Suport Group (Sarah Handayani, Retno Mardhiati, 2018)
“Semangat kami mendirikan support group atau
dukungan sebaya karena melihat kebutuhan: pertama dari teman-teman yang terinfeksi sendiri yang membutuhkan dukungan, pengetahuan, informasi, akses pengobatan karena masih banyak terjadi diskriminasi hubungan pertemanan dengan yang positif HIV...” “Motivasi saya mendirikan Kelompok adalah untuk mensupport kepada teman bahwa mereka tidak sendiri dan memiliki teman. Dengan teman teman kami menggagas untuk membangun isu-isu yang berkaitan dengan stigma. .” “Sharing, tukar pendapat, sharing perasaan itu penting karena untuk yang baru gabung karena bisa membuka dalam dirinya itu lebih berarti karena mencari informasi tentang HIV-AIDS.” "PR kami adalah membangun sistem manajemen. Membangun sistem manajemen ini dimulai dari kepemimpinan, siapa sih pemimpinnya? Kalau pemimpinnya bertanggung jawab, maka saya yakin sistem manajemen bisa kita bangun. “ “ Ada juga masalah konflik antar teman-teman yang perlu di tengahi “Awalnya, saya dan teman yang lain ingin membentuk sebuah kelompok. Tidak semuanya suka ber NGO. Mereka lebih memilih independent. Mereka punya usaha dan karya sendiri. Kami saling membantu, dari sisi ide, tenaga, dan juga dana operasional.” “Yang terjadi di lapangan adalah masalah pendanaan “Kita kan terbentur masalah dana, kadang yang datang dalam pertemuan sampai 16 orang, cuma kita atur saja dalam pembuatan transportasinya.” “Kami ini tidak bisa membayar terlalu mahal dengan dana yang terbatas akhirnya kita mengajak orang yang sifatnya voulenteer “Kami bukannya menjelaskan tentang obat- obatan, tapi hanya saling mengingatkan untuk tidak lupa minum obat dan patuh. Cuma, karena kami punya banyak sumber informasi tentang obat HIV, jadi kesannya tenaga kesehatan yang kurang update daripada kami Support Group berdampak pada kesejahteraan psikologis . Proses Support Group menimbulkan kesejahteraan psikologis (Ima Lutfiana, Endang R. Surjaningrum, 2020) Temuan menunjukkan sebagian besar anggota kelompok pendukung mengalami stigma tingkat tinggi di rumah dan membutuhkan apa yang disebut 'ruang aman' untuk melarikan diri dan mendiskusikan masalah dengan orang yang mengalami masalah serupa. Responden ingin memperoleh keterampilan untuk memungkinkan mereka membantu diri mereka sendiri dan orang lain di masyarakat. Mereka juga menginginkan pendidikan HIV sehingga mereka dapat memahami virus dengan baik dan membantu masyarakat memahaminya untuk mengurangi stigma (Nancy-Phaswana-Mafuya, 2020) Hasil penelitian menunjukkan dukungan keluarga yang di berikan oleh Keluarga terdiri dari 4 aspek. Dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan informatif yang diberikan sebagian informan mendapatkan sudah cukup baik dalam pemberian dukungan keluarga. Permasalahan yang di dapat oleh peneliti dalam pemberian dukungan keluarga masih adanya tindak diskriminasi dari keluarga serta informan ODHA belum percaya diri untuk mengungkapkan kepada keluarga. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa keberfungsian Keluarga sangat berpengaruh dalam penangan ODHA, karena sebagian ODHA belum percaya diri untuk mengungkapkan kepada keluarga mengenai sudah terinfeksi positif HIV, Maka dari itu ODHA tidak mendapatkan dukungan dari Keluarga. (WAHYU DHARMAWANTO MAKU BENEDICTA J. MOKALU ANTONIUS PURWANTO) Diharapkan keluarga apabila memiliki salah satu anggota keluarganya terinfeksi HIV/AIDS, sebaiknya tidak menjauhi atau bahkan mendiskriminasikan anggota keluarganya tersebut. Sebaliknya, mereka perlu mendapatkan dukungan dari keluarga dan merasa diterima oleh keluarga yang dicintainya. Diharapkan Orang Dengan HIV/AIDS untuk bergabung atau terlibat dalam suatu organisasi yang peduli HIV/AIDS agar mendapat dukungan teman sebaya. Hal ini dapat membantu ODHA terhindar dari perasaan terisolasi maupun depresi, serta lebih bersikap positif terhadap kondisi yang dialami dan melakukan hal-hal yang berdaya-guna bagi diri sendiri maupun orang lain Hasil: menunjukkan bahwa metode Suport group dapat meningkatkan kemandirian keluarga terhadap perawatan klien yang terinfeksi HIV semasa kerja sebagai TKI di luar negeri. Pemberdayaan keluarga dan peer group support dapat digunakan untuk meningkatkan kemandirian keluarga maupun pasien dalam perawatan penderita HIV yang terinfeksi sebagai TKI. (Nursalam*, Ah. Yusuf*, Ika Yuni Widyawati*, Candra Panji Asmoro, 2015) Model Rehabilitasi Klien HIV/AIDS Berbasis komunitas Dapat digunakan sebagai pendekatan atau strategi untuk mengatasi permasalahan stigma dan deskriminasi HIV/ AIDS Dukungan keluarga, tingkat depresi, dan kualitas hidup. Penyediaan Fasilitas konseling psikologis, self help group, social support group dan pelibatan peran keluarga. Tujuan Keperawatan Keluarga AIDS – Memahami masalah HIV/AIDS pada keluarganya – Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi HIV/AIDS – Melakukan tindakan keperawatan pada anggota keluarga yang menderita HIV/AIDS – Memelihara lingkungan (fisik, psikis dan sosial) sehingga dapat menunjang peningkatan kesehatan keluarga – Memanfaatkan sumber daya yang ada dalam masyarakat misalnya: puskesmas, puskesmas pembantu, kartu sehat untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Dukungan sosial
Dukungan sosial sangat diperlukan terutama
pada PHIV yang kondisinya sudah sangat parah. Individu yang termasuk dalam memberikan dukungan sosial meliputi pasangan (suami/istri), orang tua, anak, sanak keluarga, teman, tim kesehatan, atasan, dan konselor. Jenis Dukungan Sosial
Dukungan Emosional: ungkapan empati,
kepedulian dan perhatian Dukungan Penghargaan:ungkapan hormat/ penghargaan positif Dukungan Instrumental Dukungan instrumental: bantuan langsung Dukungan Informatif: pemberian nasehat, petunjuk, sarana. Kelompok Swabantu
Sekumpulan 2 orang atau lebih yang
mempunyai keinginan untuk berbagi permasalahan, saling membantu terhadap hal yang dialami atau yang menjadi focus perhatian, bertujuan mengatasi masalah kesehatannya. TUJUAN
Memberikan support thd sesama anggota dan
membuat penyelesaian masalah secara lebih baik dengan berbagi perasaan dan pengalaman Belajar penyakit dan perawatan Meningkatkan keperdulian sesama anggota Prinsip Self Help Group Setiap anggota kelompok berperan aktif dalam memecahkan masalah, menemukan solusi permasalahan melalui kelompok Saling memahami, saling membantu dan hubungan timbal balik Pembiayaan ditanggung kelompok Menghargai privacy dan kerahasiaan Pengambilan keputusan melibatkan kelompok dan semua anggota kelompok bertanggungjawab semua yang sudah diputuskan Aturan Kooperatif Menjaga keamanan dan keselamatan kelompok Mengekpresikan perasaan dan keinginan berbagi pengalaman Penggunaan waktu efektif dan efisien Menjaga kerahasiaan Komitmen untuk berubah Mempunyai rasa memiliki, berkontribusi, dapat menerima satu sama lain, mendengarkan, saling ketergantungan, mempunyai kebebasan, loyalitas dan kekuatan Catatan Masalah & Pemecahannya ❖ Hari/ tanggal ❖ Masalah ❖ Cara penyelesaian masalah ❖ Kesepakatan Tugas
Membuat Proposal Self Help Group dan Support
Group (Modul) Bermain Peran Self Helf Group sesuai skenario di modul (Vidio) Membuat Poster tentang HIV dan AIDS (Perkelompok 3 Poster)