Anda di halaman 1dari 11

PERSPEKTIF

Volume XX No. 1 Tahun 2015 Edisi Januari

PERAN SYAHBANDAR DALAM PENEGAKAN HUKUM


PENCEMARAN MINYAK DI LAUT OLEH KAPAL TANKER

Elly Kristiani Purwendah


Fakultas Hukum Universitas Wijayakusuma Purwokerto
e-mail: elly_kristiani@yahoo.co.id

Agoes Djatmiko
Fakultas Hukum Universitas Wijayakusuma Purwokerto
e-mail: agoes-dj@yahoo.co.id

ABSTRAK
Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis empiris menggunakan data primer dari
wawancara kepada responden. Syahbandar di pelabuhan adalah seorang pejabat pemerintah
yang ditunjuk oleh Menteri dengan otoritas tertinggi untuk mengawasi penegakan hukum
menjamin keselamatan dan keamanan pelayaran. Salah satu otoritasnya adalah pencegahan
dan pengendalian pencemaran minyak di laut oleh kapal tanker. Dalam pelaksanaan akan
pengurangan dan pencegahan polusi. Syahbandar memiliki peran utama dalam kewajiban
negara sebagai negara berdaulat pesisir, termasuk diantaranya adalah penegakan hukum maritim
wilayah administratif, perdata dan pidana. Tugas Syahbandar dalam melakukan pencegahan
polusi ini menjabat sebagai Koordinator/Komandan Puskodalok (Pusat Komando dan Lokasi),
suatu tim yang terdiri dari Kepolisian, Angkatan Laut, Pertamina (perusahaan gas dan minyak)
dan pemerintah daerah. Tim yang dibentuk untuk mengendalikan dan mencegah pencemaran
yang disebut Tier 1 telah membatasi kewenangan dengan kategori tumpahan minyak tanggap
darurat yang terjadi di dalam atau di luar wilayah Pelabuhan atau minyak dan aktivitas gas atau
unit lain yang bisa ditangani oleh infrastruktur, fasilitas dan sumber daya manusia yang tersedia
di pelabuhan atau unit minyak dan gas atau unit kegiatan lainnya.
Kata Kunci: Syahbandar, pencegahan terhadap pencemaran minyak.

ABSTRACT
This research was designed by empirical juridical approach study used primary data from
an in-depth interview of respondens. Syahbandar at the port was an government official who are
appointed by the Minister with a supreme authority to supervise the enforcement of legislation
ensuring the safety and security of shipping. One of his authority was the prevention and control
of oil pollution at sea by tanker. In the implementation of reduction and prevention pollution,
the Syahbandar had a main role as a mandatory in the coastal sovereign state obligation
including the maritime law enforcement of administrative, civil, and criminal areas. The task
of Syahbandar in conducting pollution prevention served as the coordinator/commander of
Puskodalok (Command Control Center at location) teams consisting of the Police, the Navy, the
Pertamina (State Oil and Gas Company) and the local government. The teams formed to control
and prevention of pollution called Tier 1 had a restrict authority with the categorization of oil
spill emergency response occurs inside or outside the Region of Interest Ports Environment
(DLKP) and Working Environment Regional Ports (DLKR) or the oil and gas activity or other
units that could be handled by the infrastructure, facilities and human resources that available
at the port or the oil and gas activity unit or other activity units.
Keywords: Syahbandar, prevention of oil pollution.

30
Purwendah, Peran Syahbandar dalam Penegakan Hukum ....

PENDAHULUAN
Konvensi Hukum Laut 1982 merupakan hasil Enforcement dimaksud yang memiliki kewenangan
perwujudan dari usaha masyarakat internasional dalam lini terluar untuk mengamankan lingkungan
untuk mengatur masalah kelautan secara menyeluruh, laut dari pencemaran minyak yang dilakukan oleh
masalah perlindungan lingkungan laut dari sumber kapal tanker adalah Syahbandar sebagai pejabat
pencemaran. Salah satu pencemaran lingkungan laut pemerintah di pelabuhan. Sebagai obyek penelitian
bersumber dari tumpahan minyak oleh kapal tanker, dalam penelitian ini adalah Laut Cilacap dengan
merespon keadaan ini Konferensi Washington di Pelabuhan Tanjung Intan menjadi lokasi yang sangat
Amerika Serikat pada tahun 1926 mengeluarkan menarik untuk melakukan penelitian ini karena
rekomendasi the discharge of oil at sea be limited.1 seringnya kasus pencemaran minyak oleh kapal
Pengangkutan minyak merupakan hal penting tanker terjadi, bahkan dalam kurun waktu dua tahun
bagi ekonomi dunia dan merupakan bisnis besar. terakhir dari 2011 sampai dengan 2012 terdapat
Pengangkutan minyak melalui laut diperkirakan kasus pencemaran minyak dari tiga kapal tanker,
40% dari keseluruhan perdagangan yang diangkut yaitu di tahun 2011 ada dua kasus pencemaran
melalui laut. Sarana angkutan laut didominasi oleh pada bulan Juli dan September oleh Kapal Super
kapal-kapal tanker yang diperkirakan lebih dari 400 Tanker TT. Arenza XXVII dan Kapal MT. Medelin
super tanker berlayar setiap harinya.2 Kapal-kapal Atlas Belawan IMO 8717245, dan pada bulan April
tersebut setiap tahunnya menumpahkan satu sampai 2012 Kapal MV. Indobaruna V kembali mencemari
dua juta ton minyak di lingkungan laut. Tumpahan lingkungan laut Cilacap.
minyak ke laut diakibatkan oleh pengoperasian
kapal, kecelakaan kapal sehingga mengakibatkan PERUMUSAN MASALAH
penurunan mutu lingkungan laut. Pencemaran Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis
yang terjadi karena pengoperasian kapal tanker merumuskan permasalahan kedudukan syahbandar
diperkirakan mencapai 75%, sedangkan akibat dari dalam pelaksanaan keselamatan dan keamanan
kecelakaan kapal hanya 25% dari total pencemaran pelayaran dalam sistem hukum nasional, sebagai
yang terjadi.3 berikut: Pertama, Upaya-upaya yang dilakukan
Untuk dapat mencapai keseimbangan terhadap Syahbandar dalam penegakan hukum laut pada
masalah pencemaran minyak di laut, negara pantai kasus pencemaran minyak di laut oleh kapal tanker;
menginginkan terlindunginya lingkungan laut melalui Kedua, Langkah-langkah apakah yang dilakukan
berbagai ratifikasi Konvensi Internasional seperti oleh Syahbandar dalam mengantisipasi beberapa
the International Convention for the Prevention of kasus pencemaran minyak di Laut Cilacap; Ketiga,
Pollution from the Ship (yang selanjutnya disebut Mekanisme koordinasi kerja antara Syahbandar
MARPOL), yang mengatur tentang port authorities dengan aparat penegak hukum yang lain dalam
dalam hal ini peran Syahbandar dalam menegakkan penegakan hukum kasus pencemaran minyak di laut
laut sebagai akibat pencemaran minyak oleh kapal oleh kapal tanker.
tanker sebagaimana diatur dalam Konvensi Hukum
Laut 1982 yang menentukan bahwa penegakkan METODE PENELITIAN
hukum terhadap pelaku pencemaran lingkungan Penelitian ini menggunakan pendekatan teori
laut harus dilakukan oleh negara-negara berbendera Lawrence Friedmann sebagai alat uji hipotesis
(flags states), negara pelabuhan (port states) dan untuk menganalisis peran dari Syahbandar dalam
negara pantai (coastal states) sebagaimana diatur penegakan hukum pencemaran laut oleh kapal
oleh Pasal 213-220 Konvensi Hukum Laut 1982. Law tanker di laut Cilacap. Teori Friedmann melihat
bahwa keberhasilan penegakan hukum selalu dengan
1
http://www.amsa.gov.an/me/pn324.HTM, diakses pada mensyaratkan berfungsinya semua komponen sistem
06-06-2000.
2 hukum. Sistem hukum dalam pandangan Friedman
Cross, Michael and Mick Hamer, ”How to Seal a
Supertanker, Improving Ship Design to Prevent Oil Spills”, terdiri dari tiga komponen, yakni komponen struktur
New Scientist, Vol. 133, No. 1812, March, 1992, h. 3-4. hukum (legal structure), komponen substansi hukum
3
Andre Griffin, ”Marpol 73/78 and Vessel Pollution: a (legal substance) dan komponen budaya hukum
Glass Half Four or Half Empty?” Indiana Journal of Global (legal culture). Struktur hukum (legal structure)
Legal Studies, 1994, h. 1.

31
PERSPEKTIF
Volume XX No. 1 Tahun 2015 Edisi Januari

merupakan batang tubuh, kerangka, bentuk abadi Daya dukung vitalisasi negara dalam pelaksanakan
dari suatu sistem. Substansi hukum (legal substance) pembangunan di setiap sektor baik politik, ekonomi,
aturan dan norma aktual yang dipergunakan oleh sosial dan budaya diperlukan transportasi nasional
lembaga-lembaga, kenyataan, bentuk perilaku dari yang mudah terakses bagi warga masyarakatnya.
para pelaku yang diamati di dalam sistem. Adapun Indonesia sebagai negara berdaulat sebagaimana
kultur atau budaya hukum (legal culture) merupakan diartikan secara positif oleh Charpentier,6 diharapkan
gagasan-gagasan, sikap-sikap, keyakinan-keyakinan, dapat di satu sisi dapat mengoptimalisasi segala
harapan harapan dan pendapat tentang hukum.4 sumber daya alam yang dimiliki untuk kesejahteraan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian dan kemakmuran warga negaranya dan disisi lainnya
ini adalah pendekatan yuridis sosiologis, merupakan dapat memiliki kewenangan untuk mengatur dan
suatu metode yang mengkaji terhadap hukum sebagai menetapkan kebijakan dalam pengelolaan sumber
kenyataan yang hidup dalam masyarakat mencakup daya tersebut.
kenyataan sosial, kenyataan kultur dan lain-lain.5 Indonesia dengan kekayaan sumber daya alam
Penelitian ini akan bersifat sebagai penelitian hayati maupun non hayati dan kedaulatan yang
deskriptif dengan menggunakan data kualitatif. dimilikinya mengatur urgensitas transportasi laut
Supaya dapat lebih peka dalam menangkap informasi melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008
kualitatif, digunakan studi kasus yang berupa status tentang Pelayaran (selanjutnya disebut UU Pelayaran)
subyek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase dengan dasar pemikiran tuntutan penyelenggaraan
spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas pelayaran sesuai dengan ilmu pengetahuan dan
yang berupa, individu, kelompok, dan lembaga atau teknologi peran serta swasta dan persaingan usaha,
institusi. otonomi daerah serta akuntabilitas penyelenggaraan
Syahbandar sebagai sasaran tujuan utama dalam negara dengan tetap mengutamakan keselamatan dan
penelitian ini akan ditentukan secara purposive keamanan pelayaran demi kepentingan nasional.
sampling, sedangkan sasaran pendukung berupa Dalam UU Pelayaran ini diatur mengenai pengertian
penyelesaian kasus pencemaran dan antisipasi siapakah Syahbandar.7
pemulihan kerugian yang diderita, akan dipilih Keselamatan dan keamanan pelayaran meliputi
melalui teknik bola salju (snow ball sampling). keselamatan dan keamanan angkutan di perairan, dan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pelabuhan serta perlindungan lingkungan maritim
informasi awal mengenai fakta-fakta penegakkan sebagaimana ditetapkan oleh UU Pelayaran perlu
hukum pencemaran laut oleh kapal tanker, upaya dilaksanakan dengan cermat melalui struktur terkait
penanggulan dan kendalanya supaya di kemudian sebagai pemangku kepentingan dalam hal ini diatur
hari didapatkan suatu model yang tepat untuk tersendiri secara khusus sebagai penjabaran UU
mengantisipasi kasus-kasus pencemaran minyak di pelayaran melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja
masa mendatang. Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan
(dulu Administrator Pelabuhan yang mengatur
PEMBAHASAN jalannya kegiatan pelabuhan dan operasional kapal).8
Kedudukan Syahbandar dalam Pelaksanaan Selanjutnya, Menteri mengatur sepenuhnya
Keselamatan dan Keamanan Pelayaran dalam tentang segala sesuatu yang bertalian dengan
Sistem Hukum Nasional penyelenggaraan pelabuhan dan menunjuk seorang
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan pejabat yang memegang tanggung jawab dan
negara kepulauan yang disatukan oleh wilayah
perairan yang sangat luas dengan batas-batas, 6
Jean Charpentier, Institutions Internationalle, 13rd edition,
hak-hak dan kedaulatan yang ditetapkan dengan Momentos Dalloz, Paris, 1997, h. 25-26.
7
undang-undang dan konvensi hukum internasional. Syahbandar adalah pejabat pemerintah di pelabuhan yang
diangkat oleh Menteri dan memiliki kewenangan tertinggi untuk
menjalankan dan melakukan pengawasan terhadap dipenuhinya
4
W. Friedman, Teori & Filsafat Hukum, Hukum & ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjamin
Masalah-Masalah Kontemporer, Susunan III, Rajawali Press, keselamatan dan keamanan pelayaran.
Jakarta, 1977, h. 6-7. 8
Permen Perhubungan 36 Tahun 2012 rekomendasi ada
5
Johny Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum pada Syahbandar (Hasil wawancara dengan Kasie Keselamatan
Normatif, Bayu Media, Malang, 2006, h. 321. Berlayar, 12 Mei 2014).

32
Purwendah, Peran Syahbandar dalam Penegakan Hukum ....

pimpinan umum yaitu Administrator Pelabuhan atau kearsipan, kerumahtanggaan dan urusan umum; c.
kepala pelabuhan.9 melaksanakan pertimbangan dan bantuan hukum
Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas serta hubungan masyarakat.
Pelabuhan (selanjutnya disebut dengan KSOP) Kedua, Pada sub bagian umum dan hubungan
merupakan Unit Pelaksana Teknis di lingkungan masyarakat mempunyai fungsi untuk melakukan
Kementerian Perhubungan yang berada di bawah urusan surat menyurat, kearsipan, kerumahtanggaan
dan bertanggungjawab kepada Direktur Jenderal dan urusan umum, pertimbangan dan bantuan
Perhubungan Laut. Tugas yang diemban adalah hukum serta hubungan masyarakat penyusunan dan
melaksanakan pengawasan dan penegakan hukum sosialisasi peraturan kepelabuhan.
di bidang keselamatan dan keamanan pelayaran, Ketiga, Bidang status hukum dan sertifikasi
koordinasi kegiatan pemerintahan di pelabuhan serta kapal mempunyai tugas melaksanakan pemeriksaan,
pengaturan pengendalian dan pengawasan kegiatan pengujian dan sertifikat kelaiklautan, keselamatan
kepelabuhanan pada pelabuhan yang diusahakan kapal, pencegahan pencemaran dari kapal dan
secara komersial. manajemen keselamatan kapal serta penetapan status
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya hukum kapal.
KSOP menyelenggarakan fungsi: a. melaksanakan Keempat, Seksi sertifikasi kapal memiliki peran
pengawasan dan pemenuhan kelaiklautan kapal; fungsi yang salah satunya adalah melaksanakan
b. sertifikasi keselamatan kapal; c. pencegahan pemeriksaan peralatan pencegahan pencemaran
pencemaran dari kapal dan penetapan status hukum dan pembersihan tangki serta verifikasi manajemen
kapal; d. melaksanakan pemeriksaan manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal.
keselamatan kapal; e. melaksanakan pengawasan Selain itu seksi sertifikasi kapal memiliki tugas
keselamatan dan keamanan pelayaran terkait sampai kepada pembersihan kapal serta perlindungan
dengan kegiatan bongkar muat Barang Berbahaya ganti rugi pencemaran.
dan Beracun (selanjutnya disebut B3); f. pengisian Kelima, Bidang yang penting terkait dengan
bahan bakar; g. ketertiban embarkasi dan debarkasi pencegahan dan penanggulangan pencemaran adalah
penumpang; h. pembangunan fasilitas pelabuhan; i. Bidang Keselamatan Berlayar, Penjagaan dan Patroli
tertib lalu lintas kapal di perairan pelabuhan dan alur yang mempunyai tugas melaksanakan pengawasan
pelayaran; j. pemanduan dan penundaan kapal serta tertib lalu lintas kapal di perairan pelabuhan dan
penerbitan surat persetujuan berlayar. alur pelayaran, pemanduan dan penundaan kapal,
Dengan susunan organisasi KSOP meliputi penerbitan surat persetujuan berlayar, kegiatan alih
Kepala KSOP (Syahbandar) dalam menjalankan muat di perairan pelabuhan, salvage dan pekerjaan
tugasnya didukung oleh struktur organisasi meliputi bawah air, bongkar muat barang berbahaya, barang
lingkup administratif dan penegakan hukum. Bagian- khusus, pengisian bahan bakar, limbah B3, ketertiban
bagian tersebut adalah; a. sub bagian tata usaha, b. embarkasi dan debarkasi penumpang, pembangunan
seksi status hukum dan sertifikasi kapal, c. seksi fasilitas pelabuhan, pengerukan dan reklamasi,
keselamatan berlayar, d. penjagaan dan patroli, serta pelaksanaan bantuan pencarian dan penyelamatan
e. seksi lalu lintas dan angkutan laut, serta usaha (Search and Rescue/SAR), pengendalian dan
kepelabuhanan.10 koordinasi penanggulangan pencemaran serta
Pertama, Pada sub bagian tata usaha dalam pemadaman kebakaran di pelabuhan, pelaksanaan
menyelenggarakan fungsi untuk mengelola: a. urusan perlindungan lingkungan maritim, pelaksanaan
keuangan dan pelaporan sistem akuntansi intansi pemeriksaan dan verifikasi sistem keamanan kapal
serta pengelolaan penerimaan negara bukan pajak; dan fasilitas pelabuhan (International Ship and Port
b. melaksanakan urusan kepegawaian, pembinaan, Facility Security Code/SPS Code), pemeriksaan
pengembangan jabatan fungsional, surat menyurat, pendahuluan pada kecelakaan kapal, penegakan
hukum di bidang keselamatan dan keamanan
9
Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1969 Tanggal 18 pelayaran serta pelaksanaan koordinasi kegiatan
Januari 1969 tentang Susunan dan Tata Kerja Kepelabuhan dan pemerintahan di pelabuhan yang terkait dengan
Daerah. pelaksanaan pengawasan dan penegakan hukum di
10
Hasil wawancara dengan Sie Keselamatan Berlayar, 25
bidang keselamatan dan keamanan pelayaran.
Mei 2014.

33
PERSPEKTIF
Volume XX No. 1 Tahun 2015 Edisi Januari

Syahbandar dalam melaksanakan tugas pemeriksaan pendahuluan pada kecelakaan kapal dan
terhadap perlindungan lingkungan maritim11 dari melaksanakan penyidikan tindak pidana di bidang
kegiatan pencemaran,12 baik pencegahan maupun pelayaran sesuai peraturan perundang-undangan.
penanggulangan pencemaran dalam pelaksanaannya Syahbandar dalam pelaksanaan tugas dalam
secara mekanisme struktural kinerja organisatoris mempertahankan kedaulatan wilayah laut negara
didukung oleh bidang tersebut di atas. Seksi tersebut mendasarkan kepada sistem hukum nasional terkait
menyelenggarakan fungsi secara administratif hukum laut, yang sebagian besar merupakan hasil
berbicara tentang perijinan yang merepresentasikan ratifikasi dari konvensi internasional. Ratifikasi
peran fungsi kewenangan negara dalam memberikan yang mendasari sistem hukum nasional yaitu: a.
surat persetujuan berlayar untuk keluar dan masuk Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang
wilayah negara. Bidang ini berfungsi melaksanakan Ratifikasi UNCLOS; b. UU Pelayaran; c. Peraturan
pengawasan tertib bandar dan tertib berlayar, lalu Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang
lintas keluar masuk kapal, pergerakan kapal (shifting), Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan
pemanduan dan penundaan kapal; pelaksanaan Laut; d. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun
pengawasan pemenuhan persyaratan kelaiklautan 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim;
kapal; pelaksanaan penerbitan surat persetujuan e. Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2006
berlayar; pelaksanaan pengawasan kapal asing (port tentang Penanggulangan terhadap Keadaan Darurat
state control dan flag state control); melaksanakan Tumpahan Minyak di Laut; f. Keppres Nomor 52
pengawasan kegiatan bongkar muat barang khusus Tahun 1999 tentang Pengesahan CLC 1969; g.
dan barang berbahaya dan pengisian bahan bakar Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980 tentang
serta limbah B3, pembangunan fasilitas pelabuhan Ratifikasi SOLAS 1974; h. Keputusan Presiden
serta pengerukan dan reklamasi; melaksanakan Nomor 46 Tahun 1986 tentang Ratifikasi MARPOL
patroli di perairan pelabuhan, pengawasan dan 73/78; i. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM
pengamanan terhadap keselamatan kapal yang 36 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja
masuk keluar pelabuhan, kapal sandar dan berlabuh; Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan;
menyiapkan bahan koordinasi dan pemberian j. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 58
bantuan pencarian dan penyelamatan (Search and Tahun 2013 tentang Penanggulangan Pencemaran
Rescue/SAR), penanggulangan pencemaran laut di Perairan dan Pelabuhan; dan k. Resolusi IMO
serta pencegahan dan pemadaman kebakaran di Nomor A741 (18) tentang ISM-Code.
perairan pelabuhan serta pengawasan perlindungan Syahbandar melaksanakan tugas mengamankan
lingkungan maritim; melaksanakan pengawasan teritori wilayah laut berdasarkan kewajiban negara
kegiatan alih muat di perairan pelabuhan, salvage dan kedaulatan negara pantai yang diamanatkan oleh
dan pekerjaan bawah air; melaksanakan pemeriksaan UNCLOS sebagai Konvensi tentang Hukum Laut
dan verifikasi sistem keamanan kapal dan fasilitas Internasional yang sudah diratifikasi menjadi hukum
pelabuhan (International Ship and Port Facility nasional. Kedudukan Syahbandar dalam konsepsi
Security Code/ISPS-Code); menyiapkan bahan hukum laut internasional sebagai commander atau
leading sector utama untuk menjaga keselamatan
11
Definisi hukum lingkungan terkait dengan dua aspek, dan keamanan wilayah negara dalam hal ini
pertama terkait ruang lingkup subjek hukum dan kompetensi
kelembagaannya; kedua, terkait pertanggungjawaban terhadap wilayah lingkungan laut. Kedudukan dan peran
kerusakan lingkungan, syahbandar dalam sistem penegakan hukum laut
12
Komar Kantatmadja berpendapat mengutip dari Muchtar Indonesia sangat strategis mengingat wilayah
Kusumaatmadja, Pencemaran, Laut dan Pengaturan Hukumnya, yang ditegakkan meliputi sisi administratif terkait
Universitas Padjajaran, Bandung, 1977, h. 5. Pencemaran laut
adalah telah terjadinya perubahan lingkungan laut yang terjadi persyaratan administratif, surat menyurat, perijinan
sebagai akibat dimasukkannya oleh manusia secara langsung dan lain-lain berhubungan dengan ketatausahaan
maupun tidak langsung bahan-bahan atau energi ke dalam kepelabuhan dan teritori laut, kemudian penegakan
lingkungan laut yang menghasilkan akibat yang demikian
buruknya sehingga merupakan kerugian bagi kekayaan hayati,
wilayah perdata dan pidana terkait ganti kerugian
bahaya terhadap kesehatan manusia, gangguan terhadap kegiatan dan denda atau sanksi badan.
di laut termasuk perikanan, penggunaan air laut yang wajar, Dalam tataran praktis di lapangan, Konvensi
pemburukan daripada kualitas laut dan menurunnya kualitas
Hukum Laut belum dipahami sekali dalam tataran
tempat pemukiman dan rekreasi.

34
Purwendah, Peran Syahbandar dalam Penegakan Hukum ....

praktek hukum karena ratifikasi ini hanya melalui Indonesia berkewajiban dengan mengembangkan
Keppres, sedangkan dalam sistem hukum nasional suatu kebijakan dan mekanisme cepat dan tepat
mengenai hirarki peraturan perundang-undangan. serta terkoordinasi dalam penanggulangan tumpahan
Undang-undang memiliki posisi yang lex superior minyak di laut dan penanggulangan dampak
dalam hal ini adalah Undang-Undang Pelayaran. lingkungan akibat tumpahan minyak di laut dengan
Dalam tataran praktis, Konvensi Hukum Laut mengerahkan potensi lokal, wilayah dan nasional
tidak dikenal dan lebih dikenal konvensi yang secara efektif.
telah diratifikasi yaitu SOLAS yang mengatur Penanggulangan keadan darurat tumpahan
keselamatan kapal komersial dan IMO. Instrumen minyak di laut diperlukan sebagai sebuah tindakan
CLC yang telah diratifikasi, belum mendapatkan cepat, tepat dan terkoordinasi untuk mencegah dan
porsi untuk digunakan sebagai standar perhitungan mengatasi penyebaran tumpahan minyak di laut.
ganti kerugian di dalam praktek. Padahal Indonesia Syahbandar berperan mengatur jalannya kegiatan
telah meratifikasi konvensi CLC tapi sementara ini pelabuhan dan otoritas pelabuhan dan operasional
belum dikenal dalam tataran praktek penegakan kapal melalui rekomendasi Syahbandar. Syahbandar
hukum laut dalam hal terjadi pencemaran minyak sebagai pejabat yang menjadi leading sector dalam
di laut.13 keselamatan berlayar transportasi laut dan sebagai
mandatory negara.16
Peran dan Fungsi Syahbandar dalam Pencegahan Dalam melaksanakan keselamatan berlayar kapal
dan Pengendalian Pencemaran Minyak di Laut tanker, Syahbandar berkoordinasi dengan Pertamina
oleh Kapal Tanker sebagai pengelola dermaga, dimana Syahbandar
Peran dan fungsi Syahbandar yang diamanatkan memberikan ijin untuk melakukan kegiatan dermaga
melalui UU Pelayaran, Syahbandar berfungsi dan kapal tanker sebagai kapal yang dicharter oleh
mengamankan transportasi laut. Dalam melaksanakan pihak Pertamina sebagai pengelola dermaga. Setelah
tugas penegakan hukum laut Syahbandar memiliki mendapat persetujuan dari Syahbandar, kapal asing
beberapa fungsi, yaitu fungsi administratif dalam dari karantina kesehatan setelah dipastikan dalam
penegakan administratif perijinan transportasi laut, seluruh awaknya dalam kondisi sehat, kemudian dari
melaksanakan peran dan fungsi penegakan hukum imigrasi Kementrian Hukum dan HAM memenuhi
laut dalam hal terjadi kecelakaan kapal karena prosedural formal keimigrasian dan terpenuhinya
ketidaklaik laut kapal atau dalam hal terjadinya persyaratan bea dan cukai maka kapal tersebut oleh
pencemaran laut oleh kapal termasuk dalam hal ini pilot pandu dari kontrol negara pantai (port state
adalah pencemaran minyak oleh kapal tanker.14 control) diperiksa oleh Syahbandar sebagai clearent
Peran Syahbandar terhadap penanggulangan terakhir. Syahbandar naik ke kapal tanker asing
terhadap keadaan darurat akibat tumpahan minyak di sebagai clearent terakhir setelah semua instansi
laut oleh kapal tanker diatur dalam Peraturan Presiden terkait naik ke atas untuk memeriksa administratif
Nomor 109 Tahun 2006 tentang Penanggulangan perijinan masuk dalam kedaulatan negara.
Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut. Syahbandar selaku koordinator di Daerah
Pemikiran pegaturan ini karena kegiatan pelayaran, Lingkungan Kerja (DLKR) dan Daerah Lingkungan
kegiatan pengusahaan minyak dan gas bumi serta Kepentingan (DLKP) memiliki struktur tugas
kegiatan lainnya mengandung risiko terjadinya dalam organisasi yang dibentuk melalui hukum
kecelakaan yang dapat mengakibatkan terjadinya positif dalam hal ini melalui Peraturan Menteri
tumpahan minyak yang dapat merugikan lingkungan Perhubungan Nomor PM 36 Tahun 2012 tentang
laut sehingga memerlukan tindakan penanggulangan Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran
secara cepat, tepat dan terkoordinasi.15 Pemerintah dan Otoritas Pelabuhan, dimana kantor KSOP
Cilacap berdasarkan klasifikasi ada pada klasifikasi
13 Hasil wawancara dengan Kasie Keselamatan Berlayar,
Senin, 12 Mei 2014. KSOP.
14
Hasil wawancara dengan Sie Keselamatan Berlayar, 25 Syahbandar dalam melaksanakan keamanan dan
Mei 2014. keselamatan berlayar dalam hal pencemaran minyak
15
Sehubungan dengan telah diundangkannya Undang-
16
Undang Nomor 7 Tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations Hasil wawancara dengan sie Keselamatan Berlayar, 25
Conventions on the Law of the Sea. Mei 2014.

35
PERSPEKTIF
Volume XX No. 1 Tahun 2015 Edisi Januari

oleh kapal tanker mendasarkan pada dokumen Peran Syahbandar dalam pengawasan keamanan
Marine Pollution (MARPOL), dimana setiap kapal dan keselamatan berlayar kapal tanker di wilayah
tanker wajib memiliki sertifikat CLC 1969 dan Fund Indonesia, adalah pihak keagenan kapal tanker via
1992. CLC bunker diwajibkan sebagai pengaman surat melaporkan rencana kedatangan maksimal 1x24
bagi negara pantai dalam hal menerima kapal tanker jam. Setelah laporan tersebut valid berikut dengan
yang masuk dalam kedaulatan wilayahnya, untuk jadwal kedatangannya diinfokan kepada kepanduan
antisipasi dan proteksi apabila terjadi force majeur atau navigasi agar mereka dapat menempatkan area
dengan akibat pencemaran lingkungan karena CLC labuh jangkar (anchorage area) yang posisinya
yang berkantor di Singapura.17 sudah diploting di peta.18
Fungsi, Tugas, dan Kewenangan Syahbandar Setelah itu keagenan baru mengirimkan surat
adalah melaksanakan fungsi keselamatan dan kepada Syahbandar untuk mendapatkan ijin masuk
keamanan pelayaran yang mencakup, pelaksanaan, (clearent in). Syahbandar secara organisatoris
pengawasan dan penegakan hukum di bidang hirarkial (sebagai struktur hukum yang berperan
angkutan di perairan, kepelabuhanan, dan merepresentasikan mandatory negara) mendasarkan
perlindungan lingkungan maritim di pelabuhan, kepada sistem hukum nasional dalam hal ini UU
selain itu Syahbandar melaksanakan tugas dan fungsi Pelayaran berkewajiban untuk menyelenggarakan
membantu pelaksanaan pencarian dan penyelamatan perlindungan lingkungan maritim dilakukan oleh
(Search and Rescue/SAR) di pelabuhan sesuai Pemerintah untuk menyelenggarakan perlindungan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. terhadap lingkungan maritim melalui pencegahan
Syahbandar diangkat oleh Menteri yang memenuhi dan penanggulangan pencemaran dari pengoperasian
persyaratan kompetensi di bidang keselamatan kapal; dan pencegahan dan penanggulangan
dan keamanan pelayaran serta kesyahbandaran. pencemaran dari kegiatan kepelabuhanan. Selain
Dalam melaksanakan fungsi keselamatan dan Syahbandar wajib melakukan perlindungan terhadap
keamanan Syahbandar mempunyai tugas dan lingkungan maritim terhadap, pembuangan limbah
fungsi, mengawasi kelaiklautan kapal, keselamatan, di perairan; dan penuntunan kapal.
keamanan dan ketertiban di pelabuhan; mengawasi Syahbandar dalam melakukan perlindungan
tertib lalu lintas kapal di perairan pelabuhan dan maritim memiliki kewenangan untuk menegakkan
alur-pelayaran; mengawasi kegiatan alih muat di hukum melalui penerapan sanksi pidana yang
perairan pelabuhan; mengawasi kegiatan salvage sebagaimana dicantumkan secara tegas dalam Pasal
dan pekerjaan bawah air; mengawasi kegiatan 303 UU Pelayaran menegaskan bahwa, setiap orang
penundaan kapal; mengawasi terhadap pemanduan; yang mengoperasikan kapal dan pelabuhan tanpa
mengawasi bongkar muat barang berbahaya serta memenuhi persyaratan keselamatan dan keamanan
limbah bahan berbahaya dan beracun; mengawasi pelayaran serta perlindungan lingkungan maritim
pengisian bahan bakar; mengawasi ketertiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 122 dipidana
embarkasi dan debarkasi penumpang; mengawasi dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun
pengerukan dan reklamasi; mengawasi kegiatan dan denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga
pembangunan fasilitas pelabuhan; melaksanakan ratus juta rupiah). Jika perbuatan sebagaimana
bantuan pencarian dan penyelamatan; memimpin dimaksud pada ayat (1), mengakibatkan kerugian
penanggulangan pencemaran dan pemadaman harta benda dipidana dengan pidana penjara paling
terhadap kebakaran di pelabuhan; dan mengawasi lama 4 (empat) tahun dan denda paling banyak
pelaksanaan perlindungan lingkungan maritim. Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Jika
Dalam melaksanakan penegakan hukum di perbuatan sebagaimana dimaksud mengakibatkan
bidang keselamatan dan keamanan Syahbandar kematian seseorang, dipidana dengan pidana penjara
melaksanakan tugas sebagai Pejabat Penyidik paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling
Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan ketentuan banyak Rp 1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus
peraturan perundang-undangan. juta rupiah).

17 18
Hasil wawancara dengan sie Keselamatan Berlayar, 25 Hasil wawancara dengan sie Keselamatan Berlayar, 25
Mei 2014. Mei 2014.

36
Purwendah, Peran Syahbandar dalam Penegakan Hukum ....

Dalam melaksanakan fungsi dan tugas dalam hal ini Syahbandar sebagai koordinator akan
Syahbandar mempunyai kewenangan sebagai menggerakkan tim penanggulangan pencemaran
berikut: a. mengkoordinasikan seluruh kegiatan dari Kasie Keselamatan Berlayar, Penjagaan dan
pemerintahan di pelabuhan; b. memeriksa dan Patroli bekerjasama dengan Kepolisian, TNI-AL,
menyimpan surat, dokumen, dan warta kapal; dan instansi terkait seperti Pemerintah Daerah
c. menerbitkan persetujuan kegiatan kapal di dengan lembaga terkait dan Pertamina sebagai
pelabuhan; e. melakukan pemeriksaan terhadap pengusaha minyak. Laporan pencemaran dilakukan
kapal; f. menerbitkan Surat Persetujuan Berlayar; oleh Syahbandar kepada Kapolres, Komandan
g. melakukan pemeriksaan kecelakaan kapal; h. AL, Pemerintah Daerah untuk kemudian dibentuk
menahan kapal atas perintah pengadilan; dan i. Puskodalok (Pusat Komando Pengendalian Lokasi).
melaksanakan Sijil Awak Kapal. Koordinasi tersebut di dalam sistem komando
Syahbandar dalam menentukan kapal tanker Syahbandar bertempat di kantor Syahbandar dan
yang dapat masuk wilayah Indonesia mendasarkan Pertamina.
pada rekomendasi dari Biro Klasifikasi Indonesia Dalam penanggulangan pencemaran dibuat
(BKI) yang menentukan kelas atau klasifikasi kapal gugus tugas pengendalian terhadap pencemaran
yang boleh beroperasi di Indonesia. Ini terkait yang disebut sebagai Tier. Ada tiga klasifikasi Tier
dengan kelaiklautan kapal yang secara standarisasi dalam pengendalian pencemaran, Tier 1 untuk teknik
memenuhi persyaratan memiliki penanggulangan pengembangan pencemaran wilayah lokal. Dalam
pencemaran, memiliki gas buang dan lain-lain. rangka penanggulangan keadaan darurat tumpahan
Meskipun adakalanya di dalam praktek secara minyak di laut Tier 1 terdiri dari ADPEL atau
administrasi terkadang prosedur dan persyaratan KAKANPEL atau pimpinan unit pengusaha minyak
tidak dipenuhi secara rigid karena adanya dispensasi dan gas bumi atau penanggungjawab kegiatan lain
untuk kapal dalam keadaan tertentu. Seharusnya wajib membentuk Tim Lokal Penanggulangan
hanya kapal di atas tahun 1992 yang memiliki Keadaan Darurat Tumpahan minyak di laut yang
fasilitas double bottom dan double hull yang biasa disebut dengan tim lokal.
dianggap laik laut yang diijinkan untuk masuk Dari data primer diketahui keterlibatan
pelabuhan (port state), namun pada kenyataannya pengusaha minyak dalam penanggulangan terhadap
di bawah kondisi standar tersebut diijinkan karena pencemaran terutama dalam hal fasilitas baik
memiliki dispensasi. sarana maupun prasarana. Hal ini terutama dalam
sarana prasarana kapal karena kondisi kapal KSOP
Mekanisme Kerja Syahbandar dan Koordinasi tidak sesuai dengan kondisi geografis laut Cilacap,
dengan Struktur Hukum dalam Pengendalian selain itu pemeriksaan sampel tercemar juga masih
Pencemaran Minyak di Laut oleh Kapal Tanker menggunakan fasilitas laboratorium pertamina yang
Syahbandar dalam melaksanakan pengendalian tentu saja independensi dan akurasinya validitasnya
pencemaran minyak oleh kapal tanker bekerja secara perlu untuk di cross check ulang untuk validitas
terorganisatoris bersama unsur pemerintahan yang hasilnya. Keadaan ini dimungkinkan terjadi karena
lain sebagai struktur hukum terkait penegakan hukum positif mengatur biaya penanggulangan yang
hukum laut, dengan mekanisme yang sistematis memang dibebankan kepada pemilik atau operator
sebagaimana diatur oleh UU Pelayaran, Peraturan kapal, pimpinan tertinggi pengusaha minyak
Presiden Nomor 109 Tahun 2006 dan Peraturan dan gas bumi atau penanggungjawab tertinggi
Menteri Perhubungan Nomor 58 Tahun 2013. kegiatan pengusahaan minyak lepas pantai atau
Menurut Sumber data primer dari Sie Keselamatan pimpinan penanggungjawab kegiatan lain yang
Berlayar (25 Juni 2014), saat terjadi pencemaran karena kegiatannya mengakibatkan terjadinya
Syahbandar sebagai commander atau koordinator tumpahan minyak di laut bertanggungjawab mutlak
penanggulangan pencemaran melaporkan kapal atas biaya, penanggulangan tumpahan minyak di
kepada keagenan kapal dan Syahbandar akan laut, penanggulangan dampak lingkungan akibat
minta keagenan untuk menanggulangi pencemaran tumpahan minyak di laut, kerugian masyarakat akibat
tersebut dengan SOP (Standar Operasional Prosedur) tumpahan minyak di laut, dan kerugian lingkungan
untuk wilayah pencemaran yang terjadi. Commander akibat tumpahan minyak di laut.

37
PERSPEKTIF
Volume XX No. 1 Tahun 2015 Edisi Januari

Perhubungan laut sendiri selalu merefresh sebagai commander, mengkoordinasi berbagai


institusinya untuk selalu melakukan pelatihan institusi untuk melakukan berbagai hal supaya
penanggulangan pencemaran laut secara nasional pencemaran tersebut tidak berdampak semakin luas.
secara periodik setiap dua tahun dengan agenda Kedua, Upaya pencegahan yang dilakukan oleh
MARPOL exercise di Kementrian Perhubungan Syahbandar dalam menanggulangi pencemaran
Laut dimana Direktorat Jenderal Perhubungan minyak di laut oleh kapal tanker melalui mekanisme
Laut sebagai mission commander dilakukan secara pengawasan pencegahan pencemaran dengan kontrol
bergiliran di pelabuhan dengan Pertamina. terhadap peralatan pencegahan dan penanggulangan
Dalam penanggulangan pencemaran minyak pencemaran kapal tanker yang masuk ke wilayah
setiap pelabuhan negara pantai seharusnya memiliki RI, apabila kapal tanker tersebut tidak bisa
sarana pelabuhan penanggulangan pencemaran (port mengantisipasi pencemaran tersebut, Syahbandar
facilities). Dalam wilayah Cilacap, Pelindo tidak dan tim yang terbentuk akan menanggulangi
memiliki port facilities sehingga penanggulangan pencemaran dengan sarana prasarana yang dimiliki
pencemaran menggunakan alat Pertamina. Ternyata pengusaha minyak dalam hal ini pertamina,
permasalahan dalam penegakan hukum pencemaran menurut ketentuan, seharusnya pelabuhan memiliki
minyak oleh kapal tanker terkait peran Syahbandar sarana pelabuhan pencegahan dan penanggulangan
masih terkendala permasalahan sarana prasarana pencemaran, dalam praktek fasilitas tersebut tidak
terkait dengan sarana kapal Syahbandar, laboratorium dimiliki oleh pelabuhan.
penentu ambang batas pencemaran yang independen Syahbandar dalam berupaya untuk menghindari
dan fasilitas pelabuhan penanggulangan pencemaran. pencemaran minyak di laut oleh kapal tanker
melakukan pemeriksaan administratif kapal tanker
PENUTUP melalui kelengkapan sarana prasarana kapal terhadap
Kesimpulan standarisasi pencemaran yang dimiliki oleh kapal
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tanker. Kapal tanker yang dapat masuk wilayah
selama ini dapat disimpulkan, bahwa: Indonesia mendasarkan pada rekomendasi dari
Pertama, Peran Syahbandar sebagaimana Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) yang menentukan
diatur dalam UU Pelayaran adalah melakukan kelas atau klasifikasi kapal yang boleh beroperasi di
penegakan hukum di wilayah teritorial laut baik Indonesia. Ini terkait dengan kelaiklautan kapal yang
secara administratif perijinan, maupun preventif dan secara standarisasi memenuhi persyaratan memiliki
represif meliputi pemberian sanksi keperdataan (ganti penanggulangan pencemaran, memiliki gas buang
kerugian) dan sanksi pidana (denda dan kurungan) dan lain-lain.
secara terintegrasi dengan aparat penegak hukum Meskipun adakalanya di dalam praktek secara
yang lain dalam hal terjadi pencemaran minyak di administrasi terkadang prosedur dan persyaratan
laut oleh kapal tanker. Syahbandar dalam konsepsi tidak dipenuhi secara rigid karena adanya dispensasi
hukum laut internasional sebagai commander/ untuk kapal dalam keadaan tertentu. Seharusnya
leading sector utama untuk menjaga keselamatan hanya kapal di atas tahun 1992 yang memiliki
dan keamanan wilayah negara dalam hal ini wilayah fasilitas double bottom dan double hull yang
lingkungan laut. Peran Syahbandar dalam sistem dianggap laik laut yang diijinkan untuk masuk
penegakan hukum laut Indonesia sangat strategis pelabuhan (port state), namun pada kenyataannya
mengingat wilayah yang ditegakkan meliputi sisi di bawah kondisi standar tersebut diijinkan karena
administratif terkait persyaratan administratif, memiliki dispensasi.
surat-menyurat, perijinan dan lain-lain berhubungan Ketiga, Langkah yang diambil oleh Syahbandar
dengan ketatausahaan kepelabuhan dan teritorial pada saat terjadi pencemaran adalah dibentuknya
laut, kemudian penegakan wilayah perdata dan tim gugus tugas Syahbandar sebagai commander-
pidana terkait ganti kerugian dan denda atau sanksi koordinator penanggulangan pencemaran melaporkan
badan. kapal kepada keagenan kapal dan Syahbandar akan
Syahbandar melakukan penegakan hukum laut minta keagenan untuk menanggulangi pencemaran
dalam hal terjadi pencegahan dan penanggulangan tersebut dengan SOP (Standar Operasional Prosedur)
pencemaran minyak oleh kapal tanker berperan untuk wilayah pencemaran yang terjadi.

38
Purwendah, Peran Syahbandar dalam Penegakan Hukum ....

Commander dalam hal ini Syahbandar sebagai DAFTAR PUSTAKA


koordinator akan menggerakkan tim penanggulangan Peraturan Perundangan-undangan:
pencemaran dari Kasie Keselamatan Berlayar, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17
Penjagaan dan Patroli bekerjasama dengan Tahun 1985 tentang Ratifikasi UNCLOS 1982.
Kepolisian, TNI AL, dan instasi terkait seperti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17
Pemerintah Daerah dengan lembaga terkait dan Tahun 2008 tentang Pelayaran.
Pertamina sebagai Pengusaha minyak. Laporan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1969 tentang
pencemaran dilakukan oleh Syahbandar kepada Susunan dan Tata Kerdja Kepelabuhanan dan
Kapolres, Komandan AL, Pemerintah Daerah untuk Daerah Pelajaran.
kemudian dibentuk Puskodalok (Pusat Komando Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Lokasi). Koordinasi tersebut di dalam Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan
sistem komando Syahbandar bertempat di kantor Laut.
Syahbandar dan Pertamina. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang
Dalam penanggulangan pencemaran dibuat Perlindungan Lingkungan Maritim.
gugus tugas pengendalian pencemaran yang Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2006 tentang
disebut sebagai Tier. Ada tiga klasifikasi Tier dalam Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan
pengendalian pencemaran, Tier 1 untuk tehnik Minyak di Laut.
pengembangan pencemaran wilayah lokal. Dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 52
rangka penanggulangan keadaan darurat tumpahan Tahun 1999 tentang Pengesahan CLC 1969.
minyak di laut Tier 1 terdiri dari ADPEL atau Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 65
KAKANPEL atau pimpinan unit pengusaha minyak Tahun 1980 tentang Ratifikasi SOLAS 1974.
dan gas bumi atau penanggung jawab kegiatan lain Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 46
wajib membentuk Tim Lokal Penanggulangan Tahun 1986 tentang Ratifikasi MARPOL 73/78.
Keadaan Darurat Tumpahan minyak di laut yang Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 36
biasa disebut dengan tim lokal. Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Keempat, Mekanisme koordinasi kerja antara Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan.
Syahbandar dengan aparat penegak hukum yang Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 58 Tahun
lain dalam hal ini Kepolisian, TNI AL, ADPEL, 2013 tentang Penanggulangan Pencemaran di
Pemerintah Daerah yang tergabung dalam Pusat Perairan dan Pelabuhan.
Komando Pengendalian Lokasi (Pusdalok). Resolusi IMO Nomor A741 (18) tentang ISM-Code.
Syahbandar bertugas sebagai Pejabat Penyidik United Nation on The Law of The Sea (UNCLOS
Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan ketentuan 1982).
peraturan perundang-undangan. Syahbandar Convention on Liability for Oil Pollution Damage
bertindak sebagai koordinator misi (commander), 1969.
dalam hal ini sebagai pejabat yang bertanggungjawab Protocol 1992 (CLC 1969).
atas penyelenggaraan operasi penanggulangan Liabillity Convention 1972 “The Convention on
keadaan darurat tumpahan minyak di laut oleh kapal International Liability for Damage Cause by
tanker Space Object 1972”.

Rekomendasi: Buku:
Peran Syahbandar dalam melaksanakan Charpentier, Jean. 1997. Institutions internationales.
wewenang dan tugas serta fungsinya untuk 13rd edition. Paris: Momentos Dalloz.
penanggulan terhadap pencemaran minyak oleh Friedmann, W. 1990. Teori & Filsafat Hukum,
kapal tanker di wilayah laut harus didukung Hukum & Masalah-Masalah Kontemporer,
dengan payung hukum tersendiri (khusus) yang Susunan III. Jakarta: Rajawali Press.
tidak berseberangan dengan peraturan perundang- Ibrahim, Johny. 2006. Teori dan Metode Penelitian
undangan lainnya. Hukum Normatif. Malang: Bayumedia.
Konvensi Jenewa 1958 “Convention on The
Territorial Sea and Contiguous Zone”. Nikson

39
PERSPEKTIF
Volume XX No. 1 Tahun 2015 Edisi Januari

S., Willem. 2009. Kebijakan Keselamatan Website dan Lain-lain:


Transportasi Laut. Jakarta: Badan Koordinasi Australian Maritime Safety Authority. 06-06-2000,
Keamanan Laut. http://www.amsa.gov.nav.me/pn324.htm.
Konvensi Jenewa 1958. “Convention on The IMO and Maritime Security. International Maritime
Territorial Sea and Contiguous Zone”. Nikson Orgnization. 1986. Superintendent of Documents
S., Willem. 2009. Kebijakan Keselamatan Department of State Bulletin.
Transportasi Laut. Jakarta: Badan Koordinasi IMO-index of convention, 24-02-2000, http://www.
Keamanan Laut. imo.org/imo/convent/index.htm
Kusumaatmadja, Mochtar. 1977. Pencemaran IMOs Website-Summary of Status of Convention,
Laut dan Pengaturan Hukumnya. Bandung: 24-06-200, http://www.imo.org/convent/
Universitas Padjajaran. summary.htm
Marine Pollution, (26-06-2000), http://www.imo.
Jurnal Penelitian: org/imo/convent/pollute.htm Ports, Maritime
Cross, Michael and Mick Hamer, ”How to Seal a & Logistics: Marine Pollution Prevention, (6-
Supertanker, Improving Ship Design to Prevent 08-2000).
Oil Spills”, New Scientist, Vol. 133, No. 1812, http://www.world-bank.org/htmi/tpd/transport/ports/
March, 1992. mar-poll.htm.
Griffin, Andrew. 1994. “Marpol 73/78 and Vessel
Pollution: a Glass Half Full or Half Empty?”.
Indiana Journal of Global Legal Studies.

40

Anda mungkin juga menyukai