Berdasarkan Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala
Sekolah/Madrasah, Pasal 12 ayat (4) menyatakan bahwa penilaian kinerja kepala sekolah meliputi:
a. Usaha pengembangan sekolah/madrasah yang dilakukan selama menjabat kepala sekolah/madrasah;
b. Peningkatan kualitas sekolah/madrasah berdasarkan 8 (delapan) standar nasional pendidikan selama di
bawah kepemimpinan yang bersangkutan; dan
c. Usaha pengembangan profesionalisme sebagai kepala sekolah/madrasah.
Penilaian kinerja kepala sekolah dilaksanakan berdasarkan tupoksinya. Tupoksi kepala sekolah juga
harus mengacu pada Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang standar pengelolaan sekolah,
meliputi (1) perencanaan program, (2) pelaksanaan rencana kerja, (3) pengawasan dan evaluasi, (4)
kepemimpinan sekolah, (5) sistem informasi sekolah.
Berdasarkan Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala
Sekolah/Madrasah, Pasal 12 ayat (4) menyatakan bahwa penilaian kinerja kepala sekolah meliputi:
a. Usaha pengembangan sekolah/madrasah yang dilakukan selama menjabat kepala sekolah/madrasah;
b. Peningkatan kualitas sekolah/madrasah berdasarkan 8 (delapan) standar nasional pendidikan selama di
bawah kepemimpinan yang bersangkutan; dan
c. Usaha pengembangan profesionalisme sebagai kepala sekolah/madrasah.
Awal terbentuknya Komite Sekolah berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional
(Kemendiknas) No. 014/ U/ 2002 Tanggal 2 April 2002 sekaligus menyatakan Badan Pembantu
Penyelenggara Pendidikan ( BP3 ) tidak berlaku lagi.
Badan ini bersifat mandiri, tidak mempunyai hubungan hierarkis dengan lembaga pemerintahan.
Komite Sekolah memiliki kedudukan yang kuat karena diundangkan dalam dalam UU Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN No. 20/2003).
Komite Sekolah adalah lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu
pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan, dan dukungan tenaga, sarana dan
prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.
Komite Sekolah dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai penunjang dalam pelaksanaan
proses pembelajaran yang sejalan dengan kondisi dan permasalahan lingkungan masing-masing
sekolah.
Komite sekolah dapat melaksanakan fungsinya sebagai partner sekolah dalam mengadakan
sumber-sumber daya pendidikan dalam rangka melaksanakan pengelolaan pendidikan yang
dapat mewujudkan fasilitas bagi guru dan siswa untuk belajar sehingga pembelajaran menjadi
semakin efektif.
Adanya sinergi antara komite sekolah dengan pihak sekolah melahirkan tanggung jawab bersama
antara sekolah dan masyarakat sebagai mitra kerja dalam membangun pendidikan. Dari sini
masyarakat akan dapat menyalurkan berbagai ide dan partisipasinya dalam memajukan
pendidikan di daerahnya.
Pihak sekolah harus mampu meyakinkan orang tua, pemerintah setempat, dunia usaha, dan
masyarakat pada umumnya bahwa sekolah itu dapat dipercaya. Dengan demikian, sekolah pada
tataran teknis perlu mengembangkan kemampuan menganalisis biaya sekolah yang berkorelasi
signifikan terhadap mutu pendidikan yang diperolehnya.
Pemberdayaan Komite Sekolah dapat diwujudkan diantaranya melalui pelibatan mereka dalam
penyusunan rencana dan program sekolah, RAPBS, pelaksanaan program pendidikan dan
penyelenggaraan akuntabilitas pendidikan.
Salah satu tugas dan fungsi komite adalah sebagai badan pertimbangan dan pendukung dalam hal
penyusunan dan penetapan RAPBS serta memberi dukungan dalam financial khususnya dalam
penggalian dana dari wali siswa atau masyarakat.
Fungsi, tugas, dan tanggung jawab Komite Sekolah disesuaikan dengan kebutuhan sekolah.
Peran komite sekolah bukan hanya sebatas pada mobilisasi sumbangan dan mengawasi
pelaksanaan pendidikan, namun juga meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan
perancanaan sekolah yang dapat merubah pola pikir, keterampilan, dan distribusi kewenangan
atas individual dan masyarakat yang dapat memperluas kapasitas manusia meningkatkan taraf
hidup dalam sistem manajemen pemberdayaan sekolah.
Dengan demikian, dapat disimpulkan, Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi
peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efesiansi pengelolaan
pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan prasekolah, jalur pendidikan sekolah,
maupun luar sekolah.
Nama dan ruang lingkup lewenangan ini disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing –
masing satuan pendidikan, seperti komite sekolah, komite pendidikan, komite pendidikan luar
sekolah, dewan sekolah, majelis sekolah, majelis madrasah, momite TK, atau nama lain yang
sesuai dengan criteria pemberdayaan masyarakat dan pemberdayaan sekolah dengan fokus
pemenuhan mutu yang kompetitif.
1. Unsur masyarakat dapat berasal dari orang tua/wali peserta didik; tokoh masyarakat; tokoh
pendidikan; dunia usaha/industri; organisasi profesi tenaga pendidikan; wakil alumni; dan wakil
peserta didik.
4. Pengurus Komite Sekolah sekurang-kurangnya terdiri atas Ketua, Sekretaris, dan Bendahara
yang dipilih dari dan oleh anggota. Ketua bukan berasal dari kepala satuan pendidikan.
1. Tanggung jawab terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yaitu untuk melaksanakan tugas
berpedoman kepada perintahNya dan meninggalkan laranganNya
2. Tanggung jawab revolusi yaitu untuk memperjuangkan, mempertahankan,
mengembangkan Negara Kesatuan Republik Indonesia
3. Tanggung jawab sosial, yaitu kepada anggota masyarakat, ikut aktif bersama dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara
4. Tanggung jawab institusi / kelembagaan, yaitu kepada organisasi dan kepada Kepala
Sekolah
5. Tanggung jawab hati nurani, yaitu kepada diri sendiri
Share this:
Twitter
Facebook
Google
LinkedIn
Surat elektronik
Cetak
Memuat...
Formulir Komentar
Cari Artikel
Cari untuk:
Agustus 2017
S R K J S M
S
« Des
Agustus 2017
S R K J S M
S
1 2 3 4 5 6
7 8 9 10 11 12 13
14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27
28 29 30 31
Enter your email address to follow this blog and receive notifications of new posts by email.
10. Mengkoordinasikan studi banding pembelajaran efektif ke sekolah favorit di propinsi dan
atau antar propinsi
11. Memprakasi secara proaktif lomba-lomba model pembelajaran efektif
12. Menertibkan dan mendokumentasikan perangkat kurikulum 2004, perangkat
pembelajaran, dll.
10. Adanya koordinasi studi banding pembelajaran efektif antar sekolah dalam kabupaten,
propinsi serta nasional
11. Adanya prakasa secara proaktif dalam lomba model pembelajaran efektif
12. Adanya penertiban dokumen kurikulum 2004, perangkat pembelajaran, dll.
Share this:
Twitter
Facebook34
Google
LinkedIn
Surat elektronik
Cetak
Formulir Komentar
Cari Artikel
Cari untuk:
Agustus 2017
S R K J S M
S
« Des
1 2 3 4 5 6
7 8 9 10 11 12 13
14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27
28 29 30 31
Enter your email address to follow this blog and receive notifications of new posts by email.
1. Menyusun rencana dan program kerja tahunan Bagian serta mempersiapkan penyusunan
program kerja tahunan Sekretarian Pelaksana;
2. Menyusun/membuat Agenda Kerja Harian
3. Membuat Struktur Organisasi Sekolah dan TU
4. Membuat Buku Tamu umum, Buku tamu Pejabat/Dinas, Buku Tamu Orang Tua siswa, Buku
Tamu Supervisi
5. Papan Statistik Kesiswaan, Ketenagaan
6. Dokumen Pendirian Sekolah
7. Absensi Rapat
8. Notula Rapat
9. Buku Catatan Pembinaan Personil
10. Buku Catatan Pesan Telepon
1. Kartu Disposisi
2. Kartu Kendali Masuk
3. Kartu Kendali Keluar
4. Box Penyimpanan Kartu Disposisi dan Kartu Kendali
5. File Surat Masuk Keluar
1. Arsip RAPBS/APBS
2. RASK/DASK
3. Buku Kas Tabelaris
4. Buku-Buku Pencatatan Keuangan Komite Sekolah
5. Buku-buku Pencatatan Keuangan Proyek
6. Arsip SPJ Rutin, Proyek, Komite Sekolah
7. Arsip SPJ KJM, Beasiswa
Sumber : http://www.berkassekolah.com/2016/02/tugas-tata-usaha-dan-tugas-pokok-
dan.html#ixzz4oacDAeT5
Tanggungjawab :
Wewenang:
1. Memeriksa dan menyetujui rencana praktik kerja industri tiap program keahlian
2. Melakukan verifikasi kelayakan institusi pasangan
3. Memberikan pembekalan praktik kerja industri untuk siswa dan orang tua/wali murid
4. Pengantaran ,Memonitoring dan Penjemputan peserta didik prakerin
5. Menyelesaikan permasalahan (apabila ada) selama pelaksanaan prakerin
6. Mengkoordinasikan kegiatan Bursa Kerja Khusus
7. Reorientasi peserta didik yang selesai prakerin