Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

“PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA (PUEBI)”


Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia

OLEH : KELOMPOK 1
1. ABEL AZUARI (01031382126196)
2. ANGGIA MARSHANDA PUTRI (01031382126132)
3. HASNA NIRWANA ZASKHIR (01031382126137)
4. RAHMA MAULITA SARI (01031382126134)

DOSEN PENGAMPU : DRS. NANDANG HERYANA, M.PD. MPK1

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan karunia, rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat beserta salam tidak lupa
penulis sanjungkan kepada junjungan umat, Rasulullah SAW. Kami dari
kelompok 1 dapat menyelesaikan makalah mengenai “Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI)” sebagai tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada bapak DRS. Nandang
Heryana, M.PD.MPK1 selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia
yang telah membimbing dan memberikan arahan dalam penyusunan makalah ini.
Kami mengetahui bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam
makalah ini. Maka dari itu kami selaku penyusun mengharapkan kritik dan saran
untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pihak yang membutuhkan.

Palembang, 29 Januari 2022

Kelompok 1
DAFTAR ISI
JUDUL.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2
1.3 Tujuan...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
2.1 Pengertian PUEBI.................................................................................3
2.2 Ruang Lingkup......................................................................................3
2.3 Sejarah PUEBI......................................................................................4
2.4 Pemakaian Huruf..................................................................................4
2.4.1 Huruf Abjad..........................................................................................4
2.4.2 Huruf Vokal..........................................................................................6
2.4.3 Huruf Konsonan....................................................................................7
2.4.4 Huruf Diftong.......................................................................................9
2.4.5 Gabungan Huruf Konsonan..................................................................9
2.4.6 Huruf Kapital………………………………………………………….10
2.4.7 Huruf Miring.........................................................................................14
2.4.8 Huruf Tebal...........................................................................................15
2.5 Penulisan Kata......................................................................................15
2.5.1 Kata Dasar.............................................................................................16
2.5.2 Kata Berimbuhan..................................................................................16
2.5.3 Bentuk Ulang........................................................................................17
2.6 Pemakaian Tanda Baca.........................................................................17
2.7 Penulisan Unsur Serapan......................................................................19

BAB III PENUTUP.........................................................................................23


3.1. Simpulan...............................................................................................23
3.2. Saran.....................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa Indonesia memiliki fungsi dan kedudukan sebagai bahasa nasional
dan bahasa resmi negara Indonesia. Dalam berbahasa Indonesia, tentu tidak lepas
dari kaidah dan aturan penggunaan bahasa yang baik dan benar. Kriteria yang
diperlukan dalam kaidah kebahasaan tersebut antara lain tata bunyi, tata bahasa,
kosakata, ejaan, makna, dan kelogisan. Bahasa Indonesia yang baik dan benar
mengacu pada ragam bahasa yang memenuhi persyaratan kebaikan dan
kebenaran, dan bahasa yang baik dan benar adalah bahasa yang sesuai kaidah
baku, baik tertulis maupun lisan (Murtiani et al, 2016).
Sebelum tahun 1900, Indonesia yang sebagian besar penduduknya
berbahasa Melayu, masih belum memiliki sistem ejaan yang dapat digunakan.
sehingga pada tahun 1926, sistem ejaan menjadi bentuk yang tetap. Semenjak itu
sistem ejaan terus berkembang dan disempurnakan, muncul Ejaan Republik atau
Ejaan Soewandi, kemudian Ejaan Pembaharuan, Ejaan Melindo, lalu Ejaan Baru,
Ejaan Rumi Bersama, dan Ejaan yang Disempurnakan (EYD).
Pada 26 November 2015, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia mengubah Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan (PUEYD)
menjadi Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) sebagai pedoman
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Perubahan tersebut bukanlah
sesuatu yang tidak biasa, sebagaimana pendapat Chaer (2007) bahwa bahasa
bersifat dinamis (as cited in Yanti, 2016)..
Bahasa Indonesia terus mengalami perkembangan, terutama yang
berkaitan dengan ejaan. Ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-
bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta
penggunaan tanda baca (Rahmadi, 2017). Ejaan bahasa Indonesia yang digunakan
saat ini menganut tulisan fonemis. Sistem tulisan fonemis merupakan sistem
tulisan yang menggunakan satu lambang atau satu huruf saja untuk satu fonem
secara konsisten. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
kebudayaan terus terjadi, secara otomatis pula akan bermunculan konsep- konsep
baru yang disertai wadah penampungnya, yaitu kata-kata dan istilah-istilah baru.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI)?
2. Apa saja ruang lingkup dari PUEBI?
3. Bagaimana sejarah dalam PUEBI?
4. Bagaimanakah aturan penulisan huruf berdasarkan PUEBI?
5. Bagaimanakah aturan penulisan kata berdasarkan PUEBI?

1.3 Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian dari PUEBI.
2. Mendeskripsikan ruang lingkup dari PUEBI.
3. Mendeprisikan sejarah dalam PUEBI.
4. Mendeskripsikan aturan penulisan huruf berdasarkan PUEBI.
5. Mendeskripsikan aturan penulisan kata berdasarkan PUEBI.

2
BAB II
PEMBAHASA
N

2.1 Pengertian Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)


Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) adalah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia
yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian
huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, serta penggunaan tanda baca
(Murtiani et al, 2016). Dalam menulis berbagai karya ilmiah, diperlukan aturan
tata bahasa yang menyempurnakannya sebab karya tersebut memerlukan tingkat
kesempurnaan yang mendetail. Karya ilmiah tersebut dapat berupa artikel, resensi,
profil, karya sastra, jurnal, skripsi, tesis, disertasi, dan sebagainya. Sehingga
PUEBI dapat diartikan sebagai suatu ketentuan dasar secara menyeluruh yang
berisi acuan penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Menurut KBBI,
ejaan adalah aturan dalam penggambaran bunyi-bunyi dari kata atau kalimat
dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta aturan dalam penggunaan tanda baca.
Biasanya, ejaan memiliki tiga aspek, yaitu fonologis, morfologis, dan sintaksis.
Dari pengertian ejaan di atas, kita tahu bahwa PUEBI adalah pedoman
yang digunakan secara resmi dan formal dalam penulisan bahasa Indonesia.
Pedoman tersebut berisi aturan dalam penggambaran bunyi suatu kata atau
kalimat dan penggunaan tanda baca.

2.2 Ruang Lingkup


Salah satu letak perbedaan antara PUEBI dengan PUEYD adalah adanya
penambahan ruang lingkup. Pada PUEYD hanya terdapat tiga ruang lingkup,
yaitu pemakaian huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca. Sementara
pada PUEBI ditambahkan satu bagian ruang lingkup yaitu penulisan unsur
serapan. Pada makalah ini, penulis hanya membahas dua bagian ruang lingkup
yaitu pemakaian huruf dan penulisan kata.

3
2.3 Sejarah Puebi

Menurut Mulyadi (2017:1-6) dalam sejarah , Bahasa indonesia


mengalami limakali penggantian tata cara penulisan atau ejaan yaitu yang
pertama pada tahun 1901 disahkannya Ejaan Van Ophujisen, yang kedua
pada tahun 1947 diubahlah menjadi Ejaan Suwandi, yang ketiga pada tahun
1966 diubahlah menjadi Ejaan Melindo, yang keempat tahun 1972 diubah
menjadi Ejaan yang Disempurnakan (EYD) dan yang kelima pada tahun
2015 diubah menjadi Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
yang digunakan sampai sekarang ini.
Menurut Kurniasari, Anna Nurlaila (2015:3), “Acuan yang merangkum
kaidah ejaan Bahasa Indonesia saat ini, yaitu Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) yang terdapat dalam peraturan Menteri Pendidikan dan
kebudayaan Republik Indonesia No. 50 Tahun 2015”.
Menurut Gumelar (2018:16), “inovasi telah banyak terjadi pada
Bahasa Indonesia dilakukan dari sejak awal sampai menjadi Bahasa
Indonesia terkini, terbukti adanya Ejaan Van Ophujisen, Ejaan Republik,
Ejaan Pembaharuan, Ejaan Melindo, Ejaan yang Disempurkan dan sampai
terkini yaitu Ejaan Bahasa Indonesia yang merupakan evousi dari inovasi
sebelumnya.
Pembagian Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) terdiri
dari pemakaian huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca.
Pemakaian huruf diklasifikasikan menjadi delapan yaitu: Huruf abjad,
Huruf vokal, Huruf konsonan, Huruf didtong, Gabungan huruf konsonan,
Huruf kapital, Huruf miring, dan huruf tebal.
Selain itu dalam PUEBI membagi penggunaan tanda baca yaitu terdiri
dari tanda baca titik (.), koma (,), titik koma (;), titik dua (:), tanda hubung
(-), tanda pisah (--), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda elliplis (…), tanda
petik (“…”), tanda petik tunggal (‘…’), tanda kurung ((…)), tandang kurang
siku ([…]), tanda garis miring (/), dan tanda penyingkat atau apostrof(‘).

2.4 Pemakaian Huruf


2.4.1 Huruf Abjad
4
Huruf adalah tanda aksara dalam tata tulis yang melambangkan bunyi
bahasa, sementara abjad merupakan kumpulan atau sistem aksara itu sendiri
berdasarkan urutan yang umum dan baku dalam bahasa tertentu. Dalam EYD,
Huruf abjad dituliskan dalam tiga kolom, yakni huruf kapital, huruf kecil dan
nama, sedangkan pada PUEBI menuliskan huruf abjad ini menjadi 4 Kolom yaitu
huruf kapital, non kapital, nama dan pengucapan.

5
Tabel 2.4.1 Huruf abjad berdasarkan PUEBI

2.4.2 Huruf Vokal


Huruf vokal merupakan huruf yang pelafalan bunyinya dihasilkan oleh
arus udara yang tidak mengalami rintangan dan kualitasnya ditentukan
oleh tiga faktor: tinggi-rendahnya posisi lidah, bagian lidah yang dinaikkan, dan
bentuk bibir pada pembentukan vokal itu. Huruf-huruf vokal pada bahasa
Indonesia terdiri dari lima huruf, yaitu a, e, i, o, dan u.

6
Tabel 2.2 Huruf vokal dan contoh pemakaiannya dalam kata

Huruf Vokal Contoh Pemakaian dalam Kata


Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
a asli Kari Busa
e* elak Perak Pare
empang Nenek -
elang Pecah Tipe
i ipar Sikat Pari
o oli Bola Saldo
u uang Suka Baru
Keterangan :
∗ Huruf e mewakili dua fonem, yaitu /e/ dan /ə/ beserta alofonnya. Fonem /e/
memiliki dua alofon, yaitu [e] dan [ɛ]. Fonem /e/ dilafalkan [e] jika terdapat
pada suku kata buka dan tidak diikuti suku kata yang mengandung alofon [ɛ]
(Alwi et al, 2008). Fonem /e/ dilafalkan [ɛ] jika terdapat pada suku kata tutup
akhir. Fonem /ə/ hanya memiliki satu alofon, yaitu [ə]. Pada PUEBI,
digunakan tiga diakritik yang mewakili fonem beserta alofon dari huruf e
sebagai panduan pengucapan yang benar apabila suatu ejaan kata
menimbulkan keraguan.
a. Diakritik (é) dilafalkan [e].
Misalnya:
Masakan Ibu sangat enak (énak).
b. Diakritik (è) dilafalkan [𝖼].
Misalnya:
Ayah saya senang memelihara bebek (bèbèk).
c. Diakritik (ê) dilafalkan [ə].
Misalnya:
Akibat perkatannya, timbul pertanyaan di benak (bênak) Adi.

2.4.3 Huruf Konsonan


Huruf konsonan adalah huruf yang pelafalan bunyinya dihasilkan dengan

7
menghambat aliran udara pada salah satu tempat di saluran suara di atas glotis.
Pada pelafalan konsonan, ada tiga faktor yang terlibat: keadaan pita suara,
penyentuhan
atau pendekatan berbagai alat ucap, dan cara alat ucap itu bersentuhan atau
berdekatan (Alwi et al, 2008). Huruf-huruf konsonan pada bahasa Indonesia
dilambangkan oleh 21 huruf yaitu b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x y,
dan z.
Tabel 2.3 Huruf konsonan dan contoh pemakaiannya dalam kata

Huruf Konsonan Contoh Pemakaian dalam Kata


Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
b benda Rebut Akrab
c cari Kecap -
d diri Adab Akad
f foto Lafal Huruf
g gurita Lega Analog
h halal Suhu Kerah
j jimat Sajak Mikraj
k kita Laksa Tegak
l lepas Malas Bekal
m merah Kemah Suram
n nila Pena Tangan
p perang Siapa Setiap
q* quran Iqra -
r rata Beras Bubur
s sampah Kasar Ringkas
t tarik Mentah Adat
v voli Lava Molotov
w warna Awan Takraw
x* xenon - -
y yakin Sayur -
z zat Rezim Juz

8
∗ Huruf q dan x khusus digunakan untuk nama diri dan keperluan ilmu
pengetahuan. Huruf x pada posisi awal kata dilafalkan [s].

2.4.4 Huruf Diftong


Huruf diftong merupakan huruf vokal yang berubah kualitasnya pada saat
pengucapannya dan dalam sistem tulisannya dilambangkan oleh dua huruf vokal.
Kedua huruf vokal tersebut tidak dapat dipisahkan karena tergolong dalam satu
suku kata. Diftong berbeda dengan deretan vokal (Alwi et al, 2008), karena setiap
huruf vokal pada deretan vokal mendapat hembusan yang sama atau hampir sama,
dan kedua huruf vokal tersebut berada dalam dua suku kata yang berbeda. Contoh
huruf diftong dalam bahasa Indonesia adalah ai, au, ei, dan oi.
Tabel 2.4 Huruf diftong dan contoh pemakaiannya dalam kata

Huruf Diftong Contoh Pemakaian dalam Kata


Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
ai - Balairung Rantai
au aura Saudara Imbau
ei eigendom Geiser Survei
oi - Boikot Tomboi

2.4.5 Gabungan Huruf Konsonan


Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy dalam bahasa Indonesia
melambangkan satu bunyi konsonan. Gabungan huruf (ny) dan (sy)
melambangkan konsonan palatal, sedangkan konsonan velar dilambangkan oleh
gabungan huruf (ng) dan (kh).
Tabel 2.5 Gabungan huruf konsonan dan contoh pemakaiannya dalam kata

Gabungan Contoh Pemakaian dalam Kata


Huruf Konsonan Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
kh khasiat Akhir Syekh
ng ngilu Angka Belang
ny nyeri Minyak -
sy syair Isya Arasy

9
2.4.6 Huruf Kapital
Huruf kapital merupakan huruf yang memiliki bentuk khusus dan
berukuran lebih besar dari huruf biasa. Dalam EYD huruf kapital mencantumkan
kaidah penulisan huruf kapital sebanyak 16, sedangkan PUEBI menyederhanakan
menjadi 13, Berikut adalah ketentuan-ketentuan penggunaan huruf kapital.
1. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama pada setiap awal
kalimat. Misalnya:
Mengapa kita harus rajin belajar?
Dia menyelesaikan tugas itu tepat waktu.
2. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama seseorang,
termasuk julukan.
Misalnya:
Gorys Keraf
Pangeran Diponegoro
Catatan:
a. Huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama nama orang yang
merupakan nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
15 newton
ikan mujair
b. Huruf kapital tidak digunakan untuk menuliskan huruf pertama kata
yang bermakna ‘anak dari’, seperti bin, binti, boru, dan van, atau huruf
pertama kata tugas (di, ke, dan, dari, yang, dan untuk).
Misalnya:
Ibrahim Aziz bin Muaz
Esther boru Simanjuntak
3. Huruf kapital digunakan pada awal kalimat di dalam petikan
langsung. Misalnya:
“Apa gunanya?” tanya Tom kepada Ella.
“Katakan kepadanya,” kata Shira kepadaku, “lebih baik jujur saja.”
4. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama pada setiap kata nama agama,
kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:

10
Islam, Kristen, Hindu, Buddha, dan Katolik adalah lima agama yang diakui
di Indonesia.
Ya Tuhan, tolong ampuni kami.
5. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama gelar
kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang,
termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang.
Misalnya:
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat
6. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama gelar
kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan
kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan.
Misalnya:
Silakan duduk, Yang Mulia.
Terima kasih, Dokter.
7. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama
orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden Jusuf Kalla
Gubernur Riau
8. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,
dan bahasa.
Misalnya:
bahasa Indonesia
suku Dayak
Catatan:
Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang digunakan sebagai bentuk
dasar kata turunan tidak ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
pengindonesiaan kata asing
kebali-balian

11
9. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan
hari raya atau hari besar keagamaan.
Misalnya:
bulan Juni tahun Masehi
hari Selasa hari Nyepi
10. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama peristiwa
sejarah.
Misalnya:
Agresi Militer Belanda II
Perjanjian Renville
11. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
Kepulauan Seribu Sungai Siak
Kecamatan Tampan Jalan Utama
Catatan:
a. Huruf pertama nama geografi yang bukan nama diri tidak ditulis
dengan huruf kapital.
Misalnya:
menyeberangi jalan
mendaki gunung
b. Huruf pertama nama diri geografi yang digunakan sebagai nama jenis
tidak ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya:
terong belanda (Solanum betaceum)
kacang arab (Cicer arietinum)
Nama yang disertai nama geografi dan merupakan nama jenis dapat
dikontraskan atau disejajarkan dengan nama jenis lain dalam
kelompoknya.
Misalnya:
Ada beberapa jenis salak di Indonesia, antara lain salak ambarawa,
salak bali, salak banjarnegara, salak bongkok, salak hutan, dan
salak pondoh.

12
Contoh berikut bukan nama jenis.
Pada mata pelajaran Seni Budaya hari ini, para murid diajak
menyanyikan lagu daerah Riau, lagu daerah Sumatera Barat, dan
lagu daerah Aceh.
12. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua
unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan,
organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas.
Misalnya:
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Komisi Pemberantasan Korupsi
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata
ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, makalah, nama
majalah, dan surat kabar, kecuali kata tugas, yang tidak terletak pada posisi
awal.
Misalnya:
Majalah Bobo memberikan informasi yang bermanfaat bagi anak-anak.
Dia sedang membaca novel Dusta di Balik Penjelajahan Columbus.
14. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, atau sapaan.
Misalnya:
S.T. sarjana teknik
Nn. nona
15. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, dan paman, serta kata atau ungkapan
lain yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan.
Misalnya:
“Wajah Kakak terlihat pucat, apa Kakak sakit?” tanya Raisa.
Ibu berkata kepadaku, “Tolong bersihkan sayuran itu, Nak.”
Catatan:
a. Istilah kekerabatan berikut bukan merupakan penyapaan atau
pengacuan.
Misalnya:

13
Ibu saya memiliki satu orang kakak dan tiga orang adik.
Sejak kecil, dia sudah tinggal bersama dengan neneknya.
b. Kata ganti Anda ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
Bagaimana Anda bisa menyelesaikan pekerjaan itu dengan baik?
Saya tidak tahu kalau Anda juga suka bermain basket.

2.4.7 Huruf Miring


Huruf miring merupakan huruf yang letaknya miring, tetapi tidak sama
dengan tulisan tangan pada kursif. Berikut adalah ketentuan-ketentuan
penggunaan huruf miring.
1. Huruf miring digunakan untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau
nama surat kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata terdiri atas novel
Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Pedoman Umum
Pembentukan Istilah. Jakarta: Balai Pustaka.
2. Huruf miring digunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, atau kelompok kata dalam kalimat.
Misalnya:
Penulisan kata yang benar adalah dekret, bukan dekrit.
Jelaskan maksud dari peribahasa esa hilang dua terbilang!
3. Huruf miring digunakan untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa
daerah atau bahasa asing.
Misalnya:
Go Gek Cap Lak (upacara bakar tongkang) adalah ritual tahunan
masyarakat di Bagansiapiapi yang sudah terkenal hingga di mancanegara.
Ora et labora memiliki makna ‘berdoa dan bekerja’.
Catatan:
a. Nama diri, seperti nama orang, lembaga, atau organisasi, dalam bahasa
asing atau bahasa daerah tidak ditulis dengan huruf miring

14
b. Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik (bukan komputer), bagian
yang akan dicetak miring ditandai dengan garis bawah.
c. Kalimat atau teks berbahasa asing atau berbahasa daerah yang dikutip
secara langsung dalam teks berbahasa Indonesia ditulis dengan huruf
miring.

2.4.8 Huruf Tebal


Huruf tebal adalah huruf yang dicetak tebal atau vet. Berikut adalah
ketentuan-ketentuan penggunaan huruf tebal.
1. Huruf tebal digunakan untuk menegaskan bagian tulisan yang telah ditulis
dengan huruf miring.
Misalnya:
Kata yang memiliki akhiran -is adalah kata sifat. Contohnya akhiran -is
pada kata ekonomis yang berarti ‘bersifat ekonomi (hemat)’.
Kata sativa pada nama ilmiah padi yaitu Oryza sativa menunjukkan species.
2. Huruf tebal dapat digunakan untuk menegaskan bagian-bagian karangan,
seperti judul buku, bab, atau subbab.
Misalnya:
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP

2.5 Penulisan Kata


2.5.1 Kata Dasar
Kata adalah satuan unit terkecil dari bahasa yang dapat berdiri sendiri dan
tersusun dari morfem tunggal. Kata merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan
pikiran yang digunakan dalam berbahasa, baik diucapkan maupun dituliskan. Kata
dasar dapat diartikan sebagai suatu kata yang menjadi dasar bentukan kata yang
lebih besar dan bahkan menjadikan kata tersebut memiliki makna yang berbeda.
Misalnya:
Kakek itu sangat kurus.
Dia pergi ke pasar

15
2.5.2 Kata Berimbuhan
Kata berimbuhan atau kata turunan adalah kata-kata yang sudah berubah
bentuk dan makna disebabkan pemberian imbuhan berupa awalan (afiks), akhiran
(sufiks), sisipan (infiks), atau awalan-akhiran (konfiks). Kata berimbuhan terbagi
menjadi:
1. Imbuhan yang ditulis serangkai dengan bentuk
dasarnya. Misalnya:
bersalah
tarikan
kemilau
persembaha
n
Catatan:
Imbuhan yang diserap dari unsur asing seperti -isme, -man, -wan, atau -wi,
ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya:
patriotism
e budiman
sejarawan
manusiawi
2. Bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya. Misalnya:
adikuasa
antarnegara
dwibahasa
prakarya
Catatan:
a. Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang berhuruf awal kapital atau
singkatan yang berupa huruf kapital dirangkaikan dengan tanda
hubung (-).
Misalnya:
non-Asia
pan-Amerika

16
pro-Pemerintah
b. Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang mengacu pada nama atau
sifat Tuhan ditulis terpisah dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
Puji dan syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih
dan Penyayang.

2.5.3 Bentuk Ulang


Bentuk ulang adalah kata dasar yang mengalami pengulangan
(reduplikasi), hingga membentuk makna yang berbeda (Murtiani et al, 2016).
Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara unsur-
unsurnya. Berdasarkan pendapat Badudu (1983), kata ulang menurut bentuknya
ada beberapa macam, yaitu:
a. Kata ulang dengan mengulang seluruh morfem: kuda-kuda, sakit-sakit,
berapa- berapa, perubahan-perubahan.
b. Kata ulang berimbuhan: berjalan-jalan, gigi-geligi, anak-anakan.
c. Kata ulang yang mengalami perubahan bunyi: bolak-balik, serta-merta, serba-
serbi.
d. Kata ulang dwipurwa: lelaki, tetamu, leluhur, tetanaman.
Catatan:
Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama.
Misalnya:
buku pelajaran → buku-buku pelajaran
mobil mewah → mobil-mobil mewah

2.6 Pemakaian Tanda baca


A. Tanda Titik (.)
1. Tanda titik digunakan pada akhir kalimat pernyataan.
Contohnya : Mereka pergi ke taman.
2. Tanda titik dipakai dibelakang angka atau huruf dalam suatu
bagan, ikhtisar, atau daftar
Contohnya : A. kedudukan
3. Tanda titik tidak dipakai pada angka atau huruf yang sudah
bertanda kurung dalam suatu perincian
17
Contohnya : 1) Masalah sosial disebabkan oleh
a) Kesenjangan sosial
4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, detik
yang menunjukkan waktu.
Contoh : Pukul 10.05.02 ( Pukul 10.00 lewat 5 menit 2 detik)
5. Tanda titik dipakai dalam daftar Pustaka diantara nama penulis,
tahun, judul tulisan ( yang tidak berakhir dengan tanda tanya
atau tanda seru ), dan tempat penerbit.
Contoh : Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.2000.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan.
Jakarta.
6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang menunjukan jumlah
Contoh : Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau.

B. Tanda Baca Koma


1. Tanda baca koma dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu
pemerincian atau pembilangan
Contoh : Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Bahasa
Mandarin.
2. Tanda baca koma dipakai sebelum kata penghubung tetapi,
melainkan, dan sedangkan dalam kalimat majemuk setara.
Contoh : Adik ingin membeli permen, tetapi giginya sedang
sakit
3. Tanda baca koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang
mendahului induk kalimatnya. Namun, tanda koma tidak dipakai
jika induk kalimat mendahului anak kalimat
Contoh: Karena berlari terlalu kencang, kakinya sakit. Kakinya
sakit karena ia berlari terlalu kencang.
4. Tanda baca koma dipakai dibelakang kata atau ungkapan
penghubung antar kalimat, seperti oleh karena itu, dengan
demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian.
Contoh : Mahasiswa itu malas dan tidak mau belajar. Oleh
karena itu, dia tidak lulus mata kuliah statistic selama dua
18
semester.
5. Tanda baca dipakai sebelum dan atau sesudah kata seru, seperti
o, ya, wah, aduh, atau hai, serta kata yang dipakai sebagai
sapaan, seperti Bu, Pak
Contoh : Wah, seru sekali!

Selamat siang, Pak.


6. Tanda baca koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung
dari bagian lain dalam kalimat
Contoh : Kata Ayah saya, “Kita harus bisa memaafkan
kesalahan orang lain”
7. Tanda baca koma dipakai di antara nama dan alamat, bagian-
bagian alamat, tempat dan tanggal, serta nama tempat dan
wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Contoh : Sdr. Amir, Jalan Melati 1 rt 18 rw 20 /22, Kecamatan
sako, keluaran sialang, Palembang
8. Tanda baca koma dipakai dalam daftar Pustaka, tanda titik
dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik
susunannya
Contoh : Blyton, Enid. 1942. Lima sekawan. Jakarta : Gramedia
9. Tanda baca koma digunakan diantara nama orang dan singkatan
gelar akademis yang mengikutinya
Contoh : bhadrika sello S.T
10. Tanda baca koma digunakan sebelum angka decimal atau di
antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka
Contoh : 9,8 km
11. Tanda baca koma digunakan untuk mengapit keterangan
tambahan atau keterangan aposisi.
Contoh : Soekarno, Presiden RI pertama merupakan salah
seorang pendiri Gerakan Nonblok.

2.7 Penulisan Unsur Serapan


Kata serapan adalah kata yang berasal dari Bahasa selain Bahasa
Indonesia ( Bahasa daerah atau Bahasa luar negeri ), yang kemudian ejaan,
19
ucapan dan penulisannya disesuaikan dengan penuturan masyarakat
Indonesia untuk menambah kosa kata yang telah terintegrasi kedalam
Bahasa Indonesia dan telah diterima luas oleh masyarakat umum.
Contoh : Spare part = Suku cadang
Try out = Uji coba

2.7.1 Penyebab adanya kata serapan


Arsya (2019:35) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya pola suatu bahasa yang mengambil dari bahasa
lain. Contohnya dalam bahasa Indonesia yaitu, munculnya bahasa serapan
yang masuk ke dalam bahasa ini selain disebabkan faktor interaksi
masyarakat, juga disebabkan faktor pesatnya ilmu pengetahuan di berbagai
bidang dan kehidupan. Dalam kajian ini, kemajuan dalam berbagai bidang
pengetahuan, keilmuan, seni dan teknologi dapat memperluas kosakata
dalam bahasa-bahasa di dunia, termasuk dalam bahasa Arab. 
Unsur serapan berdasarkan prosesnya, diklasifikasikan menjadi tiga (3)
golongan, yaitu, (a) adopsi, (b) adaptasi, dan (c) pungutan terjemahan.
Adopsi adalah unsur serapan yang dipungut secara utuh, tanpa perubahan
atau penyesuaian dengan bahasa penerima. Adaptasi adalah unsur serapan
yang disesuaikan dengan ejaan dan lafal Indonesia. Perubahan atau
penyesuaian kata-kata asing tersebut tergantung pada sistem fonologi dan
morfologi bahasa Indonesia (Soedjito, 1990:14).
Secara garis besar, ada dua (2) yang merupakan sumber perluasan
kosakata, yaitu sumber internal dan eksternal. Penjelasan dua sumber
perluasan tersebut menurut Arsya (2019:35) .

1. Sumber internal
Sumber internal yang merupakan faktor dari adanya penyerapan bahasa
yaitu swadaya bahasa dalam bahasa internalnya. Maksudnya. Pengayaan
bahasa yang dapat terwujud melalui beberapa pola, di antaranya; (a)
aktivasi kata-kata lama, (b) pembentukan kata-kata baru, ( c) penciptaan
kata-kata baru, dan (d) pengakroniman.
Contoh : pengaktifan kata-kata lama dalam bahasa Indonesia dapat dilihat
dari munculnya beberapa kata, seperti “baheula” (bahasa Sunda) yang
20
berarti zaman dahulu, atau munculnya kata-kata baru, seperti “zaman now”
untuk menyebut zaman sekarang.

2.  Sumber eksternal
Sumber eksternal atau sumber luar dapat terjadi melalui perluasan dari
bahasa-bahasa serumpun, dan sebagainya. Perluasan bahasa dari bahasa lain
atau bahasa serumpun biasa terjadi lantaran adanya interaksi sosial dan
intensitas komunikasi. 

Contoh: perluasan bahasa Indonesia diduga berasal dari bahasa Arab. Para
ahli bahasa memperkirakan kosakata bahasa Indonesia atau bahasa Melayu
yang diduga merupakan serapan dari bahasa Arab relatif sangat banyak,
diperkirakan sebanyak 2000-3000 kata, atau diperkirakan 10% sampai
dengan 20% dari bahasa Indonesia/Melayu keseluruhan.
Contoh Kata Serapan
Kata Serapan dari Bahasa Sansekerta :

1. Agama (āgama): din; tradisi suci

2. Aksara (akṣara): huruf

3. Aneka (aneka): macam-macam

Kata serapan dari Bahasa Arab


1. abad (‫ ابد‬abad) – 100 tahun
2. alam (‫` عالم‬ālam) – dunia

3. bab (‫ باب‬bāb) – pasal, sargassum

Kata serapan dari Bahasa Belanda


1. absensi (absentie)
2. akademi ( academie)
3. bangkrut ( bankroet)

Kata serapan dari Bahasa Hokkien ( Tiongkok)

21
1. Kawin (交寅 kau-ín)

2. kecap (茄汁 atau 鮭汁) - sejenis penyedap makanan


3. loteng (楼 / 层 = lou / Ceng) - [atas] lantai / tingkat

Kata Serapan dari Bahasa Portugis :

1. Inggris (Ingles
2. jendela (janela)
3. jurnal (jornal)

kata serapan dari Bahasa Inggris :

1. Account – akun
2. Activist – aktivis
3. Campus – kampus

22
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
1. Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) adalah tata bahasa dalam Bahasa
Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan,
mulai dari pemakaian huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan,
serta penggunaan tanda baca.
2. Ruang lingkup PUEBI adalah pemakaian huruf, penulisan kata,
pemakaian tanda baca, dan penulisan unsur serapan.
3. Sejarah PUEBI/Ejaan Bahasa Indonesia diawali dengan ditetapkannya
Ejaan Ophuijsen dan setelahnya ada beberapa pembaharuaan ejaan
yang diubah oleh pemerintah.
4. Huruf adalah tanda aksara dalam tata tulis yang melambangkan bunyi
bahasa. Pemakaian huruf yang diatur dalam PUEBI antara lain: huruf
abjad, huruf vokal, huruf konsonan, huruf diftong, gabungan huruf
konsonan, huruf kapital, huruf miring, dan huruf tebal.
5. Kata adalah satuan unit terkecil dari bahasa yang dapat berdiri sendiri
dan tersusun dari morfem tunggal. Kata merupakan perwujudan
kesatuan perasaan dan pikiran yang digunakan dalam berbahasa, baik
diucapkan maupun dituliskan. Pedoman penulisan kata yang diatur
oleh PUEBI adalah kata dasar, kata berimbuhan, bentuk ulang, dan
lain-lain.

3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini, penulis menyarankan agar pembaca:
1. Memahami PUEBI dan menerapkannya dalam berbahasa Indonesia
yang baik dan benar.
2. Menjadikan PUEBI sebagai patokan dalam menulis berbagai karya
ilmiah.

23
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. 2008. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. edisi ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka.
Aditya, R. (2020, Desember 2). Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia dan
Perkembangannya. From Suara.com:
https://www.suara.com/news/2020/12/02/202020/sejarah-ejaan-bahasa-
indonesia-dan-perkembangannya
Badudu, J.S. 1983. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: PT. Gramedia.
Murtiani, Anjar, dkk. 2016. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.
Yogyakarta: Araska.
Permendikbud Nomor 50 Tahun 2015. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.
Jakarta: Kemendikbud.
Rahmadi, Duwi. 2017. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia &
Kesalahan Berbahasa. Solo: Genta Smart Publisher.
Salmaa. (2021, Agutstus 7). Kata Serapan: Pengertian, Cara Penulisan, dan
Contoh Lengkap. From deepublish: https://penerbitdeepublish.com/kata-
serapan/
Yanti, Prima Gusti, dkk. 2016. Bahasa Indonesia Konsep Dasar dan Penerapan.
Jakarta: PT. Grasindo

24
25

Anda mungkin juga menyukai