Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN HASIL PENYIDIKAN KLB

KERACUNAN MAKANAN

Oleh :

Kelompok I

IRNA RAHMAWATI, A.Md.Kep


Puja Khairatul Nada, SKM
Erla Susanty. S, AMG
Gatot Alamsyah,A.Md.Kep
Alis Sri Wahyuni, A.Md.Keb
Rosmakeristinari, A.Md.Keb
SETRIYANI,SKM
Heru Zhimar Wardana, S.Kep.,Ns

1
I. Pendahuluan
Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit menular, keracunan pangan, keracunan
bahan berbahaya lainnya masih menjadi masalah kesehatan masyarakat masyarakat
karena dapat menyebabkan jatuhnya korban kesakitan dan kematian yang besar
sehingga perlu diantisipasi dan dicegah penyebarannya dengan tepat dan cepat.
Salah satu tantangan sekaligus keunggulan seorang ahli epidemiologi adalah pada
kemampuannya melakukan penyelidikan epidemiologi suatu kejadian luar biasa
(KLB). Beberapa jenis KLB seperti diare, campak dan malaria mengalami
penurunan jumlah sejalan dengan semakin baik sistem pengendalian beberapa
penyakit tersebut. Akan tetapi beberapa penyakit justru mengalami peningkatan
salah satunya keracunan pangan.
Penyakit yang disebabkan oleh pangan masih merupakan salah satu penyebab
utama kematian dan kesakitan di Indonesia adalah penyakit yang disebabkan oleh
pangan. Pangan merupakan jalur utama penyebaran patogen dan toksin yang
diproduksi oleh mikroba patogen. Pangan juga dapat menimbulkan masalah serius
jika mengandung racun akibat cemaran kimia, bahan berbahaya maupun racun
alami yang terkandung dalam pangan, yang sebagian diantaranya menimbulkan
KLB keracunan pangan.
Kejadian luar biasa (KLB) Keracunan Pangan adalah suatu kejadian dimana
terdapat dua orang atau lebih yang menderita sakit dengan gejala yang sama atau
hampir sama setelah mengkonsumsi pangan, dan berdasarkan analisis epidemiologi,
pangan tersebut terbukti sebagai sumber penularan. KLB keracunan pangan masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat, terutama di perkotaan, pemukiman dan
perindustrian (Depkes RI,2009). Salah satu kriteria kerja KLB harus ditangani
kurang dari 24 jam, Untuk itulah dibentuknya Tim Gerak Cepat (TGC) agar setiap
kejadian Keracunan Pangan dapat ditangani secara cepat dan tepat. Hasil
penyelidikan epidemiolgi KLB diharapkan mampu menjawab 5W+1H (What,
When, Where, Who, Why dan How).

Berita dari media massa lokal tertanggal 05 Januari 2021, telah terjadi
keracunan makanan di Kabupaten x dengan penderita sebanyak 5 orang (4 orang
meninggal dunia dan 1 orang di rawat di Puskesmas x). Pada tanggal 06 Januari
2021 pukul 09.00 WIB Kepala puskesmas memberikan mandat pada seksi
Surveilans Epidemiologi untuk melakukan konfirmasi ke DESA x untuk kebenaran
berita tersebut. Pada pukul 12.30 WIB seksi Surveilans Epidemiologi melalui
instalasi Pengendalian Penyakit Menular (PPM) mengkonfirmasi langsung ke
kepala bidang Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) di Dinas Kesehatan
Kabupaten x , bahwa apakah benar telah terjadi KLB keracunan makanan pada
tanggal 04 januari 2021 pukul 14.00 WIB di desa X dengan penderita sebanyak 5
orang dan terdapat 4 orang meninggal dunia, 1 orang di rawat di Puskesmas x.
Sebelum meninggal dunia penderita makan pisang goreng dan minum kopi
hitam bersama-sama di sawah, beberapa saat kemudian penderita mengalami gejala
mual, muntah, kejang, mulut berlendir,tubuh kebiruan, pucat, nadi lemah, dan

2
pingsan. Kelima penderita telah mendapat pertolongan di Puskesmas x, 4 penderita
meninggal di Puskesmas x (NIni, Ana, anda, dan Didi) dan 1 orang (Dian) di rujuk
ke RSUD T .
II. Tujuan Penyelidikan
A. Tujuan Umum
Dilaksanakannya penyelidikan epidemiologi KLB Keracunan Pangan di
Desa X Kabupaten x pada tanggal 4 Januari 2016.
B. Tujuan Khusus
1. Konfirmasi KLB Keracunan Pangan
2. Mendeskripsikan KLB keracunan pangan berdasarkan variabel
epidemiologi
3. Mengidentifikasi penyebab kejadian keracunan pangan

III. METODOLOGI
a. Melakukan wawancara dengan petugas penyelidikan epidemiologi KLB
Keracunan Pangan
b. Mengambil, melihat dan mereview hasil penyelidikan epidmiologi
keracunan makanan.

IV. Hasil Investigasi dan Pembahasan


Dari hasil investigasi di lapangan diketahui penyebab utama penderita adalah
keracunan makanan, sebelum meninggal dunia penderita makan pisang goreng dan
minum kopi hitam bersama-sama di sawah, beberapa saat kemudian penderita
mengalami gejala mual, muntah, kejang, mulut berlendir,tubuh kebiruan, pucat,
nadi lemah, dan pingsan. Kelima penderita telah mendapat pertolongan di
Puskesmas Pulau Beringin, 4 penderita meninggal di Puskesmas Pulau beringin
(NIni, Ana, anda, dan Didi) dan 1 orang (Dian) di rujuk ke RSUD Muaradua
kemudian di bawa ke RS Antonio Baturaja.
Pada tanggal 10 Januari 2021 penderita (Dian) telah pulang ke rumahnya di
desa x, dengan keadaan fisik belum stabil, nafsu makan mulai membaik, penderita
belum mampu berkomunikasi dengan baik dikarenakan belum membaiknya daya
ingat pasca kejadian. Pada saat investigasi di pondok tempat terjadinya keracunan
makanan, di dapati sisa air minum di dalam ceret yang kemudian diambil
sampelnya, pisang dan mangga mulai membusuk, ikan mati dan ada juga yang
hidup di air kolam belakang pondok penderita kemudian diambil sampelnya.

a. Data Umum KLB Keracunan Pangan


 Jumlah populasi berisiko = 5 orang
 Jumlah penderita = 5 orang
- 4 orang meninggal dunia dan 1 orang di rawat di Puskesmas X, pada
saat dilakukan investigasi tgl 12 Januari 2021 penderita sudah pulang
kerumah dengan kondisi masih lemah dan belum bisa berkomunikasi
dengan baik. Tim investigasi berkomunikasi melalui keluarga
penderita yang mengetahui kronologis kejadian tersebut.

3
b. Sampel yang diambil dan diperiksa di
laboratorium
 Sampel pisang mentah = 1 sampel
 Sampel Kopi hitam bubuk = 1 sampel
 Sampel minuman kopi hitam seduh = 1 sampel
 Sampel air masak untuk menyeduh kopi = 1 sampel
 Sampel muntahan penderita = 1 sampel
 Bahan untuk memasak: gandum, garam, = 1 sampel
gula
 Sampel ikan yang mati dikolam = 1 sampel
 Sayur terong = 1 sampel
 Air kolam = sampel
1
Pada saat dilakukan investigasi semua sampel telah di kirim ke Dinkes dan
diperiksa LAB dan BPOM .

c. Gambaran Kasus
Saat dilakukan investigasi didapatkan data sebagai berikut:
1. Pada hari senin tanggal 4 Januari 2021, Dian (37 th) bersama keempat
keluarganya, yaitu: . Aryama (57 th) ibu mertua, didi (14 th), Anda (14
th), dan Nini (16 th) pergi ke sawah pada pukul 12.00 WIB. Sesampai di
sawah Ny. Aryama memasak lauk pauk, nasi, pisang goreng dan
menyeduh kopi hitam. Sementara menunggu nasi masak, kelimanya
hanya makan pisang goreng dan minum kopi hitam bersama-sama
kemudian melanjutkan aktivitas membajak sawah.
2. Pada pukul 14.00 WIB, Dian melihat NIni yang jatuh pingsan ketika
membajak sawah yang sebelumnya muntah-muntah. Dian meminta
pertolongan pada tetangga sawah yaitu Tn. Sutandarni (42 th) untuk
segera membawa Nini Puskesmasx. Dian kembali ke pondok dan
melihat Ana, Anda dan DIdi juga pingsan di pondok. Kemudian Dian
meminta pertolongan warga untuk membawa korban lainnya ke
Puskesmas X, setibanya di Puskesmas Dian menyusul pingsan.
3. Pukul 14.30 WIB kelima korban mendapat pertolongan di Puskesmas x,
kondisi kelima penderita nyaris sama yaitu: mual, muntah, kejang, mulut
berbuih, tubuh kebiruan, pucat, dan nadi lemah. Penderita segera
diberikan susu steril, dipasang infuse RL, dan oksigen.
4. Pukul 15.00 WIB, Nini meninggal dunia, menyusul Ana pukul 15.15
WIB, Anda dan Didi pukul 15.35 WIB. Sedangkan Dian dirujuk ke
RSUD.

4
5. Pada tanggal 10 Januari 2021, Dian telah kembali kerumahnya di desa
X, akan tetapi kondisi penderita masih lemah dan belum bisa diajak
untuk berkomunikasi.
Sehubungan dengan penderita yang terkena keracunan makanan sedang
beraktifitas di sawah dan dengan gejala yang ditimbulkan, maka dugaan etiologi
keracunan makanan kemungkinan diakibatkan oleh pestisida. Adapun jenis
pestisida dan gejala yang ditimbulkannya yang mendekati gejala yang diderita oleh
penderita adalah sebagai berikut:
a). Organoklorin, dengan gejala mual, muntah, gelisah, pusing, lemah, rasa geli atau
menusuk pada kulit, kejang otot, hilang koordinasi, tidak sadar.
b). Organofosfat dan Karbamat, dengan gejala lelah, sakit kepala, pusing, hilang
selera makan, mual, kejang perut, diare, penglihatan kabur, keluar air mata,
keringat, air liur berlebih, tremor, pupil mengecil, denyut jsntung lambat, kejang
otot (kedutan), tidak sanggup berjalan, rasa tidak nyaman dan sesak, buang air
besar dan kecil tidak terkontrol, inkontinensi, tidak sadar dan kejang-kejang.
Berdasarkan wawancara dengan warga yang menolong dan petugas kesehatan
dilapangan serta pemeriksaan fisik pada penderita, maka disusun tabel sebagai
berikut :

Tabel 2: Distribusi Gejala KLB Keracunan Pangan di Desa X Kab.x

No Gejala dan Tanda Jumlah Kasus %


Mual 5 100 %
Muntah 5 100%
Pusing 5 100 %
Mulut Berbuih 5 100 %
Tubuh Kebiruan 5 100%
Pingsan 5 100 %
Kejang 5 100%

Pada tabel dapat dipelajari etiologi/gejala yang paling mungkin dari kedua
jenis pestisida sebagai diagnosis banding dan etiologi yang paling tidak mungkin
dapat disingkirkan sebagai etiologi KLB. Pada tabel tersebut semua gejala masih
dapat memungkinkan sehingga etiologi/gejala keracunan pestisida organoklorin,
dan organofosfat masih belum mendapatkan evidance based (hasil uji laboratorium)
dari kejadian tersebut.
Pestisida organoklorin merupakan insektisida chlorinated hydrocarbon
secara kimiawi tergolong insektisida yang relatif stabil dan kurang reaktif, ditandai
dengan dampak residunya yang lama terurai di lingkungan. Kelompok organoklorin
merupakan racun terhadap susunan syaraf baik pada serangga maupun mamalia.
Keracunan dapat bersifat akut atau kronis. Keracunan kronis bersifat karsiogenik
(kanker). Sedangkan insektisida organofosfat merupakan ester asam fosfat atau
asam tiofosfat. Pestisida ini merupakan racun pembasmi serangga yang paling
toksik secara akut terhadap binatang bertulang belakang seperti ikan, burung, cicak
dan mamalia. Pestisida ini mempunyai efek, memblokade penyaluran impuls syaraf
dengan cara mengikat enzim asitelkolin-esterase. Keracunan kronis pestisida
golongan organofosfat berpotensi karsiogenik.
Pestisida dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit (dermal), pernafasan
5
(inhalasi) atau mulut (oral). Pestisida akan segera diabsorpsi jika kontak melalui
kulit atau mata. Absorpsi ini akan terus berlangsung selama pestisida masih ada
pada kulit. Kecepatan absorpsi berbeda pada tiap bagian tubuh. Perpindahan residu
pestisida dari suatu bagian tubuh ke bagian lain sangat mudah. Jika hal ini terjadi
maka akan menambah potensi keracunan. Residu dapat pindah dari tangan ke dahi
yang berkeringat atau daerah genital. Pada daerah ini kecepatan absorpsi sangat
tinggi sehingga dapat lebih berbahaya dari pada tertelan. Paparan melalui oral dapat
berakibat serius, luka berat atau bahkan kematian jika tertelan.

d. Kurva epidemiologi
Berdasarkan data yang diperoleh dibuat kurva epidemi sebagai berikut :
Gambar 1 : Kurva Epidemi KLB Keracunan Pangan di Desa X
6

4 Kasus
Kematian
2
0
14.0014.3015.0015.3015.3516.00

6
Berdasarkan kurva epidemiologi diperoleh gambaran periode KLB pada
tanggal 4 Januari 2016 mulai jam 14.00 dan berakhir pada jam 15.35 WIB.

e. Gambaran epidemiologi menurut umur


Tabel 1. Distribusi KLB Keracunan Makanan Menurut Umur di Desa X Bulan
Januari Tahun 2021
No. Gol. Umur Populasi Kasus Meningga CFR
(th) Rentan l
1. ≤14 2 2 2 40%
2. >14 3 3 2 40%
Total 5 5 4 80%

Dari 5 orang yang mengkonsumsi makanan sebanyak 5 orang mengalami


keracunan pangan terdiri dari golongan umur <14 th sebanyak 2 orang meninggal
dunia CFR (40%) dan golongan umur >14 th sebanyak 3 orang dan yang meninggal
dunia sebanyak 2 orang CFR (40%).

V. Pemeriksaan Laboratorium
Semua sampel yang diambil untuk konfirmasi ke Laboratorium dan BPOM
Prov X.
Berdasarkan informasi dari Dinas Kesehatan OKU Selatan tanggal 25
Januari 2016, dari hasil pemeriksaan laboratorium dari BPOM diketahui sampel
untuk minuman kopi hasil nya negatif sedangkan untuk sampel muntahan, gandum,
ikan yang mati di kolam, dan sayur terong yang belum dimakan hasilnya positif
mengandung pestisida organoklorin golongan endosulfan.

VI. Kesimpulan Etiologi KLB


Penyebab Keracunan Pangan di Desa X adalah:
1. Perilaku penderita/korban yang kurang mentaati prosedur penggunaan dan
penyimpanan pestisida.
2. Karena mengkonsumsi makanan pada saat diladang yang diduga
terkontaminasi pestisida kelompok insektisida organoklorin.
3. Kemungkinan penderita/korban pada saat membajak sawah menggunakan
pestisida, kelima penderita yang telah terpapar pestisida pada saat istirahat
makan pisang goreng dan minum kopi tidak mencuci tangan pakai sabun dan
air mengalir sehingga sisa pestisida masih melekat pada kulit dan tertelan
bersama makanan yang di makan.

VII. Saran dan Tindak lanjut yang telah dilakukan


1. Setiap kajadian Keracunan pangan diharapkan masyarakat melapor cepat ke
Puskesmas dan Dinas Kesehatan terdekat sehingga dapat ditanggulangi secara
cepat.
2. Masyarakat diharapkan berobat ke Puskesmas terdekat dan apabila perlu
berobat ke Rumah Sakit terdekat guna mendapatkan pelayanan medis yang
lengkap, sehingga kasus kematian pada KLB Keracunan pangan tidak dapat
terjadi.
3. Petugas Puskesmas diharapkan agar ikut melakukan pengawasan dan
7
penyuluhan Kesehatan terhadap Masyarakat sekitar tentang PHBS,
penyimpanan dan pengunaan pestisida yang baik dan benar

8
9
1
0

Anda mungkin juga menyukai