwitz %CV = 2(1−0,5logC )
100%  (0,67 )21−0,5logC
sd
%RSD =
x
100% 1,34
10% 1,89
1% 2,68
0,1% 3,79
100 ppm 5,36
10 ppm 7,58
1 ppm 10,72
100 ppb 15,16
10 ppb 21,44
1 ppb 30,32
PERSYARATAN AKURASI (%R)
➢ Uji perolehan kembali (recovey test, %R) merupakan perbandingan
nilai terukur dengan nilai benar CRM
➢ Dalam penentuan MDL, harus dilakukan:
✓ minimal satu blanko metode (method blank) dianalisis secara duplo sebagai
kontrol kontaminasi
✓ nilai kadar blanko metode harus sangat kecil (< MDLperkiraan)
✓ bila kadar blanko metode cukup besar maka penentuan MDL harus diulang
Bila metode pengujian tidak mensyaratkan batasan %R maka rerata
%R hasil pengulangan pengujian tidak boleh melebihi batas
keberterimaan maksimum
Kadar (unit) Rerata akurasi (%R)
100% 98 – 101
10% 95 – 102
1% 92 – 105
0,1% 90 – 108
0,01% (100 ppm) 85 – 110
10 ppm 80 – 115
1 ppm 75 – 120
10 ppb 70 – 125
PERSYARATAN THE SIGNAL TO NOISE RATIO (S/N)

The signal to noise ratio (S/N) merupakan evaluasi kesalahan acak


(random error) yang terjadi pada pengujian dan perkiraan presisi
yang diharapkan dari sejumlah pengulangan pengujian

x
S/N = = 2,5 −10
sd

Bila S/N kurang dari 2,5 maka hal ini menunjukan kesalahan acak
terlalu tinggi dan menghasilkan MDL yang tinggi. Dalam hal ini,
penambahan analit ke sampel (spike) harus pada kadar yang lebih
tinggi agar dapat meningkatkan signal

Jika S/N lebih besar dari 10 maka penambahan kadar analit ke


sampel (spike) biasanya terlalu tinggi, karena itu kadar analit yang
ditambahkan harus pada kadar yang lebih rendah
PEMILIHAN KADAR SPIKE

Pemilihan kadar spike dalam penentuan MDL harus sedemikian


rupa sehingga hasil yang diperoleh memenuhi batas keberterimaan:

MDL < [C]spike < 10 MDL

Presisi yang dihasilkan dalam penentuan MDL sangat tergantung


dengan kadar spike yang digunakan, karena itu MDL yang
dihasilkan harus lebih besar dari 1/10 dari kadar spike
Bila [C]spike > 10 kali MDL maka penentuan MDL harus diulang
dengan menggunakan kadar spike yang lebih rendah

Jika MDL > [C]spike maka secara statistika sulit dibedakan antara
kadar spike dengan blanko dan presisi yang dihasilkan sangat jelek,
karena itu penentuan MDL harus diulang dengan menggunakan
kadar spike yang lebih tinggi
PEMILIHAN KADAR SPIKE

Bila metode standar mencantumkan batas rendah kadar pengujian


(Level of Quantitation, LoQ) maka informasi tersebut dapat
digunakan untuk menentuan estimasi MDL yaitu:
4
MDLestimasi = LoQmetode = 0,4LoQmetode
10
Kadar spike yang ditambahkan adalah:

[C]spike = 0,4 LoQmetode (1 – 5) = (0,4 – 2) LoQmetode

Faktor pengali 1 - 5 digunakan sebagai pertimbangan agar kadar


analit yang ditambahkan (spike level) mampu menghasilkan signal
yang dapat dibedakan dengan background noise dari instrumen
sehingga S/N = 2,5 - 10
PERSYARATAN BAKU MUTU LINGKUNGAN

Bila secara statistika MDL yang dihasilkan telah memenuhi batas


keberterimaan maka MDL tersebut harus dibandingkan dengan
nilai baku mutu lingkungan hidup

Jika MDL yang dihasilkan lebih kecil dari nilai baku mutu
lingkungan hidup maka laboratorium dapat menggunakan
metode tersebut untuk pengujian parameter kualitas lingkungan

Bila MDL yang dihasilkan lebih besar dari nilai baku mutu
lingkungan hidup maka laboratorium harus mencari metode
pengujian lainnya hingga diperoleh nilai MDL dibawah nilai baku
mutu lingkungan hidup
PENENTUAN LEVEL OF QUANTITATION (LoQ)

LoQ atau minimum quantitation level (MQL) merupakan kadar


analit yang menghasilkan signal lebih besar dari blanko pada
kondisi kegiatan rutin yang dapat diterapkan di laboratorium
(limit of practicable, LoP)

LoQ merupakan suatu batas terkecil hasil pengujian yang dapat


dilaporkan (limit of reportable LoR) dengan menyertakan
ketidakpastian

LoQ = 3,18 MDL = 3,18(3,143 sd) = 10sdstd


PERHITUNGAN BATAS DETEKSI

Langkah awal penentuan MDL adalah pembuatan kurva kalibrasi awal


(preliminary calibration curve) dengan pertimbangan sbb:
1) idealnya, tanpa blanko dan 10 deret larutan kerja pada rentang metode
pengujian digunakan untuk pembuatan kurva kalibrasi awal
2) deret larutan kerja terkecil = LoQ dan derta larutan kerja tertinggi = LoL
3) Jika r < 0,995 atau R2 < 0,990, maka periksa kondisi alat serta ulangi
pengukuran deret larutan kerja hingga diperoleh r ≥ 0,995 (R2 ≥ 0,990)
atau yang disyaratkan oleh metode pengujian yang sedang diverifikasi
4) jika (r) memenuhi batas keberterimaan maka tentukan method slope (b)
yang diperoleh dari kemiringan kurva kalibrasi. Method slope pada
regresi linear yang terbentuk disebut juga instrument sensitivity

y = a + bx
R2 ≥ 0,990 LoL
Respon
instrumen

LoQ
Kadar – µg/L
SNI 6989.78: 2011 menyatakan bahwa kadar mercury
dapat diukur berkisar antara 1 µg Hg/L – 20 µg Hg/L

No Kadar (mg/L) Absorbansi


1 1 0,0124
2 2 0,0240
3 4 0,0481
4 8 0,0895
5 10 0,1188
6 15 0,1702
7 20 0,2306
Method slope (b) 0,0114
Intercept (a) 0,0012
Koefisien korelasi (r) 0,9996
PENENTUAN MDL DAN LoQ
BERDASARKAN BATASAN METODE
➢ Penentuan MDL didasarkan pada MDLest sbb:
4
MDLest = .1 = 0,4
10
➢ Kadar spike diperoleh dengan mengalikan MDLest dengan faktor 1
– 5 sehingga rentang kadar spike mercury 0,4 µg Hg/L - 2 µg Hg/L
➢ Rentang kadar mercury sebagi spike yang diperoleh ditambahkan
ke dalam matrik sebagai Laboratory Fortified Matrix (LFM)
➢ Penambahan (spike) larutan kerja mercury ke matrik sampel harus
mempertimbangkan bahwa matrik tersebut memiliki kadar mercury
yang sangat kecil atau < MDLestimasi
➢ Jika matrik sampel memiliki kadar mercury > MDLestimasi maka
dapat diencerkan hingga < MDLestimasi
➢ Jika matrik sampel yang mengandung mercury sulit diperoleh,
maka dapat diganti dengan akuades. Dalam hal ini disebut
Laboratory Fortified Blank (LFB)
PENENTUAN MDL DAN LoQ
BERDASARKAN BATASAN METODE

Kadar spike yang dipilih digunakan sebagai target

Cspike = 100 µg Hg/L


Vspike = 1 mL
Ctarget = 1 µg Hg/L
Csampel ≈ 0 µg Hg/L
Vsampel = 99 mL
Cmatrik << 0,4 µg Hg/L
dimana 0,4 µg Hg/L = MDLprediction

%R =
Nilai terukur
.100% T arg et =
(CV )sam pel + (CV )spike
dimana
Nilai t arg et Vsam pel + Vspike
PENENTUAN MDL DAN LoQ
BERDASARKAN BATASAN METODE
➢ Kadar mercury 1 µg Hg/L dipilih sebagai kadar awal = LoQ metode
➢ Bila S/N < 2,5 maka kadar spike dinaikkan hingga berkisar 2 µg Hg/L
➢ Bila S/N > 10 maka kadar spike diturunkan hingga berkisar 0,4 µg Hg/L
Hasil
Hari Absorbansi Absorbansi %R = .100%
Kadar = (µg/L) T arg et
Method Slope
Pertama 0.0093 0.81 81.4
Pertama 0.0090 0.79 78.8
Pertama 0.0106 0.93 92.8
Pertama 0.0088 0.77 77.1
Kedua 0.0091 0.80 79.7
Kedua 0.0090 0.79 78.8
Kedua 0.0097 0.85 84.9
Ketiga 0.0105 0.92 92.0
Ketiga 0.0112 0.98 98.1
Ketiga 0.0120 1.05 105.1
Rerata (x) 0,87 86,88
Standar deviasi (sd) 0,096
%RSD = (sd/x)100% 11,05
S/N = x/sd 9,05
MDL = 3.14 sd 0,3
LoQ = 10sd 1,0
PENENTUAN MDL DAN LoQ
BERDASARKAN BATASAN METODE

Persyaratan Hasil Kesimpulan


1) %RSD ≈ 20% 11,05% Memenuhi
2) %R ≈ 70% - 130% 86,88% Memenuhi
3) S/N = 2,5 – 10 9,05 Memenuhi
4) MDL < kadar spike (dalam µg/L) 0,3 <1 Memenuhi
5) Kadar spike < 10MDL (dalam µg/L) 1<3 Memenuhi
6) MDL < baku mutu lingkungan (dalam µg/L) 0,3 < 1* Memenuhi
Catatan: (*) Lampiran Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
PENENTUAN LEVEL OF LINEARITY (LoL)

n n

(y i − ŷi1 ) 2  (y i − ŷ i 2 ) 2
sd y1 = i=1
= 0,0024 sd y 2 = i =1
= 0,0027
n−2 n−3

Uji linearitas secara statistika merupakan perbandingan simpangan baku


residual regresi linear dengan simpangan baku residual regresi non-linear

Perbedaan varian dihitung sbb:


DS = (n − 2 )sd − (n − 3)sd
2 2 2
= 3,295.10 −7
dan Fhitung =
DS 2
= 1,528.10 −8
y1 y2
sd y22
Sedangkan Ftabel = F(0,99; n-1; n-1) = F(0,99; 6; 6) = 8,466

Karena Fhitung < Ftabel maka kurva kalibrasi merupakan garis regresi linear
PENENTUAN LEVEL OF LINEARITY (LoL)

LoL merupakan batas kadar tertinggi analit pada kurva kalibrasi


regresi linear dari suatu metode pengujian

Rentang kadar antara LoQ dan LoL pada kurva kalibrasi regresi
linear disebut rentang kerja (working range) metode pengujian
Rentang kerja metode tersebut harus merupakan garis lurus
(linear) yang memenuhi batas keberterimaan statistika
LoL

LoQ
PENENTUAN LEVEL OF LINEARITY (LoL)
Penetapan LoL adalah sebagai berikut:
a) buat minimum 7 deret kadar larutan kerja tanpa blanko dengan
mempertimbangkan rentang pengujian metode yang sedang
diverifikasi
b) buat kurva kalibrasi berdasarkan kadar larutan kerja dengan
respon instrumen yang digunakan
c) lakukan 10 kali pengulangan pengukuran untuk kadar rendah dan
kadar tinggi pada larutan kerja tersebut
d) evaluasi batas keberterimaan secara statistika
Kadar Abs1 Abs2 Abs3 Abs4 Abs5 Abs6 Abs7 Abs8 Abs9 Abs10 SdAbs
(ppm)
0.001 0.0124 0.009 0.0106 0.0088 0.0091 0.0090 0.0097 0.010 0.0112 0.0120 0.001
0 5
0.002 0.0240
0.004 0.0481
0.008 0.0895
0.010 0.1188
0.015 0.1702
0.020 0.2306 0.230 0.2296 0.2301 0.2299 0.2334 0.2302 0.229 0.237 0.2322 0.002
9 0 1
PENENTUAN LEVEL OF LINEARITY (LoL)

Dengan membandingkan kedua simpangan baku data hasil


pengulangan pengujian maka presisi dapat diketahui hampir
sama atau beda nyata
sd12
Fhitung = 2 dimana: sd1 > sd2 dan df1 = n1 -1
sd 2

sd12 (0,002) 2
Fhitung = = = 3,348
2 2
sd 2 (0,001)

Sehubungan dengan df = 9 dan tingkat kepercayaan 99% maka


diperoleh Ftabel = F(0,01; 9; 9) = 5,35

Karena Fhitung < Ftabel maka 1 µg Hg/L – 20 µg Hg/L merupakan


regresi linear dan 20 µg Hg/L merupakan LoL

Anda mungkin juga menyukai