Anda di halaman 1dari 4

Nama : Kadek Ayu Winda Lestari

No/NIM : 31/1902612011073

Kelas : Manajemen Gianyar A

UTS MANAJEMEN AKUNTANSI

1. Bagaimana kriteria perusahaan dalam memutuskan antara ‘membeli atau


memproduksi’ sendiri barang dan jasa yang diperlukan? Coba jelaskan.
Jawaban :

Keputusan membuat atau membeli (make or buy) adalah keputusan strategis


antara memproduksi sebuah item secara internal (in-house) atau membeli dari
eksternal (dari pemasok luar). Ada banyak faktor penting yang menjadi pertimbangan
dalam membuat keputusan ini; salah satunya adalah pertimbangan biaya. Selain tentu
saja faktor seperti kompetensi (atau kapabilitas produksi), volume atau kuantitas,
kebijakan multiple-sources, inventori, ataupun pertimbangan lain terkait strategi
perusahaan. Hal pertama yang harus dilakukan adalah terlebih dahulu melihat
komponen biaya yang besar dari produk-produk kita, setelah itu barulah kita
menganalisa apakah produk yang saat ini diproduksi di perusahaan adalah produk
yang memang paling tepat diproduksi sendiri ataukah ada peluang cost reduction jika
produk ini dihasilkan oleh perusahaan lain. Begitupun sebaliknya, apakah produk
yang saat ini dibeli dari perusahaan lain akan lebih “murah” jika diproduksi di
perusahaan.

Faktor-faktor yang harus kita pertimbangkan sebagai komponen dalam mendukung


sebuah produk harus diproduksi atau dibuat sendiri (make):

 Tambahan biaya akibat persediaan/inventori


 Biaya tenaga kerja langsung
 Biaya overhead pabrik
 Biaya bahan baku dan pendukung
 Tambahan biaya manajemen
 Biaya yang berasal dari masalah kualitas
 Tambahan biaya pembelian
 Tambahan biaya modal

Pertimbangan biaya untuk membeli (buy) meliputi:

 Harga pembelian dari bagian yang dibeli tersebut


 Biaya transportasi
 Biaya penerimaan dan inspeksi
 Tambahan biaya pembelian
 Biaya yang berasal dari masalah kualitas

Walaupun biaya bukan satu-satunya kriteria untuk menentukan apakah sebuah produk (atau
part atau bagian atau material atau komponen) harus kita make or buy (dibeli atau
diproduksi), analisa break-even-point sederhana dapat menjadi pertimbangan untuk
membantu kita melihat potensi penghematan biaya yang dapat kita dapatkan.

2. Jelaskan mengapa penyusutan atas aktiva yang ada selalu tidak relevan?
Jawaban :
Karena biaya depresiasi merupakan keputusan manajemen jangka panjang dan
merupakan alokasi secara periodik atas harga pokok aktiva tetap yang dibeli pada waktu
lampau.

3. Faktor apa saja yang dipertimbangkan untuk menentukan tujuan laba ?


Jawaban :
Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi laba perusahaan yaitu
1. Biaya
Biaya yang timbul dari perolehan atau pengolahan suatu produk atau jasa
akan mempengaruhi harga jual produk yang bersangkutan. Biaya memengaruhi
secara langsung terhadap tingkat keuntungan perusahaan karena dalam
setiap aktivitas usaha tidak akan terlepas dari pengorbanan yang
dikeluarkan untuk mencapai tujuan usaha.
2. Harga jual
Harga jual produk atau jasa akan mempengaruhi besarnya volume penjualan
produk atau jasa yang bersangkutan. Harga mempunyai peranan yang penting
sebagai alat bantu untuk sukses dalam strategi pemasaran. Harga
merupakan pertanda bagi pembeli, instrumen persaingan, dan cara
meningkatkan kinerja finansial. Ketika dilakukan penetapan harga, berarti
sudah dibuat sebuah rangkaian dari strategi pemasaran
3. Volume (penjualan dan produksi).
Besarnya volume penjualan berpengaruh terhadap volume produksi produk
atau jasa yang bersangkutan. Volume produksi akan mempengaruhi besar
kecilnya biaya produksi. Pengertian volume penjualan yang dikemukakan
oleh Rangkuti (2009:207) bahwa volume penjualan adalah “pencapaian yang
dinyatakan secara kuantitatif dari segi fisik atau volume atau unit suatu
produk”. Volume penjualan merupakan suatu yang menandakan naik
turunnya penjualan dan dapat dinyatakan dalam bentuk unit, kilo, ton atau
liter.

4. Apa tujuan dari analisis break even point bagi manajemen?


Jawaban :

Break Even Point (BEP) merupakan suatu kondisi perusahaan yang mana dalam
operasionalnya tidak mendapat keuntungan dan juga tidak menderita kerugian.
Dengan kata lain, antara pendapatan dan biaya pada kondisi yang sama, sehingga
labanya adalah nol. Analisa Break Even Point (BEP) adalah teknik analisa
untuk mempelajari hubungan antara volume penjualan dan profitabilitas. Analisa
ini disebut juga sebagai analisa impas, yaitu suatu metode untuk menentukan titik
tertentu dimana penjualan dapat menutup biaya, sekaligus menunjukkan besarnya
keuntungan atau kerugian perusahaan jika penjualan melampaui atau berada di bawah
titik. Analisis impas (Break Event Point)juga merupakan suatu cara untuk
mengetahui volume penjualan minimum agar suatu usaha tidak menderita rugi,
tetapi juga belum memperoleh laba (dengan kata lain labanya sama dengan nol).
Dalam analisis break even point memerlukan informasi mengenai penjualan dan
biaya yang dikeluarkan. Laba bersih akan diperoleh bila volume penjualan melebihi
biaya yang harus dikeluarkan, sedangkan perusahaan akan menderita kerugian
bila penjualan hanya cukup untuk menutup sebagian biaya yang dikeluarkan, dapat
dikatakan dibawah titik impas. Analisis break even point tidak hanya memberikan
informasi mengenai posisi perusahaan dalam keadaaan impas atau tidak, namun
analisis break even point sangat membantu manajemen dalam perencanaan dan
pengambilan keputusan. Tujuan analisis titik impas adalah untuk mengetahui
tingkat aktivitas dimana pendapatan hasil penjualan sama dengan jumlah semua
biaya variabel dan biaya tetapnya. Apabila suatu perusahaan hanya mempunyai
biaya variabel saja, maka tidak akan muncul masalah break even dalam
perusahaan tersebut. Masalah break-even baru muncul apabila suatau perusahaan di
samping mempunyai biaya variabel juga mempunyai biaya tetap. Besarnya biaya
variabel secara totalitas akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan volume
produksi, sedangkan besarnya biaya tetap secara totalitas tidak mengalami perubahan
meskipun ada perubahan volume produksi.

Anda mungkin juga menyukai