Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN INDIVIDU

SKENARIO B BLOK 4

Disusun Oleh :
Lazahra Salsabiltha
NIM : 04011382126202
Kelas : Gamma
Tutor : dr. Wardiansyah, M.Biomed.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
LEARNING ISSUE

A. Sistem Imun

1. Jenis-Jenis
Sistem imunitas tubuh memiliki fungsi yaitu mencegah infeksi yang
disebabkan oleh jamur, bakteri, virus, dan organisme lain, serta menghasilkan
antibodi (sejenis protein yang disebut imunoglobulin) untuk memerangi serangan
bakteri dan virus asing ke dalam tubuh (Aspinall, 2005). Sistem pertahanan tubuh
terbagi menjadi dua sistem yaitu sistem pertahanan non spesifik dan sistem
pertahanan spesifik.

1) Sistem Imun Non Spesifik (innate immunity)


Respon imun non spesifik pada umumnya merupakan imunitas bawaan
(innate immunity), artinya bahwa respon terhadap zat asing yang
masuk ke dalam tubuh dapat terjadi walaupun tubuh belum pernah
terpapar pada zat tersebut. Respon imun nonspesifik dapat mendeteksi
adanya zat asing dan melindungi tubuh dari kerusakan yang
diakibatkannya, tetapi tidak mampu mengenali dan mengingat zat asing
tersebut. Komponen-komponen utama respon imun nonspesifik adalah
pertahanan fisik, kimiawi, humoral dan selular. Pertahanan ini meliputi
epitel dan zat-zat antimikroba yang dihasilkan dipermukaannya,
berbagai jenis protein dalam darah termasuk komplemen-komplemen
sistem komplemen, mediator inflamasi lainnya dan berbagai sitokin,
sel-sel fagosit yaitu sel-sel polimorfonuklear, makrofag dan sel
natural killer (NK) (Kresno, 2010).
- Bertindak sebagai lini pertahanan pertama dalam menghadapi infeksi dan
tidak memerlukan pajanan sebelumnya sehingga tidak membentuk antibodi.
- Bersifat tidak spesifik/general karena tidak ditunjukkan pada patogen
tertentu.
- Didominasi oleh sel fagosit mononuklear dan polimorfonuklear serta sel
mast dan sel k (killer cell)
- Dihasilkan pada kulit, selaput lender, silia dengan respon seperti batuk,
bersin, gatal.
- Bekerja dengan respon langsung, siap dan cepat terhadap pajanan
patogen.

2) Pertahanan Tubuh Spesifik (Adaptive Immunity)


Sistem pertahanan tubuh spesifik merupakan pertahanan tubuh
terhadap patogen tertentu yang masuk ke tubuh. Sistem ini bekerja
apabila patogen telah berhasil melewati sistem pertahanan tubuh
nonspesifik. Sistem pertahanan tubuh spesifik disebut juga dengan sistem
kekebalan tubuh atau sistem imun. Sistem kekebalan tubuh terbentuk
karena adanya peran antigen dan antibodi. Pertahanan tubuh secara
spesifik dilakukan oleh antibodi yang dibentuk oleh limfosit karena adanya
antigen yang masuk ke tubuh. Limfosit terdiri atas dua tipe, yaitu limfosit B
(sel B) dan limfosit T (sel T).

2. Komponen Sistem Imun

• Jaringan dan Organ Limfoid


Sistem imun dilengkapi dengan kemampuan untuk memberikan respons
imun non spesifik, misalnya fagositosis, maupun kemampuan untuk
memberikan respons imun spesifik yang dilakukan oleh sel-sel dan jaringan
limfoid yang tergolong kedalam system limforetikuler (Oppenheim
dkk.,1987; Abbas dkk.,1991; Roit dkk.,1993). Sistem ini terdiri atas
sejumlah organ limfoid yaitu :
a. Organ Limfoid Primer
Merupakan organ yang terlibat dalam sintesis/ produksi sel imun
dandiperlukan untuk pematangan, diferensiasi dan proliferasi sel T dan
Bsehingga menjadi limfosit yang mengenal antigen. Ada 2 organ yaitu
kelenjartimus dan Bursa Fabricius (sumsum tulang).
1. kelenjar timus
2. Sum-sum tulang
b.Organ Limfoid Sekunder
Organ untuk menangkap dan mempresentasikan antigen dengan
efektif, proliferasi dan diferensiasi limfosit yang disensitasi oleh antigen
spesifik, serta produksi utama antibody. Organ limfoid sekunder yang
utama adalah sistem imun kulit atau skin associated lymphoid tissue
(SALT), mucosal associated lymphoid tissue (MALT), gut associated
lymphoid tissue (GALT), kelenjar limfe, dan lien.
Organ yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses-
prose sreaksi imun. Jaringan limfoid sekunder berfungsi sebagai tempat
menampungs el-sel limfosit yang telah mengalami diferensiasi dalam
jaringan sentral menjadi sel-sel yang imunokompeten yang berfungsi
sebagai komponen imunitas tubuh. Jaringan limfoid yang terdapat
dalam tubuh sebagian besar tergolong dalam jaringan ini, contohnya:
1. Limfa/Lien
2. Tonsil
3. Limfonodus
4. MALT

3. Bentuk Respon Imun Terhadap Luka Tusuk

• Mekanisme Terjadinya Nanah pada Luka


Nanah adalah zat kental yang merupakan bagian dari respon sistem
kekebalan alami tubuh. Nanah paling sering berwarna putih agak kekuning,
meskipun mungkin juga kehijauan, kecoklatan, kemerahan, atau bahkan
biru. Nanah sering memiliki bau agak nekrotik, dan sering disebut tanda
infeksi saat ditemui di luka.

Proses terbentuknya nanah ialah selama infeksi, Ketika benda asing


terdeteksi, leukosit yang dikenal sebagai makrofag mendeteksi invasi dan
melepaskan sitokin yang bertindak sebagai sistem alarm. Hal ini memicu
neutrofil untuk mencari tempat infeksi oleh kemotaksis. Neutrofil akan
memulai perjalanan mereka melalui pembuluh darah, dan kemudian melalui
jaringan interstisial, selanjutnya Di daerah terjadinya luka, neutrofil akan
menghancurkan bakteri dan bakteri menolak respon kekebalan tubuh
dengan melepaskan racun yang disebut leukocidins. Neutrofil yang mati
karena terkena racun atau yang berusia singkat dihancurkan oleh makrofag,
sel neutrofil akan hancur dan mencair akibat adanya enzim-enzim lisosom.
jadi saat para neutrofil mati makrofag pun datang membentuk cairan kental
yang kita sebut sebagai nanah.
Sebagian besar sel-sel darah putih dikenal sebagai neutrofil, yang
bertugas menyerang bakteri asing dan jamur. Ketika benda asing terdeteksi,
leukosit yang dikenal sebagai makrofag mendeteksi invasi dan melepaskan
sitokin yang bertindak sebagai sistem alarm. Neutrofil” akan memulai
perjalanan mereka melalui pembuluh darah, dan kemudian melalui jaringan
interstisial itu sendiri. Dari warna nanah biasanya bisa diketahui jenis
antigen yang menginfeksi luka tersebut,warna nanah kuning agak kehijauan
biasanya disebabkan oleh bakteri.

Banyak jenis infeksi yang dapat menyebabkan munculnya nanah.


Penyebab yang paling umum adalah infeksi oleh bakteri Staphylococcus
aureus atau Streptococcus pyogenes. S. aureus merupakan bakteri patogen
utama pada manusia. Adanya infeksi lokal oleh Staphylococcus juga
ditandai dengan terjadinya abses, suatu reaksi peradangan yang hebat dan
sakit disertai terbentuknya nanah (Budiyanto, 2003).
ANALISIS MASALAH

5.a. Apa yang menyebabkan munculnya nanah pada luka?

Dari warna nanah biasanya bisa diketahui jenis antigen yang menginfeksi luka
tersebut,warna nanah kuning agak kehijauan biasanya disebabkan oleh bakteri. Banyak
jenis infeksi yang dapat menyebabkan munculnya nanah. Penyebab yang paling umum
adalah infeksi oleh bakteri Staphylococcus aureus atau Streptococcus pyogenes. S.
aureus merupakan flora normal pada kulit, kelenjar kulit, selaput lendir, saluran
pernafasan, dan saluran pencernaan manusia. Bakteri ini juga ditemukan di lingkungan
sekitar manusia. S. aureus merupakan bakteri patogen utama pada manusia. Adanya
infeksi lokal oleh Staphylococcus juga ditandai dengan terjadinya abses, suatu reaksi
peradangan yang hebat dan sakit disertai terbentuknya nanah (Budiyanto, 2003).

10.a. Bagaimana proses penyembuhan luka pada skenario?

Tubuh mempunyai pelindung dalam menahan perubahan lingkungan yaitu


kulit. Apabila faktor dari luar tidak mampu ditahan oleh pelindung tersebut maka
terjadilah luka. Penyembuhan luka adalah proses yang komplek dan
berkesinambungan. Proses penyembuhan ini terdiri dari fase awal, intermediate dan
fase lanjut. Masing – masing fase memiliki proses biologis dan peranan sel yang
berbeda.

1. Inflamasi
Setelah terjadi luka, terdapat respon awal dari pembuluh darah yaitu
vasokonstriksi dan hemostasis. Sekitar 5-10 menit awal terjadinya luka terjadi
intensitas vasokonstriksi diikuti vasodilatasi karena permeabilitas pembuluh darah
meningkat (Mackay dan Miller, 2003). Fase ini akan terjadi peningkatan perlekatan
platelet. Platelet ini bertugas mensekresi faktor yang merangsang pembekuan darah.
Trombosit kemudian beragregasi sepanjang endotelium pembuluh darah dan
fibrinogen diubah menjadi monomer fibrin sehingga akan membentuk bekuan
darah yang mencegah kebocoran pembuluh darah (Shai dan Maibach, 2005).
Fase inflamasi akan berlangung sejak terjadinya luka sampai hari kelima
(Bisono, 2003). Hal ini akan ditandai dengan datangnya sel pertahanan tubuh ke
daerah luka seperti leukosit dan makrofag (Hess, 2008). Fase inflamasi akan
memperlihatkan tanda dan gejala klinis menjadi jelas berupa kemerahan karena
kapilernya melebar (rubor), rasa hangat (kalor), nyeri (dolor), dan pembengkakan
(tumor) (Sjamsuhidajat, 2005).
Tujuan dari inflamasi adalah sebagai perlindungan dan membersihkan atau
membuang penyebab cedera (seperti toksin dan mikroba) maupun kerusakan yang
ditimbulkan seperti sel atau jaringan yang nekrotik, tanpa adanya inflamasi suatu
infeksi yang disebabkan oleh luka akan tetap berlangsung dan tidak akan sembuh.
Respon inflamasi pada jaringan ikat akan melibatkan komponen plasma, dan sel
darah yang bersirkulasi yaitu neutrofil, monosit, eosinofil, limfosit, basofil dan
trombosit (Sabirin dkk, 2013).
2. Proliferasi
Fase proliferasi berlangsung dari hari ke-6 sampai akhir minggu ke-3.
Terjadi pembentukan jaringan granulasi yang terdiri dari sel-sel fibroblast, serat
kolagen yang dihasilkan oleh sel fibroblas, deposit sel-sel radang, kapiler baru hasil
angiogenesis, dan penciutan luka akibat kontraksi dari serat-serat kolagen. Fase ini
akan selesai apabila seluruh permukaan luka tertutup oleh epitel (Bisono, 2003).
Fase proliferasi dibuktikan dengan angiogenesis, deposisi jaringan kolagen,
pembentukan jaringan granulasi, dan migrasi sel epitel (Sabirin, 2013).
Daerah luka akan dipenuhi oleh radang, fibroblas, dan kolagen, membentuk
jaringan berwarna kemerahan dengan permukaan yang berbenjol halus yang disebut
jaringan granulasi. Proses proliferasi berhenti setelah epitel saling menyentuh dan
menutupi seluruh permukaan luka, dengan tertutupnya permukaan luka proses
proliferasi maupun pembentukan jaringan granulasi akan berhenti dan mulai proses
penyudahan atau fase remodeling (Sjamsuhidajat, 2005).
3. Remodeling
Fase remodeling atau maturasi akan berlangsung berbulan-bulan (Sabirin
dkk, 2013). Hal ini dapat berlangsung selama 2 bulan bahkan sampai 1 tahun.
Semua tanda radang akan hilang, tidak ada rasa sakit atau gatal, dan
pembengkakannya hilang (Bisono, 2003). Tubuh berusaha untuk menormalkan
kembali semua yang menjadi abnormal karena proses penyembuhan. Sel muda akan
menjadi matang, dan kapiler baru menutup, kolagen yang berlebih diserap dan
sisanya mengerut sesuai dengan regangan yang ada. Fase remodeling ditandai
dengan terdapat remodeling jaringan dan kolagen, maturasi epidermis, dan
pengerutan luka (Sabirin dkk, 2013).
DAFTAR PUSTAKA

Hall, John E., and Michael E. Hall. Guyton and Hall textbook of medical physiology e-Book.
Elsevier Health Sciences, 2020.

Sherwood, Lauralee. Human physiology: from cells to systems. Cengage learning, 2015.

Primadina, Nova, Achmad Basori, and David S. Perdanakusuma. "Proses penyembuhan luka
ditinjau dari aspek mekanisme seluler dan molekuler." Qanun Medika-Medical Journal
Faculty of Medicine Muhammadiyah Surabaya 3.1 (2019): 31-43.

Elek, St D., and P. E. Conen. "The virulence of Staphylococcus pyogenes for man. A study of
the problems of wound infection." British journal of experimental pathology 38.6
(1957): 573.

Anda mungkin juga menyukai